DISUSUN OLEH :
MENI KRISTINA
ULAN JULAIHA
2. Klasifikasi protein
Klasifikasi protein dalam biokimia didasarkan pada fungsi biologinya.
1. Enzim
Enzim merupakan golongan protein yang terbesar dan paling penting. Kira-kira seribu
macam enzim telah diketahui, dimana berfungsi sebagai biokatalisator reaksi kimia dalam jasad
hidup. Molekul enzim biasanya berbentuk globular (bulat), sebagian terdiri dari satu rantai
polipeptida dan ada yang lebih dari satu rantai polipeptida.
Sebagai contoh adalah ribonuklease (enzim yang mengkatalisis hidrolisis RNA), sitokrom
(berperan dalam proses pemindahan elektron), tripsin (katalisator pemutus ikatan peptida).
2. Protein Pembangun
Protein ini berfungsi sebagai pembentuk struktur.
Sebagai contoh adalah glikoprotein (penunjang struktur dinding sel), α-keratin (terdapat
dalam kulit, rambut), kolagen (serabut dalam jaringan penyambung), mukoprotein (sekresi
mukosa/lender).
3. Protein Kontraktil
Golongan protein ini berperan dalam proses gerak.
Sebagai contoh adalah myosin (filament tak bergerak dalam miofibril), aktin (filament yang
bergerak miofibril), dinein (dalam rambut getar dan flagel).
4. Protein Pengangkut
Protein ini mempunyai kemampuan untuk mengikat molekul tertentu dan melakukan
pengangkutan melalui aliran darah.
Sebagai contoh adalah hemoglobin (alat pengangkut oksigen dalam darah), mioglobin
(pengangkut oksigen dalam otot), serum albumin (pengangkut asam lemak dalam darah), β-
lipoprotein (pengangkut lipida dalam darah).
5. Protein Hormon
Seperti halnya enzim, hormon termasuk protein yang aktif.
Sebagai contoh adalah insulin (mengatur metabolisme glukosa), adrenokortikotrop (mengatur
sintesis kortikosteroid).
6. Protein Bersifat Racun
Beberapa protein bersifat racun terhadap hewan kelas tinggi
Sebagai contoh adalah Clostridium botulinum (keracunan bahan makanan), bisah ular (penyebab
terhidrolisisnya fosfogliserida), risin (racun dalam beras).
7. Protein Pelindung
Golongan ini umumnya terdapat dalam darah vertebrata.
Sebagai contoh adalah antibodi (terbentuk jika ada antigen), fibrinogen (sumber pembentuk
fibrin dalam pembekuan darah), trombin (komponen dalam pembekuan darah).
8. Protein Cadangan
Protein ini disimpan untuk berbagai proses metabolisme dalam tubuh.
Sebagi contoh adalah ovalbumin (protein pada putih telur), kasein (protein susu), feritin
(cadangan besi dalam limfa).
3. Struktur protein
1. Struktur Primer (Struktur Utama)
Struktur primer protein ditentukan oleh ikatan kovalen antara residu asam amino yang berurutan
membentuk ikatan peptide. Struktur ini dapat digambarkan sebagai rumus bangun yang biasa
ditulis senyawa organik.
2. Struktur Sekunder
Dari analisis difraksi sinar X dapat dipelajari struktur sekunder protein. Struktur ini timbul
karena ikatan hidrogen antara atom O dari gugus karbonil (C=O) dengan atom H dari gugus
amino (N–H) dalam rantai polipeptida, hal ini memungkinkan terjdinya konformasi spiral
(struktur helix). Bilamana ikatan hydrogen terjadi antara dua rantai polipeptida, maka masing-
masing rantai tidak membentuk helix, melainkan rantai parallel yang berkelok (konformasi β).
Rantai ini dihubungkan silang oleh ikatan hidrogen membentuk struktur lembaran berlipat.
3. Struktur Terzier
Bentuk penyusunan bagian terbesar rantai cabang disebut struktur terzier, artinya adalah
susunan dari struktur sekunder yang satu dengan struktur sekunder bentuk lain. Sebagai contoh
beberapa protein yang mempunyai bentuk α-helix dan bagian yang tidak membentuk α-helix.
4. Struktur Kuartener
Struktur primer, sekunder dan terzier umumnya hanya melibatkan satu rantai polipeptida, tetapi
bilamana struktur ini melibatkan beberapa polipeptida dalam membentuk suatu protein, maka
disebut struktur kuartener.
5. Denaturasi Protein/Peracunan Protein
Bila susunan ruang atau rantai polipeptida suatu molekul protein berubah, maka dikatakan
protein ini terdenaturasi. Sebagian besar protein globular mudah mengalami denaturasi, jika
ikatan-ikatan yang membentuk konfigurasi molekul tersebut rusak. Kadang-kadang perubahan
ini memang dikehendaki namun sering juga merugikan sehingga perlu dicegah.
Ada dua macam denaturasi yaitu pengembangan rantai peptida dan pemcahan protein menjadi
unit yang lebih kecil tanpa disertai pengembangan molekul. Terjadinya kedua jenis denaturasi ini
tergantung pada keadaan molekul. Yang pertama terjadi pada rantai polipeptida, dan yang kedua
terjadi pada bagian molekul yang bergabung dalam ikatan sekunder.
Masalah utama terjadinya denaturasi meliputi : Panas dan Radiasi Sinar Ultraviolet, Pelarut-
pelarut Organik, Asam atau Basa, Ion Logam Berat, dan Pereaksi Alkaloid.
4. Sifat protein
1. Ionisasi
2. Denaturasi
3. Viskositas
4. Kristaisasi
5. System koloid
5. Jenis protein
Kolagen, protein struktur yang diperlukan untuk membentuk kulit, tulang dan ikatan tisu.
Antibodi, protein sistem pertahanan yang melindungi badan daripada serangan penyakit.
Dismutase superoxide, protein yang membersihkan darah kita.
Ovulbumin, protein simpanan yang memelihara badan.
Hemoglobin, protein yang berfungsi sebagai pembawa oksigen
Toksin, protein racun yang digunakan untuk membunuh kuman.
Insulin, protein hormon yang mengawal aras glukosa dalam darah.
Tripsin, protein yang mencernakan makanan protein.
6. Sumber Protein
Sumber protein dibagi menjadi 2 yaitu protein nabati dan protein hewani. Protein Nabati
tidak mengandung jenis asam amino yang lengkap, contoh dari protein nabati adalah sayuran dan
padi-padian. Sedangkan protein hewani mengandung semua jenis asam amino esenssial,
contohnya adalah daging,telur,susu.
Terbentuknya Protein
Diawali dari asam amino, nama resminya adalah asam 2-amino karboksilat atau asam α-
amino karboksilat. Secara umum memiliki struktur sebagai berikut:
Dimana R adalah gugus samping mulai dari yang paling sederhana –H (glycine | gly)
hingga yang memiliki gugus samping siklik seperti tryptophan (trp). Gambar di bawah ini adalah
struktur dari 20 jenis asam amino penyusun protein. Gugus R ada yang bersifat netral, bermuatan
positif, negatif, ada yang hidrofilik dan hidrofobik.
Asam amino (selanjutnya disebut AA saja) dapat membentuk rantai karena gugus amino
(–NH2) suatu AA dapat bereaksi dengan gugus karboksilat (–COOH) pada AA lainnya. Molekul
rantai yang terbentuk dinamakan peptida, jika rantainya relatif pendek (<10 AA) biasa disebut
oligopeptida, jika rantainya panjang disebut polipeptida atau protein (sekitar 50 – 2000 residu
AA). Ikatan yang terbentuk antar AA dinamakan ikatan peptida.
Karena reaksi pembentukan peptida membebaskan 1 molekul air, maka jumlah AA
penyusun polipeptida disebut residu.Berdasarkan konvensi, penyebutan urutan AA dimulai dari
AA yang memiliki gugus –NH2 (disebut N terminal) hingga yang memiliki gugus –COOH bebas
(C terminal).
Rantai peptida biasa disebut “backbone” alias tulang punggung sedangkan gugus R biasa
disebut gugus samping
Berdasarkan sifat polar gugus R, maka asam amino terdiri dari 4 golongan yakni :
1. Asam amino dengan gugus R yang tidak mengutub
Asam amino dibagi menjadi beberapa golongan yakni lima asam amino yang
mengandung gugus R alifatik (alanina, lesina, isolesina, valina, dan prolina), dua dengan R
aromatik (fenilalanina dan triptofana) dan satu mempunyai atom sulfur (metionina).
2. Asam amino dengan gugus R mengutub tidak bermuatan
Asam amino golongan ini lebih mudah larut dalam air, karena gugus R mengutub dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air. Kepolaran serina, treonina, dan tirosina
disebabkan oleh gugus hidroksil, pada asparagina dan glutamine oleh gugus amida, dan pada
sisteina oleh gugus sulfidril (-SH).
3 Asam amino dengan gugus R bermuatan negatif/asam amino asam
Asam amino asam mempunyai pH 6 s/d 7 dan terdiri dari asam aspartat dan asal
glutamate dimana masing-masing asam amino ini mempunyai dua gugus karboksil
4.Asam amino dengan gugus R bermuatan positif/asam amino basa
Asam amino basa bermuatan positif pada pH 7 terdiri dari lisina yang mengandung gugus
amino, arginina mengandung gugus basa lemah (imidazolium), histidina pada pH 6 umumnya
bermuatan posistif.
B. Reaksi Kimia Asam Amino
1 Reaksi Ninhidrin
Reaksi Ninhidrin digunakan untuk penentuan kuantitatif asam amino, dengan
memanaskan asam amino dan ninhidrin akan terjadi larutan warna biru dan intensitasnya dapat
diukur dengan spektrofotometer. Asam amino dengan gugus α-amino bebas memberikan reaksi
ninhidrin yang positif, pada prolina dan hidroksi prolina menghasilkan warna kuning.
2. Reaksi Sanger
Reaksi Sanger adalah reaksi antara gugus α-amino dengan 1-fluoro-2-,4-dinitrobenzena
(FDNB). Dalam keadaan basa lemah, FDNB bereaksi dengan α-asam amino menghasilkan
derivat 2,4-dinitrofenil atau DNP-asam amino
Reaksi di atas digunakan untuk penentuan asam amino N-ujung dari suatu rantai polipeptida.
3. Reaksi Dansil Klorida
Reaksi Dansil klorida adalah reaksi antara gugus amino dengan 1-dimetil amino
naftalena 5-sulfonil klorida. Karena gugus dansil mempunyai sifat fluoresensi yang tinggi, maka
derivat dansil asam amino dapat ditentukan dengan cara fluorometri
4. Reaksi Edman
Reaksi Edman merupakan reaksi antara α-asam amino dengan fenilisotiosianat yang
menghasilkan derivat asam amino feniltiokarbamil. Dalam suasana asam pelarut nitrometana
yang terakhir ini mengalami siklisasi membentuk senyawa lingkar feniltuihidantoin.
Reaksi Edman sering dipakai untuk penentuan asam amno N-ujung suatu rantai polipeptida.
5. Reaksi Basa Schiff
Reaksi basa Schiff merupakan reaksi reversible anta gugus α-amino dengan gugus
aldehida, basa Schiff b ini biasa terjadi sebagai senyawa antara dalam reaksi enzim antara α-
asam amino dan substrat.
6 Reaksi Gugus R
Gugus –SH pada sisteina, hidroksifenol pada tirosina, dan guanidium pada arginina
menunjukkan reaksi khas yang sering terjadi pada gugus fungsi tersebut. Gugus sulfidril pada
sisteina bereaksi dengan ion logam berat (ion Ag dan ion Hg) menghasilkan merkaptida
Reaksi oksidasi sistein dengan ion besi menghasilkan senyawa disulfida, sistina Peptida
C. Peptida
Peptida tersusun dari beberapa asam amino yang merupakan rantai yang terhubungkan
dari gugus karboksil asam amino dengan gugus amino dari asam amino lainnya melalui ikatan
peptide.
Dua asam amino yang dihubungan oleh ikatan peptida disebut dipeptida dan lebih dari
dua asam amino adalah tripeptida dan seterusnya akan menjadi polipeptida.
Penamaan peptida lebih lanjut didasarkan pada komponen asam aminonya. Urutan dimulai dari
rantai N-ujung.
Penamaan pentapeptida di atas didasarkan pada komponen asam aminonya. Urutan
dimulai dari rantai N-ujung, sehingga gambar di atas mempunyai susunan nama adalah
Serilglisiltirosilalanillesina (Ser-Gli-Tir-Ala-Les).
Ikatan peptida yang terjadi dari dua residu asam amino menunjukkan kemantapan
resonansi yang tinggi; ikatan C – N akan mempunyai sifat ikatan rangkap sebesar 40 %, dan
ikatan rangkap C = O mempunyai sifat ikatan tunggal sebesar 40 %. Akibatnya, gugus amino
(- NH -) dalam ikatan peptida tersebut tidak mengalami ionisasi, juga ikatan C – N
dalam peptida tidak mengalami rotasi dengan bebas. Hal ini merupakan faktor penting dalam
menentukan struktur tiga dimensi dan sifat rantai polipeptida dari protein.
Sifat asam basa peptida ditentukan oleh gugus ujungnya, NH2 dan – COOH serta gugus
R yang berionisasi. Pada peptida dengan rantai panjang, sifat asam basa dari gugus ujung
berkurang artinya karena jumlah gugus R yang banyak dan berionisasi.
Beberapa peptida mempunyai aktivitas biologis yang penting seperti glutation yang
terdiri dari 3 asam amino, hormon vasopresin (meningkatkan tekanan darah dengan kontraksi
pembuluh darah perifer) dan oksitosin (penyebab kontraksi urat daging) dari glandula (kelenjar)
pituitari membentuk rantai nonapeptida.
D. Sintesis Rantai Polipeptida
Pembentukan peptida dari dua asam amino menemui beberapa masalah yaitu bahwa
pereaksi yang digunakan untuk pembentukan ikatan peptida juga dapat bereaksi dengan gugus
fungsi yang seharusnya tidak terlibat seperti gugus amino ujung, gugus karboksil ujung dan
gugus tios dari sisteina.
B. DAUR UREA
>>REAKSI 2 :
Pembentukan Sintrulin
Dalam reaksi ini bagian karbamil bergabung dengan ornitil dan memisahkan gugus
fosfat. Sebagai katalis pembentukan sitrulin adalah transkabamilase yang terdapat pada
bagian mitrokondria sel hati.
Ornitin + karbomil fosfat sintrulin + H₃PO4
>>REAKSI 3 :
Pembentukan Asam Argininosuksinat
Dalam proses ini, sitrulin bereaksi dengan asam aspartate membentuk asam
argininesuksinat. Reaksi ini berlangsung dengan bantuan enzim argininesubsinat sintetase.
Dalam reaksi tersebut ATP merupakan sumber energi dengan jalan melepaskan gugus fosfat
dan berubah menjadi AMP .
Sintrulin + arpatat ATP ADP H₂O + arginino suksinat
>>REAKSI 4 :
Penguraian Asam Argininosuksinat
Dalam reaksi ini asam argininesuksinat diuraikan menjadi arginine dan asam fumarat.
Reaksi ini berlangsung dengan bantuan enzim argininesuksinase, suatu enzim yang terdapat
dalam hati dan ginjal.
Arginino suksinat fumarat + arginin
>>REAKSI 5 ;
Penguraian Arginin
Reaksi terakhir ini melengkapi tahap reaksi pada siklus urea. Dalam reaksi ini arginine
diuraikan menjadi urea dan ornitin.Enzim yang bekerja sebagai katalis dalam reaksi
penguraian ini arginase yang terdapat dalam hati.Ornitin yang terbentuk dalam reaksi
hidrolisis ini bereaksi kembali dengan karbamilfosfat untuk membentuk sitrulin. Demikian
seterusnya reaksi berlangsung secara berulang-ulang merupakan suatu siklus. Adapun urea
yang terbentuk dikeluarkan dari tubuh melalui urine.
Arginin ornitin + urea