Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KESEHATAN REPRODUKSI

FARADILAH TRISAGITA

P 102 23 030

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Kesehatan Reproduksi” ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Kesehatan
Reproduksi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Dengan perampungan makalah ini, diucapkan terima kasih kepada dosen pengampu
mata kuliah yang telah memberikan arahan serta dukungannya dan juga seluruh pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini.

menyampaikan terima kasih


kepada dosen pengajar mata
kuliah Kespro
yang telah membantu dan
memotivasi penulis dalam
pembuatan makalah ini.
Terima
kasih juga untuk semua
pihak yang telah membantu

ii
dalam pembuatan makalah
ini
sehingga dapat selesai seperti
yang
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca. Sadar akan banyaknya
kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini, oleh karena itu kritik maupun saran sangat
diharapkan. Dengan harapan makalah ini dapat diperbaiki sehingga menjadi lebih baik dan
bermanfaat.

Palu, 11 September 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
2.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi..........................................................................6
2.2 Hak yang Terkait dengan Kesehatan Reproduksi.................................................7
2.2.1 Kesehatan Seksual..............................................................................................7
2.2.2 Prinsip Dasar Kesehatan dalam Hak Seksual dan Reproduksi.....................7
2.3 Perilaku Seksual Remaja dan Kesehatan Reproduksi...........................................8
2.4 Abrotus.....................................................................................................................10
2.5 Infertilitas.................................................................................................................11
BAB III PENUTUP................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................13
3.2 Saran.........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini
sangat mendukung dalam kehidupan manusia di Indonesia bahkan di dunia,
penemuan yang setiap waktu terjadi dan para peneliti terus berusaha dalam
penelitiannya demi kemajuan dan kemudahan dalam beraktivitas.

Ilmu kedokteran khususnya ilmu kesehatan pun begitu cepat bekembang mulai
dari peralatan ataupun teori sehingga mendorong para pengguna serta spesialis tidak mau
ketinggalan untuk bisa memiliki dan memahami wawasan serta ilmu pengetahuan
tersebut.

Terkait ilmu kesehatan dalam hal ini, yaitu kesehatan reproduksi banyak sekali
teori-teori serta keilmuan yang harus dimiliki oleh para pakar atau spesialis kesehatan
reproduksi. Wilayah keilmuan tersebut sangat penting dimiliki demi mengemban
tugas untuk bisa menolong para pasien yang mana demi kesehatan, kesejahteraan dan
kelancaran pasien dalam menjalanakan kodratnya sebagai perempuan.

Pengetahuan kesehatan reproduksi bukan saja penting dimiliki oleh para bidan
atau spesialais tetapi sangat begitu penting pula dimiliki khususnya oleh para istri-
istri atau perempuan sebagai ibu atau bakal ibu dari anak-anaknya demi
kesehatan, dan kesejahteraan mereka.

Untuk itu, penulis dalam makalah ini bermaksud ingin memberikan


beberapa pengertian yang mudah-mudahan makalah ini bermanfaat untuk khalayak
pembaca khususnya para perempuan. Oleh karena itu penulis mengambil judul pada
makalah ini, yaitu “Kesehatan Reproduksi”.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan disajikan dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah pengertian dari kesehatan reproduksi?
2. Apa saja hak yang terkait dengan kesehatan reproduksi?
3. Apa yang dimaksud dengan perilaku seksual remaja dan kesehatan reproduksi?
4. Apa yang dimaksud dengan abrotus?

5
5. Apa yang dimaksud dengan infertilitas?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari kesehatan reproduksi.
2. Untuk mengetahui apa saja hak yang terkait dengan kesehatan reproduksi.
3. Untuk mengetahui definisi dari perilaku seksual remaja dan kesehatan reproduksi.
4. Untuk mengetahui definisi dari abrotus.
5. Untuk mengetahui definisi dari infertilitas.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU No. 23
Tahun 1992). Definisi ini sesuai dengan WHO, kesehatan tidak hanya berkaitan
dengan kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental dan sosial, ditambahkan lagi
(sejak deklarasi Alma Ata-WHO dan UNICEF) dengan syarat baru, yaitu: sehingga
setiap orang akan mampu hidup produktif, baik secara ekonomis maupun sosial.

Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial


yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang
berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya.
Kesehatan reproduksi berarti bahwa orang dapat mempunyai kehidupan seks yang
memuaskan dan aman, dan mereka memiliki kemampuan untuk bereproduksi dan
kebebasan untuk menentukan keinginannya, kapan dan frekuensinya. Kesehatan
reproduksi adalah sekumpulan metode, teknik dan pelayanan yang mendukung kesehatan
dan kesejahteraan reproduksi melalui pencegahan dan penyelesaian masalah kesehatan
reproduksi yang menyangkut kegiatan seksual, status kehidupan dan hubungan
perorangan, bukan semata konsultasi dan perawatan yang berkaitan dengan reproduksi
dan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks (Indah Dian Permata, 2017).

Sosial yang utuh pada segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran berasala
sistem reproduksi baik pria juga wanita. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
diusahakan dilakukan semenjak remaja. Sebab seseorang akan bisa mengenali kelainan
pada kesehatan reproduksinya sedini mungkin, terutama perihal menstruasi dan
perubahan pada tubuhnya (Kinanti, 2009). Remaja adalah suatu tahapan pertumbuhan
dan perkembangan manusia setelah melewati masa kanak-kanak. Data demografi
menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia, WHO
(1995) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia menurut Biro
Pusat Statistik (1999) kelompok remaja adalah sekitar 22% yang terdiri dari 50,9%
remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan (Nancy P, 2002).

7
2.2 Hak yang Terkait dengan Kesehatan Reproduksi
Membicarakah kesehatan reproduksi tidak terpisahkan dengan soal hak
reproduksi, kesehatan seksual dan hak seksual. Hak reproduksi adalah bagian dari hak
asasi yang meliputi hak setiap pasangan dan individual untuk memutuskan secara
bebas dan bertanggung jawab jumlah, jarak, dan waktu kelahiran anak, serta untuk
memiliki informasi dan cara untuk melakukannya.

2.2.1 Kesehatan Seksual


Kesehatan seksual yaitu suatu keadaan agar tercapai kesehatan reproduksi
yang mensyaratkan bahwa kehidupan seks seseorang itu harus dapat dilakaukan
secara memuaskan dan sehat dalam arti terbebas dari penyakit dan gangguan
lainnya. Terkait dengan ini adalah hak seksual, yakni bagian dari hak asasi
manusia untuk memutuskan secara bebas dan bertanggungjawab terhadap semua hal
yang berhubungan dengan seksualitas, termasuk kesehatan seksual dan reproduksi,
bebas dari paksaan, diskriminasi dan kekerasan.

2.2.2 Prinsip Dasar Kesehatan dalam Hak Seksual dan Reproduksi


a. Bodily integrity, hak atas tubuh sendiri, tidak hanya terbebas dari
siksaan dan kejahatan fisik, juga untuk menikmati potensi tubuh mereka
bagi kesehatan, kelahiran dan kenikmatan seks aman.
b. Personhood, mengacu pada hak wanita untuk diperlakukan sebagai aktor dan
pengambilan keputusan dalam masalah seksual dan reproduksi dan
sebagai subyek dalam kebijakan terkait.
c. Equality, persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dan antar perempuan
itu sendiri, bukan hanya dalam hal menghentikan diskriminasi gender,
ras, dan kelas melainkan juga menjamin adanya keadilan sosial dan
kondisi yang menguntungkan bagi perempuan, misalnya akses terhadap
pelayanan kesehatan reproduksi.
d. Diversity, penghargaan terhadap tata nilai, kebutuhan, dan prioritas yang
dimiliki oleh para wanita dan yang didefinisikan sendiri oleh wanita
sesuai dengan keberadaannya sebagai pribadi dan anggota masyarakat tertentu.
e. Ruang lingkup kesehatan reproduksi sangat luas yang mengacakup berbagai
aspek, tidak hanya aspek biologis dan permasalahannya bukan hanya bersifat
klinis, akan tetapi non klinis dan memasuki aspek ekonomi, politik, dan
sosial-budaya. Oleh karena itu diintroduksi pendekatan interdisipliner

8
(meminjam pendekatan psikologi, antropologi, sosiologi, ilmu kebijakan,
hukum dan sebagainya) dan ingin dipadukan secara integratif sebagai
pendekatan transdisiplin.

2.3 Perilaku Seksual Remaja dan Kesehatan Reproduksi


Masa remaja merupakan proses dari kanak-kanak menjadi dewasa yang ditandai
dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosi dan sosial (Aini, 2009). Saat anak
memasuki masa remaja akan mengalami perubahan yang dapat dilihat dari 3 dimensi
yaitu biologis, sosial dan kognitif (Marmi, 2013). Perkembangan biologis dan psikologis
remaja dipengaruhi oleh perkembangan lingkungan dan sosial. Faktor lingkungan sangat
berpengaruh terhadap perilaku reproduksi remaja terutamanya adalah faktor keluarga.
Remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah banyak di antara berasal
dari keluarga yang bercerai atau pernah cerai, keluarga dengan banyak konflik dan
perpecahan (Kinnaird dan Gerrard, 1986).

Salah satu contoh perubahan biologis yaitu pada remaja terjadinya masa pubertas
pada laki-laki ditandai dengan mimpi basah dan pada perempuan ditandai dengan
menstruasi. WHO menunjukkan kurangnya pengetahuan remaja tentang Kesehatan
reproduksi, sebanyak 19,2% remaja tidak tahu bahwa perempuan yang belum menstruasi
tidak dapat hamil dan sebanyak 8,8% remaja tidak mengetahui bahwa wanita dalam
masa subur dapat hamil jika melakukan hubungan seksual (WHO, 2012). Menjaga
kesehatan reproduksi pada masa remaja sangat krusial, Sebab di masa ini organ seksual
remaja sudah aktif. Menurut SDKI 2012 KRR memberikan tingkat pengetahuan remaja
perihal kesehatan reproduksi masih rendah dengan hasil 73,46% remaja laki-laki serta
75,6% remaja perempuan usia 15-19 tahun di indonesia tidak mengetahui pengetahuan
yang relatif tentang kesehatan reproduksi.

Generasi muda atau remaja ialah tulang punggung bangsa, yang diharapkan di
masa depan bisa meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini supaya lebih baik.
Sehingga dibutuhkan adanya pendidikan, baik pendidikan yang didapatkan di lembaga
formal atau informal. Pendidikan pada hakikatnya adalah alat untuk menyiapkan sumber
daya manusia yang bermoral dan berkualitas unggul. Dan sumber daya manusia tersebut
merupakan refleksi nyata dari apa yang telah pendidikan sumbangankan untuk kemajuan
atau kemunduran suatu bangsa (Simamora 2014). Apa yang telah terjadi pada Bangsa
Indonesia saat ini adalah sebagai sumbangan pendidikan nasional kita selama ini. Dalam

9
mempersiapkan generasi muda pula sangat tergantung pada kesiapan rakyat yakni
dengan eksistensi budayanya. Termasuk di dalamnya perihal pentingnya menyampaikan
filter perihal perilaku yang negatif. Banyak hal-hal buruk yang timbul jika kita
mengabaikan kesehatan reproduksi, menimbulkan permasalahan bagi mereka.
Permasalahan tersebut salah satunya yaitu resiko-resiko kesehatan reproduksi. Resiko-
resiko itu adalah seks bebas, kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), aborsi, penyakit
menular seksual (PMS), HIV/AIDS, kekerasan seksual, serta masalah keterbatasan akses
terhadap informasi dan pelayanan kesehatan (Rizki, 2012, Laksmiwati, 2003). Hal ini
sebenarnya tidak perlu terjadi bila mereka lebih memahami berbagai proses perubahan
yang akan terjadi pada dirinya sehingga lebih siap menghadapi persoalan pubertas,
seksualitas dan reproduksi (Ma’rufi et al., 2005).

Perilaku seksual remaja terdiri dari tiga buah kata yang memiliki pengertian
yang sangat berbeda satu sama lainya. Perilaku dapat di artikan sebagai respons
organisme atau respons seseorang terhadap stimulus (rangsangan) yang ada
(Notoatmojdo, 1993). Sedangakan seksual adalah rangsangan-rangsangan atau
dorongan yang timbul berhubungan dengan seks. Jadi perilaku seksual remaja adalah
tindakan yang dilakukan berhubungan dengan dorongan seksual yang datang baik
dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya.

Adanya penurunan usia rata-rata pubertas mendorong remaja untuk aktif secara
seksual lebih dini. Dan adanya presepsi bahwa dirinya memiliki resiko yang lebih
rendah atau tidak beresiko sama sekali yang berhubungan dengan perilaku seksual,
semakin mendorong remaja memenuhi memenuhi dorongan seksualnya pada saat
sebelum menikah. Persepsi seperti ini disebut youth vulnerability oleh Quadrel et. aL.
(1993) juga menyatakan bahwa remaja cenderung melakukan underestimate
terhadap vulnerability dirinya. Banyak remaja mengira bahwa kehamilan tidak akan
terjadi pada intercourse (sanggama) yang pertama kali atau dirinya tidak akan pernah
terinfeksi HIV/AIDS karena pertahanan tubuhnya cukup kuat.

Mengenai kesehatan reproduksi, ada beberapa konsep tentang kesehatan


reproduksi, namun dalam tulisan ini hanya akan dikemukakan dua batasan saja.
(ICPD dan Rai dan Nassim). Batasan kesehatan reproduksi menurut International
Conference on Population and Development (ICPD) hampir berdekatan dengan
batasan ‘sehat’ dari WHO. Kesehatan reproduksi menurut ICPD adalah keadaan sehat
jasmani, rohani, dan bukan hanya terlepas dari ketidakhadiran penyakit atau kecacatan

10
semata, yang berhubungan sistem fungsi, dan proses reproduksi (ICPD,1994).
Beberapa tahun sebelumnya Rai dan Nassim mengemukakan definisi kesehatan
reproduksi mencakup kondisi di mana wanita dan pria dapat melakukan hubungan
seks secara aman, dengan atau tanpa tujuan terjadinya kehamilan, dan bila kehamilan
diinginkan, wanita di mungkinkan menjalani kehamilan dengan aman, melahirkan
anak yang sehat serta di dalam kondisi siap merawat anak yang dilahirkan (Iskandar,
1995).

Dari kedua definisi kesehatan reproduksi tersebut ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan status kesehatan reproduksi seseorang, yaitu faktor sosial,
ekonomi, budaya, perilaku lingkungan yang tidak sehat, dan ada tidaknya fasilitas
pelayanan kesehatan yang mampu mengatasi gangguan jasmani dan rohani. Dan tidak
adanya akses informasi merupakan faktor tersendiri yang juga mempengaruhi
kesehatan reproduksi.

Perilaku seksual merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang sangat
berhubungan dengan kesehatan reproduksi seseorang. Pada pasal 7 rencana kerja
ICPD Kairo dicantumkam definisi kesehatan reproduksi menyebabkan lahirnya hak-hak
reproduksi. Berdasarkan pasal tersebut hak-hak reproduksi didasarkan pada pengakuan
akan hak-hak asasi semua pasangan dan pribadi untuk menentukan secara bebas dan
bertangung jawab mengenai jumlah anak, penjarangan anak (birth spacing), dan
menentukan waktu kelahiran anak-anak mereka dan mempunyai informasi dan cara
untuk memperolehnya, serta hak untuk menentukan standar tertinggi kesehatan seksual
dan reproduksi. Dalam pengertian ini ada jaminan individu untuk memperoleh seks
yang sehat di samping reproduksinya yang sehat (ICPD, 1994). Sudah barang tentu
saja kedua faktor itu akan sangat mempengaruhi tercapai atau tidak kesehatan
reproduksi seseorang, termasuk kesehatan reproduksi remaja.

2.4 Abrotus
Abortus buatan, abortus dengan jenis ini merupakan suatu upaya yang disengaja
untuk menghentikan proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu, dimana janin
(hasil konsepsi) yang dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia luar.

Secara garis besar ada 2 hal penyebab Abortus, yaitu :


1. Penyebab secara umum
a. Infeksi akut

11
 Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis
 Infeksi bakteri, misalnya streptokokus
 Parasit, misalnya malaria
b. Infeksi kronis
 Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
 Tuberkulosis paru aktif.
 Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
Penyebab paling sering terjadinya abortus dini adalah kelainan pertumbuhan
hasil konsepsi (pembuahan), baik dalam bentuk Zygote, embrio, janin maupun
placenta.

2. Alasan Abortus Provokatus


Abortus Provokatus ialah tindakan memperbolehkan pengaborsian
dengan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan
yang terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).
b. Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.
c. Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.
d. Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau
jika dengan adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit
keganasan lainnya pada tubuh seperti kanker payudara.
e. Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.
f. Telah berulang kali mengalami operasi caesar.
g. Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit
jantung organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis
paru aktif, toksemia gravidarum yang berat.
h. Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang
disertai komplikasi vaskuler, hipertiroid, dll.
i. Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.
j. Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.
k. Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada
kasus seperti ini sebelum melakukan tindakan abortus harus berkonsultasi
dengan psikiater.

12
2.5 Infertilitas
Sistem kesehatan reproduksi hingga mengalami kemandulan selama ini
diartikan sebagai kondisi yang hanya dialami oleh para wanita saja, padahal tidak
menutup kemungkinan kalau kaum pria sebanyak 40% juga mengalami kemandulan ini.
Banyak pengertian dari Infertilitas tapi pada intinya makna dari Infertilitas adalah sistem
kesehatan reproduksi yang terganggu dan menyebabkan ketidak mampuan
mempunyai seorang anak. Banyak yang sudah menikah selama bertahun tahun dan
belum juga di karunia momongan. Oleh karena itu sudah saatnya bagi pasangan yang
menikah lama dan belum memiliki anak untuk melakukan cek kesehatan
reproduksi, karena mungkin salah satu dari pasangan suami istri yang hingga saat
ini belum mendapatkan anak mengalami Infertilitas atau yang lebih dikenal dengan
kemandulan.

Infertilitas terbagi menjadi dua yaitu :


1. Infertilitas primer yaitu pasangan suami istri yang belum mampu memiliki anak
setelah satu tahun menikah.
2. Infertilitas sekunder yaitu pasangan suami istri yang pernah memiliki anak
sebelumnya tapi hingga saat ini belum mampu untuk mendapatkan anak lagi.

Pasangan suami istri dianggap Infertilitas karena sistem kesehatan reproduksi


salah satu pasangan ada yang terganggu. Hal ini dapat dimaklumi karena proses
pembuahan yang berujung pada kehamilan dan lahirnya janin ke dunia merupakan
kerjasama antara suami dan istri.

Makna dari kerjasama itu adalah suami yang mempunyai sistem dan fungsi
kesehatan reproduksi yang sehat dan mampu menghasilkan atau menyalurkan
spermatozoa ke organ reproduksi wanita, Istri yang memiliki sitem dan fungsi
reproduksi sehat dan mampu menghasilkan sel telur atau ovum yang dapat dibuahi oleh
spermatozoa dan mempunyai rahim sebagai tempat perkembangan janin, embrio sampai
bayi berusia cukup bulan dan dilahirkan. Apabila salah satu faktor tersebut tidak
dimiliki oleh salah satu pasangan, pasangan tersebut tidak akan mampu mempunyai
anak.

Pasangan suami istri dapat dikatakan Infertilitas jika selama kurun waktu satu
tahun menikah belum mendapatkan seorang nak. Demikian pengertian dari
infertilitsa. Yang harus disadari adalah langkah apa yang akan dilakukan apabila

13
salah satu pasangan mengalami Infertilitas atau tidak subur. Banyak pasangan yang
mengalami Infertilitas dan berhasil memiliki anak, jadi ketenangan dan berpikir
rasional adalah langkah awal yang tepat yang dapat dilakukan untuk mengatasi
Infertilitas sehingga kesehatan reproduksi dapat kita jaga.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesehatan reproduksi sangatlah penting untuk diketahui oleh para
perempuan bakal calon ibu ataupun laki-laki calon bapak. Oleh karena itu berdasarkan
uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa. Kesehatan reproduksi adalah keadaan
kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya
penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem
reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya. Hak reproduksi adalah bagian
dari hak asasi yang meliputi hak setiap pasangan dan individual untuk memutuskan
secara bebas dan bertanggung jawab jumlah, jarak, dan waktu kelahiran anak, serta
untuk memiliki informasi dan cara untuk melakukannya.

3.2 Saran
Dari pembahasan mengenai kesehatan reproduksi, diharapakan bagi semua
pembaca untuk lebih memahami lebih dalam mengenai hal tersebut karena dalam
pembahasannya terdapat banyak sekali pelajaran yang terkandung di dalamnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Djama, N. T. (2017). Kesehatan Reproduksi Remaja. Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate,


10(1), 30. https://doi.org/10.32763/juke.v10i1.15

Pengetahuan, T. (2015). Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi.


Family Edu: Jurnal Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, 1(2), 135–149.

Senja, A.O; Widiastuti, Y. P. I. (2020). The Level of Knowledge Adolescent About


Reproductive Health. Jurnal Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal,
12(1), 85–92.

Mariani, N. N., & Arsy, D. F. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual
Remaja Di Smp Negeri 15 Kota Cirebon Tahun 2017. Care : Jurnal Ilmiah Ilmu
Kesehatan, 5(3), 443. https://doi.org/10.33366/cr.v5i3.711

Mona Isabella Saragih, Amkeb, SKM. Materi Kesehatan Reproduksi. Akademi


Kebidanan YPIB Majalengka.

Laksmiwati, I. A. A. (2011). TRANSFORMASI SOSIAL DAN PERILAKU REPRODUKSI


REMAJA Ida Ayu Alit Laksmiwati. Journal of Marriage and the Family, 1–11.

Ardiyanti, Y. (2013). Pengaruh Peran Orang Tua terhadap Pengetahuan Remaja tentang
Kesehatan Reproduksi. Jurnal Kesehatan Komunitas, 2(3), 117–121.
https://doi.org/10.25311/keskom.vol2.iss3.57

Ilmiawati, H., & Kuntoro, K. (2017). Pengetahuan Personal Hygiene Remaja Putri pada
Kasus Keputihan. Jurnal Biometrika Dan Kependudukan, 5(1), 43.
https://doi.org/10.20473/jbk.v5i1.2016.43-51

Triyanto, E., Setiyani, R., & Wulansari, R. (2014). Pengaruh Dukungan Keluarga dalam
Meningkatkan Perilaku Adaptif Remaja Pubertas. Jurnal Keperawatan Padjadjaran,
v2(n1), 1–9. https://doi.org/10.24198/jkp.v2n1.1

Kesehatan, D., Di, R., & Buleleng, K. (2014). Pengetahuan, Sikap Dan Aktivitas Remaja
Sma Dalam Kesehatan Reproduksi Di Kecamatan Buleleng. KESMAS - Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 10(1), 33–42. https://doi.org/10.15294/kemas.v10i1.3068
Romulo, H. M., Noor Akbar, S., Mayangsari, M. D., Kunci, K., Pengetahuan, :, Reproduksi,
K., Seksual, P., & Awal, R. (n.d.). Peranan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Terhadap Perilaku Seksual Remaja Awal Role of Reproductive Health Knowledge
Towards Early Adolescents’ Sexual Behaviors.

Alkornia, S. (2018). Persepsi Orang Tua Mengenai Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan


Reproduksi Untuk Anak Usia Dini. Proceedings of The ICECRS, 1(3), 231–240.
https://doi.org/10.21070/picecrs.v1i3.1373

Keluarga, M. P. (2015). PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA


MELALUI PENDIDIKAN KELUARGA Farihah *). Jurnal Keluarga Sehat
Sejahtera, 13(26), 7–13.
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jkss/article/view/3591

Nurlaeli, H. (2020). Pentingnya Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas pada


Remaja Santri Putri Pondok Pesantren Watu Ringkel Darussalam-Karangpucung.
Jurnal Psikologi Perkembangan, 1(October 2013), 1–224.

Pratiwi, W. R., Hamdiyah, H., & Ainuddin, A. (2020). Deteksi Dini Masalah Kesehatan
Reproduksi Melalui Pos Kesehatan Remaja. JIPEMAS: Jurnal Inovasi Hasil
Pengabdian Masyarakat, 3(1), 87. https://doi.org/10.33474/jipemas.v3i1.5035

Simbolon, D. F. (2018). Kurangnya Pendidikan Reproduksi Dini Menjadi Faktor Penyebab


Terjadinya Pelecehan Seksual Antar Anak. Sumatera Law Review, 1(1), 43.
https://doi.org/10.22216/soumlaw.v1i1.3310

http://infokesehatandangizi.blogspot.com/2013/07/pengertian-dari-infertilitas.html. Diakses
pada 11 September 2023.

http://irdayantinasir.blogspot.com/2013/05/makalah-kesehatan-reproduksi-remaja.html.
Diakses pada 11 September 2023.

17

Anda mungkin juga menyukai