Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

MOBILITAS DAN MIGRASI PENDUDUK

DISUSUN OLEH:
 RISKA DWI ADHA (21110287)
 NURUL AZIZA (21110286)
 SELFIANA NGGUA (21110421)

STIE TRI DHARMA NUSANTARA


2021-2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat tuhan yang maha esa,yang telah memberikan
kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tanpa pertolongannya
mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik meskipun banyak
rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya,tapi kami
berhasil menyelesaikannya dengan baik.

Makalah ini berisi tentang mobilitas dan migrasi penduduk,yang telah diberikan oleh
dosen pembibing kami,sebagai tugas kelompok.semoga makalah ini dapat memberikan
pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca.walaupun makalah ini memiliki
kelebihan dan kekurangan.penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang
membangun.terima kasih.

MAKASSAR,6 Desember 2023


DAFTAR ISI

1) KATA PENGANTAR
2) DAFTAR ISI
3) BAB I PENDAHULUAN
i. A.LATAR BELAKANG
ii. B.RUMUSAN MASALAH
iii. C.TUJUAN
4) BAB II PEMBAHASAN
i. A.KONSEP DAN DEFINISI MOBILITAS PENDUDUK
ii. B.TEORI-TEORI MOBILITAS PENDUDUK
iii. C.SUMBER DATA MOBILITS PENDUDUK
iv. D.MOBILITAS PENDUDUK PERMANEN (MIGRASI)
v. E.MOBILITAS PENDUDUK NON PERMANEN
vi. F.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS
PENDUDUK
vii. G.MASALAH DAN PENCEGAHAN DALAM MOBILITAS
PENDUDUK
5) BAB III PENUTUP
6) DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Pertumbuhan penduduk di suatu Negara dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu
fertilitas,mortalitas,dan mobilitas penduduk.dalam hal ini,peranan mobilitas penduduk
terhadap laju pertumbuhan penduduk antara satu wilayah dengan wilayah lain berbeda-
beda.indonsia secara keseluruan,tingkat pertumbuhan penduduknya lebih dipengaruhi
oleh tinggi rendahnya tingkat fertilitas dan mortalitas,sebab migrasi neto dapat
dikatakan nol.dengan kata lain,tidak banyak orang Indonesia yang bertempat tinggal di
luar negeri,begitu juga orang-orang yang ada di luar negeri yang bertempat tinggal
menetap di Indonesia.

Berbeda halnya dengan beberapa provinsi yang ada di Indonesia,seperti


lampung,Kalimantan timur,DKI Jakarta,Bengkulu,sumatera barat dan Sulawesi
selatan.sebab,beberapa provinsi tersebut banyak penduduk yang melakukan
migrasi,karena migrasi memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan
pertumbuhan penduduk.

Sebelum peran ke II,Pemerintah Indonesia telah melaksanakan program


perpindahan penduduk dari jawa menuju luar jawa untuk memecahkan tekanan
penduduk yang ada di pulau jawa.Disamping adanya perpindahan penduduk yang
diakan oleh pemerintah,juga terdapat perpindahan yang dilakukan penduduk secara
pribadi.misalnya perpindahan penduduk yang bukan permanen dari suku
minangkabau,dan perpindahan suku bugis-makassar ke daerah-daerah pantai di
Indonesia.

Dengan demikian,makalah ini dibuat untuk membahas mengenai perpindahan (


mobilitas) penduduk dan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan
perpindahan penduduk.Dalam hal ini,pembahasan secara rinci akan dibahas sesuai
dengan rumusan masalah.
B.RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana konsep dan definisi dari mobilitas penduduk?

2.Bagaimana teori yang ada dalam mobilitas penduduk?

3.Apa saja sumber data dari mobilitas penduduk?

4.Bagaimana mobilitas penduduk secara permanen (migrasi) dan non permanen?

5.Apa saja faktor yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan mobilitas?

6.Bagaimana permasalahan dan upaya pencegahan dalam mobilitas penduduk?


C.TUJUAN
1.Mengetahui konsep dan definisi dari mobilitas penduduk.

2.Mengetahui teori yang ada dalam mobilitas penduduk

3.Mengetahui sumber data yang ada dalam mobilitas penduduk

4.Mengetahui mobilitas penduduk secara permanen (migrasi) dan non permanen

5.Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan mobilitas

6.Mengetahui permasalahan dan upaya pencegahan dalam mobilitas penduduk.


BAB II
PEMBAHASAN
A.KONSEP DAN DEFINISI MOBILITAS PENDUDUK
Mobilitas penduduk mempunyai pengertian pergerakan penduduk dari satu daerah
ke daerah lain.Baik untuk sementara maupun untuk jangka waktu yang lama atau
menetap seperti mobilitas ulang-alik (komunitas) dan migrasi.

Mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ketempat


yang lain. Mobilitas dibedakan menjadi 2 yaitu: Mobilitas permanen (tetap) dan
mobilitas non permanen (tidak tetap).JENIS-JENIS MOBILITAS PERMANEN:

 Urbanisasi yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota


 Transmigrasi yaitu perpindahan penduduk dari pulau yang padat penduduknya
ke puau yang kurang padat penduduknya
 Migrasi yaitu masuknya penduduk dari satu Negara ke Negara lain
 Emigrasi yaitu keluarnya penduduk dari satu Negara ke Negara lain
 Remigrasi yaitu kembalinya penduduk ke Negara asalnya

Menurut Ida Bagus Mantra dalam bukunya yang berjudul ”DEMOGRAFI


UMUM” (2015:174) mengatakan bahwa mobilitas penduduk non-permaanen
(sirkulasi,circulation) merupakan gerakan penduduk dari satu tempat ke tempat
lain dengan tidak berniat untuk menetap di daerah tujuan. Sifat dan perilaku
mobilitas sirkuler seperti semut.Apabila beberapa ekor semut menemukan sisa-
sisa makanan di atas meja makan,maka makanan tersebut tidak dimanakan
disana tetapi dibawah bermai-ramai ke tempat liangnya.Mereka terus bekerja
tidak mengenal waktu sampai semua makanan terangkut.

Secara operasional,macam-macam bentuk mobilitas penduduk diukur


berdasarkan konsep ruang dan waktu,misalnya ulang alik.ulang alik adalah gerak
penduduk dari daerah asal ke daaerah tujuan dalam batas waktu tertentu dan kembali
ke daerah asal padaa hari itu juga.sedangkan mobilitas permanen diukur dari lamanya
meninggalkan daerah asal enam bulan atau lebih kecuali orang yang sudah sejak
semula berniat menetap di daerah tujuan seperti seorang istri berpindah ke tempat
tinggal suami.

Mobilitas penduduk dapat dibedakan antara mobilitas vertical dan mobilitas


horizontal.mobilitas penduduk vertical sering disebut dengan perubahan status,atau
perpindahan dari cara-cara hidup tradisional ke cara-cara hidup modern.salah satu
contohnya seorang

Seorang yang bekerjaa di sector pertanian sekaarang bekerja dalam sector non
pertanian.

Mobilitas horizontal atau sering pula disebut mobilitas penduduk geografis


adalah gerak (movement) penduduk yang melintas batas wilayah menuju wilayah yang
lain dalam periode waktu tertentu (Ida Bagus Mantra,1985)atau dengan kata lain
perpindahan penduduk dari satu lapangan hidup ke lapangan hidup yang lain.

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, menurut definisi dari BPS,seseorang


disebut melakukan mobilitas penduduk apabila orang tersebut bergerak melintasi batas
provinsi menuju provinsi lain dan lama tinggal di provinsi baru yaitu enam ulan atau
lebih.atau dapat pula dikatakan bahwa seseorang melakukan mobilitas penduduk
walaaupun berada di provinsi tujuan kurang dari enam bulan,tetapi orang tersebut
berniat tinggal menetap atau tinggal enam bulan atau lebih dari provinsi tujuan.
B.TEORI-TEORI MOBILITAS PENDUDUK
Beberapa teori yang mengatakan mengapa seseorang mengambil keputusan
melakukan mobilitas,diantaranya:

1.Teori kebutuhan dan stress (Need and stress)


Setiap individu mempunyai kebutuhan yang perlu dipenuhi.kebutuhan tersebut
dapat berupa kebutuhan ekonomi,sosial,politik,dan psikologi.Apabila kebutuhaan itu
tidak dapat dipenuhi maka terjadilah stress.tinggi rendahnya stress yang dialami oleh
individu berbanding terbalik dengan proporsi pemenuhan kebutuhan.

Proses mobilitas itu terjadi apabila:

A .Seseorang mengalami tekanan (stress) baik ekonomi,sosial,maupun psikologi


tempat ia berada.tiap-tiap individu mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda,sehingga
suatu wilayah oleh seseorang dinyatakan sebagai wilayah yang memenuhi
kebutuhannya sedangkan yang lain tidak.

B.Terjadi perbedaan nilai kefaedaan wilayah antara tempat yang satu dengan tempat
yang lain.Apabila tempat yang satu dengan tempat yang lain tidak ada perbedaan nilai
kefaedaan wilayah,tidak terjadi mobilitas.

2.Ervest S.Lee
Dalam tulisannya yang berjudul “A Theory of Migration” mengungkapkan bahwa
volume migrasi dari suatu wilayah berkembang sesuai dengan tingkat keanekaragaman
daerah di wilayah tersebut.Di daerah asal dan daerah tujuan ada faktor-faktor positif
(+), negative (-), dan adapula faktor-faktor netral (0) faktor positif,yang menguntungkan
apabila berempat tinggal di daaerah itu,misalnya di daerah tersebut terdapat
sekolah,kesempatan kerja,atau iklim yang baik.faktor negative, yang memberikan nilai
negative pada daerah yang bersangkutan sehingga seseorang ingin pindah dari tempat
tersebut karena kebutuhan tertentu tidakterpenuhi.

Menurut Lee prosesmigrasi itu dipengaruhi oleh empat faktor:

A.Faktor-faktor individu

B.Faktor-faktor yang terjadi di daerah asal

C.Faktor-faktor yang terdapat di daerah tujuan

D.Rintangan antara daerah asal dengan daerah tujuan.


3.Robert Norris(1972)
Norris berpendapat bahwa faktor daerah asal merupakan faktor terpenting.Di
daerah asal seseorang lahir,dan sebelum sekolah orang itu hidup di daerah
tersebut.Dia tahu benar tentang kondisi lingkungan daerah asal,penuh nistalgiaketika
hidup dan berdomisili di daerah asal.itulah mengapa seseorang sangat terikat dengan
daerah asal.Walaupun meraka sesudah berumah tangga harus pindah dan berdomisili
di daerah lain,mereka tetap menganggap bahwa daerahasal (daerah tempat meraka di
lahirkan) merupakan rumah pertama,dan daaerah tempat domisili sekarang merupakan
rumah kedua.Dapatlah dikatakan bahwa penduduk migrasi adalah penduduk yang
bersifat bi local population.Dimana mereka tinggal,pasti mengadakan hubungan
dengan daerah asal.

Hubungan migrasi dengan desa atau daerah asal di Negara-negara berkembang


dikenal sangat erat (Connel,1976) dan menjadi salah satu ciri fenomena migrasi di
Negara-negara berkembang.Hubungan tersebut antara lain diwujudkan dengan
pengiriman uang, pengiriman barang,baahkan pembangunan ide-ide ke daerah asal
secara langsung maupun tidak langsung.Mantra (1979) melihat adanya hhubungan
timbal balik aantara jarak dengan intensitas hubungan.Semakin dekat dengan tempat
tinggal migrasi ,semakin tinggi frekunsi kunjungan ke daerah asal,dalam migrasi kaidah
ini di sebut dengan “Distance Decay”.

Norris jugamenjelaskan tentang wilayah kesempatan antara yang dijadikan


sasaran pertama pencari kerja dari daerah. Setelah mereka mapan dan sudah ada
sedikit modal mereka melompat ke kota yang lebih besar dimana terdapat kesempatan
berusaha yang lebih luas,dan kalau sudah mapan lagi meraka lompat ke tempat
lain.terjadi lompat katak (leaping frog) sebagai strategi meningkatkan usaha.kejadian ini
oleh Norris di sebut step wise movers.

4.Mabogunje(1970)
Menurut Mabogunje (1970) hubungan dengan desa dapat di lihat dari materi
informasi yang mengalir dari kota ke daerah tujuan ke desa asal. Jenis informasi
tersebut dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negative.informasi positif biasanya
berasal dari migrasi yang berhasil di daerah tujuan.Hal ini berakibat stimulus untuk
pindah semakin kuat dan pranata yang mengontrol mengalirnya warga desa keluar
semakin longgar serta arah pergerakan penduduk tertujuh ke kota yang informasinya
positif.sementara itu informasi negative biasanya dating dari para migrasi yang gagal
atau kurang berhasil sehingga mengakibatkan dampak sebaliknya.

5.Mitchell (1961)
Mitchell mengatakan bahwa ada beberapa kekuatan yang menyebabkan orang-
orang terikat pada daerah asal,dan ada juga yang mendorong orang-orang untuk
meninggalkan daerah asal.kekuatan yang mengikat oraang-orang untuk tinggal di derah
asal di sebut dengan kekuatan “sentripetal” dan sebaliknya kekuatan yang mendorong
seseorang untuk meeninggalkan daerah asal disebut kekuatan “sentrifugal”.hal ini
tergantung pada keseimbangan antara dua kekuatan tersebut.

6.Lee (1966),Todaro (1979) dan Titus (1982)


Para ahli di atas berpendapat bahwa motivasi seseorang untuk pindah adalah
motif ekonomi.motif tersebut berkembang karena adanya ketimpangan ekonomi antar
daerah.mobilitas ke daerah perkotaan mempunyai dua harapan,yaitu memperoleh
pekerjaan dan harapan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dari pada yang di
peroleh di pedesaan.Dengan demikian,mobilitas desa-kota sekaligus mencerminkan
adanya ketidakseimbangan antara kedua daerah tersebut.

Meskipun demikian,ditentukan oleh beberapa faktor lain,seperti faktor


jarak,biaya,dan informasi yang di peroleh.jarak tetap merupakan faktor penting dalam
penentuan arah,setidaknya dalam penentuan bentuk mobilitas penduduk kota atau
daerah tujuan berjarak jauh maka cenderung menghasilkan mobilitas
permanen.sedangkan yang berjarak sedang menghasilkan mobilitas nginap/mondok
cukup dilakukan dengan ulang-alik.

C.SUMBER DATA MOBILITAS PENDUDUK


Pada umumnya terdapat tiga sumber data mobilitas penduduk yaitu sensus
penduduk,registrasi penduduk, dan survey penduduk.Di bawah ini merupakan penjelasan dari
macam-macam sumber data yang berkaitan dengan mobilitas penduduk:

1.Sensus Penduduk
Pada tahun 2002 di indonesia pelaksaan sensus penduduk di bagi menjadi dua
yaitu sensus lengkap dan sensus sampel.Sensus lengkap adalah pencacahan seluruh
penduduk dengan responden kepala rumah tangga.Responden ini memberikan
informasi mengenai karakteristik demografi anggota rumah tangganya.pertanyaan yang
diajukan sangat sederhana.sebagai contoh,pertanyaan yang di ajukan pada sensus
penduduk tahun 1990 untuk sensus lengkap yaitu:

a. Nama-nama anggota rumah tangga dan masing-maasing dari mereka di tanyakan


mengenai

b. Hubungan dengan kepala rumah tangga


c. Umur (tahun)

d. Jenis kelamin

e. Status perkawinan (BPS,1989)

Untuk hal-hal yang spesifik,misalnya


ketenagakerjaan,kesehatan,pendidikan,ekonomi,pertanian dan mobilitas penduduk
ditanyakan dalam sensus sampel.pencacahan sampel yaitu pencacahan terhadap
penduduk yang tinggal dalam rumah tangga terpilih.untuk pencacahan sampel telah
dipilih sejumlah wilayah,kemudian dari setiap wilayah tersebut dipilih sejumlah rumah
tangga (BPS,1989)

Dengan demikian,dapat dimengerti bahwa tujuan dari sensus adalah untuk


mengumpulkan informasi yang bersifat umum mengenai keadaan sosial ekonomi dan
demografi penduduk di suatu negara.Akan tetapi,kelemahan dari sensus yaitu mobilitas
cenderung meninggalkan daerah asal dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya.kelemahan ini mengakibatkan jaringan-jaringan migrasi penduduk yang
dihasilkan dari sensus penduduk tidak mencakup seluruh jaringan-jaringan migrasi
yang ada.

2.Registrasi penduduk
Registrasi penduduk digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian (events)

Kependudukan yang terjadi pada setiap saat,misalnya kelahiran,kematian,mobilitas


pnduduk keluar,mobilitas penduduk masuk,baik itu permanen maupun non-
permanen.Di antara mobilitas penduduk permanen dan non-permanen,catatan
mobilitas penduduk permanen lebih lengkap di banding dengan mobilitas penduduk
non-permanen.orang-orang yang pindah domisili harus punya surat pindah dari daerah
asal,selanjutnya disampaikan pada kantor kelurahan/desa dimana mereka akan
menetap.

Sejak tahun 2003 diadakan penataan administrasi kependudukan diantaranya


penerbitan terhadap migrasi permanen dan non-permanen yang datang dan yang
masuk ke suatu wilayah.Mulai saat itu,mobilitas penduduk dicatat dengan resmi,dan
sangat kecil kemungkinanya terjadi kelewat atau tercacah lebih dari satu kali.

3.Survey penduduk
Sumber lain dari data mobilitas penduduk ialah survey penduduk.jangkauan
daerah penelitian pada survey penduduk ini biasanya terbatas karena keterbatasan
dana,waktu dan tenaga peneliti.Namun,terdapat salah satu keuntungan yaitu caakupan
permasalahan yang dapat di jangkau dengan luas.Apabila dalam sensus penduduk
informasi yang di dapat hanya mengeni volume dan arus mobilitas penduduk antar
provinsi,tetapi dalam survey penduduk informasi mengenai perilaku mobilitas penduduk
dapat di tanyakan secara mendetail.

D.MOBILITAS PENDUDUK PERMANEN (MIGRASI)


Secara garis besar migrasi penduduk daapat dibagi menjadi dua yaitu:

1.Migrasi internasional
Migrasi internasional lebih peka dari pada migrasi dalam negeri karena sering
menimbulkan masalah politik.setiap negara membuat peraturan tentang syarat-syarat
yang harus di penuhi oleh warga negara asing yang ingin masuk ke negara
tersebut.dengan adanya peraturan tersebut maka frekunsi arus migrasi internasional
antara di duania sangat kecil.

Migrasi internasional ada beberapa macam,yaitu (dalam skripsi Budi


Handriawan,2011):

a. Imigrasi yaitu masuknya penduduk kenegara lain dengan tujuan menetap.


b. Emigrasi yaitu perpindahan penduduk atau keluarnya penduduk dari satu negara
ke negara lain dengan tujuan menetap.
c. Remigrasi yaitu kembalinya penduduk dari negara satu ke negara asalanya.

Padaa tahun 1935-1960 terjadi ketegangan politik antar negara,akibatnya


migrasi di berbagai negara tinggi.para migran keluar dari suatu negara karena takut
jiwanya terancam di negara tersebut atau harus membayar pajak yang tinggi apabila
tetap berdiam di negara tersebut.negara yang melakukan migrasi internasioanl pada
saat itu adalah penduduk di jerman timur yang berpindah ke jerman barat dan
penduduk di jepang.

2.Migrasi Dalam Negeri


a.Transmigrasi
Di pulau jawa terdapat timpangan penyebaran penduduk,pulau jawa yang
luasnya 6,9 persen dari seluruh luas daratan indonesia.pada tahun 1980 memberikan
tempat tinggal lebih dari 60 persen penduduk indonesia.(BPS,1981:5).Ada beberapa
pendapat mengenai terjadinya pengelompokan pendudk di pulau jawa:

1) mohr (1938) seorang ahli geologi dan tanah berkebangsaan Belanda


berpendapat bahwa kepadatan penduduk di Jawa disebabkan karena keadaan
tanahnya yangsubur dan iklim yang menguntungkan bagi pertanian.
2) Charles A (Hardjono, 1977), ahli geografi berkebangsaan Inggris menambahkan
bahwa penyebab terjadinya ketimpangan distribusi penduduk antara Jawa dan
luarJawa karena peerintah Belanda sudah sejak lama membangun pusat-pusat
pertumbuhan (misalnya pendidikan, perdagangan, pemerintahan), dan
prasarana pembangunan (transportasi, komunikasi dan irigasi) di Jawa.

Penyebaran penduduk yang tidak merata menimbulkan


permasalahan,diantaranya terjadi kelebihan penduduk di Jawa yang terwujud dalam
sulitnyamendapatkan pasaran kerja, pendapatan penduduk yang rendah, dan angka
pengangguran meningkat. Di luar Pulau Jawa sendiri banyak sumber daya alam yang
belum sempat dijamah manusia. Memperhatikan hal tersebut, Karl J. Pelzer
(1945,197)mengusulkan pemecahan masalah penduduk ini dengan memindahkan
penduduk dariJawa menuju ke luar Jawa.

Gejala kelebihan penduduk di Pulau Jawa dan kekurangan penduduk di


luarPulau Jawa telah disadari oleh pemerintah Belanda. Menurut
SoedigdoHardjosoedarmo (1965) kesadaran pemerintah Belanda tersebut dipengaruhi
oleh limahal:

1) Sistem tanam paksa yang diterapkan oleh pemerintah Belanda di Jawa


pada abadyang lalu menyebarkan kemelaratan bagi rakyat di Pulau ini.
2) Sukses ekonomi yang dicapai oleh kaum liberal di negeri Belanda terasa
pula diIndonesia.
3) Pertambahan penduduk yang cepat di pulau Jawa, menyebabkan
pemilikan tanah per keluarga menjadi semakin berkurang, taraf hidup
penduduk makin menurun.
4) Pada tahun 1899 C. Th. Van Deventer melancarkan kritik pedas terhadap
kebijakan pemerintah yang diwujudkan dalam sebuah tulisan “A Debt of
Honor”. Akibat dari kritik ini pemerintah melaksanakan politik ethis pada
tahun 1900. Politik ethis bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup
penduduk pulau Jawa melalui tiga carayaitu emigrasi, irigasi, dan edukasi.
5) Pertumbuhan penduduk yang cepat di Pulau Jawa sebagian besar pergi
ke daerah pegunungan menebang hutan dengan tujuan memperluas
daerah pertanian sehinggamenganggu kelestarian lingkungan. (Oey 1980,
2-3)

Sebagai realisasi dari politik ethis, pada tahun 1905 dipindahkan 155 keluarga
dari Jawa menuju daerah kolonialiasai Gedong Tataan di Lampung. Di daerah ini desa-
desa kolonisasi didirikan, dan tiap-tiap tahun ke daerah dikirim kolonis-kolonis dariPulau
Jawa. Akhir tahun 1921 jumlah kolonis di Gedong Tataan mencapai 19.572orang.
(Amral Sjamsu 1960, 5)

1) Masa Transmigrasi antara Tahun 1905-1931


Masa 1905-1931 dapat dianggap sebagai masa eksperimen, karena padamasa
itu pemerintah Hindia Belanda belum lagi memberikan perhatian yangsungguh-sungguh
terhadap usaha pemindahan penduduk dari Jawa ke luar Jawa.Tujuan utamanya ialah
memindahkan petani-petani dari daerah yang kebanyakan penduduk di pulau Jawa ke
pulau-pulau lain dan di sana mengadakan kolonisasi pertanian.

Menurut Nathan Keyfitz dan Widjojo Nitisastro (1964, 116) dalam


penyelenggaraan pemindahan ini banyak kesalahan-kesalahan yang
dilakukan,diantaranya ialah tidak dilaksanakan penyelidikan tanah serta pembuatan
petaterlebih dahulu dan tidak ada perencanaan daerah yang akan dijadikan desa,
yangdijadikan sawah dan rencana irigasi. Akibat kelalaian ini pembagian air
tidakmerata, ada desa yang digenangi air pada musim hujan karena letaknya
terlalurendah. Karena kesalahan ini maka beberapa tahun kemudian sejumlah
desaterpaksa dipindahkan ke tempat yang lebih baik.

2) Masa Transmigrasi Antara Tahun 1931-1941


Kebijakan pemerintah Hindia Belanda berubah, pada awalnya terjadi depresi
pasar hasil ekspor yang mulai sulit dan harga-harga hasil ekspor turun dengan cepat.
Masyarakat desa di Pulau Jawa terpaksa menerima kembali pekerja- pekerja
perkebunan di Jawa dan ditambah lagi dengan dikembalikannya ribuan pekerja-pekerja
perkebunan di Sumatra Timur.

Dengan berbagai alasan pengusaha-pengusaha perkebunan di SumatraTimur


menghalangi penyelenggaran kolonisasi pertanian di tanah-tanah konsesi,sehingga
ribun pekerja kembali ke jawa.pada masa itulah pemerintah hindia belanda menyadari
pentingnya kolonisasi pertanian bagi usaha meringankan tekanan penduduk di pulau
jawa dan dipelajarinya kesalahan serta pengalaman sejak kolonisasi gedong tataan.
Penyelenggaraan migrasi keluarga serta migrasi spontan di peringat;mereka
tidak memperoleh sesuatupun dengan cuma-Cuma dari pemerintah kecuali sebidang
tanah ongkos,alat-alat pertanian dan rumah tangga,merupakan pinjaman dan harus di
kembalikan dalam waktu 2-3 tahun.

3) Usaha Transmigrasi dalam Zaman Kemerdekaan


Setelah Perang Dunia II, usaha pemindahan penduduk oleh pemerintah republik
Indonesia dimulai dengan mendirikan jawatan transmigrasi dalam tahun1947 yang
merupakan bagian dari Kemeterian Sosial. Kemudian menjadi bagian kementerian
pembangunan dari Pemuda pada tahun 1948, lalu dipindahkan ke kementerian dalam
negeri. Baru setelah terbentuk negara kesatuan dalam tahun1950. Jawatan
Transmigrasi yang merupakan bagian kementerian sosial mulaimemindahkan
penduduk dari Jawa ke luar Jawa. Adapun tujuan dari program transmigrasi adalah:

“…….. mempertinggi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat dengan jalammengadakan


pemindahan pendudukan dari suatu daerah (tempat) lainnya, yang ditujukan kearah
pembangunan perekonomian dalam segala lapangan……..” (Keyfitz, el al 1964, 122)

Jadi, transmigrasi merupakan salah satu usaha untuk mengatasi


kemiskinanyang ada di Jawa. Tujuan transmigrasi seperti di atas berlaku hingga tahun
1960-an(Oey 1980, 8). Provinsi-provinsi yang dijadikan daerah pemukiman
transmigrasiadalah Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,
Jambi,Bengkulu, Sumatera Selatan, Kalimanta Timur, Sulawesi Tenggara, Maluku,
danIrian Jaya.

b.Mobilitas Penduduk Beberapa Suku di Indonesia


Mobilitas penduduk dari beberapa suku di Indonesia sudah terjadi sejak
dahulu.Mobilitas orang-orang Minangkabau ke kota-kota Sumatera dan Jawa.
Petualangan orang-orang Bugis-Makasar ke kota-kota pelabuhan di beberapa pulau,
migrasi spontanorang-orang Madura, perpindahan suku Banjar ke Kalimantan Timur,
metupakancontoh-contoh dari mobilitas beberapa suku di Indonesia.

1) Mobilitas Suku Minangkabau


Merantau merupakan bentuk mobilitas penduduk suku Minangkabau yang
telahdi lakukannya sejak dahulu. Dari segi sosiokultural. Merantau berarti:

a. Pergi meninggalkan kampong halaman dan berinteraksi dengan etnik lain,


b. Dengan suka rela dan atas kemauan sendiri,

c. Dalam waktu yang singkat atupun lama,

d. Dalam rangka mencari rejeki, menuntut ilmu, ataupun menambah pengalaman,

e. Dengan keinginan untuk selalu kembali (non permanen) dan,

f. Didorong oleh sistem sosial yang ada dan melembaga (Mochtar Naim 1979)

Faktor-faktor yang mendorong orang Minangkabau untuk mengadakan


migrasiadalah faktor fisik, ekonomi, dan sosio – kultural. Faktor fisik karena masih
mudamereka ingin mendapat rejeki di daerah rantau. Faktor sosio kultural dapat
dibagimenjadi dua. Pertama, anjuran tradisional di mana orang Minang menganggap
bahwa seorang lelaki dianggap belum mejadi “orang” sebelum mencari ilmu, danrezeki
di daerah lain. (Mochtar Naim 1979)

2) Mobilitas Suku Bugis.


Suku Bugis di Sulawesi Selatan telah lama terkenal dengan sifat petualangan da
pengembaraannya. Sejak akhir abad ke 17 mereka telah tersebar sampai di
wilayahMalaysia, di samping kota-kota perdagangan di Indonesia. Pemerintah
Belandaingin memonopoli perdagangan yang di jelajah oleh orang-orang Bugis,
yangmerupakan pedagang mengarungi Nusantara yang dianggap menjadi
penghambat.Pertentangan antara pemerintahan Belanda dengan suku Bugis tidak
dapatdihindarkan sehingga sebagian besar pedagang Bugis meningglkan daerahnya.

Tahun 1930 ditaksir sebesar 10% dari jumlah penduduk Sulawesi Selatan(orang
Bugis) bertempat tinggal di luar daerah. Di daerah Pontianak danBalikpapan, jumlah
orang bugis mencapai 50% dari seluruh penduduk. Peristiwa mobilitas penduduk di
Indonesia sejak lama menyebabkan komposisi pendudukmenurut tempat lahir di
beberapa wilayah Indonesia sangat heterogen.

3) Migrasi Penduduk Sensus Hidup


Menurut hasil Sensus Penduduk tahun 1971 dan 1980, di Indonesia pada
tahun1971 terdapat 2.914.000 orang migran sesama hidup, dan pada tahun 1980
jumlahtersebut meningkat menjadi 5.428.000 orang. Jadi selama 9 tahun dari 60%
pulautempat lahirnya di Jawa, dan hanya 14% lahir di pulau Sumatra.
Persentase migran Jawa yang masuk ke Sumatera atau sebaliknya mengalami
penurunan. Kenaikan migran masuk ke Kalimantan ini tidak hanya dari Jawa
danSumatera saja, tetapi juga berasal pulau-pulau lain. Dengan demikian, migran yang
berasal dari pulau Sulawesi nampak menyebar ke pulau-pulau di Indonesia.Fenomena
ini nampaknya berkaitan dengan sejarah persebaran suku Bugis-Makasar.

Dari seluruh migran yang tinggal di Sumatera ternyata dari 90% (baik tahun1971
maupun 1980)) pulau tempat lahirnya di Jawa. Sebaliknya, dari seluruhmigran yang
tinggal di pulau Jawa lebih dari 50% berasal dari Sumatera.

Jumlah migran berdasarkan provinsi tempat lahir tahun 1971 sebesar 5,7 juta (4,9
persen dari jumlah penduduk Indonesia), sedangakan tahun 1980 meningkat
menjadi10,2 juta (6,9 persen dari jumlah penduduk Indonesia).

Berikut ini migrasi digolongkan menjadi tiga macam, yaitu :

a) Migrasi Masuk
Migrasi masuk pada tahun 1971 pada tahun 1980, hanya terpusat pada
duadaerah, yaitu Jakarta dan Lampung. Persentase migrasi masuk ini memangsangat
tinggi, dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia. Duadaerah ini jelas
mempunyai daya tarik yang berbeda. Arus migran masuk keLampung semakin
membesar dan jarak antara Lampung dengan Jawa sangatdekat menyebabkan banyak
yang berpindah ke Lampung.

b) Migrasi Keluar
Pada provinsi Sumatera Barat merupakan daerah yang menduduki
urutantertinggi dalam hal mobilitas penduduk keluar. Sebab, di provinsi ini banyak
penduduk yang melakukan migrasi keluar karena bagi suku minangkabau ini
eratkaitannya dengan merantau. Dengan demikian, di provinsi Sumatera
Baratkhususnya di daerah Minangkabau tingkat migrasi keluarnya sangat
tinggidibandingkan dengan daerah lainnya.

c) Migrasi Neto
Migrasi neto diperoleh dengan jalan mengurangkan migrasi masuk
denganmigrasi keluar. Apabila diperoleh nilai negatif berarti lebih banyak migran
keluardaripada masuk. Sebaliknya, apabila diperoleh nilai positif berarti lebih
banyakmigrain yg masuk daripada keluar. Misalnya, Jakarta dan Lampung
mempunyaimigrasi neto positif terbesar daripada provinsi lain.
E.MOBILITAS PENDUDUK NON PERMANEN
Dari hasil beberapa penelitian mobilitas penduduk yang disamakan di Jawa
dandibeberapa tempat di Indonesia (HUGO 1975,Suharso et al 1976, Mantra 1978,
Koentjaraningrat1957), didapatlah bahwa bentuk mobilitas penduduk yang non
permanen lebih banyak terjadidaripada mobilitas penduduk yang non permanen lebih
banyak terjadi daripada mobilitas penduduk yang permanen,selanjutnya didapat pula
mobilitas non permanen lebih banyak yang terjadi dari pada mobilitas permanen.

Tingginya frekuensi mobilitas penduduk harian dapat diamati apabila pada pagi hari
berdiri di pinggir jalan raya yang menghubungkan daerah pedesaan dengan kota, dapat
dilihatarus pekerja, pedagang, pegawai dan pelajar yang menuju ke kota dan pada sore
hari akanterlihat arus balik dari kota ke desa.

Hugo (1975) dalam penelitiannya mengenai mobilitas penduduk di Jawa


Baratmendapatkan pekerja yang bekerja di Jakarta, Bandung yang berasal dari daerah
pinggiran kotatersebut nglaju (commute) ketempat bekerja. Bagi mereka yang
bertempat tinggal di luar daerahtersebut (beyond commuting distance) umumnya
mondok di tempat mereka bekerja. Contohnya beberapa pekerja yang berasal dari
Yogyakarta yang bekerja di Jakarta, mondok di kota ini dankembali sebulan sekali di
daerah asal menengok keluarganya sambil membawa uang gaji mereka. Dari penelitian
ini didapat juga bahwa migran sirkuler yang menuju ke Jakarta berasaldari Kabupaten
Banten, Bogor, Semarang, tetapi untuk kota Bandung sendiri para migransirkluler
kebanyakan berasal dari Priangan Timur.

1.Faktor -Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Mobilitas


Sirkuler
Ada beberapa macam penyebab mengapa mobilitas sirkuler lebih banyak
terjadidibandingkan yang menetap, diantaranya yang akan diperbincangkan disini
ialah :

a.Faktor Sentripugal dan Sentripetal


Kekuatan sentripugal ialah kekuatan (Forces) yang terdapat dalam suatu
wilayahyang mendorong penduduk untuk meninggalkan daerahnya, sedangkan
kekuatansentripetal adalah kekuatan yang menyikat penduduk untuk tetap tinggal di
daerah.
Kurangnya kesempatan kerja di bidang pertanian dan non pertanian
sertaterbataanya fasilitas pendidikan yang ada dapat mendorong penduduk untuk pergi
kedaerah dimana kesempatan-kesempatan itu terdapat.

Hal -hal yang mengikat penduduk untuk tetap tinggal di desa ialah :

a.Jalinan persaudaraan dan kekeluargaan antar masyarakat sangat erat.

b.Sistem gotong royong pada masyarakat pedesaan sangat erat pula.

c.Penduduk sangat terikat pada tanah pertanian.

d.Penduduk sangat terikat pada kepala desa dimana ia dulu dilahirkan.

Memperhatikan kedua kekuatan (forces) di atas, terlihatlah bahwa satu


denganyang lain saling bertentangan. Penduduk dihadapkan pada dua keadaan yang
sulit untuk dipecahkan: apakah tetap tinggal di desa, tapi keadaan ekonomi yang sulit
danterbatasnya fasilitas pendidikan ataukah berpindah ke daerah lain meninggalkan
desa,sawah, ladang dan sanak saudara. Konflik tersebut membuat penduduk
melaksanakanmobilitas sirkuler yang merupakan kompromi antara tetap berdiam di
daerah asal dan berpindah ke daerah yang lain.

b.Perbaikan Prasarana Transport


Dorongan untuk melaksanakan mobilitas sirkuler bagi para migran di stimuliroleh
perbaikan prasarana transport yang menghubungkan desa dengan kota sejak 1970-an.
Sebelumnya, bagi penduduk yang bekerja di kota, mereka memondok di kota tersebut.
Akan tetapi, setelah jalan yang menghubungkan desa dengan kota sudahdiperbaiki dan
banyaknya dari mereka yang ngelaju ke kota tempat mereka bekerja.

Dengan tersedianya prasarana angkutan yang relatif murah banyak dari


penduduk desa pergi ke kota (berdagang, berburuh, dan sekolah). Begitu pula
pendudukkota yang pergi ke desa. Ramainya lalu lintas orang dan barang dari desa ke
kota dan begitu pula sebaliknya dapat dilihat dari tingginya frekuensi kendaraan
yangmenghubungkan desa dengan kota, yang hampir setiap kali jalan penuh dengan
penumpang.

Jadi sesuai dengan perubahan yang terjadi, maka terlihatlah adanya perubahan
bentuk mobilitas penduduk, misalnya dari menetap menjadi tidak menetap, darimondok
menjadi nglaju.

c. Kesempatan Kerja di Sektor Formal dan Informal


Tekanan penduduk yang tinggi di daerah pedesaan dan tidak cukupnya
lapangankerja diluar sektor pertanian menyebabkan masyarakat mencoba kehidupan di
kota.Menurut Soeharso (1978, 21) proses urbanisasi di Indonesia tidak diikuti
denganterjadinya perluasan lapangan pekerjaan di kota. Akibatnya, banyak dari para
pendatang bekerja di sektor informal dengan upah rendah dan tidak menentu.

Dari hasil penelitian Milan Titus di Jawa Barat, didapatkan sekitar 60-65
persendari pendatang yang terserap di sektor informal. Semakin kecil suatu kota makin
sedikitkesempatan kerja di sektor formal.Kecilnya pendapatan penduduk yang bekerja
di kotadan tingginya biaya hidup, tidaklah mungkin bagi para migran untuk bertempat
tinggaldi kota bersama keluarganya. Inilah sebabnya mengapa sebagian dari mereka
tetaptinggal di desa dan tiap hari nglaju ke kota. Dengan tinggal di desa, disamping
biayahidup murah penduduk dapat bekerja di sawah atau di ladang setelah bekerja di
kota.Ini berarti mereka dapat menambah penghasilan mereka.

2.Mobilitas Sirkuler Dan Pembangunan Regional


Mobilitas sirkuler merupakan sebuah penghubung antara desa dengan kota.
Dengannglaju atau mondok di kota, orang-orang desa banyak memperoleh pelajaran
dan pengalaman di kota, misalnya cara-cara bekerja, membangun rumah dan
lingkungan yang baik dan hidup sehat. Pengalaman yang berharga ini cepat dialirkan
ke desa-desa.Disamping itu orang-orang kota dapat mengetahui keadaan di desa
misalnya taraf hidup penduduk, kebutuhannya, dan hambatan-hambatan dalam
pelaksanaan pembangunan.Dengan kata lain komunikasi antar desa dan kota dapat
berlangsung dengan lancar, hal initidak akan terjadi jika mobilitas sirkuler tidak terjadi
dan para migran menetap di kota.

Tujuan dari nglaju dan mondok ke kota disamping sekolah adalah untuk
berdagangatau bekerja. Mereka ingin menaikkan pendapatan atau meningkatkan taraf
hidup. Dari hasil penelitian Graeme Hugo (1977,65) sekitar 80% dari para migran
sirkuler di 14 desa di JawaBarat mengirimkan uang dan barang (remmitances) untuk
keluarganya.

Besarnya jumlah uang dan barang yang dibawa tergantung dari bentuk
mobilitassirkuler. Bagi para penglaju yang biasanya bekerja secara tetap di kota rata-
rata 60% dari pendapatan keluarga datangnya dari hasil ini. Berbeda keadaannya
dengan migran sirkuleryang bekerja musiman di kota maka rata-rata pendapatan
keluarga yang berasal dari hasil bekerja di kota kurang dari 50%. Sebab, sebagian
besar dari migran sirkuler bekerja disektor informal maka pendapatan mereka sangat
berfluktuasi tergantung pada jenis pekerjaan yang tersedia dan adanya peraturan
pemerintah setempat.
Penggunaan uang yang dibawa disamping untuk makan banyak digunakan
untukmemperbaiki rumah, membeli pakaian, dan untuk upacara selamatan. Di Dukuh
Piringhampir semua rumah mempunyai pekerjaan tetap di kota (pegawai, dagang, dan
lain-lain).Maka sudah banyak rumah yang diperbaiki sesuai dengan model rumah di
kota, misalnyatata kamar, dan cara pengaturan taman.

Menurut Mochtar Naim (1979:3) mobilitas sirkuler merupakan mekanisme


yangmengatur keseimbangan ekuilibrial antara kemampuan daya dukung ekologis dari
daerahnyayang perkembangan penduduknya padat dan kemampuan daya dukung dari
tanah yangterbatas, maka menyebabkan tingkat dan intensitas migrasi sirkuler tinggi. Di
daerah yang penduduknya relatif masih jarang kemampuan daya dukung dari daya
alam, memungkinkantingkat dan interaksi mobilitas sirkuler rendah. Selanjutnya,
Mochtar Naim mengatakan darisegi lain mobilitas sirkuler berfungsi sebagai “klep” yang
mengatur arus keluar-masuk dari yang pergi dan yang kembali.

Untuk menghindari konsentrasi sirkulasi ke kota tertentu, misalnya Jakarta,


Bandung dan Surabaya maka pembangunan kota dan pusat industri sebagai pusat
pertumbuhan(growth center) harus disebarkan sehingga arus mobilĺtas sirkuler akan
memencar. Di Jawa strategi ini sudah dikembangkan dengan ditingkatkannya
pembangunan kota-kota kecil.

F.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS


PENDUDUK
Menurut Everett S. Lee (1970) terdaat empat faktor yang perlu diperhatikan
dalam studimigrasi penduduk:

1.Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal.

2.Faktor-faktor yang terdapat di tempat tujuan.

3.Rintangan

4.Faktor-faktor individu.

Diantara keempat faktor diatas, faktor individu merupakan faktor yang


sangatmenentukan dalam pengambilan keputusan untuk bermigrasi. Penilaian positif
atau negatif suatudaerah tergantung pada individu itu sendiri. Pada setiap daerah
terdapat faktor-faktor yangmenarik seseorang untuk tidak meninggalkan daerah
tersebut (faktor positif), dan faktor-faktoryang tidak menyenangkan sehingga
menyebabkan seseorang meninggalkan daerah tersebut(faktor negatif).
Tiap-tiap individu mempunyai kebutuhan tertentu untuk dapat dipenuhi,
mempunyai aspirasi yang ingin terlaksana. Apabila disuatu wilayah kebutuhan tersebut
tidak dapat dipenuhi maka akan terjadi stress pada orang tersebut. Stress dapat muncul
akibat adanya tekanan ekonomi dan psikologi sosial. Intensitas tekanan atau stress dari
seseorang tergantung pada besar kecilnya kebutuhan yang dapat dipenuhi di
daerahnya. Tekanan pada seseorang akan mengakibatkan tegangan (strain). Tinggi
rendahnya tegangan yang dialami seseorang terhadap tekanan tertentu akan bervariasi
tergantung pada tingkat emosi dan toleransi seseorang terhadaptekanan tersebut.

1. Proses Migrasi Penduduk dari Asal ke Daerah Tujuan


a. Dalam memilih daerah tujuan, para migran cenderung memilih daerah yang
terdekat dengan daerah asal.

b. Kurangnya kesempatan kerja di daerah asal dan adanya kesempatan kerja di


daera tujuan merupakan salah satu alasan seseorang melaksanakan mobilitas
penduduk.

c. Informasi yang positif dari sanak saudara, kenalan, yang datang dari daerah
tujuan merupakan sumber informasi yang penting dalam pengambilan keputusan
seseorang untuk bermigrasi.

d. Informasi yang negatif yang datang dari daerah tujuan menyebabkan orang
enggan untuk bermigrasi.

e. Makin besar pengaruh daerah perkotaan terhadap seseorang, makin tinggi


frekuensi mobilitas orang tersebut.

f. Makin tinggi pendapatan seseorang, makin tinggi mobilitas orang tersebut.

g. Seseorang akan memilih daerah tujuan di mana terdapat sanak saudara atau
kenalan yang telah berada di daerah tersebut.

h. Migrasi masih akan terjadi apabila di suatu daerah terjadi bencana alam
(banjir, gempa bumi dan sebagainya).

i. Orang yang berumur muda dan belum berumah tangga lebih banyak
mengadakan mobilitas dari pada orang yang sudah berumur lanjut dan berstatus
kawin.

j. Makin tinggi pendidikan seseorang makin banyak melaksanakan mobilitas


penuduk.

2. Migran di Daerah Tujuan


a. Awalnya datang di daerah tujuan migran memilih bertempat tinggal di mana
ada sanak saudara atau teman di daerah tersebut.

b. Kepuasan migran hidup di masyarakat, tergantung pada hubungan baik


migran dan masyarakat.

c. Kepuasan migran hidup di kota, tergantung pada kemungkinan migran


mendapat pekerjaan dan pendidikan bagi anak-anaknya.

d. Setelah beberapa lama bertempat tinggal di daerah tujuan, seorang migran


cenderung memilih tempat tinggal dekat dengan daerah dimana ia bekerja.

e. Keinginan untuk kembali ke daerah asal tergantung pada besar kecilnya


kepuasan yang didapat di kota. Migran di kota merupakan penolong utama bagi
migran yang baru dalam mencari pekerjaan di kota.

G. MASALAH DAN PENCEGAHAN DALAM MOBILITAS


PENDUDUK
Berikut ini merupakan permasalahan yang ditimbulkan akibat adanya mobilitas
penduduk disuatu daerah dan upaya penyelesaian yang dilakukan di daerah tersebut.

1.Masalah yang Timbul


Menurut Sri Rahayu Sanusi, SKM, Mkes. (2003) permasalah yang timbul dalam
mobilitas penduduk yaitu pertumbuhan penduduk perkotaan selalu menunjukan
peningkatan yang terus menerus, hal ini disebabkan pesatnya perkembangan ekonomi
dengan perkembangan industri, pertumbuhan sarana dan prasarana jalan perkotaan.

2.Upaya Penyelesaian
Pertumbuhan penduduk di perkotaan periode 1971-1980 jauh lebih pesat
dibandingkan dengan periode 1980-1990, hal ini disebabkan periode 1971-1980
pertumbuhan ekonomi masih terpusat didaerah perkotaan, sehingga penduduk banyak
pindah ke perkotaan sehingga penduduk banyak pindah ke perkotaan untuk
memperoleh penghidupan yang lebih layak. Pada periode 1980-1990 pemeratan
pembangunan mulai terasa sampai ke daerah pedesaan. Keadaan ini memungkinkan
penduduk tidak lagi membangun daerah perkotaan, akan tetapi cendrung menciptakan
lapangan pekerjaan sendiri di pedesaan. (BPS, 1994:18).
Sejalan dengan arah pembangunan yang diharapkan persentase penduduk
perkotaan cenderung meningkat. Proyeksi yang diharapkan ada peningkatan dari 31,10
persen tahun 1990 menjadi 41,46 % pada tahun 2000.

Menurut Prigno Tjiptoheriyanto upaya mempercepat proses pengembangan


suatu daerah pedesaan menjadi daerah perkotaan yang disesuaikan dengan harapan
dan kemampuan masyarakat setempat. Untuk itu diperlukan upaya peningkatan jumlah
penduduk yang berminat tetap tinggal di desa. Yang perlu diusahakan perubahan
status desa itu sendiri, dari desa "desa rural" menjadi "desa urban". Dengan demikian
otomatis penduduk yang tinggal didaerahnya menjadi "orang kota" dalam arti statistik
(Surabaya Post, 23 September 1996). Guna menekan derasnya arus penduduk dari
desake kota, maka pola pembangunan yang beroreantasi pedesaan perlu digalakan
dengan memasukan fasilitas perkotaan ke pedesaan, sehingga merangsang kegiatan
ekonomi pedesaan.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Mobilitas penduduk adalah suatu perpindahan penduduk yang dilakukan untuk
meningkatkan kesejahteraan dalam hidupnya, baik karena paksaan (perintah) maupun
secara spontan (keinginan sendiri). Peranan mobilitas penduduk terhadap laju
pertumbuhan pendudu kantara satu wilayah dengan wilayah yang lain berbeda-beda.
Secara operasional, macam-macam bentuk mobilitas penduduk diukur berdasarkan
konsep ruang dan waktu.

Mobilitas penduduk dibagi menjadi dua yaitu mobilitas permanen dan non-
permanen.Mobilitas permanen atau yang sering dikenal dengan sebutan migrasi adalah
perpindahan penduduk dari daerah asal (desa) ke daerah tujuan (kota) untuk mencari
pekerjaan dan berniatuntuk tinggal menetap di daerah tersebut dengan keluarganya.
Sedangkan mobilitas non- permanen adalah suatu perpindahan penduduk dari desa ke
kota untuk mencari pekerjaan, tetapi tidak menetap di daerah tujuan (nglaju).

Dalam masyarakat Indonesia, mobilitas penduduk secara non-permanen lebih


banyak terjadi daripada mobilitas penduduk yang permanen, khususnya di daerah-
daerah yang berdekatan dengan kota.Misalnya Banten,Bogor,dan Semarang.Dengan
demikian,mobilitas non-permenen sangat menguntungkan bagi pekerja yang nglaju dari
daerah asal karena lebih menghemat biaya.

DAFTAR PUSTAKA
BPS. 1994. Trend Fertilitas, Mortalitas dan Migrasi. Jakarta: BPSBPS. 1994.
Proyeksi Penduduk Indonesia Per Kabupaten/Kodya 1990-2000.Jakarta: BPSDaldjoeni.
1981. Masalah Penduduk Dalam Fakta dan Angka. Bandung: Alumni.Lucas, David.
1990. Pengantar Kependudukan. Yogyakara: Gadjah Mada University Press.Mantra,
Ida Bagus. 1985. Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta: Nur Cahaya. Mantra, Ida
Bagus. 2015. Pengantar Demografi Umum. Yogakarta: Pustaka Pelajar.Munir, Rozy.
1992. Dasar-dasar Demografi. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.Suharyanto, P Tji.
1996. Urbanisasi. Surabaya Post. 23 September 1996.Sanusi, Sri Rahayu. 2003.
Masalah Kependudukan di Negara Indonesia. Diunduh pada
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-sri%20rahayu.pdf tanggal 12-09-
2016Handriawan, Budi. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penduduk Melakukan
Mobilitas Non-Permanen Menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Di Malaysia (Studi
Kasus TKI Yang Pulang Di Desa tanjung sari kecamatan jakenan kabupaten pati).

Anda mungkin juga menyukai