Anda di halaman 1dari 13

MIGRASI DITINJAU DARI

TEORI DAN KEBIJAKAN

Kelompok 9
Rasma Ali
Harsiani
Muh Scyahril B
A. PENGERTIAN MIGRASI

Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk


menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas
politik/Negara ataupun batas administrasi/batas bagian dalam
suatu negara.
Menurut Everesst S. Lee Migrasi adalah perubahan tempat
tinggal yang permanent atau semi permanent dan tidak ada
batasan mengenai jarak yang ditempuh, apakah perubahan tempat
tinggal itu dilakukan secara sukarela atau terpaksa, dan apakah
perubahan tempat tinggal itu antar Negara atau masih dalam suatu
Negara
Menurut Sensus penduduk Indonesia Migrasi sebagai
perpindahan tempat tinggal yang melampaui batas propinsi,
dengan batasan waktu telah tinggal di tempat tujuan selama enam
bulan atau lebih.
B. JENIS-JENIS MIGRASI

1. Migrasi masuk ( In Migration ) adalah masuknya penduduk ke suatu


daerah tempat tujuan ( area of destination )
2. Migrasi keluar ( Out Migration ) adalah perpindahan penduduk
keluar dari suatu daerah asal ( area of origin )
3. Migrasi Internasional (International migration ) adalah perpindahan
penduduk dari suatu negara kenegara lain
4. Arus migrasi (migration stream) adalah jumlah atau banyaknya
perpindahan yang terjadi dari daerah asal kedarah tujuan dalam
jangka waktu tertentu .
5. Urbanisasi (urbanization) adalah perpindahan penduduk dari desa
ke kota dengan maksud untuk mencari nafka.
6. Transmigrasi ( Transmigration ) adalah perpindahan penduduk dari
pulau yang padat penduduknya ke pulau yang jarang penduduknya
dalam satu negara.
C. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MIGRASI

Pada dasarnya ada dua faktor yang menyebabkan seseorang


melakukan migrasi yaitu faktor pendorong dan faktor penarik.
a. Faktor pendorong (push factor )
1. Menyempitnya lapangan pekerjaan ditempat asal(misalnya tanah
untuk pertanian di perdesaan yang makin menyempit).
2. Alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan
3. Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami,
musim kemarau panjang atau adanya wabah penyakit.

b. Faktor penarik (pull factor)


1. Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk
memperbaikan taraf hidup.
2. Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih
baik.
3. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan,
misalnya iklim, perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas publik
lainnya.
D. TEORI MIGRASI

1. TADARO
Model todaro merumuskan bahwa migrasi berkembang karena
perbedaan antar pendapatan yang diharapkan dan yang terjadi di
pedesaan dan di perkotaan. Pada hakekatnya, teori ini menganggap
bahwa angkatan kerja, baik actual maupun potensial,
memperbadingkan pendapatan yang mereka “harapkan” di perkotaan
pada suatu waktu tertentu dengan memperhitungkan pendapatan
rata-rata di pedesaan. Akhirnya mereka melakukan migrasi jika
pendapatan yang ‘diharapkan” di kota lebih besar daripada
pendapatan rata-rata di pedesaan.

Secara singkat bisa disebutkan disini bahwa model migrasi dari todaro
mempunyai 4 karakteristik utama yaitu:
a. Migrasi terutama sekali dirangsang oleh pertimbangan-pertimbangan
ekonomis yang rasional. Misalnya pertimbangan manfaat (benefits)
dan biaya (costs), terutama sekali secara financial tetapi juga secara
psikologis.
Lanjutan...

b. keputusan untuk bermigrasi lebih tergantung pada perbedaan upah


riil “yang diharapkan” daripada “yang terjadi” antara pedesaan dan
perkotaan, di mana perbedaan yang “diharakan” itu ditentukan oleh
interkasi anta dua variable yaitu perbedaan upah pedesaan-
perkotaan yang terjadi kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan
di sector perkotaan.
c. Kemungkinan mendapatkan pekerjaan di perkotaan berkaitan
langsung dengan tingkat lapangan pekerjaan di perkotaan, sehingga
berbanding terbalik dengan tingkat pengangguran di perkotaan.
d. Tingkat migrasi yang melebihi tingkat pertumbuhan kesemptana
kerja di perkotaan sangat mungkin terjadi. Oleh karena itu, tingkat
pengangguran yang tinggi di perkotaan merupakan hal yang tidak
terelakkan karena adanya ketidak seimbangan yang parah antara
kesempatan-kesempatan ekonomi di perkotaan dan di pedesaan
2. EVERETT S. LEE

Menurut Everett S. Lee, volume migrasi di suatu wilayah berkembang sesuai


dengan tingkat keragaman daerah-daerah diwilayah tersebut. Di daerah asal
dan di daerah tujuan menurut Lee, terdapat faktor-faktor yang disebut:
a. Faktor positif yaitu faktor yang memberikan nilai keuntungan bila
bertempat tinggal di tempat tersebut
b. Faktor negatif yaitu faktor yang memberikan nilai negatif atau merugikan
bila tinggal ditempat tersebut sehingga seseorang mersa perlu untuk
tinggal di tempat lain.
c. Faktor netral yaitu tidak berpengaruh terhadap keinginan seseorang
individu untuk tetap tinggal disuatu tempat asal atau pindah ke tempat
lain

Menurut Everett S. Lee (Munir.2000, hal.120) ada 4 faktor yang


menyebabkan orang mengambil keputusan untuk melakukan migrasi, yaitu:
1. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal
2. Faktor-faktor yang terdapat di tempat tujuan
3. Rintangan-rintangan yang menghambat
4. Faktor-faktor pribadi
Menurut Everett S. Lee ada 4 faktor yang menyebabkan
orang mengambil keputusan untuk melakukan migrasi,
yaitu:
1. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal
2. Faktor-faktor yang terdapat di tempat tujuan
3. Rintangan-rintangan yang menghambat
4. Faktor-faktor pribadi

Di setiap tempat asal ataupun tujuan, ada sejumlah faktor


yang menahan orang untuk tetap tinggal di situ, dan
menarik orang luar untuk pindah ke tempat tersebut; ada
sejumlah faktor negatif yang mendorong orang untuk
pindah dari tempat tersebut; dan sejumlah faktor netral
yang tidak menjadi masalah dalam keputusan untuk
migrasi.
Lanjutan...

Selalu terdapat sejumlah rintangan yang dalam


keadaan-keadaan tertentu tidak seberapa beratnya, tetapi
dalam keadaan lain dapat diatasi. Rintangan-rintangan itu
antar lain adalah mengenai jarak, walaupun rintangan "jarak"
ini meskipun selalu ada, tidak selalu menjadi faktor
penghalang. Rintangn-rintangan tersebut mempunyai
pengaruh yang berbeda-beda pada orang-orang yang mau
pindah. Ada orang yang memandang rintangan-rintangan
tersebut sebagai hal sepele, tetapi ada juga yang memandang
sebagai hal yang berat yang menghalangi orang untuk pindah.
Sedangkan faktor dalam pribadi mempunyai peranan penting
karena faktor-faktor nyata yang terdapat di tempat asal atau
tempat tujuan belum merupakan factor utama, karena pada
akhirnya kembali pada tanggapan seseorang tentang factor
tersebut, kepekaan pribadi dan kecerdasannnya.
E. KEBIJAKAN MIGRASI

1. Ketimpangan kesempatan kerja antara kota dan desa harus


dikurangi. Karena para migran diasumsikan akan tanggap terhadap
adanya selisih-selisih pendapatan, maka ketimpangan kesempatan
ekonomi antara segenap sektor perkotaan dan pedesaan harus
dikurangi.
2. Pemecahan masalah pengangguran tidak cukup hanya dengan
penciptaan lapangan kerja di kota. Pemecahan masalah
pengangguran di perkotaan yang dilakukan atas dasar saran-saran
ilmu ekonomi keynesian atau tradisional ( yaitu melalui penciptaan
lebih banyak lapangan kerja di sektor perkotaan tanpa harus
meningkatkan penghasilan dan kesempatan kerja di pedesaan dalam
waktu bersamaan) dapat mengakibatkan suatu situasi yang
paradoks, yakni meskipun lapangan kerja di daerah perkotaan telah
ditambah namun tingkat pengaggurannya tetap saja meningkat.
3. Pengembangan pendidikan yang berlebihan
mengakibatkan migrasi dan pengangguran. Model
Todaro juga memiliki implikasdi kebijakan untuk
mencegah investasi di bidang pendidikan yang
berlebihan terutama pendidikan tinggi.
4. Pemberian subsidi upah dan penentuan harga faktor
produksi tradisional (tenaga kerja) justru
menurunkan produktivitas. Salah satu resep
kebijakan ekonomi yang baku untuk menciptakan
kesempatan kerja di perkotaan adalah dengan
menghilangkan distorsi harga faktor produksi dan
menggunakan harga yang “sebenarnya” (dibentuk
oleh mekanisme pasar).
Lanjutan...

5. Program pembangunan desa secara terpadu harus


dipacu. Kebijakan yang hanya ditujukan untuk
memenuhi sisi permintaan kesempatan kerja di kota,
seperti subsidi upah, rekruitmen pegawai lembaga-
lembaga pemerintah, penghapusan distorsi harga
faktor-faktor produksi dan penyediaan insentif
perpajakan bagi para majikan, dalam jangka panjang
ternyata tidak begitu efektif untuk meniadakan atau
menanggulangi masalah pengagguran bila
dibandingkan dengan kebijakan-kebijakan yang khusus
dirancang untuk mengatur secara langsung penawaran
tenaga kerja ke wilayah perkotaan.
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai