MOBILITAS PENDUDUK
Dosen Pengampu:
Dra. Suparmini, M.Si & Anik Widiastuti, M.Pd
Kelompok 5 :
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dan definisi dari mobilitas penduduk?
2. Bagaimana teori yang ada dalam mobilitas penduduk?
3. Apa saja sumber data dari mobilitas penduduk?
4. Bagaimana mobilitas penduduk secara permanen (migrasi) dan non-
permanen?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan
mobilitas?
C. TUJUAN
1. Mengetahui konsep dan definisi dari mobilitas penduduk.
2. Mengetahui teori yang ada dalam mobilitas penduduk.
3. Mengetahui sumber data yang ada dalam mobilitas penduduk.
4. Mengetahui mobilitas penduduk secara permanen (migrasi) dan non-
permanen.
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam
melakukan mobilitas.
6. Mengetahui permasalahan dan upaya pencegahan dalam mobilitas
penduduk.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Ervest S. Lee
Dalam tulisannya yang berjudul A Theory of Migration
mengungkapkan bahwa volume migrasi di suatu wilayah berkembang sesuai
dengan tingkat keanekaragaman daerah di wilayaah tersebut. Di daerah asal
dan daerah tujuan ada faktor-faktor positif (+), negative (-) adapula faktor-
faktor netral (o) Faktor positif, yang menguntungkan apabila bertempat
tinggaldi daerah itu, misalnya di daerah tersebut terdapat sekolah, kesempatan
kerja, atau iklim yang baik. Faktor negatif, yang memberikan nilai negatif
pada daerah yang bersangkutan sehingga seseorang ingin pindah dari tempat
tersebut karena kebutuhan tertentu tidak terpenuhi.
Menurut Lee proses migrasi itu dipengaruhi oleh empat faktor:
a. Faktor-faktor individu.
b. Faktor-faktoryang terjadi di daerah asal.
c. Faktor-faktor yang terdapat di aerah tujuan.
d. Rintangan antara daerah asal dengan daerah tujuan.
4. Mabogunje (1970)
Menurit Mabogunje (1970) hubunganmigran dengan desa dapat
dilihat dari materi informasi yang mengalir dari kota ke daerah tujuan ke desa
asal. Jenis informasi tersebut dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat
negatif. Informasi positif biasanya berasal dari migran yang berhasil di daerah
tujuan. Hal ini berakibat stimulus untuk pindah semakin kuat dan pranata
yang mengontrol mengalirnya warga desa keluar semakin longgar serta arah
pergerakan penduduk tertuju ke kota yang informasinya positif. Sementara itu
informasi negatif, biasanya datang dari para migran yang gagal atau kurang
berhasil sehingga mengakibatkan dampak sebaliknya.
5. Mitchell (1961)
Mitchell mengatakan bahwa ada beberapa kekuatan yang
menyebabkan orang-orang terikat pada daerah asal, dan ada juga kekuatan
yang mendorong orang-orang untuk meninggalkan daerah asal. Kekuatan
yang mengikat orang-orang untuk tinggal di daerah asal disebut dengan
kekuatan sentripetal dan sebaliknya kekuatan yang mendorong seseorang
untuk meninggalkan daerah asal disebut kekuatan sentrifugal. Hal ini
tergantung pada keseimbangan antara dua kekuatan tersebut.
1. Sensus Penduduk
Pada tahun 2002 di Indonesia pelaksanaan sensus penduduk dibagi
menjadi dua yaitu sensus lengkap dan sensus sampel. Sensus lengkap adalah
pencacahan seluruh penduudk dengan responden kepala rumah tangga.
Responden ini memberikan informasi mengenai karakteristik demografi
anggota rumah tangganya. Pertanyaan yang diajukan sangat sederhana.
Sebagai contoh, pertanyaan yang diajukan pada sensus penduudk tahun 1990
untuk sensus lengkap yaitu :
a. Nama-nama anggota rumah tangga dan masing-masing dari mereka
ditanyakan mengenai
b. Hubungan dengan kepala rumah tangga
c. Umur (tahun)
d. Jenis kelamin
e. Status perkawinan (BPS, 1989)
2. Registrasi Penduduk
Registrasi penduduk digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian
(events) kependudukan yang terjadi pada setiap saat, misalnya kelahiran,
kematian, mobilitas penduduk keluar, dan mobilitas penduduk masuk, baik itu
permanen maupun non-permanent. Di antara mobilitas penduduk permanen
dan non-permanent, catatan mobilitas penduduk permanen lebih lengkap
dibanding dengan mobilitas penduduk non-permanent. Orang-orang yang
pindah domisili harus mempunyai surat pindah dari daerah asal, selanjutnya
disampaikan pada kantor kelurahan/desa dimana mereka akan menetap.
Sejak tahun 2003 diadakan penataan administrasi kependudukan
diantaranya penerbitan terhadap migran permanen dan non-permanent yang
datang dan yang masuk ke suatu wilayah. Mulai saat itu, mobilitas penduduk
di catat dengan resmi, dan sangat kecil kemungkinannya terjadi kelewat atau
tercacah lebih dari satu kali.
3. Survey Penduduk
Sumber lain dari data mobilitas penduduk ialah survey penduduk.
Jangkauan daerah penelitian pada survey penduduk ini biasanya terbatas
1. Migrasi Internasional
Migrasi Internasional lebih peka daripada migrasi dalam negeri karena
sering menimbulkan masalah politik. Setiap negara membuat peraturan
tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh warga negara asing yang ingin
masuk ke negara tersebut. Dengan adanya peraturan tersebut maka frekuensi
arus migrasi internasional antara negara di dunia sangat kecil.
Migrasi Internasional ada beberapa macam, yaitu (dalam skripsi Budi
Handriawan, 2011) :
a. Imigrasi yaitu masuknya penduduk ke negara lain dengan tujuan
menetap.
b. Emigrasi yaitu perpindahan penduduk atau keluarnya penduduk
dari negara satu ke negara lain dengan tujuan menetap.
c. Remigrasi yaitu kembalinya penduduk dari negara satu ke negara
asalnya.
Pada tahun 1935-1960 terjadi ketegangan politik antar negara,
akibatnya migrasi di berbagai negara tinggi. Para migran ke luar dari suatu
negara karena takut jiwanya terancam di negara tersebut atau harus
membayar pajak yang tinggi apabila tetap berdiam di negara tersebut. Negara
yang melakukan migrasi internasional pada saat itu adalah penduduk di
Jerman Timur yang berpindah ke Jerman Barat dan penduduk di Jepang.
Banyak lagi contoh migrasi internasional yang dipengaruhi oleh faktor
politik. Bentuk migrasi ini ada yang bersifat paksaan yang disebut repatriasi.
Disamping migrasi yang berbentuk paksaan atau repatriasi, ada juga migrasi
antar negara yang dilandasi suatu perjanjian atau peraturan tertentu. Misalnya
Australia, Canada, dan Amerika Serikat. Dari contoh-contoh tersebut dapat
disimpulkan bahwa arus migran yang tinggi dari suatu negara lain umumnya
b) Migrasi Keluar
Pada provinsi Sumatera Barat merupakan daerah yang
menduduki urutan tertinggi dalam hal mobilitas penduduk keluar.
Sebab, di provinsi ini banyak penduduk yang melakukan migrasi
keluar karena bagi suku minangkabau ini erat kaitannya dengan
merantau. Dengan demikian, di provinsi Sumatera Barat
khususnya di daerah Minangkabau tingkat migrasi keluarnya
sangat tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya.
c) Migrasi Neto
Migrasi neto diperoleh dengan jalan mengurangkan migrasi
masuk dengan migrasi keluar. Apabila diperoleh nilai negatif
berarti lebih banyak migran keluar daripada masuk. Sebaliknya,
2. Upaya Penyelesaian
Pertumbuhan penduduk di perkotaan periode 1971-1980 jauh
lebih pesat dibandingkan dengan periode 1980-1990, hal ini disebabkan
periode 1971-1980 pertumbuhan ekonomi masih terpusat didaerah
perkotaan, sehingga penduduk banyak pindah ke perkotaan untuk
memperoleh penghidupan yang lebih layak. Pada periode 1980-1990
pemeratan pembangunan mulai terasa sampai ke daerah pedesaan.
Keadaan ini memungkinkan penduduk tidak lagi membangun daerah
perkotaan, akan tetapi cendrung menciptakan lapangan pekerjaan sendiri di
pedesaan. (BPS, 1994:18)
Sejalan dengan arah pembangunan yang diharapkan persentase
penduduk perkotaan cendrung meningkat. Proyeksi yang diharapkan ada
peningkatan dari 31,10 persen tahun 1990 menjadi 41,46 % pada tahun
2000.
Menurut Prigno Tjiptoheriyanto upaya mempercepat proses
pengembangan suatu daerah pedesaan menjdadi daerah perkotaan yang
disesuaikan dengan harapan dan kemampuan masyarakat setempat. Untuk itu
diperlukan upaya peningkatan jumlah penduduk yang berminat tetap tinggal
di desa. Yang perlu diusahakan perubahan status desa itu sendiri, dari desa
"desa rural" menjadi "desa urban". Dengan demikian otomatis penduduk
yang tinggal didaerahnya menjadi "orang kota" daalam arti statistik
(Surabaya Post, 23 September 1996). Guna menekan derasnya arus
penduduk dari desa ke kota, maka pola pembangunan yang beroreantasi
pedesaan perlu digalakan dengan memasukan fasilitas perkotaan ke
pedesaan, sehingga merangsang kegiatan ekonomi pedesaan.
A. KESIMPULAN
Mobilitas penduduk adalah suatu perpindahan penduduk yang dilakukan
untuk meningkatkan kesejahteraan dalam hidupnya, baik karena paksaan
(perintah) maupun secara spontan (keinginan sendiri). Peranan mobilitas
penduduk terhadap laju pertumbuhan penduduk antara satu wilayah dengan
wilayah yang lain berbeda-beda. Secara operasional, macam-macam bentuk
mobilitas penduduk diukur berdasarkan konsep ruang dan waktu.
Mobilitas penduduk dibagi menjadi dua yaitu mobilitas permanen dan
non-permanen. Mobilitas permanen atau yang sering dikenal dengan sebutan
migrasi adalah perpindahan penduduk dari daerah asal (desa) ke daerah tujuan
DAFTAR PUSTAKA
2000.Jakarta: BPS
Daldjoeni. 1981. Masalah Penduduk Dalam Fakta dan Angka. Bandung: Alumni.
Lucas, David. 1990. Pengantar Kependudukan. Yogyakara: Gadjah Mada
University Press.
Mantra, Ida Bagus. 1985. Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta: Nur Cahaya.
Mantra, Ida Bagus. 2015. Pengantar Demografi Umum. Yogakarta: Pustaka
Pelajar.
Munir, Rozy. 1992. Dasar-dasar Demografi. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.
pada http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-sri%20rahayu.pdf
tanggal 12-09-2016
Handriawan, Budi. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penduduk