Kepadatan penduduk menjadi salah satu permasalahan yang timbul di
antara negara berkembang, salah satunya Indonesia. Di Indonesia sendiri, jumlah penduduk selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya. Peningkatan penduduk ini tentunya menimbulkan permasalahan baru jika tidak dikelola dengan baik. Berdasarkan data yang diperoleh dari laman Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2021jumlah penduduk Indonesia mencapai angka 272.682.500 jiwa dan mengalami peningkatan hingga 275.773.800 jiwa di tahun 2022. (Badan Pusat Statistik, 2022)
Peningkatan jumlah penduduk ini nyatanya banyak menimbulkan masalah,
salah satunya seperti tidak meratanya pembangunan dan banyaknya pengangguran karena tidak adanya lapangan kerja yang memadai. Permasalahan ini timbul karena pemerintah masih belum bisa melakukan pengelolaan yang baik terhadap seluruh masyarakat yang ada di Indonesia.
Peningkatan penduduk yang tidak merata dan menimbulkan ketimpangan
di setiap daerah membuat masyarakat perlu melakukan perpindahan untuk mendapat kehidupan yang layak. Seperti misalnya di daerah dengan lapangan kerja yang sedikit sedangkan penduduk dengan usia kerja tinggi, membuat mereka mau tak mau harus melakukan migrasi ke luar kota demi mendapat kehidupan yang layak.
Menurut Rozy Munir dalam buku Dasar-Dasar Demografi, migrasi adalah
perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain melalui batas administratif dengan tujuan untuk menetap. Sedangkan menurut Mantra, motivasi utama masyarakat dalam melakukan perpindahan dari pedesaan ke kota adalah karena motif ekonomi. (Mayangsari, 2020)
Perpindahan penduduk ini dapat dibedakan menjadi dua, migrasi
permanen dan migrasi non permanen. Dimana migrasi permanen terjadi karena penduduk berniat untuk menetap di wilayah tujuan. Sedangkan migrasi non permanen terjadi karena penduduk pindah ke daerah tujuan tanpa berniat untuk menetap. Selain itu, migrasi ini juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan migrasi memiliki penjelasan dengan teori yang berbeda-beda.
B. Pembahasan
Migrasi merupakan gejala berpindah tempat tinggal secara horizontal,
melewati batas administrasi, pindah menuju batas administrasi lain, kabupaten, kelurahan, kota, atau negara sekalipun. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya migrasi. Faktor tersebut dapat berupa tingkat pendidikan, usia, status pernikahan, kepemilikan lahan, kondisi infrastruktur, pendapatan, dan lainnya.
Terdapat beberapa teori migrasi yang menjelaskan perilaku migrasi,
hukum migrasi, ataupun faktor yang mempengaruhi migrasi. Berikut teori migrasi :
1. Teori Migrasi Menurut Lewis – Fei – Ranis
Menurut Lewis – Fei – Ranis, migrasi adalah proses pengalihan tenaga kerja dari sektor tradisional atau sektor pedesaan yang kelebihan pendidikan dan terindikasi surplus tenaga kerja untuk kemudian berpindah menuju sektor modern atau sektor industri perkotaan. (Fatqurijalillahi, 2018) 2. Teori Migrasi Menurut Everett S. Lee Menurut Everett S. Lee, volume migrasi di suatu wilayah berkembang sesuai tingkat keragaman daerah wilayah tersebut, baik daerah asal maupun daerah tujuan. Menurut Lee, berikut faktor-faktor yang disebut sebagai migrasi : (Fatqurijalillahi, 2018) a. Faktor positif, yaitu faktor yang memberi keuntungan apabila seseorang bertempat tinggal di tempat yang dijadikan tujuan. b. Faktor negatif, yaitu faktor yang memberi kerugiaan jika seseorang tinggal ditempat tersebut, yang kemudian menyebabkan orang tersebut berpindah ke tempat lain karena kebutuhan yang ia harapkan tidak terpenuhi. c. Faktor netral, yaitu faktor yang tidak memberi pengaruh pada seseorang untuk tinggal di tempat asal ataupun pindah ke tempat lain.
3. Teori Migrasi Menurut Revenstein
Teori yang dikumakan oleh Revenstein merupakan teori pertama yang membahas migrasi, juga dijadikan kajian bagi peneliti lain. Menurutnya migrasi faktor utama yang menyebabkan terjadinya migrasi ialah faktor ekonomi. (Mayangsari, 2020) Menurut Revenstein terdapat beberapa perilaku migrasi atau hukum- hukum migrasi, yaitu : a. Para migran memiliki kecenderungan dalam memilih tempat tinggal yang terdekat dengan daerah tujuan. b. Faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan migrasi ialah karena sulitnya mendapat penghasilan di daerah asal dan memiliki harapan untuk mendapat penghasilan yang lebih baik di daerah tujuan. c. Informasi negatif dari daerah tujuan memiliki pengaruh untuk mengurangi niat penduduk dalam melakukan migrasi. d. Semakin tinggi pengaruh kota, maka semakin tinggi pula tingkat mobilitas orang. e. Semakin tinggi pendapatan seseorang, berpengaruh pada peningkatan frekuensi mobilitas orang tersebut. f. Berita yang didapatkan dari kerabat yang telah pindah ke daerah lain menjadi informasi penting bagi migran. Selain itu, migran juga cenderung memilih bermigrasi ke daerah dimana telah terdapat kerabat yang tinggal di daerah tujuan tersebut. g. Sangat sulit untuk memperkirakan pola migrasi setiap orang ataupun kelompok penduduk. h. Penduduk yang belum menikah cenderung lebih banyak bermigrasi dibanding dengan penduduk yang sudah menikah. i. Penduduk dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi biasanya lebih banyak melakukan mobilitas.
4. Teori Migrasi Menurut Speare
Menurut Speare, migrasi tenaga kerja dipengaruhi oleh faktor struktural seperti karakteristik sosiologi dan demografis. Selain itu, dipengaruhi juga dengan kondisi geografis daerah asal, karakteristik komunitas, dan tingkat kepuasan terhadap tempat tinggal. Ketidakpuasan terhadap latar belakang juga menjadi pengaruh untuk bermigrasi. Seperti yang terjadi pada petani yang tinggal di lahan yang tandus yang membuat mereka harus mencari tempat lebih subur agar meningkatkan peluang hasil tani yang baik dan meningkatkan perekonomiannya. (Mayangsari, 2020) 5. Teori Migrasi Menurut Todaro Menurut Tadaro, pada dasarnya migrasi adalah fenomena ekonomi. Berdasarkan teori ini, diasumsikan bahwa arus migrasi terjadi karena adanya perbedaan distribusi pendapatan antara kota dan desa. Pendapatan yang dimaksud bukanlah pendapatan aktual namun pendapatan yang diharapkan. Teori migrasi ini menjelasakan 4 karakteristik utama, yaitu : (Lestari, 2021) a. Migrasi yang dirangsang oleh pertimbangan ekonomi yang sifatnya rasional dan berkaitan dengan untung atau rugi migrasi itu sendiri. b. Keputusan migrasi tergantung pada perbedaan upah riil yang diharapkan antara kota dan desa. c. Kemungkinan mendapat kerja secara cepat di kota berkaitan dengan banyaknya lapangan pekerjaan di kota, dan berbanging terbalik dengan tingkat pengangguran di perkotaan. d. Migrasi akan tetap terjadi meski tingkat pengangguran di kota juga tinggi, terutama di negara yang jumlah tenaga kerjanya berlebih. Selain dari teori-teori yang telah dikemukakan para ahli dalam menjelaskan pengertian migrasi. Terdapat pula bentuk-bentuk migrasi, yaitu : (Bayu, 2018)
1. Migrasi penduduk vertikal, atau disebut dengan perubahan status.
Bentuk migrasi ini seperti perubahan status dalam bekerja dari yang semula bekerja di sektor perbankan kemudian berpindah bekerja menjadi di sektor pemerintahan. 2. Migrasi penduduk horizontal, yakni migrasi penduduk secara geografis atau perpindahan yang melewati batas wilayah. Seperti berpindah dari satu daerah ke daerah lain.
Selain itu, Mantra menjelaskan bahwa adapula jenis migrasi yang
ditentukan dari niat dan keinginan untuk berpindah. Jenis migrasi tersebut yaitu:
a. Migrasi penduduk permanen
Migrasi permanen merupakan gerak penduduk yang melintas dari satu wilayah ke wilayah lain dengan tujuan untuk menetap. b. Migrasi penduduk non permanen Migrasi non permanen merupakan perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain tanpa ada tujuan menetap. Meskipun beberapa individu menetap di wilayah tujuan dengan jangka waktu yang lama, namun tidak memiliki niat untuk menetap secara permanen, maka dikatakan sebagai migrasi non permanen. C. Penutup
Migrasi ini pada dasarnya merupakan perpindahan penduduk yang
berpindah dari satu wilayah ke wilayah lain dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ekonomi, keingingan untuk mendapat tempat tinggal yang sejahtera, ataupun lainnya. Migrasi ini juga terbagi menjadi migrasi permanen dengan tujuan untuk menetap ataupu migrasi non permanen yang tidak memiliki tujuan untuk menetap. Berdasarkan beberapa teori yang sudah dijelaskan, migrasi juga dipengaruhi oleh informasi yang diperoleh dari individu-individu yang telah menetap sebelumnya di tempat tujuan. Namun secara umumnya, pada dasarnya migrasi ini dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan perolehan pendapatan yang bisa didapatkan oleh individu agar tingkat kehidupanya lebih baik.