Anda di halaman 1dari 8

A.

Konsep Migrasi
Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu
tempat ke tempat lain melampaui batas politik / negara atau pun batas administratif /
batas bagian dalam suatu negara. Ada dua dimensi yang harus diperhatikan dalam
menelaah migrasi, yaitu dimensi waktu dan dimensi daerah. Untuk dimensi waktu,
ukuran yang pasti tidak ada karena sulit menentukan beberapa lama seseorang pindah
tempat tinggal untuk dapat dianggap sebagai seorang migran, tetapi biasanya
digunakan definisi yang ditentukan dalam sensus penduduk. Contoh : Sensus
penduduk tahun 1961 batasan waktu bagi penentuan migran adalah 3 bulan sedangkan
untuk sensus tahun 1971 dan 1980 batasannya 6 bulan.
Untuk dimensi daerah secara garis besarnya dibedakan perpindahan antar
negara yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain yang disebut
migrasi internasional. Sedangkan perpindahan yang terjadi dalam satu negara,
misalnya antar propinsi, antar kota/kabupaten, migrasi perdesaan ke perkotaan atau
satuan administratif lainnya yang lebih rendah daripada tingkat kabupaten, seperti
kecamatan, kelurahan dan seterusnya dikenal dengan migrasi intern. Contoh batasan
unit wilayah bagi migrasi di indonesia menurut Sensus 1961 dan Sensus 1971 dan
Sensus 1980 adalah propinsi.
Migrasi merupakan aktivitas pindahnya seseorang, sedangkan oranya yang
pindah tempat tinggal disebut migrant. Definisi migran menurut Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB) ”A migrant is a person who change his place of residence from one
political or administrative area to another”. Pengertian ini dikaitkan dengan pindah
tempat tinggal secara permanen sebab selain itu dikenal pula mover yaitu orang yang
pindah dari suatu alamat ke alamat lain.
Beberapa bentuk perpindahan tempat (mobilitas) antara lain :
1. Perubahan tempat yang bersifat rutin misalnya orang yang pulang balik kerja
(recurrent movement).
2. Perubahan tempat yang tidak bersifat sementara.
3. Perubahan tempat tinggal dengan tujuan menetap dan tidak akan kembali ke
tempat semula (non recurrent movement).

Mobilitas penduduk yang tidak bersifat menetap / jenis perpindahan yang


batasan waktunya lebih pendek antara lain :
1. Migrasi sirkuler atau migrasi musiman, yakni migrasi yang terjadi jika seseorang
berpindah tempat tetapi tidak bermaksud menetap di tempat tujuan.
2. Migrasi ulang-alik (commuter), yakni orang yang setiap hari meninggalkan
tempat tinggalnya pergi ke kota lain untuk bekerja atau berdagang dan sebagainya
tetapi pulang pada sore harinya.

Mengenai mobilitas ini dalam sosiologi menurut sifatnya dibedakan menjadi


mobilitas vertikal dan horisontal. Yang termasuk mobilitas horisontal adalah
perpindahan penduduk secara teritorial, spasial atau geografis. Sedangkan mobilitas
vertikal dikaitkan dengan perubahan statu sosial dengan melihat kedudukan generasi
misalnya kedudukan ayah.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Migrasi


Pada dasarnya ada dua faktor yang menyebabkan seseorang melakukan
migrasi yaitu faktor pendorong dan faktor penarik.
a. Faktor pendorong (push factor) :
1. Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti menurunnya daya
dukung lingkungan, menurunnya permintaan atas barang-barang tertentu yang
bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil tambang, kayu atau bahan
dari pertanian.
2. Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya tanah untuk
pertanian di perdesaan yang makin menyempit).
3. Adanya tekanan-tekanan politik, agama, suku sehingga mengganggu hak
azasi penduduk di daerah asal.
4. Alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan.
5. Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, musim
kemarau panjang atau adanya wabah penyakit.
b. Faktor penarik (pull factor) :
1. Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaiki taraf
hidup.
2. Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.
3. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, misalnya iklim,
perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnya.
4. Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat
kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim
di kota besar tersebut.

Menurut Everett S. Lee (1966) mengajukan empat faktor yang menyebabkan


orang mengambil keputusan untuk melakukan migrasi yaitu:

1. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal


2. Faktor-faktor yang terdapat di daerah Tujuan
3. Rintangan-rintangan yang menghambat
4. Faktor-faktor pribadi

C. Jenis-Jenis Migrasi
Ada beberapa jenis migrasi yang kiranya perlu diketahui yaitu :
1. Migrasi Masuk (In Migration)
Adalah masuknya penduduk ke suatu daerah tempat tujuan (area of destination).
2. Migrasi Keluar (Out Migration)
Adalah perpindahan penduduk keluar dari suatu daerah asal (area of origin).
3. Migrasi Neto (Net Migration)
Adalah selisih antara jumlah migrasi yang keluar dengan masuk. Jika migrasi
yang masuk lebih besar daripada migrasi yang keluar maka disebut migrasi neto
positif sedangkan jika migrasi keluar lebih besar dari pada migrasi masuk disebut
migrasi neto negatif.
4. Migrasi Bruto
Adalah jumlah migrasi masuk dan keluar.
5. Migrasi Total (Total Migration)
Adalah seluruh kejadian migrasi, mencakup migrasi semasa hidup (Life time
Migration) dan migrasi pulang (return migration).
6. Migrasi Internasional (International Migration)
Adalah perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain.
7. Migrasi Semasa Hidup (Life Time Migration)
Adalah migrasi berdasarkan tempat kelahiran.
8. Migrasi Parsial (Partial Migration)
Adalah jumlah migran kesuatu daerah tujuan dari suatu daerah asl atau daridaerah
asal kedaerah tujuan.
9. Arus Migrasi (Migration Stream)
Adalah jumlah atau banyaknya perpindahan yang terjadi dari daerah asal ke
daerah tujuan dalam jangka waktu tertentu.
10. Urbanisasi (Urbanization)
Definisi urbanisasi berbeda-beda antara suatu negara dengan negara lainnya,
tetapi biasanya pengertiannya berhubungan dengan kota atau daerah pemukiman
lain yang padat.
11. Transmigrasi (Transmigration)
Adalah salah satu bagian dari migrasi. Transmigrasi adalah pemindahan dan
kepindahan penduduk dari suatu tempat untuk menetap di tempat lain yang
ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia guna kepentingan pembangunan
negara atau karena alasan-alasan yang dipandang berdasarkan ketentuan yang
diatur dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 1972.
TEORI TENTANG MIGRASI

1. Teori Dorong-Tarik (Everet S. Leo)


Menurut Everet S. Leo migrasi dalam arti luas adalah perubahan tempat
tinggal secara permanen atau semi permanen. Disini tidak ada pembatasan, baik pada
jarak perpindahan maupun sifatnya, yaitu apakah perbedaan itu bersifat sukarela atau
terpaksa. Jadi migrasi adalah gerakan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain
dengan ada niatan menetap di daerah tujuan. Tanpa mempersoalkan jauh dekatnya
perpindahan, mudah atau sulit, setiap migrasi mempunyai tempat asal, tempat tujuan
dan bermacam-macam rintangan yang menghambat. Faktor jarak merupakan faktor
yang selalu ada dari beberapa faktor penghalang.
Dalam setiap daerah banyak sekali faktor yang mempengaruhi orang untuk
menetap di suatu tempat atau menarik orang untuk pindah ketempat itu. Beberapa
factor mempunyai pengaruh yang sama terhadap beberapa orang, sedangkan ada
factor yang mempunyai pengaruh berbeda terhadap seseorang. Perbedaan sikap antara
setiap migrant dan calon migrant terdapat factor positif dan factor negative, yang
terdapat baik di tempat asal maupun tujuan. Faktor positif (+) daerah asal berarti
mempunyai daya dorong terhadap seseorang untuk pergi meninggalkan daerah
tersebut, sebaliknya faktor positif di daerah tujuan berarti mempunyai daya tarik
terhadap seseorang untuk datang ke daerah tersebut. Sedangkan faktor negatif (-) di
daerah asal akan berfungsi sebagai penghambat seseorang untuk pindah ke daerah
lain. Begitu pula faktor negatif (-) di daerah tujuan adalah faktor yang tidak disenangi
oleh seseorang, dengan demikian juga akan menghambat masuknya seseorang ke
daerah tersebut. Faktor netral (0) pada dasarnya tidak berpengaruh terhadap seseorang
untuk bermigrasi. Penilaian seseorang terhadap suatu faktor tertentu dapat positif (+),
negatif (-), atau netral (0). Hal ini bergantung kepada keadaan pribadi orang tersebut
yang dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, kebutuhan dan sifat-sifat pribadi.
Begitu pula persepsi seseorang terhadap factor penghalang berbeda-beda dengan
orang lain. Beberapa jenis penghalang adalah jarak, penghalang alami, biaya
perjalanan, peraturan atau undang-undang imigrasi, dan besarnya anggota keluarga.
2. Teori Gravitasi Zipl-Zipl
Teori mengemukakan suatu model gravitasi klasik dalam kaitannya dengan
migrasi. Dikatakan bahwa jumlah migran di antara dua tempat adalah berbanding
lurus dengan hasil kali jumlah penduduk dua tempat tersebut dan berbanding terbalik
dengan jarak transportasi terpendek antara dua tempat itu. Secara matematis formula
Zipf adalah sebagai berikut :
Pi . Pj Mij = K Dij
Dimana :
Mij = jumlah migran suatu tempat antara i-j
Pi = Jumlah penduduk tempat i
Pj = Jumlah penduduk tempat j
Dij = Jarak transportasi terdekat antara tempat i dan j.
Lowry dan Rogers (dalam Jones 1981, 214) mengadakan modifikasi formula
Zipf dengan memasukkan unsure pendapatan perkapita, tingkat pengangguran dan
jumlah angkatan kerja, sehingga formula itu seperti tersebut di bawah ini :
Ui WSi LFi . LFj Mij = k . Ui WSj Dij
Dimana :
Mij = jumlah migran suatu tempat i ke j
U = tingkat pengangguran
LF = angkatan kerja
WS = income perkapita
Dij = jarak antara tempat i dan j
Teori Zipf serta Lowry dan Rogers yang matematis itu hanya dipergunakan
untuk menghitung jumlah migran antara dua tempat. Namun begitu teori ini
mangabaikan factor yang penting artinya bagi intensitas migrasi yaitu informasi
daerah tujuan dan hubungan dengan kawan atau famili yang telah tinggal lebih dahulu
di daerah tujuan. Untuk Indonesia hal ini sangat besar peranannya sebab beradanya
kawan atau famili di daerah tujuan mendorong seseorang untuk meninggalkan
daerahnya.
3. Teori Gravitasi Ravenstein
Ravenstein (1889) menguraikan pendapatnya tentang migrasi yang disusun
dalam hukum-hukum migrasi yang terkenal sampai sekarang. Di antaranya adalah
semakin jauh jarak, semakin berkurang volume migran. Teori ini dikenal sebagai
distance-decay theory. Setiap arus migrasi yang benar, akan menimbulkan arus balik
sebagai penggantinya. Adanya perbedaan desa dengan kota akan mengakibatkan
timbulnya migrasi. Wanita cenderung bermigrasi ke daerah-daerah yang dekat
letaknya. Kemajuan teknologi akan meningkatkan intensitas migrasi. Motif utama
migrasi adalah ekonomi. Teori-teori Ravenstein tersebut ternyata masih relevan
sampai sekarang, meskipun sudah satu abad yang lalu. Norris mengembangkan lebih
lanjut hukum Ravenstein dan teori Lee, dengan memasukkan factor kesempatan
antara (intervening opportunities) yang terdapat di antara daerah asal dan daerah
tujuan. Norris berpendapat bahwa fenomena migrasi merupakan interaksi keruangan,
yaitu interaksi antara daerah asal dan daerah tujuan. Namun juga diakui akan
pentingnya faktor penghalang yang terdapat di antara daerah asal dan daerah tujuan.
4. Teori migrasi Jones (1981)
Dalam bukunya Jones mendiskripsikan bahwa migrasi merupakan salah satu
proses modernisasi. Jones juga berpendapat bahwa meningkatnya modernisasi tidak
saja akan menarik penduduk dari daerah lain tetapi juga akan mempertinggi motivasi
penduduk di daerah itu untuk bermigrasi, karena semakin meningkatnya pendidikan
sarana transportasi dan komunikasi. Hal ini terjadi karena untuk bermigrasi sarananya
semakin mudah dengan adanya perkembangan di bidang teknologi transportasi dan
juga teknologi komunikasi.
5. Teori Ida Bagus Mantra (1978)
Dalam kesimpulan hasil penelitiannya di Yogyakarta memperkuat pendapat
bahwa aspek ekonomi merupakan alasan utama dari migrasi. Ia mengatakan bahwa
rata-rata pemilikan tanah pertanian di daerah penelitiannya di Kadirojo sebesar 0,126
ha., sedangkan di Piring sebesar 0,086 ha/keluarga. Sempitnya tanah pertanian
mendorong penduduk pergi meninggalkan desanya. Sehingga dapat dikatakan bahwa
factor ekonomi adalah alasan utama orang bermigrasi.
6. Teori Lewis Fei Ranis
Dalam model ini ekonomi yang belum berkembang terdiri dari dua sektor,
yaitu: Sektor subsistem pertanian yang tradisional dengan ciri produktivitas nol atau
rendah sekali. Sektor industri modern di kota dengan produktivitas tinggi yang mana
tenaga kerjanya merupakan transfer secara gradual dari sektor subsistem Jumlah
transfer tenaga kerja dan tingkat pertumbuhan lapangan kerja berkaitan dengan
perluasan industri. Cepatnya transfer tenaga kerja dan pertumbuhan lapangan kerja
berkaitan dengan perluasan industri. Cepatnya transfer tenaga kerja dan pertumbuhan
lapangan kerja ini bergantung kepada besarnya investasi. Diasumsikan bahwa semua
keuntungan yang diperoleh, diinvestasikan kembali, dan upah buruh adalah tetap,
dalam arti bahwa upah buruh di sektor industri lebih tinggi dari upah buruh rata-rata
di sector pertanian. Dalam keadaan seperti ini pasaran tenaga kerja yang berasal dari
desa akan sangat longgar (perfecky elastic).
7. Teori Todaro
Todaro mengasumsikan bahwa keputusan migrasi adalah merupakan
fenomena ekonomi yang rasional. Model Todaro merumuskan bahwa migrasi
berkembang karena perbedaan antar pendapatan yang diharapkan dan yang terjadi di
pedesaan dan di perkotaan. Anggapan yang mendasar adalah bahwa para migrant
tersebut memperhatikan berbagai kesempatan kerja yang tersedia bagi mereka dan
memilih salah satu yang bisa memaksimumkan manfaat yang mereka harapkan dari
bermigrasi tersebut. Manfaat-manfaat yang diharapakan dietntukan oleh perbedaan-
perbedaan nyata antara kerja di desa dan di kota serta kemungkinan migrasi tersebut
untuk mendapatkan kerja di kota.
Pada hakekatnya, teori ini menganggap bahwa angkatan kerja, baik actual
maupun potensial, memperbadingkan pendapatan yang mereka “harapkan” di
perkotaan pada suatu waktu tertentu dengan memperhitungkan pendapatan rata-rata di
pedesaan. Akhirnya mereka melakukan migrasi jika pendapatan yang “diharapkan” di
kota lebih besar daripada pendapatan rata-rata di pedesaan.
8. Teori Shryk and Siegel
Migrasi adalah suatu bentuk mobilitas geografi atau mobilitas keruangan yang
menyangkut perubahan tempat kediaman secara permanent antar unit-unit geografi
tertentu.
9. Teori Standing and Mantra
Migrasi merupakan perubahan tempat tinggal yang melampaui batas-batas
wilayah yang telah ditetapkan selama satu atau dua tahun dari satu wilayah ke
wilayah lain dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan.
10. Teori Ogue
Migrasi didefinisikan sebagai perubahan tempat kediaman yang menyangkut
terjadinya perubahan menyeluruh yang disertai dengan penyesuaian dari orang yang
pindah ke lingkungan masyarakat yang baru.

Anda mungkin juga menyukai