Anda di halaman 1dari 3

EKONOMI KEPENDUDUKAN

1. Teori Mobilitas ( Everett S.lee )

Sering di suatu kelompok masyarakat maupun individu terjadinya proses


mobilitas penduduk, namun hal ini seringkali tidak berhasil karena kurangnya
pemahaman tentang alasan mengapa individu tersebut berpindah. Everett S.Lee
(1996), Todaro (1995), dan Titus (1982) “A Theory Migration” berpendapat,
motivasi utama untuk berpindah motif ekonomi, motif yang dimana berkembang
karena adanya ketimpangan ekonomi antara berbagai daerah. Oleh karena itu
pengeerahan penduduk cenderung ke kota yang memiliki kekuatan yang relatif
diharapkan mampu menenuhi kebutuhan ekonominya. Arus migrasi dari desa ke
kota seringkali mengakibatkan dampak negatif dari kota besar. Permintaan
terhadap kesempatan kerja,fasilitas infrastruktur dan pelayanan kota seperti :
komunikasi,pendidikan,kesehatan,air,penerangan listrik cenderung meningkat.

Menurut Everett S.Lee, terdapat faktor faktor jika individu yang berpindah ke
kota sebagai tahap akhir maupun berpindah hanya untuk sementara waktu sebagai
berikut :
1. Faktor positif (+) yaitu faktor yang memberikan nilai keuntungan bila
bertempat tinggal ditempat tersebut.
2. Faktor negatif (-) yaitu faktor yang memberikan nilai negatif atau
merugikan bila tinggal ditempat tersebut sehingga seseorang meras perlu
untuk pindah ke tempat lain.
3. Faktor netral (0) yaitu tidak berpengaruh terhadap keinginan seseorang
individu untuk tetap tinggal ditempat asal atau ingin pindah ke tempat lain.

Selain ketiga faktor diatas terdapat faktor rintangan hal - hal yang yang cukup
berpengaruh terhadap besar kecilnya arus mobilitas penduduk antara lain dapat
berupa : ongkos pindah,topografi wilayah asal dengan daerah tujuan atau sarana
transportasi. Faktor yang tidak kalah penting yang mempengaruhi mobilitas
penduduk adalah dari individunya sendiri, karena indvidu pula yang dapat menilai
positif atau negatifkah suatu daerah dan memutuskan untuk pindah atau bertahan
ditempat asal.

Menurut Everett S.Lee (Mantra 2015) arus migrasi dipengaruhi oleh 4 faktor,
yaitu :

 Faktor individu, tidak nyamannya seseorang tinggal ditempat asal dan juga
lingkungan sosial yang kurang baik.
 Faktor yang terdapat pada daerah asal, seperti : keterbatasan kepemilikan
lahan, upah di desa rendah, waktu luang (time lag) antara masa tanam dan
masa panen , minimnya lapangan pekerjaan didesa, terbatasnya jenis
pekerjaan di desa, dan pendapatan yang tidak menentu.
 Rintangan antara daerah asal dengan daerah tujuan, seperti : sarana
transportasi, topografi desa ke kota dan jarak desa kota.
 Faktor di daerah tujuan, seperti : tingkat upah yang tinggi, luasnya
lapangan pekerjaan yang beraneka ragam.

Adapun perbedaan Mobilitas Permanen dan Mobilitas Non Permanen.

Untuk membedakan mobilitas permanen dan non permanen adalah pada waktu
(time) dan ruang (spasial).

a) Dari segi waktu, mobilitas permanen diartikan orang yang melakukan


perpindahan tempat tinggal dengan menetap. Menetap diartikan sebagai
bertempat tinggal disuatu tempat selama 6 bulan atau lebih, namun secara
praktek ada pula menggunakan konsep intention to shift residence, dimana
seseorang pergi ke daaerah lain dengan keinginan menetap walaupun
masih pendek.
b) Sedangkan mobilitas non permanen terbagi menjadi 2 yaitu :
i. Nglaju ( Communting ), menggambarkan mobilitas penduduk yang
tidak lebih dari 24 jam artinya tidak menginap atau balik hari.
ii. Menginap terbagi pula menjadi 2 pengertian yaitu musiman salah
satu yang mungkin melibatkan promosi musiman seperti hotel dan
lain sebagainya, sedangkan sirkulasi adalah bentuk mobilitas
penduduk non permanen bersifat sementara namun menginap
ditempat tujuan.

Sumber : Buku Materi Pokok PWKL4102, Kependudukan Edsi2, Cetakan


Pertama , Februari 2020

Anda mungkin juga menyukai