Anda di halaman 1dari 28

Senyawa kimia

Senyawa kimia adalah zat kimia murni yang terdiri dari


dua atau beberapa unsur [1][2][3] yang dapat dipecah-pecah
lagi menjadi unsur-unsur pembentuknya dengan reaksi kimia
tersebut.[4] Contohnya, dihidrogen monoksida (air, H2O)
adalah sebuah senyawa yang terdiri dari dua atom hidrogen
untuk setiap atom oksigen.

Umumnya, perbandingan ini harus tetap karena sifat


fisikanya, bukan perbandingan yang dibuat oleh manusia.
Molekul air adalah contoh senyawa
Oleh karena itu, material seperti kuningan, superkonduktor
kimia, terdiri dari 2 atom hidrogen YBCO, semikonduktor "aluminium galium arsenida", atau
dan satu atom oksigen. coklat dianggap sebagai campuran atau aloy, bukan
senyawa.

Ciri-ciri yang membedakan senyawa adalah adanya rumus kimia. Rumus kimia memberikan
perbandingan atom dalam zat, dan jumlah atom dalam molekul tunggalnya (oleh karena itu
rumus kimia etena adalah C2H4 dan bukan CH2. Rumus kimia tidak menyebutkan apakah
senyawa tersebut terdiri atas molekul; contohnya, natrium klorida (garam dapur, NaCl adalah
senyawa ionik.

Senyawa dapat wujud dalam beberapa fase. Kebanyakan senyawa dapat berupa zat padat.
Senyawa molekuler dapat juga berupa cairan atau gas. Semua senyawa akan terurai menjadi
senyawa yang lebih kecil atau atom individual bila dipanaskan sampai suhu tertentu (yang
disebut suhu penguraian).

Setiap senyawa kimia yang telah dijelaskan dalam literatur memiliki nomor pengenal yang unik,
yaitu nomor CAS.

Sifat-Sifat Senyawa
Tiap senyawa mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan unsur-unsur pembentuknya. Senyawa hanya
dapat diuraikan menjadi unsur-unsur pembentuknya melalui reaksi kimia. Pada kondisi yang sama,
senyawa dapat memiliki wujud yang berbeda dengan unsur-unsur pembentuknya.

Sifat fisika dan kimia senyawa berbeda dengan unsur-unsur pembentuknya. Misalnya reaksi antara dua
atom hidrogen (2H) dan satu atom Oksigen (O) dapat membentuk molekul air (H2O).

Secara singkat, senyawa memiliki 5 sifat yang bisa kita bedakan antara satu senyawa dengan senyawa
lainnya. Diantaranya sebagai berikut.

1. Senyawa dapat terbentuk melalui proses reaksi kimia


2. Komponen penyusun yang ada pada senyawa mempunyai suatu perbandingan tertentu yang
sifatnya tetap.
3. Senyawa tidak bisa dipisahkan dengan komponen penyusunnya kembali dengan melalui reaksi
fisika.
4. Senyawa bisa dikategorikan sebagai senyawa zat tunggal.
5. Senyawa mempunyai sifat-sifat tertentu yang berbeda dengan unsur-unsur pembentuknya.

Ciri-Ciri Senyawa
Senyawa kimia memiliki 4 ciri, diantaranya sebagai berikut.

1. Terbentuk dari 2/ lebih unsur yang disusun secara reaksi kimia biasa.
2. Mempunya perbandingan komposisi yg tetap.
3. Kehilangan sifat zat asalnya bila sudah jadi senyawa.
4. Dapat diuraikan secara kimia,tapi tidak secara fisika.

Contoh Senyawa dalam Kehidupan Sehari-hari


Contoh senyawa kimia yang biasa kita temui dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali macamnya,
seperti senyawa campuran dan senyawa anorganik. Adapun berikut akan saya berikan beberapa contoh
senyawa dalam kehidupan sehari-hari beserta rumusnya dan juga kegunaan dari senyawa tersebut

No. Senyawa Rumus Manfaat


1. Asam Asetat CH3COOH Cuka makan
2. Amoniak NH3 Pupuk
3. Asam Askorbat C6H8O6 Vitamin C
4. Kalsium karbonat CaCO3 Bahan Bangunan
5. Soda kue NaHCO3 Mmembuat roti
6. Karbon dioksida CO2 Penyegar minumam
7. Aspirin C9H8O4 Mengurangi rasa sakit
8. Magnesium hidroksida Mg(OH)2 Obat penawar rasa asam
9. Asam klorida HCl Pembersih lantai
10. Natrium Klorida NaCl Garam Dapur
11. Natrium hidroksida NaOH Pengering

Jenis senyawa
 Asam
 Basa
 Senyawa ionik
 Garam
 Oksida
 Senyawa organik

Asam
Asam (yang sering diwakili dengan rumus umum HA) secara umum merupakan senyawa kimia
yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam
definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain
(yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu
asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam. Contoh
asam adalah asam asetat (ditemukan dalam cuka) dan asam sulfat (digunakan dalam baterai
atau aki mobil).

Berbagai definisi asam

Istilah "asam" merupakan terjemahan dari istilah yang digunakan untuk hal yang sama dalam
bahasa-bahasa Eropa seperti acid (bahasa Inggris), zuur (bahasa Belanda), atau Säure (bahasa
Jerman) yang secara harfiah berhubungan dengan rasa masam. Dalam kimia, istilah asam
memiliki arti yang lebih khusus. Terdapat tiga definisi asam yang umum diterima dalam kimia,
yaitu definisi Arrhenius, Brønsted-Lowry, dan Lewis.

 Arrhenius: Menurut definisi ini, asam adalah suatu zat yang meningkatkan konsentrasi ion
hidronium (H3O+) ketika dilarutkan dalam air. Definisi yang pertama kali dikemukakan oleh
Svante Arrhenius ini membatasi asam dan basa untuk zat-zat yang dapat larut dalam air.
 Brønsted-Lowry: Menurut definisi ini, asam adalah pemberi proton kepada basa. Asam dan basa
bersangkutan disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat. Brønsted dan Lowry secara
terpisah mengemukakan definisi ini, yang mencakup zat-zat yang tak larut dalam air (tidak
seperti pada definisi Arrhenius).
 Lewis: Menurut definisi ini, asam adalah penerima pasangan elektron dari basa. Definisi yang
dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis ini dapat mencakup asam yang tak mengandung hidrogen
atau proton yang dapat dipindahkan, seperti besi(III) klorida. Definisi Lewis dapat pula dijelaskan
dengan teori orbital molekul. Secara umum, suatu asam dapat menerima pasangan elektron
pada orbital kosongnya yang paling rendah (LUMO) dari orbital terisi yang tertinggi (HOMO) dari
suatu basa. Jadi, HOMO dari basa dan LUMO dari asam bergabung membentuk orbital molekul
ikatan.

Walaupun bukan merupakan teori yang paling luas cakupannya, definisi Brønsted-Lowry
merupakan definisi yang paling umum digunakan. Dalam definisi ini, keasaman suatu senyawa
ditentukan oleh kestabilan ion hidronium dan basa konjugat terlarutnya ketika senyawa
tersebut telah memberi proton ke dalam larutan tempat asam itu berada. Stabilitas basa
konjugat yang lebih tinggi menunjukkan keasaman senyawa bersangkutan yang lebih tinggi.

Sistem asam/basa berbeda dengan reaksi redoks; tak ada perubahan bilangan oksidasi dalam
reaksi asam-basa.
Sifat-sifat
Secara umum, asam memiliki sifat sebagai berikut:

 Rasa: masam ketika dilarutkan dalam air.


 Sentuhan: asam terasa menyengat bila disentuh, dan dapat merusak kulit, terutama bila
asamnya asam pekat.
 Kereaktifan: asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif terhadap logam.
 Hantaran listrik: asam, walaupun tidak selalu ionik, merupakan cairan elektrolit.

Sifat kimia
Dalam air, reaksi kesetimbangan berikut terjadi antara suatu asam (HA) dan air, yang berperan
sebagai basa,

HA + H2O A- + H3O+

Tetapan asam adalah tetapan kesetimbangan untuk reaksi HA dengan air:

Asam kuat mempunyai nilai Ka yang besar (yaitu, kesetimbangan reaksi berada jauh di kanan,
terdapat banyak H3O+; hampir seluruh asam terurai). Misalnya, nilai Ka untuk asam klorida (HCl)
adalah 107. Asam kuat memiliki derajat ionisasi 1.

Meskipun demikian, tingkat keasaman asam kuat berbeda-beda. Berikut adalah tingkat
keasaman asam kuat dari yang paling kuat(paling asam):

1. Aqua regia: campuran HCl dengan HNO3


2. HNO3
3. H2SO4
4. Asam halida(kecuali HF)

HI>HBr>HCl

5. Asam oksi halogen

HXO4>HXO3>HXO2>HXO

Asam kuat mencakup asam halida – HCl, HBr, dan HI. (Tetapi, asam fluorida, HF, relatif lemah.)
Asam-asam okso, yang umumnya mengandung atom pusat ber-bilangan oksidasi tinggi yang
dikelilingi oksigen, juga cukup kuat; mencakup HNO3, H2SO4, dan HClO4.

Asam lemah mempunyai nilai Ka yang kecil (yaitu, sejumlah cukup banyak HA dan A - terdapat
bersama-sama dalam larutan; sejumlah kecil H3O+ ada dalam larutan; asam hanya terurai
sebagian). Misalnya, nilai Ka untuk asam asetat adalah 1,8 × 10 -5. Kebanyakan asam organik
merupakan asam lemah.
Larutan asam lemah dan garam dari basa konjugatnya membentuk larutan penyangga.

Sejarah
Sekitar tahun 1800, banyak kimiawan Prancis, termasuk Antoine Lavoisier, secara keliru
berkeyakinan bahwa semua asam mengandung oksigen. Lavoisier mendefinisikan asam sebagai
zat mengandung oksigen karena pengetahuannya akan asam kuat hanya terbatas pada asam-
asam okso dan karena ia tidak mengetahui komposisi sesungguhnya dari asam-asam halida,
HCl, HBr, dan HI. Lavoisier-lah yang memberi nama oksigen dari kata bahasa Yunani yang
berarti "pembentuk asam". Setelah unsur klorin, bromin, dan iodin teridentifikasi dan ketiadaan
oksigen dalam asam-asam halida ditemukan oleh Sir Humphry Davy pada tahun 1810, definisi
oleh Lavoisier tersebut harus ditinggalkan.

Kimiawan Inggris pada waktu itu, termasuk Humphry Davy, berkeyakinan bahwa semua asam
mengandung hidrogen. Kimiawan Swedia Svante Arrhenius lalu menggunakan landasan ini
untuk mengembangkan definisinya tentang asam. Ia mengemukakan teorinya pada tahun 1884.

Pada tahun 1923, Johannes Nicolaus Brønsted dari Denmark dan Martin Lowry dari Inggris
masing-masing mengemukakan definisi protonik asam-basa yang kemudian dikenal dengan
nama kedua ilmuwan ini. Definisi yang lebih umum diajukan oleh Lewis pada tahun yang sama,
menjelaskan reaksi asam-basa sebagai proses transfer pasangan elektron.

Penggunaan asam
Asam memiliki berbagai kegunaan. Asam sering digunakan untuk menghilangkan karat dari logam dalam
proses yang disebut "pengawetasaman" (pickling). Asam dapat digunakan sebagai elektrolit di dalam
baterai sel basah, seperti asam sulfat yang digunakan di dalam baterai mobil. Pada tubuh manusia dan
berbagai hewan, asam klorida merupakan bagian dari asam lambung yang disekresikan di dalam
lambung untuk membantu memecah protein dan polisakarida maupun mengubah proenzim pepsinogen
yang inaktif menjadi enzim pepsin. Asam juga digunakan sebagai katalis; misalnya, asam sulfat sangat
banyak digunakan dalam proses alkilasi pada pembuatan bensin.
Basa
Definisi umum dari basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hidronium ketika dilarutkan
dalam air.Basa adalah lawan (dual) dari asam, yaitu ditujukan untuk unsur/senyawa kimia yang
memiliki pH lebih dari 7. Kostik merupakan istilah yang digunakan untuk basa kuat.

Basa dapat dibagi menjadi basa kuat dan basa lemah. Kekuatan basa sangat tergantung pada
kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH dalam larutan dan konsentrasi larutan basa
tersebut.

Beberapa Contoh Basa

Contoh basa Terdapat di

Aluminium hidroksida (AI[OH]3) Deodoran dan antasida

Kalsium hidroksida (Ca(OH)2) Plester

Magnesium hidroksida (Mg(OH)2) Antasida

Natrium hidroksida (NaOH) Pembersih saluran pipa

Kalium hidroksida (KOH) Pembuatan sabun

Amonium hidroksida (NH4OH) Pelarut desinfektan

Sifat-sifat Basa

1. Kaustik
2. Rasanya pahit
3. Licin seperti sabun
4. Nilai pH lebih dari 7
5. Mengubah warna lakmus merah menjadi biru
6. Dapat menghantarkan arus listrik
7. Menetralkan asam
8. Menyebabkan pelapukan
Netralisasi oleh asam

Ketika dilarutkan dalam air, maka natrium hidroksida yang merupakan basa kuat akan
terionisasi menjadi ion natrium dan ion hidroksida:

NaOH → Na+ + OH−

di saat yang sama, asam klorida dalam air akan membentuk ion klorida dan ion hidronium:

HCl + H2O → H3O+ + Cl−

Ketika 2 campuran ini dijadikan satu, maka ion H3O+ dan OH− akan bergabung menjadi satu
membentuk air:

H3O+ + OH− → 2 H2O

Jika jumlah NaOH dan HCl yang dilarutkan sama persis, maka asam dan basa akan tepat
ternetralisasi, sehingga hanya akan terdapat larutan NaCl (atau garam dapur).

Basa kuat

Basa kuat adalah jenis senyawa sederhana yang dapat mendeprotonasi asam sangat lemah di
dalam reaksi asam-basa. Contoh paling umum dari basa kuat adalah hidroksida dari logam alkali
dan logam alkali tanah seperti NaOH dan Ca(OH)2.

Berikut ini adalah daftar basa kuat:

 Kalium hidroksida (KOH)  Kalsium hidroksida (Ca(OH)2)


 Barium hidroksida (Ba(OH)2)  Magnesium hidroksida (Mg(OH)2)
 Caesium hidroksida (CsOH)  Litium hidroksida (LiOH)
 Natrium hidroksida (NaOH)  Rubidium hidroksida (RbOH)
 Stronsium hidroksida (Sr(OH)2)

Kation dari basa kuat di atas terdapat pada grup pertama dan kedua pada daftar periodik (alkali
dan alkali tanah).

Asam dengan pKa lebih dari 13 dianggap sangat lemah, dan basa konjugasinya adalah basa kuat.

Beberapa basa kuat seperti kalsium hidroksida sangat tidak larut dalam air. Hal itu bukan suatu
masalah – kalsium hidroksida tetap terionisasi 100% menjadi ion kalsium dan ion hidroksida.
Kalsium hidroksida tetap dihitung sebagai basa kuat karena kalsium hidroksida 100% terionisasi.
Menentukan pH basa kuat

Skema metode penentuan pH basa kuat

 Tentukan konsentrasi ion hidroksida.


 Gunakan Kw untuk menentukan konsentrasi ion hidrogen.
 Ubahlah konsentrasi ion hidrogen ke bentuk pH.

Contoh

Untuk menentukan pH 0.500 mol larutan natrium hidroksida, karena natrium hidroksida


bersifat ionik, tiap mol natrium hidroksida menghasilkan jumlah mol ion hidroksida yang sama
dalam larutan.

[OH-] = 0.500 mol dm-3

Sekarang dapat menggunakan nilai Kw pada suhu larutan. Biasanya menggunakan 1.00 x 10 −14
mol2 dm-6.

[H+] x [OH-] = 1.00 x 10-14

Hal ini berlaku jika air tersebut murni. Dengan demikian diperoleh nilai konsentrasi ion
hidroksida, sehingga:

[H+] x 0.500 = 1.00 x 10-14

Setelah didapatkan nilai [H+], dan kemudian diubah menjadi pH, akan diperoleh pH 13,7.

Basa lemah

Basa lemah adalah larutan basa tidak berubah seluruhnya menjadi ion hidroksida dalam
larutan.

Amonia adalah salah satu contoh basa lemah. Sudah sangat jelas amonia tidak mengandung ion
hidroksida, tetapi amonia bereaksi dengan air untuk menghasilkan ion amonium dan ion
hidroksida.

Akan tetapi, reaksi berlangsung reversibel, dan pada setiap saat sekitar 99% amonia tetap ada
sebagai molekul amonia. Hanya sekitar 1% yang menghasilkan ion hidroksida.

Berikut ini contoh basa lemah :

 gas amoniak (NH3)  Aluminium hidroksida (Al(OH)3)


 besi hidroksida (Fe(OH)2)  Ammonia hydroksida (NH4OH)
 Hydroksilamine (NH2OH)  Metilamin hydroxide (CH3NH3OH
 Etilamin hydroxide (C2H5NH3OH)

Senyawa ionik
Figure Struktur kristal natrium klorida, NaCl, tipikal senyawa ionik. Bulatan ungu mewakili kation
natrium, Na+, dan bulatan hijau mewakili anion klorida, Cl−.

Struktur kristal natrium klorida, NaCl, tipikal senyawa ionik. Bulatan ungu mewakili kation
natrium, Na+, dan bulatan hijau mewakili anion klorida, Cl−.

Dalam kimia, senyawa ionik adalah senyawa kimia yang tersusun dari ion-ion yang disatukan
oleh gaya elektrostatik yang disebut ikatan ionik. Senyawa ini netral secara keseluruhan, namun
terdiri dari ion bermuatan positif yang disebut kation dan ion bermuatan negatif yang disebut
anion. Ini bisa berupa ion sederhana seperti natrium (Na+) dan klorida (Cl−) dalam natrium
klorida, atau spesies poliatomik seperti ion amonium (NH+4) dan karbonat (CO2−3) dalam
amonium karbonat. Masing-masing ion dalam senyawa ionik biasanya memiliki beberapa
tetangga terdekat, jadi tidak dianggap sebagai bagian dari molekul, namun merupakan bagian
dari jaringan tiga dimensi kontinu; ini biasanya dalam struktur kristal.

Senyawa ionik yang mengandung ion hidrogen (H+) diklasifikasikan sebagai asam, sedangkan
yang mengandung ion basa hidroksida (OH−) atau oksida (O2−) diklasifikasikan sebagai basa.
Senyawa ionik tanpa ion-ion di atas juga dikenal sebagai garam dan dapat terbentuk melalui
reaksi asam basa. Senyawa ionik juga dapat dihasilkan dari ion konstituennya melalui
penguapan pelarutnya, presipitasi, pembekuan, reaksi zat padat, atau reaksi transfer elektron
logam reaktif dengan nonlogam reaktif, seperti gas halogen.

Senyawa ionik biasanya memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi, dan keras dan rapuh.
Sebagai padatan mereka hampir selalu menyekat listrik, tapi saat meleleh atau larut mereka
menjadi sangat konduktif, karena mobilisasi ion-ionnya.
Sejarah penemuan

Kata ion adalah istilah Yunani ἰόν, ion, "going (bahasa Indonesia: pergi)", kata kerja bentuk
sedang mengerjakan dari ἰέναι, ienai, "to go". Istilah ini diperkenalkan oleh fisikawan dan
kimiawan Michael Faraday pada tahun 1834 untuk spesies yang tidak dikenal yang berpindah
dari satu elektrode ke elektroda lainnya melalui media berair.[1][2]

Pada tahun 1913, struktur kristal natrium klorida ditentukan oleh


William Henry Bragg dan William Lawrence Bragg.[3][4][5] Ini
mengungkapkan bahwa terdapat enam tetangga terdekat yang sama
untuk masing-masing atom. Hal ini menunjukkan bahwa unsur-unsur
tersebut tidak diatur dalam molekul atau agregat terbatas,
melainkan sebagai jaringan dengan tatanan kristal jarak jauh.[5]
Banyak senyawa anorganik lainnya juga dijumpai memiliki ciri
struktural yang serupa.[5] Senyawa ini segera digambarkan tersusun
dari ion-ion bukan dari beberapa atom netral, namun hipotesis ini
tidak dapat dibuktikan sampai pertengahan 1920-an, saat dilakukan
percobaan refleksi sinar-X (yang mendeteksi kerapatan elektron).[5][6]

Kontributor utama pengembangan perlakuan teoretis struktur kristal


ion adalah Max Born, Fritz Haber, Alfred Landé, Erwin Madelung, Paul Peter Ewald, dan
Kazimierz Fajans.[7] Prediksi born tentang energi kristal berdasarkan asumsi konstituen ionik,
yang menunjukkan hubungan yang baik dengan pengukuran termokimia, selanjutnya
mendukung asumsi tersebut.[5]

Pembentukan

Halit, bentuk mineral natrium klorida, terbentuk saat air asin


menguap meninggalkan ion yang tidak menguap.

Senyawa ionik dapat dibuat dari ion konstituennya dengan


penguapan, presipitasi, atau pembekuan. Logam reaktif
seperti logam alkali dapat bereaksi langsung dengan gas
halogen yang sangat elektronegatif membentuk produk ionik.
[8]
Mereka juga dapat disintesis sebagai produk dari reaksi
antar padatan pada suhu tinggi.[9]

Jika senyawa ionik larut dalam pelarut, senyawa ini dapat


diperoleh sebagai senyawa padat dengan menguapkan pelarutnya dari larutan elektrolit ini.[10]
Ketika pelarut diuapkan, ion tidak ikut menguap, tetapi tetap berada di larutan yang tertinggal,
dan bila sudah cukup pekat, terjadilah nukleasi, dan mengkristal menjadi senyawa ionik. Proses
ini terjadi secara luas di alam, dan merupakan cara pembentukan mineral evaporit.[11] Metode
lain untuk mendapatkan kembali senyawa dari larutannya melibatkan penjenuhan larutan pada
suhu tinggi dan kemudian mengurangi kelarutannya dengan menurunkan suhu sampai larutan
tersebut superjenuh dan senyawa padat ternukleasi.[10]

Senyawa ion yang tidak larut dapat diendapkan dengan mencampur dua larutan, satu dengan
kation dan satu lagi dengan anion di dalamnya. Oleh karena semua larutan bersifat netral
secara kelistrikan, kedua larutan yang dicampur juga harus mengandung ion lawan dari muatan
yang berlawanan. Untuk memastikan bahwa ion lawan ini tidak mencemari senyawa ionik yang
diendapkan, penting untuk dipastikan agar ion lawan tidak ikut mengendap. [12] Jika kedua
larutan tersebut menggunakan ion hidrogen dan ion hidroksida sebagai ion lawan, mereka akan
bereaksi satu sama lain dalam reaksi asam–basa atau reaksi netralisasi membentuk air.[13]
Sebagai alternatif, ion lawan dapat dipilih untuk memastikan bahwa bahkan jika digabungkan
dalam satu larutan tunggal, mereka akan tetap larut sebagai ion tribun (en).[12]

Jika pelarutnya adalah air baik dalam metode penguapan atau pembentukan endapan, dalam
banyak kasus kristal ionik yang terbentuk juga mencakup air kristal, sehingga produk tersebut
dikenal sebagai hidrat, dan dapat memiliki sifat kimia yang sangat berbeda.[14]

Lelehan garam cair akan memadat pada pendinginan sampai di bawah titik bekunya.[15] Ini
kadang-kadang digunakan untuk sintesis benda padat senyawa ion kompleks dari reaktan
padat, yang sebelumnya telah dicairkan bersamaan. [16] Dalam kasus lain, reaktan padat tidak
perlu dicairkan, namun bisa bereaksi melalui jalur reaksi benda padat (en). Dalam metode ini,
reaktan digiling berulang-ulang sampai halus dan menjadi pasta, kemudian dipanaskan sampai
suhu dimana ion-ion reaktan tetangga dapat berdifusi bersamaan selama campuran reaktan
tetap berada dalam oven.[9] Jalur sintetis lainnya menggunakan prekursor padat ion non-volatil
dengan rasio stoikiometri yang tepat, yang dipanaskan untuk menghilangkan spesies lainnya. [9]

Dalam beberapa reaksi antara logam yang sangat reaktif (biasanya dari Golongan 1 atau
Golongan 2) dan gas halogen yang sangat elektronegatif, atau air, atom-atom dapat diionisasi
melalui transfer elektron (en),[17] sebuah proses yang secara termodinamika dapat dipahami
dengan menggunakan siklus Born–Haber (en).[18]

Ikatan

Diagram skematik kelopak elektron dari atom


natrium dan fluor yang mengalami reaksi
redoks membentuk natrium fluorida. Natrium
kehilangan elektron terluarnya untuk
mendapatkan konfigurasi elektron yang stabil,
dan elektron ini memasuki atom fluor secara
eksotermik. Ion dengan muatan berlawanan – biasanya cukup banyak – kemudian tertarik satu
sama lain membentuk padatan.

Ion dalam senyawa ionik terutama disatukan oleh gaya elektrostatik antar distribusi muatan
dari benda-benda ini, dan khususnya ikatan ion yang dihasilkan dari daya tarik Coulomb jarak
jauh antara muatan negatif anion dan muatan positif kation. [19] Terdapat pula gaya tarik
tambahan dari interaksi van der Waals yang hanya menyumbang sekitar 1–2% energi kohesif
untuk ion kecil. Ketika sepasang ion cukup dekat untuk mengalami tumpangsuh antar kelopak
elektron terluarnya (kebanyakan ion sederhana memiliki kelopak tertutup), terjadi gaya repulsif
jarak pendek, karena prinsip pengecualian Pauli. Keseimbangan antara kekuatan ini
menyebabkan energi potensial sama dengan energi minimum ketika inti dipisahkan oleh jarak
kesetimbangan tertentu.[21]

Jika struktur elektron dari kedua badan yang saling berinteraksi dipengaruhi oleh adanya satu
sama lain, interaksi kovalen (non-ionik) juga berkontribusi pada energi keseluruhan senyawa
yang terbentuk.[23] Senyawa ionik jarang murni ionik, yaitu disatukan hanya dengan gaya
elektrostatik. Ikatan antara pasangan paling elektronegatif/elektropositif seperti yang ada pada
sesium fluorida menunjukkan tingkat kovalensi yang kecil.[24][25] Sebaliknya, ikatan kovalen
antara atom yang tidak sejenis sering menunjukkan pemisahan muatan dan dapat dianggap
memiliki karakter ionik parsial.[23] Keadaan di mana senyawa akan memiliki sifat ionik atau
kovalen biasanya dapat dipahami dengan menggunakan aturan Fajans, yang hanya
menggunakan muatan dan ukuran masing-masing ion. Menurut aturan ini, senyawa dengan
karakter paling ionik akan memiliki ion positif berukuran besar dengan muatan rendah, yanh
terikat pada ion negatif berukuran kecil dengan muatan tinggi. [26] Secara umum, teori HSAB
dapat diterapkan, untuk senyawa dengan karakter paling ionik adalah yang terdiri dari asam
kuat dan basa kuat: ion kecil bermuatan sangat tinggi dengan perbedaan elektronegativitas
yang tinggi antara anion dan kation.[27][28] Perbedaan dalam elektronegativitas ini berarti bahwa
pemisahan muatan, dan momen dipol yang dihasilkan, dipertahankan bahkan ketika ion-ion
tersebut bersentuhan (elektron berlebih pada anion tidak ditransfer maupun terpolarisasi
untuk menetralkan kation).[29]

Struktur

Ion biasanya dikemas ke dalam struktur kristal reguler,


dalam pengaturan yang meminimalkan energi kisi
(memaksimalkan daya tarik dan meminimalkan tolakan).
Energi kisi adalah penjumlahan dari interaksi semua situs
dengan semua situs lainnya. Untuk ion sferis yang tak
terpolarisasi, penentuan energi interaksi elektrostatik hanya
memerlukan muatan dan jarak. Untuk struktur kristal ideal
tertentu, semua jarak terkait dengan jarak antar inti terkecil
secara geometris. Jadi untuk setiap struktur kristal yang
mungkin, gaya elektrostatik total dapat dikaitkan dengan gaya elektrostatik muatan unit pada
jarak tetangga terdekat dengan konstanta perkalian yang disebut konstanta Madelung[21] yang
dapat dihitung secara efisien dengan menggunakan penjumlahan Ewald.[30] Bila bentuk yang
wajar diasumsikan untuk energi repulsif tambahan, energi kisi total dapat dimodelkan dengan
menggunakan persamaan Born–Landé,[31] persamaan Born–Mayer, atau tanpa adanya informasi
struktural, persamaan Kapustinskii.[32]

Dengan menggunakan aproksimasi yang lebih sederhana dari ion sebagai sferis keras yang tak
tertembus, susunan anion dalam sistem ini sering dikaitkan dengan pengaturan sferis tetal-
rapat (close-packed), dengan kation yang menempati interstisi tetrahedral atau oktahedral.[33][34]
Bergantung pada stoikiometri senyawa ionik, dan koordinasi (terutama ditentukan oleh rasio
jari-jari) kation dan anion, sering diamati berbagai struktur, [35] dan secara teoretis dirasionalisasi
oleh aturan Pauling (en).

Sifat-sifat
Keasaman/Alkalinitas

Senyawa ionik yang mengandung ion hidrogen (H+) diklasifikasikan sebagai asam, dan yang
mengandung kation elektropositif[56] dan anion basa ion hidroksida (OH−) atau ion oksida (O2−)
diklasifikasikan sebagai basa. Senyawa ion lainnya dikenal sebagai garam dan dapat terbentuk
melalui reaksi asam–basa.[57] Jika senyawa tersebut merupakan hasil reaksi antara asam kuat
dan basa lemah, hasilnya adalah garam asam. Reaksi antara basa kuat dan asam lemah,
menghasilkan garam basa. Hasil reaksi antara asam kuat dan basa kuat, menghasilkan garam
netral. Asam lemah yang direaksikan dengan basa lemah dapat menghasilkan senyawa ionik
dengan ion basa konjugat maupun ion asam konjugat, seperti amonium asetat.

Beberapa ion dikelompokkan sebagai amfoter, mampu bereaksi dengan asam atau basa. [58] Hal
ini juga berlaku untuk beberapa senyawa dengan sifat ionik, biasanya oksida atau hidroksida
dari logam-logam yang kurang elektropositif (sehingga senyawa tersebut juga memiliki sifat
kovalen yang signifikan), seperti seng oksida, aluminium hidroksida, aluminium oksida dan
timbal(II) oksida.[59]

Titik lebur dan titik didih

Gaya elektrostatik antar partikel adalah yang terkuat saat muatannya tinggi, dan jarak antar inti
ion kecil. Dalam kasus tersebut, senyawa umumnya memiliki titik leleh dan titik didih yang
sangat tinggi dan tekanan uap rendah.[60] Tren titik lebur bisa dijelaskan dengan lebih baik bila
struktur dan rasio ukuran ion diperhitungkan. [61] Di atas titik leburnya, padatan ionik meleleh
dan menjadi garam cair (en) (walaupun beberapa senyawa ionik seperti aluminium klorida dan
besi(III) klorida menunjukkan struktur seperti molekul dalam fase cairnya). [62] Senyawa
anorganik dengan ion sederhana biasanya memiliki ion kecil, dan dengan demikian memiliki
titik lebur yang tinggi, begitu juga padatannya pada suhu kamar. Bagaimanapun, beberapa zat
dengan ion yang lebih besar, memiliki titik leleh di bawah atau mendekati suhu kamar (sering
didefinisikan sampai dengan 100 °C), dan disebut cairan ionik.[63] Ion dalam cairan ionik
seringkali memiliki distribusi muatan yang tidak rata, atau substituen besar seperti rantai
hidrokarbon, yang juga berperan dalam menentukan kekuatan interaksi dan kecenderungan
untuk meleleh.[64]

Bahkan ketika struktur lokal dan ikatan padatan ionik cukup terganggu untuk melelehkannya,
masih ada gaya tarik elektrostatik jarak jauh yang kuat yang menahan cairan bersama-sama dan
mencegah ion mendidih untuk membentuk fasa gas. [65] Ini berarti bahwa cairan ionik suhu
kamar sekalipun memiliki tekanan uap rendah, dan memerlukan suhu yang jauh lebih tinggi
untuk mendidih.[65] Titik didih menunjukkan kecenderungan serupa pada titik leleh dalam hal
ukuran ion dan kekuatan interaksi lainnya. [65] Bila diupkan, ionnya masih belum terbebaskan
satu sama lain. Misalnya, dalam fase uap natrium klorida berada sebagai "molekul" diatomik. [66]

Kerapuhan

Sebagian besar senyawa ionik sangat rapuh. Begitu mereka mencapai batas kekuatan mereka,
mereka tidak dapat diubah bentuknya dengan jalan ditempa, karena keselarasan ion positif dan
negatif harus dijaga ketat. Sebaliknya material mengalami fraktur melalui pembelahan.[67] Ketika
suhu dinaikkan (biasanya mendekati titik leleh) terjadi transisi lentur–rapuh, dan aliran plastik
menjadi dimungkinkan oleh gerak dislokasi.[67][68]

Kompresibilitas

Kompresibilitas senyawa ion sangat ditentukan oleh strukturnya, dan khususnya bilangan
koordinasinya. Misalnya, halida dengan struktur cesium klorida (bilangan koordinasi 8) kurang
termampatkan dibandingkan dengan struktur natrium klorida (bilangan koordinasi 6), dan
kurang lagi dibandingkan dengan bilangan koordinasi 4.[69]

Kelarutan

Bila senyawa ion larut, ion individu terdisosiasi


dan tersolvasi dengan pelarut dan terdispersi
di seluruh larutan yang dihasilkan.[70] Karena
ion dilepaskan ke dalam larutan saat
dilarutkan, dan dapat membawa muatan,
senyawa ion terlarut adalah kelas elektrolit
kuat yang paling umum, dan larutannya
memiliki konduktivitas listrik tinggi.[71]
Kelarutan berbagai senyawa ion dalam air sebagai fungsi suhu. Telah disertakan beberapa
senyawa yang menunjukkan perilaku kelarutan yang tidak biasa.

Kelarutan paling tinggi adalah dalam pelarut polar (seperti air) atau cairan ionik, namun
cenderung rendah pada pelarut nonpolar (seperti bensin).[72] Hal ini terutama karena interaksi
ion–dipol yang dihasilkan secara signifikan lebih kuat daripada interaksi dipol yang diinduksi ion,
sehingga panas larutan lebih tinggi. Ketika ion-ion yang bermuatan berlawanan pada kisi ionik
padat dikelilingi oleh kutub yang berlawanan dari molekul polar, ion-ion padat dikeluarkan dari
kisi dan masuk ke dalam cairan. Jika energi solvasi melebihi energi kisi, perubahan entalpi
bersih negatif dari larutan memberikan dorongan termodinamika untuk menghilangkan ion dari
posisi mereka di dalam kristal dan larut dalam cairan. Selain itu, perubahan entropi larutan
biasanya positif untuk zat terlarut padat seperti senyawa ionik, yang berarti kelarutannya
meningkat saat suhu meningkat. [73] Ada beberapa senyawa ionik yang tidak biasa seperti
serium(III) sulfat, dimana perubahan entropi ini negatif, karena adanya pengurutan ekstra yang
diinduksi dalam air terhadap larutan, dan kelarutannya berkurang seiring dengan suhu. [73]

Konduktivitas listrik

Meskipun senyawa ionik mengandung atom atau cluster bermuatan, bahan ini biasanya tidak
mengalirkan listrik sampai batas tertentu dalam bentuk padatannya. Agar dapat
menghantarkan listrik, partikel bermuatan harus dalam kondisi bergerak dan tidak hanya diam
dalam kisi kristal. Hal ini dapat dicapai sampai tingkat tertentu pada suhu tinggi ketika
konsentrasi cacat meningkatkan mobilitas ionik dan konduktivitas ionik benda padat  (en)
teramati. Ketika senyawa ionik tersebut dilarutkan dalam cairan atau dilebur menjadi cairan,
mereka dapat menghantarkan listrik karena ionnya benar-benar bergerak. [74] Konduktivitas yang
diperoleh pada saat dilarutkan atau dilelehkan ini kadang-kadang digunakan untuk
mendefinisikan karakteristik senyawa ionik.[75]

Pada beberapa senyawa ionik yang tidak umum: konduktor ion cepat, dan kaca ionik,[52] satu
atau lebih komponen ioniknya memiliki mobilitas yang signifikan, sehingga memungkinkan
konduktivitas meskipun material tetap dalam kondisi padat. [76] Hal ini sering tergantung suhu,
dan mungkin merupakan hasil dari perubahan fase atau konsentrasi defek yang tinggi. [76] Bahan-
bahan ini digunakan di semua superkapasitor benda padat, baterai, dan sel bahan bakar, dan
dalam berbagai jenis sensor kimia.[77][78]

Warna
Kobalt(II) klorida anhidrat CoCl2 Kobalt (III) klorida heksahidrat CoCl2·6H2O

Warna senyawa ionik seringkali berbeda dengan warna larutan berair yang mengandung ion
penyusunnya,[79] atau dengan bentuk hidratnya dari senyawa yang sama.[14]

Anion dalam senyawa dengan ikatan dengan karakter paling ionik cenderung tidak berwarna
(dengan pita absorpsi di bagian spektrum ultraviolet).[80] Dalam senyawa dengan karakter
kurang ionik, warna mereka semakin tajam melalui kuning, oranye, merah dan hitam (karena
pita serapan bergeser ke panjang gelombang yang lebih panjang ke dalam spektrum sinar
tampak).[80]

Pita absorpsi kation sederhana bergeser ke arah panjang gelombang yang lebih pendek saat
mereka lebih banyak terlibat dalam interaksi kovalen. [80] Hal ini terjadi selama hidrasi ion logam,
sehingga senyawa ionik anhidrat yang tidak berwarna dengan anion yang menyerap inframerah
dapat menjadi beraneka warna dalam larutannya. [80]

Kegunaan

Senyawa ionik telah lama memiliki beragam kegunaan dan aplikasi. Banyak mineral bersifat
ionik.[81] Manusia telah mengolah garam biasa (natrium klorida) selama lebih dari 8000 tahun,
awal mulanya digunakan sebagai bumbu makanan dan pengawet, dan sekarang juga merambah
bidang manufaktur, pertanian, pengkondisian air, untuk awapengesan jalan, dan banyak
kegunaan lainnya.[82] Banyak senyawa ionik digunakan di masyarakat sehingga mereka
menggunakan nama umum yang tidak terkait dengan identitas kimia mereka. Contohnya
termasuk boraks, kalomel, susu magnesia, asam muriatat, minyak vitriol, sendawa, dan kapur
mati.[83]

Senyawa ionik yang mudah larut seperti garam dapat dengan mudah dilarutkan untuk
menghasilkan larutan elektrolit. Ini adalah cara sederhana untuk mengendalikan konsentrasi
dan kekuatan ion. Konsentrasi zat terlarut mempengaruhi banyak sifat koligatif, termasuk
meningkatkan tekanan osmotik, menurunkan titik beku dan menaikkan titik didih.[84] Oleh
karena zat terlarut adalah ion bermuatan, maka mereka juga meningkatkan konduktivitas listrik
larutan.[85] Kekuatan ion yang meningkat mengurangi ketebalan lapisan ganda listrik di sekitar
partikel koloid, dan juga stabilitas emulsi dan suspensi.[86]

Identitas kimia dari ion yang ditambahkan juga penting dalam banyak kegunaan. Misalnya,
senyawa yang mengandung fluorida dilarutkan untuk memasok ion fluorida pada fluoridasi air.
[87]
Senyawa ion padat telah lama digunakan sebagai pigmen cat, dan tahan terhadap pelarut
organik, namun peka terhadap keasaman atau kebasaan. [88] Sejak 1801 piroteknisi telah
menggambarkan dan banyak menggunakan senyawa ionik yang mengandung logam sebagai
sumber warna dalam kembang api. [89] Di bawah panas yang hebat, elektron dalam ion logam
atau molekul kecil dapat tereksitasi.[90] Elektron ini kemudian kembali ke keadaan berenergi
lebih rendah, dan melepaskan cahaya dengan karakteristik spektrum warna dari spesies yang
ada.[91][92]

Dalam kimia, senyawa ionik sering digunakan sebagai prekursor untuk sintesis zat padat suhu
tinggi.[93]

Banyak logam yang secara geologis paling melimpah, mengandung senyawa ion dalam bijihnya.
[94]
Untuk mendapatkan unsurnya, bijih ini diproses dengan peleburan atau elektrolisis, yang
melibatkan reaksi redoks (seringkali dengan reduktor seperti karbon) sehingga ion logam
mendapatkan elektron menjadi atom netral.[95][96]

Tata nama

Menurut tata nama yang direkomendasikan oleh IUPAC, senyawa ionik dinamai sesuai
komposisi mereka, bukan strukturnya.[97] Dalam kasus yang paling sederhana dari senyawa ionik
biner tanpa ambiguitas yang mungkin timbul berkenaan dengan muatan dan stoikiometrinya,
nama umum ditulis menggunakan dua kata.[98] Nama kation (nama unsur yang tidak
dimodifikasi untuk kation monatomik) muncul lebih dulu, diikuti dengan nama anion. [99][100]
Sebagai contoh, MgCl2 diberi nama magnesium klorida, dan Na2SO4 diberi nama natrium sulfat
(SO2−4, sulfat, adalah contoh ion poliatomik). Untuk mendapatkan rumus empiris dari nama-
nama ini, stoikiometrinya dapat disimpulkan dari muatan ionnya, dan persyaratan netralitas
muatan keseluruhan.

Jika ada beberapa kation dan/atau anion yang berbeda, awalan multiplikasi (di-, tri-, tetra-, ...)
sering diperlukan untuk menunjukkan komposisi relatif,[101] dan kation kemudian anion
dicantumkan dalam urutan sesuai abjad.[102] Sebagai contoh, KMgCl3 diberi nama kalium
magnesium triklorida untuk membedakannya dari K2MgCl4, dikalium magnesium tetraklorida[103]
(perhatikan bahwa baik dalam rumus empiris dan nama tertulis, kation muncul dalam urutan
abjad, namun urutannya bervariasi antara keduanya karena lambang untuk kalium adalah K).
[104]
Bila salah satu ion sudah memiliki awalan multiplikatif dalam namanya, digunakan awalan
multiplikatif alternatif (bis-, tris-, tetrakis-, ...).[105] Sebagai contoh, Ba(BrF4)2 diberi nama barium
bis(tetrafluoridobromat).[106]

Senyawa yang mengandung satu atau lebih unsur yang dapat berada dalam berbagai
muatan/tingkat oksidasi akan memiliki stoikiometri yang bergantung pada keadaan oksidasi
yang ada, untuk memastikan netralitas secara keseluruhan. Hal ini dapat ditunjukkan dalam
nama dengan menentukan tingkat oksidasi dari unsur-unsur yang ada, atau muatan ionnya. [106]
Karena risiko ambiguitas dalam mengalokasikan tingkat oksidasi, IUPAC lebih memilih indikasi
langsung jumlah muatan ionik.[106] Ini ditulis sebagai bilangan bulat dalam angka arab diikuti
oleh tanda (... , 2−, 1−, 1+, 2+, ...) dalam tanda kurung secara langsung setelah nama kation
(tanpa spasi yang memisahkannya).[106] Sebagai contoh, FeSO4 diberi nama besi(2+) sulfat
(dengan muatan 2+ pada ion Fe2+ yang menyeimbangkan muatan 2− pada ion sulfat), sedangkan
Fe2(SO4)3 dinamakan besi(3+) sulfat (karena dua ion besi di setiap unit formula masing-masing
memiliki muatan 3+, untuk menyeimbangkan muatan 2− pada masing-masing tiga ion sulfat).
[106]
Tata nama Stock, masih umum digunakan, menulis bilangan oksidasi dalam angka Romawi
(... , −II, −I, 0, I, II, ...). Jadi contoh yang diberikan di atas masing-masing dinamakan besi(II) sulfat
dan besi(III) sulfat.[107] Untuk ion sederhana muatan ion dan bilangan oksidasi identik, namun
untuk ion poliatomik seringkali berbeda. Misalnya, ion uranil(2+), UO2+2, memiliki uranium
dengan tingkat oksidasi +6, jadi akan disebut ion dioksouranium(VI) dalam tata nama Stok. [108]
Sebuah sistem penamaan yang lebih tua untuk kation logam, juga masih banyak digunakan,
menambahkan akhiran -o dan -i ke akar bahasa Latin dari nama tersebut, untuk memberi nama
khusus untuk tingkat oksidasi rendah dan tinggi.[109] Misalnya, skema ini menggunakan "fero"
dan "feri", masing-masing untuk besi(II) dan besi(III), [109] sehingga contoh yang diberikan di atas
secara klasik dinamakan fero sulfat dan feri sulfat.

Garam (kimia)

Natrium klorida (NaCl) adalah bahan utama garam dapur

Dalam ilmu kimia, garam adalah senyawa ionik yang terdiri


dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion), sehingga
membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Garam
terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa. Komponen kation
dan anion ini dapat berupa senyawa anorganik seperti
klorida (Cl−), dan bisa juga berupa senyawa organik seperti
asetat (CH3COO−) dan ion monoatomik seperti fluorida (F−),
serta ion poliatomik seperti sulfat (SO42−). Natrium klorida
(NaCl), bahan utama garam dapur adalah suatu garam.

Ada banyak macam-macam garam. Garam yang terhidrolisa dan membentuk ion hidroksida
ketika dilarutkan dalam air maka dinamakan garam basa. Garam yang terhidrolisa dan
membentuk ion hidronium di air disebut sebagai garam asam. Garam netral adalah garam yang
bukan garam asam maupun garam basa. Larutan Zwitterion mempunyai sebuah anionik dan
kationik di tengah di molekul yang sama, tetapi tidak disebut sebagai garam. Contohnya adalah
asam amino, metabolit, peptida, dan protein.

Larutan garam dalam air (Misalnya natrium klorida dalam air) merupakan larutan elektrolit,
yaitu larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Cairan dalam tubuh makhluk hidup
mengandung larutan garam, misalnya sitoplasma dan darah. Tapi, karena cairan dalam benda
ini juga mengandung banyak ion-ion lainnya, maka tidak akan membentuk garam setelah airnya
diuapkan.

Ciri-ciri
Warna

Kalium dikromat, garam berwarna jingga yang digunakan sebagai pigmen

Mangan dioksida, garam yang berwarna hitam

Garam dapat berwarna cerah dan transparan (contohnya natrium klorida), Buram, dan kadang
juga berwarna metalik dan berkilau (Besi disulfida).

Garam dapat berwarna macam-macam, seperti misalnya di bawah ini:

 kuning (natrium kromat),


 jingga (kalium dikromat),
 merah (kalium ferisianida),
 mauve (kobalt klorida heksahidrat),
 biru (tembaga sulfat pentahidrat, ferric hexacyanoferrate),
 ungu (kalium permanganat),
 hijau (nikel klorida heksahidrat),
 putih (natrium klorida/garam dapur),
 tidak berwarna (Magnesium Sulfate Heptahidrat) dan
 hitam (mangan dioksida).
Rasa

Di semua garam, ada 5 rasa berbeda, yaitu: asin (natrium klorida), manis (timbal (II) asetat,
beracun kalau sampai tertelan), asam (kalium bitartrat), pahit (magnesium sulfat), dan gurih
(monosodium glutamat).

Bau

Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat ("garam kuat") biasanya stabil dan tidak
berbau, sedangkan garam yang terbentuk dari asam lemah maupun basa lemah ("garam
lemah") lebih berbau karena disebabkan oleh asam konjugasinya (contohnya asetat (asam
asetat) pada (cuka) dan sianida seperti hidrogen sianida) atau bisa juga karena basa
konjugasinya (contohnya garam amonium seperti amonia). Dekomposisi parsial ini bisa
dipercepat dengan penambahan air, karena hidrolisis merupakan setengah bagian lain dari
reaksi reversibel yang membentuk garam lemah.

Ion

Nama-nama garam diawali dengan nama ion kation (contohnya, natrium atau amonium) diikuti
dengan nama ion anion (contohnya, klorida atau asetat).

Ion yang termasuk kation diantaranya:

Besi (II) oksida (FeO) Besi (III) oksida (Fe2O3)

Besi (III) oksida (Fe2O3)

 Amonium NH4+
 Kalsium Ca2+
 Besi Fe2+ and Fe3+
 Magnesium Mg2+
 Kalium K+
 Pyridinium C5H5NH+
 Quaternary ammonium NR4+
 Natrium Na+

Ion yang termasuk anion termasuk:

 Asetat CH3COO− (asam asetat)


 Karbonat CO32− (asam karbonat)
 Klorida Cl− (asam klorida)
 Sitrat HOC(COO−)(CH2COO−)2 (asam sitrat)
 Sianida C≡N− (asam sianida)
 Hidroksida OH− (air)
 Nitrat NO3− (asam nitrat)
 Nitrit NO2− (asam nitrit)
 Oksida O2− (air)
 Fosfat PO43− (asam fosfat)
 Sulfat SO42− (asam sulfat)

Pembentukan garam

Timbal(II) sulfat (PbSO4)

Reaksi kimia untuk menghasilkan garam antara lain:

1. Reaksi antara asam dan basa, misalnya asam klorida (HCl) + amoniak (NH3) → amonium klorida
(NH4Cl).
2. Reaksi antara logam dan asam kuat encer, misalnya Mg + 2 HCl → MgCl 2 + H2. Keterangan:
logam mulia umumnya tidak bereaksi dengan cara ini.
3. Reaksi antara logam dan nonlogam, misalnya, Ca + Cl2 → CaCl2
4. Reaksi antara basa dan oksida asam, misalnya, 2 NaOH + Cl2O → 2 NaClO + H2O
5. Reaksi antara asam dengan oksida basa, misalnya, 2 HNO3 + Na2O → 2 NaNO3 + H2O
6. Garam juga dapat dibentuk apabila 2 garam yang berbeda dicampur. Ion-ion mereka akan
membentuk campuran baru, misalnya:

Pb(NO3)2(aq) + Na2SO4(aq) → PbSO4(s) + 2 NaNO3(aq)

Oksida

Oksida, seperti besi oksida atau karat, Fe2O3, terbentuk ketika oksigen bergabung dengan unsur lainnya

Oksida adalah senyawa kimia yang sedikitnya mengandung sebuah atom oksigen serta
sedikitnya sebuah unsur lain. Sebagian besar kerak bumi terdiri atas oksida. Oksida terbentuk
ketika unsur-unsur dioksidasi oleh oksigen di udara. Pembakaran hidrokarbon menghasilkan
dua oksida utama karbon, karbon monoksida, dan karbon dioksida. Bahkan materi yang
dianggap sebagai unsur murni pun seringkali mengandung selubung oksida. Misalnya
aluminium foil memiliki kulit tipis Al2O3 yang melindungi foil dari korosi. Oksida-oksida dari unsur-
unsur periode 3:

Na2O MgO Al2O3 SiO2 P4O10 SO3 Cl2O7 P4O6 SO2 Cl2O

Oksida-oksida pada barisan pertama dikenal sebagai oksida-oksida tertinggi dari tiap unsur.
Oksida-oksida ini adalah saat di mana unsur-unsur periode 3 berada pada keadaan oksidasi
tertinggi. Pada oksida-oksida ini, semua elektron terluarnya terlibat dalam pembentukkan
ikatan mulai dari natrium yang hanya memiliki satu elektron terluar hingga klor dengan 7
elektron terluar.

Struktur
Kecenderungan pada struktur adalah dari oksida logam mengandung struktur ionik raksasa
pada bagian kiri periode, oksida kovalen raksasa (silikon dioskida) pada bagian tengah dan
oksida molekuler di bagian kanan periode.

Titik leleh dan titik didih

Struktur raksasa (oksida logam dan silikon dioksida) memiliki titik leleh dan titik didih yang
tinggi karena dibutuhkan energi yang besar untuk memutuskan ikatan yang kuat (ionik atau
kovalen) yang bekerja pada tiga dimensi.

Oksida-oksida fosfor, sulfur dan klor terdiri dari molekul-molekul individual, beberapa di
antaranya kecil dan sederhana, dan yang lainya berupa polimer.

Gaya tarik menarik antar molekul-molekul ini berupa dispersi / penyebaran gaya van der Waals
dan interaksi dipol-dipol. Ukuran yang bermacam-macam ini tergantung pada ukuran, bentuk
dan polaritas dari masing-masing molekul, tetapi akan selalu lebih lemah daripada yang
dibutuhkan untuk memutuskan ikatan ionik atau kovalen pada struktur raksasa.

Oksida-oksida ini cenderung menjadi gas, cairan atau padatan dengan titik leleh rendah.

Daya hantar arus listrik

Tidak ada di antara oksida-oksida ini yang memiliki elektron bebas atau yang dapat bergerak. Ini
berarti bahwa tidak ada satupun dari oksida-oksida ini yang dapat menghantarkan arus listrik
dalam keadaan padatnya.

Oksida-oksida ini dapat mengalami elektrolisis jika dicairkan. Oksida-oksida ini dapat
menghantarkan arus listrik karena adanya pergerakan ion-ion menuju elektrode dan pelepasan
muatan ion-ion saat mencapai elektrode.

Oksida-oksida logam

Struktur

Oksida-oksida natrium, magnesium dan alumunium terdiri dari struktur raksasa yang
mengandung ion-ion logam dan ion-ion oksida. Magnesium oksida memiliki struktur seperti
NaCl. Dua yang lainnya memiliki struktur yang lebih rumit yang berada di luar cakupan silabus
pada tingkat ini.

Titik leleh dan titik didih

Terdapat gaya tarik menarik yang kuat antara ion-ion pada masing-masing oksida dan gaya tarik
menarik ini membutuhkan energi yang besar untuk diputuskan. Oleh karena itulah oksida-
oksida ini memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi.
Daya hantar arus listrik

Tidak ada satupun dari oksida-oksida logam periode 3 dapat menghantarkan arus listrik pada
keadaan padatnya, tetapi elektrolisis mungkin dilakukan jika dicairkan. Cairannya dapat
menghantarkan arus listrik karena adanya pergerakan dan perubahan muatan ion-ion yang ada.

Contoh pentingnya adalah elektrolisis alumunium oksida dalam pembuatan alumunium.


Apakah kita dapat mengelektrolisis cairan natrium oksida itu tergantung pada cairan /
lelehannya apakah menyublim atau terurai pada keadaan biasa atau tidak. Jika menyublim,
maka tak akan didapatkan cairan untuk dielektrolisis.

Magnesium dan alumunium oksida memiliki titik leleh yang sangat tinggi sehingga sulit untuk
dielektrolisis dalam laboratorium sederhana.

Silikon dioksida (silikon (IV) oksida)

Struktur

Elektronegatifitas / keelektronegatifan dari unsur-unsur meningkat sepanjang periode dari kiri


ke kanan, dan pada silikon, beda elektronegatifitas antara silikon dan oksigen tidak cukup besar
untuk membentuk ikatan ionik. Silikon dioksida memiliki struktur kovalen raksasa..

Terdapat tiga bentuk silikon dioksida yang berbeda. Yang paling mudah diingat dan
digambarkan adalah struktur yang mirip intan.

Kristal silikon memiliki struktur yang sama dengan intan. Untuk mengubahnya menjadi silikon
dioksida, perlu dilakukan perubahan struktur silikon dengan menyisipkan beberapa atom
oksigen.

Perhatikan bahwa masing-masing atom silikon dengan atom silikon tetangganya dijembatani
oleh atom oksigen. Jangan lupakan bahwa ini hanya bagian kecil dari struktur raksasa dalam
tiga dimensi.

Titik leleh dan titik didih

Silikon dioksida memiliki titik leleh yang tinggi, bermacam-macam tergantung pada strukturnya
(ingat bahwa hanya satu dari tiga struktur yang mungkin), tetapi angkanya sekitar 1700 °C.
Ikatan kovalen silikon-oksigen yang sangat kuat harus diputuskan terlebih dahulu sebelum
meleleh. Silikon dioksida mendidih pada suhu 2230 °C.
Karena kita membicarakan tentang perbedaan bentuk ikatan, tidak berarti bila membandingkan
nilai ini dengan oksida logam yang lain. Lebih baik menyatakan bahwa karena oksida logam dan
silikon dioksida memiliki struktur raksasa, maka titik leleh dan titik didihnya tinggi.

Daya hantar arus listrik

Silikon dioksida tidak memiliki elektron-elektron atau ion-ion yang dapat bergerak sehingga
tidak dapat menghantarkan arus listrik, baik dalam bentuk padatan maupun cairannya.

Oksida molekuler

Fosfor, sulfur dan klor semuanya membentuk oksida yang terdiri dari molekul-molekulnya.
Beberapa dari molekul-molekul ini sederhana dan lainnya merupakan polimer. Kita hanya akan
membahas molekul sederhana.

Titik leleh dan titik didih dari oksida-oksida ini akan lebih rendah dari oksida logam dan silikon
dioksida. Gaya intermolekuler mengikat satu molekul dengan molekul yang lain melalui dispersi
gaya van der Waals atau interaksi dipol-dipol. Kekuatannya bermacam-macam tergantung pada
ukuran molekulnya.

Tak satupun dari oksida-oksida ini yang menghantarkan arus listrik baik sebagai padatan
maupun cairannya. Tak satupun yang mengandung ion-ion atau elektron-elektron bebas.

Oksida-oksida fosfor

Fosfor memiliki dua oksida yang umum, fosfor (III) oksida, P4O6, dan fosfor (V) oksida, P4O10.

Fosfor (III) oksida

Fosfor (III) oksida adalah padatan putih, meleleh pada 24 °C dan mendidih pada 173 °C.

Struktur dari molekul ini paling baik disusun dari molekul-molekul P4 yang tetrahedral.

Tarik bagian ini sehingga kita akan lihat ikatannya dan kemudian gantikan ikatannya dengan
ikatan baru yang menghubungkan atom-atom fosfor dengan atom-atom oksigen. Ini akan
membentuk V seperti pada air, tetapi tidak akan disalahkan bila menggambarnya dengan garis
lurus antara atom-atom fosfor, seperti contoh

Fosfor hanya menggunakan tiga elektron terluar (3 elektron p yang tidak berpasangan)
membentuk tiga ikatan dengan oksigen.

Fosfor (V) oksida


Fosfor (V) oksida juga berupa padatan putih yang dapat menyublim (berubah daripadat ke gas)
pada suhu 300 °C. Dalam kasus ini, fosfor menggunakan semua elektron terluar untuk
berikatan.

Padatan fosfor (V) oksida berada dalam beberapa bentuk berbeda, beberapa di antaranya
berbentuk polimer. Kita akan membahas bentuk molekuler sederhana dan ini juga berada
dalam keadaan gas.

Ini mudah digambarkan dengan menggambar P4O6 terlebih dahulu. Empat atom oksigen yang
lain diikatkan pada empat atom fosfor melalui ikatan rangkap.

Oksida-oksida sulfur

Sulfur membentuk dua oksida yang umum, sulfur dioksida (sulfur (IV) oksida), SO2, dan sulfur
trioksida (sulfur (VI) oksida), SO3.

Sulfur dioksida

Sulfur dioksida adalah gas yang tak berwarna pada suhu ruangan yang mudah dikenal dengan
bau yang khas / mencekik. Ini terdiri dari molekul sederhana SO2 .

Sulfur menggunakan empat elektron terluarnya untuk membentuk ikatan rangkap dengan
oksigen, menyisakan dua elektron yang berpasangan pada sulfur. Bentuk bengkok dari SO2
adalah akibat dari adanya pasangan elektron bebas ini.

Sulfur trioksida

Sulfur trioksida murni merupakan padatan putih dengan titik leleh dan titik didih yang rendah.
Sulfur trioksida bereaksi cepat dengan uap air di udara membentuk asam sulfat. Ini berarti
bahwa jika kita membuatnya di laboratorium, maka akan tampak sebagai padatan dengan asap
di udara (membentuk kabut asam sulfat).

Sulfur trioksida dalam keadaan gas, terdiri dari molekul sederhana SO3 di mana semua elektron
terluar dari sulfur terlibat dalam pembentukkan ikatan.

Terdapat bermacam-macam bentuk sulfut trioksida. Yang paling sederhana adalah trimer,
S3O9, di mana 3 molekul SO3 bergabung membentuk cincin.

Terdapat bentuk polimer lainnya di mana molekul SO3 bergabung membentuk rantai panjang.
Sebagai contoh:

Kenyataanya molekul-molekul sederhana bergabung dengan cara ini membentuknya struktur


yang lebih besar membentuk padatan SO3
Klor oksida

Klor membentuk beberapa oksida. Disini kita hanya membahas dua di antaranya yaitu klor (I)
oksida, Cl2O dan klor (VII) oksida, Cl2O7.

Klor (I) oksida

Klor (I) oksida adalah gas berwarna merah kekuningan pada suhu ruangan. Ini terdiri dari
molekul ionik sederhana.

Tidak ada yang mengejutkan tentang molekul ini dan sifat fisiknya hanya memperkirakan dari
ukuran molekulnya.

Klor (VII) oksida

Dalam klor (VII) oksida, klor menggunakan 7 elektron terluarnya untuk membentuk ikatan
dengan oksigen. Ini menghasilkan molekul yang lebih besar sehingga dapat diperkirakan bahwa
titik leleh dan titik didihnya lebih tinggi daripada klor (I) oksida.

Klor (VII) oksida adalah cairan seperti minyak yang tak berwarna pada suhu ruangan.

Pada diagram, digambarkan rumus struktur yang standar. Pada kenyataannya, bentuknya
adalah tetrahedral di sekitar kedua Cl dan berbentuk V di sekitar oksigen pusat.

Senyawa organik
Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon,
kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Studi mengenai senyawaan organik disebut kimia
organik. Banyak di antara senyawaan organik, seperti protein, lemak, dan karbohidrat,
merupakan komponen penting dalam biokimia.

Di antara beberapa golongan senyawaan organik adalah senyawa alifatik, rantai karbon yang
dapat diubah gugus fungsinya; hidrokarbon aromatik, senyawaan yang mengandung paling
tidak satu cincin benzena; senyawa heterosiklik yang mencakup atom-atom nonkarbon dalam
struktur cincinnya; dan polimer, molekul rantai panjang gugus berulang.

Pembeda antara kimia organik dan anorganik adalah ada/tidaknya ikatan karbon-hidrogen.
Sehingga, asam karbonat termasuk anorganik, sedangkan asam format, asam lemak pertama,
organik.

Nama "organik" merujuk pada sejarahnya, pada abad ke-19, yang dipercaya bahwa senyawa
organik hanya bisa dibuat/disintesis dalam tubuh organisme melalui vis vitalis - life-force.
Kebanyakan senyawaan kimia murni dibuat secara artifisial.

Penggolongan senyawa organik:

 Senyawa Siklik: Senyawa yang mempunyai rantai karbon tertutup.


 Senyawa Alifatik: Senyawa yang mempunyai rantai karbon terbuka.
 Senyawa Homosiklik: Senyawa siklik yang atom lingkarnya hanya tersusun oleh atom
karbon.
 Senyawa Heterosiklik: Senyawa siklik yang atom lingkarnya selain tersusun oleh atom C
(karbon) juga tersusun oleh atom lain, misalnya: O, N, dan S

Anda mungkin juga menyukai