PENDAHULUAN
Suatu perubahan ekonomi dapat menjelma menjadi suatu krisis. Dilihat dari
proses terjadinya, krisis ekonomi mempunyai dua sifat yang berbeda. Pertama,
krisis ekonomi yang terjadi secara mendadak atau muncul tanpa ada tanda-tanda
sebelumnya, yang umum disebut goncangan ekonomi tak terduga. Misalnya,
kenaikan harga minyak mentah yang sangat besar di pasar internasional pada
tahun 1974. Kedua, krisis ekonomi yang sifatnya tidak mendadak, melainkan
melewati proses akumulasi yang cukup panjang, adalah seperti krisis ekonomi
global yang terdapat pada periode 2008-2009.
Suatu krisis ekonomi di suatu Negara atau wilayah bisa berasal dari luar atau
dalam negera/wilayah tersebut. Bersumber dari dalam, misalnya penurunan pada
suatu komoditas secara mendadak. Di sektor pertanian, misalnya, gagal panen
karena perubahan cuaca ekstrim yang tidak terantisipasi sebelumnya. Bersumber
dari luar Negara seperti krisis ekonomi global 2008-2009 (terkecuali AS, krisis ini
berasal dari dalam). Atau krisis minyak pertama pada tahun 1974 atau kedua pada
tahun 1979 bagi Negara-negara pengekspor minyak.3
Krisis keuangan Asia muncul sekitar pertengahan tahun 1997 dan mencapai
klimaksnya pada tahun 1998 dipicuh awalnya oleh larinya modal, terutama modal
asing jangka pendek. Dari Thailand, secara tiba-tiba dalam jumlah yang tidak
kecil, cukup kuat untuk membuat banyak investor dan pengusaha gugup dalam
menganggapinya. Pelarian tersebut mengakibatkan nilai tukar bath terhadap dolar
AS terdepresiasi dalam jumlah yang tidak besar. Dalam jangka waktu yang tidak
lama, hal yang sama terjadi di Indonesia, yang membuat nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS melemah.7
Gambar 1
Proses terjadinya krisis ekonomi di Indonesia
Bath Depresiasi
Inflasi Permintaan
Berbicara tentang krisis ekonomi, tidak akan lepas tentang faktor-faktor yang
menyebabkan krisis tersebut terjadi. Banyak pendapat para pakar di Indonesia
mengenai penyebab krisis. Menurut Nasution (1999), penyebab krisis adalah:
a. Lemahnya Sistem Keuangan
Adanya ketergantungan dunia usaha pada pembelanjaan kredit perbankan dan
pinjaman luar negeri yang meningkat kerawanan pada perubahan tingkat suku
bungan maupun perubahan kurs devisa.
b. Menguatnya Nilai Rill Rupiah
Modal asing yang masih nilai rill rupiah yang bisa meredam kenaikan tingkat
suku bunga di pasar dalam negeri dan menimbulkan aspek negatif, seperti
mengurangi daya saing ekonomi nasional di pasar dunia dan merangsang alokasi
Kemiskinan Merajalela
Pada rezim Soeharto keberhasilan mengurangi jumlah penduduk miskin selama
30 tahun kini bagai tak berbekas. Krisis ekonomi selama 10 bulan sudah memaksa
puluhan juta penduduk Indonesia kemabli terpuruk hidup dibawah garis
kemiskinan, pemicu utamanya adalah meroketnya harga-harga kebutuhan pokok,
terutama pangan. Hal ini disebabkan karena ternyata unsur pangan didalam
Krisis ekonomi global 2008-2009 dipicu oleh suatu krisis keuangan yang
besar di AS pada tahun 2007 dan melalui keterkaitan keuangan global, krisis
tersebut menjalar ke sebagian besar dunia, terutama Negara-negara maju seperti
Jepang dan UE yang secara ekonomi dan keuangan sangat terintegrasi dengan AS.
Oleh banyak ekonomi dunia, krisis ini disebut sebagai krisis ekonomi paling
Di Asia, banyak Negara yang terkena dampak dari krisis tersebut, termasuk
Cina, India, dan Indonesia; walaupun derajat dari dampaknya bervariasi
antarnegara, tergantung pada kondisis dan tingkat integrasi dari Negara
bersangkutan dengan ekonomi dunia (khususnya dalam area perdagangan dan
keuangan). Berdasarkan sebuah laporan mengenai perekonomian Asia dari IMF
yang dikeluarkan pada bulan April 2009, pertumbuhan ekonomi di wilayah
tersebut secara keseluruhan diprediksi akan menurun sekitar 1,4 persen pada
tahun 2009.
Krisis 2008-2009 tersebut mempengaruhi banyak Negara melalui sejumlah
jalur, yaitu ekspor, investasi (termasuk PMA), dan pengiriman uang dari pekerja-
pekerja migran. Namun demikian, jalur paling utama untuk sebagian besar
Negara-negara yang terkena dampaknya adalah ekspor. Seperti, Negara
Hongkong-Cina, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Cina Taipei, dan Thailand
yang bisa terkena dampaknya dari krisis tersebut dibandingkan Negara-negara
yang relative lebih berorientasi ked lam negeri, termasuk Indonesia.
Permintaan Dunia
Ekspor Ekspor
Produksi
Produksi di sektor lain Produksi
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Krisis demi krisis telah kita lalui, banyak hikmah sekaligus trauma yang
didapat dari terutama, dua krisis terakhir yaitu Krisis Keuangan Asia tahun
1997/1998 dan Krisis Ekonomi Global yang dipicu oleh kasus subprime mortgage
tahun 2008. Krisis 2008 memiliki skala dan dampak kerusakan perekonomian
dunia yang jauh lebih kuat dibandingkan krisis Asia 1998. Selain itu, krisis 2008
juga telah membawa dampak lanjutan terhadap fluktuasi nilai tukar (currency)
dan permasalahan fiskal akut di AS dan Uni Eropa. Namun faktanya, krisis global
2008 tersebut justru memberikan dampak yang minimal, dibandingkan krisis
3.2 Saran