Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan


dan Kebudayaan mendefinisikan krisis sebagai suatu situasi yang genting dan
gawat, atau suatu kemelut mengenai suatu kejadian atau peristiwa-peristiwa yang
menyangkut kehidupan.
Krisis demi krisis telah kita lalui, banyak hikmah sekaligus trauma yang
didapat, dua krisis terakhir yaitu Krisis Keuangan Asia tahun 1997/1998 dan
Krisis Ekonomi Global yang dipicu oleh kasus subprime mortgage tahun 2008.
Krisis 2008 memiliki skala dan dampak kerusakan perekonomian dunia yang jauh
lebih kuat dibandingkan krisis Asia 1998. Selain itu, krisis 2008 juga telah
membawa dampak lanjutan terhadap fluktuasi nilai tukar (currency) dan
permasalahan fiskal akut di AS dan Uni Eropa. Namun faktanya, krisis global
2008 tersebut justru memberikan dampak yang minimal, dibandingkan krisis
keuangan Asia 1997 yang menimbulkan kerusakan serius bagi perekonomian
nasional serta memicu krisis sosial-politik skala nasional.
Krisis Moneter merembet pada ke hampir semua aspek perekonomian,
sehingga menjelmalah krisis ekonomi kemudian krisis di berbagai bidang yang
berkepanjangan. Krisis ekonomi merupakan salah satu dimensi yang telah
membawa sebagian besar rakyat kita terejerembah lebih dalam ke suasana
kehidupan yang amat memprihatinkan. Untuk mewujudkan pemulihan ekonomi
Indonesia, bukanlah pekerjaan yang mudah. Kendati begitu, kita harus bertekad,
dan bekerja sama. Setiap orang Indonesia seyogianya terpanggil untuk
berpartisipasi menyumbangkan pikiran, tenaga, dan mau bekerja keras untuk
keluar dari krisis yang dialami.

Krisis Ekonomi Page 1


1.2 Rumusan Masalah

Dari Uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah, adapun rumusan


masalah dalam pembahasan ini adalah:
1. Apa Pengertian Krisis ekonomi?
2. Sebutkan Jenis-jenis Krisis dan jalur Transmisi UtamaNya?
3. Bagaimana Kilas Balik dari Krisis Keuangan Asia dan Pengaruh Serta
Dampak nya Terhadap Krisis di Indonesia?
4. Bagaimana Kilas Balik dari Krisis Ekonomi Global dan Pengaruh Serta
Dampak nya Terhadap Krisis di Indonesia?

1.3 Tujuan penulisan

Dari rumusan masalah diatas dapat dirumuskan beberapa tujuan pembahasan.


Adapun tujuannya yakni sebagai berikut:
1. Mengetahui serta Memahami dan Mendalami Pengertian dari Krisis
Ekonomi.
2. Mengetahui serta Memahami dan Mendalami Jenis-Jenis Krisis Ekonomi.
3. Mengetahui serta Memahami dan Mendalami Kilas Balik dari Krisis
Keuangan Asia dan Pengaruh Serta Dampak nya Terhadap Krisis di
Indonesia.
4. Mengetahui serta Memahami dan Mendalami Kilas Balik dari Krisis
Global dan Pengaruh Serta Dampak nya Terhadap Krisis di Indonesia.
5. Memenuhi Tugas Makalah Mata Kuliah Perekonomian Indonesia.

Krisis Ekonomi Page 2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Krisis Ekonomi

Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan


dan Kebudayaan mendefinisikan krisis sebagai suatu situasi yang genting dan
gawat, mengenai suatu kejadian atau peristiwa-peristiwa yang menyangkut
kehidupan.
Menurut ahli ekonomi, pengertian krisis ekonomi secara sederhana adalah
suatu keadaan dimana sebuah Negara yang pemerintahnya tidak dipercaya lagi
oleh rakyatnya, khususnya masalah finansial. Rakyatnya tidak mau lagi
menyimpan uang di bank-bank yang ada, sehingga bank-bank mengalami
kesulitan uang tunai. Jika itu terjadi maka bank sentral akan mencairkan asetnya
untuk menalangi semua bank-bank itu. Setelah itu maka harga-harga naik seiring
dengan banyaknya uang tunai di masyarakat akibat bank kelebihan uang tunai.
Jika keadaan itu terjadi maka negara memasuki masa krisis. Negara tidak
mampu membayar hutangnya sehingga hutangnya sudah jauh diatas PDB-nya.
Maksudnya, ketika suatu negara mempunyai hutang terhadap negara lain dan
bunga dari hutang tersebut semakin bertambah setiap tahunnya, tetapi pendapatan
Negara tersebut tidak mengalami pertambahan akibat krisis ekonomi, sehingga
membuat Negara tersebut mengalami kesulitan untuk membayar hutang-
hutangnya.1

Krisis Ekonomi Page 3


Berdasarkan pengertian tentang krisis dan ekonomi yang telah dijelaskan di
atas, dapat disimpulkan bahwa krisis ekonomi adalah suatu peristiwa yang genting
dan penuh dengan kemelut tentang tatanan kehidupan perekonomian suatu negara
yang merupakan faktor dasar bidang kehidupan manusia yang bersifat materil.2

2.2 Jenis-jenis Krisis dan Jalur Transmisi Utama

Suatu perubahan ekonomi dapat menjelma menjadi suatu krisis. Dilihat dari
proses terjadinya, krisis ekonomi mempunyai dua sifat yang berbeda. Pertama,
krisis ekonomi yang terjadi secara mendadak atau muncul tanpa ada tanda-tanda
sebelumnya, yang umum disebut goncangan ekonomi tak terduga. Misalnya,
kenaikan harga minyak mentah yang sangat besar di pasar internasional pada
tahun 1974. Kedua, krisis ekonomi yang sifatnya tidak mendadak, melainkan
melewati proses akumulasi yang cukup panjang, adalah seperti krisis ekonomi
global yang terdapat pada periode 2008-2009.
Suatu krisis ekonomi di suatu Negara atau wilayah bisa berasal dari luar atau
dalam negera/wilayah tersebut. Bersumber dari dalam, misalnya penurunan pada
suatu komoditas secara mendadak. Di sektor pertanian, misalnya, gagal panen
karena perubahan cuaca ekstrim yang tidak terantisipasi sebelumnya. Bersumber
dari luar Negara seperti krisis ekonomi global 2008-2009 (terkecuali AS, krisis ini
berasal dari dalam). Atau krisis minyak pertama pada tahun 1974 atau kedua pada
tahun 1979 bagi Negara-negara pengekspor minyak.3

Krisis Ekonomi Page 4


Krisis-krisis ekonomi yang berasal dari sumber-sumber yang berbeda juga
mempunyai proses-proses atau jalur-jalur transmisi dari sumber-sumber yang
berbeda juga (lihat Tabel 1).4
Tabel 1
Tipe-tipe krisis ekonomi beserta jalur-jalur transmisinya dan indikator-
indikator utamanya
Tipe Krisis Jalur-Jalur Indikator-Indikator Utama Untuk
Ekonomi Transmisi Utama Memonitor Dampak
Krisis Produksi Kesempatan Kerja Output menurut sektor dan wilayah
Pendapatan Kesempatan kerja menurut sektor
Inflasi dan wilayah
Pendapatan menurut sektor dan
wilayah
Inflasi menurut wilayah
Kemiskinan menurut wilayah
Krisis Perbankan Kredit Output menurut sektor dan wilayah
Suku bunga pinjaman Kesempatan kerja menurut sektor
Output dan wilayah
Kesempatan kerja Pendapatan menurut sektor dan
Pendapatan wilayah
Kemiskinan menurut wilayah
Krisis nilai tukar Export Ekspor menurut sektor dan wilayah
Import Impor menurut sektor dan wilayah
Output Output menurut sektor dan wilayah
Kesempatan kerja Inflasi menurut wilayah

Krisis Ekonomi Page 5


Pendapatn Kesempatan kerja menurut sektor
Inflasi dan wilayah
Pendapatan menurut sektor dan
wilayah
Kemiskinan menurut wilayah
Krsis ekspor Output Ekspor menurut sektor dan wilayah
Kesempatan kerja Output menurut sektor dan wilayah
Pendapatan Kesempatan kerja menurut sektor
dan wilayah
Pendaptan menurut sektor dan
wilayah
Kemiskinan menurut wilayah
Krisis impor Output Output menurut sektor dan wilayah
Kesempatan kerja Kesempatan kerja menurut sektor
Pendapatan dan wilayah
Inflation Pendapatan menurut sektor dan
wilayah
Kemiskinan menurut wilayah
Inflasi menurut wilayah

Krisis modal Output Output menurut sektor dan wilayah


Nilai tukar Kesempatan kerja menurut sektor
Kesempatan Kerja dan wilayah
Pendapatan Pendapatan menurut sektor dan
Inflasi wilayah
Inflasi menurut wilayah
Kemiskinan menurut wilayah

Krisis Ekonomi Page 6


2.3 Krisis Ekonomi Indonesia

Indonesia terhitung sebagai Negara terakhir yang terkena krisis dibandingkan


sejumlah Negara lainnya di kawasan Asia Pasifik. Namun krisis yang melanda
Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 cakupannya lebih dalam dan lebih
kompleks.5
Akar dan sumber krisis keuangan 1997 sejatinya berasal dari kelemahan
fundamental perekonomian dan tidak sehatnya perbankan nasional 1997 yang
terpicu oleh efek getok-tular (contagious effect) dari krisis di Thailand. Kondisi
perekonomian yang kurang kondusif saat itu membuat Indonesia dengan mudah
terseret pusaran krisis yang sangat merusak.6

2.3.1 Awal Krisis Ekonomi ( Krisis Keuangan Asia)

Krisis keuangan Asia muncul sekitar pertengahan tahun 1997 dan mencapai
klimaksnya pada tahun 1998 dipicuh awalnya oleh larinya modal, terutama modal
asing jangka pendek. Dari Thailand, secara tiba-tiba dalam jumlah yang tidak
kecil, cukup kuat untuk membuat banyak investor dan pengusaha gugup dalam
menganggapinya. Pelarian tersebut mengakibatkan nilai tukar bath terhadap dolar
AS terdepresiasi dalam jumlah yang tidak besar. Dalam jangka waktu yang tidak
lama, hal yang sama terjadi di Indonesia, yang membuat nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS melemah.7

Krisis Ekonomi Page 7


Gejolak nilai tukar rupiah sejak bulan juli 1997 sepatutnya kian membuka
mata hati kita terhadap berbagai persoalan mendasar yang menghadang ekonomi
Indonesia sejak sekian tahun sebelumnya. Ulah para spekulan bisa saja dijadikan
kambing hitam. Namun, teramat naïf kalau akar permasalahan ditimpahkan
seluruhnya kepada mereka, senaif kalau kita mengatakan bahwa kemerosotan
rupiah dipicu semata-mata oleh tindakan spekulatif.
Lebih besar pengeluaran atau pembelanjaan daripada pendapatan saat itu dan
lebih banyak membeli dari luar negeri daripada menjual ke luar negeri. Keadaan
demikian semakin memburuk dari waktu ke waktu, sehingga mengakibatkan
ketergantungan pada dana luar negeri kian menggelembung.
Kita tidak menafikan faktor eksotiknya saham-saham dan mata uang-mata
uang Asia Tenggara yang digolongkan sebagai emerging market, sehingga
meengundang para pelaku pasar uang mengadu nasib di kawasan ini. Namun, sulit
pula untuk mengatakan bahwa gejolak nilai tukar semata-mata merupakan
persoalan atau fenomena moneter. Bagaimanapun, sektor moneter umumya dan
sektor keuangan khususnya merefleksikan keadaan sektor real. Sektor keuangan
tidak akan pernah lepas kaitan sama sekali dengan sektor real.8
Seperti yang dijelaskan sektor moneter tidak akan pernah bisa lepas dari
sektor real. Karena, bagaimanapun, keberadaan sektor moneter dengan segala
perengkat kebijakan dan berbagai lembaga keuangan yang menopangnya tidak
bisa berdiri sendiri. Sehebat dan secanggih apa pun sektor ini, pada dasarnya
merupakan fasilitaator bagi sektor real.
Sektor real yang sehat dapat meredam gejolak finansial dan perilaku tidak
produktif atau artifisial. Dengan begitu, kebijakan moneter dan keberadaan
pemerintah bisa diarahkan dengan lebih efektif untuk meredam fluktuasi tajam

Krisis Ekonomi Page 8


dibidang perekonomian. Pemerintah bisa lebih menitikberatkan pada fungsi
monitoring yang efektif atas arus finansial yang masuk dan keluar yang mengacu
pada prinsip bagi kesejahteraan rakyat dan keadilan.9

2.3.2 Pendalaman Krisis

Gambar 1
Proses terjadinya krisis ekonomi di Indonesia

Modal (Dolar AS) lari dari Thailand

Bath Depresiasi

Modal (Dolar AS) lari dari Indonesia

Harga Impor (Dolar AS) Rupiah Depresiasi

Krisis Keuangan Perusahaan Krisis Keuangan Perusahaan

Perusahaan Bangkrut Perbankan Hancur

Impor Output Pengangguran

Krisis Ekonomi Page 9


PDB Kemiskinan

Inflasi Permintaan

Sebelumnya Indonesia terlihat jauh dari krisis tidak seperti Thailand,


Indonesia memiliki laju inflasi terkendali, tingkat pengangguran relative rendah,
neraca pembayaran secara keseluruahan masih surplus meskipun defisit neraca
berjalan cenderung membesar namun jumlahnya masih terkendali. Rupiah mulai
terserang kuat di Agustus. Pada 14 Agustus 1997, pertukaran floating teratur
ditukar dengan pertukaran floating bebas. Indonesia kemudian meminta bantuan
IMF, namun situasi semakin buruk dengan rupiah yang merosot tajam dari rata-
rata Rp 2,450 per dollar AS Juni 1997 menjadi Rp 13,513 akhir Januari 1998,
namun kemudian berhasil menguat kembali menjadi sekitar Rp 8,000 awal Mei
1999.
Di Indonesia dalam periode 1990-an kemiskinan meningkat akibat krisis
ekonomi 1997/1998 (lihat Gambar 1), dan peningkatan tersebut lebih besar di
perkotaan daripada di perdesaan. Hal ini terjadi karena ekonomi perkotaan yang
didominasi oleh sektor-sektor non-pertanian yang sangat bergantung pada impor,
modal asing, dan utang luar negeri (ULN) lebih terpukul oleh krisis tersebut
dibandingkan ekonomi perdesaan yang didominasi oleh sektor pertanian yang
lebih tergantung pada sumber produksi dalam negeri.
Krisis Moneter 1997/1998 tidak semata-mata krisis moneter dalam arti sempit
“kemerosotan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika” tetapi sudah mengarah
pada distorsi pasar, kenaikan harga yang tidak masuk akal, pengangguran
meningkat dan mengarah krisis kepercayaan kepada pemerintah.

Krisis Ekonomi Page 10


Dilihat dari indikator makro ekonomi, fundamental ekonomi Indonesia bisa
dikatakan kuat hanya jika dilihat dari kriteria pertumbuhan ekonomi. Sedangkan
jika dilihat dari indikator kriteria lainnya, maka akan terlihat kelemahan
mendasar. Kelemahan tersebut tercermin dalam:
1. Tidak adanya korelasi positif antara pertumbuhan ekonomi tinggi dengan
perluasan kesempatan kerja; distribusi pendapatan tidak merata, kesenjangan
sosial antara yang kaya dengan yang miskin, dan jumlah tenaga kerja yang
semakin meningkat dan berpotensi menjadi pengangguran.
2. Pertumbuhan ekonomi dipicu oleh saving gap (investasi lebih besar dari
tabungan) yang makin melebar, baik dari kredit bank dalam negeri maupun kredit
luar negeri untuk sektor swasta. Sedangkan di sektor pemerintah/publik,
pembangunan yang dibiayai dari utang luar negeri yang semakin meningkat.
3. Kebijaksanaan ekonomi tidak dilaksanakan oleh aparat birokrasi yang bersih
dari kolusi, korupsi, nepotisme, sindikasi, dan konspirasi.

2.3.3 Penyebab Terjadinya Krisis di Indonesia

Berbicara tentang krisis ekonomi, tidak akan lepas tentang faktor-faktor yang
menyebabkan krisis tersebut terjadi. Banyak pendapat para pakar di Indonesia
mengenai penyebab krisis. Menurut Nasution (1999), penyebab krisis adalah:
a. Lemahnya Sistem Keuangan
Adanya ketergantungan dunia usaha pada pembelanjaan kredit perbankan dan
pinjaman luar negeri yang meningkat kerawanan pada perubahan tingkat suku
bungan maupun perubahan kurs devisa.
b. Menguatnya Nilai Rill Rupiah
Modal asing yang masih nilai rill rupiah yang bisa meredam kenaikan tingkat
suku bunga di pasar dalam negeri dan menimbulkan aspek negatif, seperti
mengurangi daya saing ekonomi nasional di pasar dunia dan merangsang alokasi

Krisis Ekonomi Page 11


pada faktor-faktor produksi yang cenderung pada non traded sektor dimana
barang dan jasa tidak diekspor atau diimpor yang menyebabkan produsen dalam
negeri tidak merasakan persaingan pasar dari dunia luar.
c. Lemahnya Bank Sentral
Keterbatasan Bank Indonesia dalam menjalankan kebijakan moneter yang
semakin terbatas karena kondisi keuangannya yang sulit.

Menurut Lepi T Tarmidi faktor penyebab krisis moneter di Indonesia menurut


urutan kejadiannya:
1. Tingkat depresiasi rupiah yang relative rendah, berkisar antara 2.4% (1993)
hingga 5.8% (1991) antara tahun 1988 hingga 1996, yang berada di bawah nilai
tukar nyatanya, menyebabkan nilai rupiah secara kumuliatif sangat overvalued.
2. Akar dari segala permasalahan adalah utang luar negeri swasta jangka pendek
dan menengah sehingga nilai tukar rupiah mendapat tekanan yang berat karena
tidak tersedia cukup devisa untuk membayar utang yang jatuh tempo beserta
bunganya, ditambah sistim perbankan nasional yang lemah.
3. Permainan yang dilakukan oleh spekulan asing yang dikenal sebagai hedge
funds tidak mungkin dapat dibendung dengan melepas cadangan devisa yang
dimiliki Indonesia pada saat itu, karena praktek margin trading.
4. Kebijakan fiskal dan moneter tidak konsisten dalam suatu sistim nilai tukar
dengan pita batas intervensi.
5. Defisit neraca berjalan yang semakin membesar yang disebabkan karena laju
peningkatan impor barang dan jasa lebih besar dari ekspor dan melonjaknya
pembayaran bunga pinjaman.
6. IMF tidak membantu sepenuh hati dan terus menunda pengucuran dana
bantuan yang dijanjikannya dengan alasan pemerintah tidak melaksanakan 50
butir kesepakatan dengan baik.

Krisis Ekonomi Page 12


Sementara Yusanto (2001) menyatakan bahwa penyebab krisis ekonomi yang
melanda Indonesia khususnya dan belahan dunia lain bila dicermati benar-benar
adalah:
1. Persoalan mata uang, karena adanya keterikatan antar mata uang satu negara
dengan mata uang negara lain.
2. Adanya bursa valuta asing dan bunga atau riba, yaitu menggunakan uang
sebagai komoditi yang diperdagangkan dan selalu ada bunga pada setiap kativitas
peminjaman dan penyimpanan uang.
3. Spekulasi, yaitu para spekulan yang melakukan pemborongan besar-besaran
pada dolar untuk meraup keuntungan.
4. Adanya krisis kepercayaan rakyat kepada pemerintah, hal ini terbukti dengan
tanggapan-tanggapan negatif rakyat pada langkah-langkah yang diambil dalam
kebijakan pemerintah.10
Berdasarkan penjelasan-penjelasan dari para ahli tentang penyebab dari krisis
ekonomi yang terjadi di Indonesia, walaupun terdapat perbedaan-perbedaan
namun pada dasarnya ada titik persamaan dari penyebab krisis ekonomi yaitu
selain faktor ekonomi juga faktor non ekonomi.

2.3.4 Dampak dari Krisis Ekonomi

 Kemiskinan Merajalela
Pada rezim Soeharto keberhasilan mengurangi jumlah penduduk miskin selama
30 tahun kini bagai tak berbekas. Krisis ekonomi selama 10 bulan sudah memaksa
puluhan juta penduduk Indonesia kemabli terpuruk hidup dibawah garis
kemiskinan, pemicu utamanya adalah meroketnya harga-harga kebutuhan pokok,
terutama pangan. Hal ini disebabkan karena ternyata unsur pangan didalam

Krisis Ekonomi Page 13


perhitungan angka garis kemiskinan teramat dominan, yaitu lebih dari 80%.
Akibatnya, kenaikan harga pangan menjadi sangat peka terhadap jumlah orang
miskin.
Hal ini diperparah dengan membengkaknya tingkat pengangguran yang
mencapai lebih dari 10 juta jiwa hanya pada tahun 1998 akibat krisis ekonomi
yang terus berlanjut. Nasib para buruh pun kian terpuruk karena tidak adanya
kenaikan upah minimum. Sebaliknya, harga-harga kebutuhan pokok meroket
sehingga membuat daya beli sebagian pekerja khususnya dan masyarakat
umumnya sudah terpangkas ke tingkatan yang sudah sangat mengkhawatirkan.
Dampak nyata selanjutnya adalah pada pembengkakan jumlah penduduk yang
hidup di bawah garis kemiskinan. Dengan mengacu pada angka inflasi Januari-
Maret 1998 yang telah mencapai 100%, kalau bisa menggunakan basis
perhitungan inflasi tahunan, maka potensi jumlah penduduk yang hidup di bawah
garis kemiskinan sudah mencapai lebih dari 100 juta orang.11
 Kebangkrutan Massal Dunia Usaha
Memburuknya indikator-indikator makroekonomi telah merambah ke sendi-
sendi dunia usaha, sehingga membuat denyut nadi sektor usaha kini melemah.
Ketergantungan yang cukup tinggi pada bahan baku impor membuat biaya
produksi membengkak. Selain itu, pengusaha kesulitan membuat kalkulasi biaya
produksi biaya produksi dan menentukan harga jual produk karena pergerakan
kurs yang sangat berfluktuasi. Muncul pula msalah keterbatsan saran transportasi
dan kelangkaan peti kemas. Persoalan belum berhenti, karena kalaupun telah
berhasil menjual produknya, mereka bingung dalam menempatkan dananya di
tengah kemelut perbankan yang justru semakin memburuk.
Suku bunga nominal yang sudah sangat tinggi, sekitar 70%, yang tidak
mungkinn dapat dipikul pelaku bisnis manapun. Alasannya, pada waktu

Krisis Ekonomi Page 14


bersamaan tingkat inflasi telah meroket ke tingkatan yang mendekati tingkat suku
bunga nominal.
Masalah yang menerpa dunia usaha begitu bertubi-tubi, ditambah pula dengan
persoalan-persoalan politik yang seketika berimbas sangat nyata. Mereka harus
keluar dari berbagai persoalan pada waktu bersamaan, padahal kemampuan
mereka untuk menyesuaikan diri menghadapi lingkungan dan tanatangan baru
sangat terbatas.
Semua persoalan diatas pada akhirnya bermuara pada kerapuhan eksistensi
sejumlah perusahaan. Ratusan usaha besar terancam bangkrut, kebanyakan
mereka tidak lagi mampu membayar kewajiban utangnya, baik dalam bentuk
rupiah maupun dolar. Kebangkrutan massal tak terhindarkan. Pada gilirannya, hal
ini membuat sektor perbankan terpuruk dan kepercayaan masyarakat internasional
terkikis.12

2.3.5 Pemulihan Pasca Krisis Ekonomi

Krisis finansial Asia yang terjadi tahun 1997 menyebabkan ekonomi


Indonesia melemah. Keadaan memburuk, adanya sistem monopoli di bidang
perdagangan, jasa, dan usaha. Pada masa orde baru, orang-orang dekat dengan
pemerintah akan mudah mendapatkan fasilitas dan kesempatan bahkan mampu
berbuat apa saja demi keberhasilan usahanya. Dengan terjadi krisis moneter,
membawa dampak yang luas bagi kehidupan manusia dan bidang usaha. Banyak
perusahaan yang ditutup sehingga terjadi PHK di mana-mana dan menyebabkan
angka pengangguran meningkat tajam serta muncul kemiskinan dimana-mana dan
krisis perbankan. KKN semakin merajalela, ketidakadilan dalam bidang hukum,
pemerintahan orde baru yang otoriter dan tertutup, besarnya peranan militer dalam

Krisis Ekonomi Page 15


orde baru, adanya 5 paket UU serta memunculkan demonstran adalah perbaikan
ekonomi dan reformasi total.13
Pemerintahan BJ. Habibie yang mengawali masa reformasi belum melakukan
maneuver-manuver yang cukup tajam dalam bidang ekonomi. Kebijakan-
kebijakan diutamkan untuk mengendalikan stabilitas politik. Presiden Habibie
segera membentuk sebuah kabinet, salah satu tugas pentingnya adalah kembali
mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas Negara-
negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para
tahanan politik dan mengurangi control pada kebebsan berpendapat dan kegiatan
organisasi.
Pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) selama 1999-2000
ekonomi Indonesia mulai stabil dilihat dari laju pertumbuhan dan laju inflasi
rendah. Pemerinthan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan
perkembangan ekonomi di bawah situasi yang menantang sampai akhirnya masa
kepimpinan Megawati Soekarno Putri yang mengambil alih jabatan presiden
untuk tahun 2001-2004 terus melakukan upaya-upaya untuk pemulihan ekonomi
yang stabil.

2.4 Krisis Ekonomi Global

Krisis ekonomi global 2008-2009 dipicu oleh suatu krisis keuangan yang
besar di AS pada tahun 2007 dan melalui keterkaitan keuangan global, krisis
tersebut menjalar ke sebagian besar dunia, terutama Negara-negara maju seperti
Jepang dan UE yang secara ekonomi dan keuangan sangat terintegrasi dengan AS.
Oleh banyak ekonomi dunia, krisis ini disebut sebagai krisis ekonomi paling

Krisis Ekonomi Page 16


serius setelah depresi ekonomi besar yang terjadi pada dekeda 30-an. Krisis
tersebut mempengaruhi secara negative kegiatan-kegiatan bisnis kunci didunia
terutama sektor-sektor keuangan dan perdagangana, yang selanjutnya menurunkan
laju pertumbuhan ekonomi global dan tingkat pendapatan rill per kapita didunia.
Banyak bank dan perusahaan asuransi besar di sejumlah Negara, khususnya
Negara-negara maju yang mengalami kebangkrutan, harga-harga indeks di bursa-
bursa kunci juga berguguran, dari harga-harga di pasar dunia dari sejumlah
komoditas serta aset merosot.

2.4.1 Pengertian Krisis Ekonomi Global

Krisis ekonomi global merupakan peristiwa dimana seluruh sektor ekonomi


pasar dunia mengalami keruntuhan (keadaan gawat) dan memperngaruhi sektor
lainnya diseluruh dunia. Akibat dari krisis ekonomi yang terjadi di beberapa
negara maju seperti Amerika Serikat, memberi dampak besar pada negara-negara
Asia yang sedang berkembang, salah satunya adalah Indonesia pada ekspor
perkebunan komoditi kelapa sawit, karet, dan kakao. Ini memberikan tekanan
yang cukup besar terhadap kinerja ekspor komoditi tersebut, dimana terjadinya
penurunan hraga berbagai komoditas anjlok akibat adanya perlambatan ekonomi
dunia, sehingga peluang untuk memasarkan sangat sulit.
Krisis ekonomi global adalah sebuah permasalahan yang terjadi pada bidang
ekonomi di seluruh dunia yang saling memberikan dampak sehingga terjadilah
krisis ekonomi global. Hal ini dapat terjadi karena hutang suatu negara yang tinggi
atau kegiatan perekonomian di dalam suatu negeri yang berantakan sehingga
berpengaruh pada ekonomi global Krisis ekonomi global sangat berpengaruh
dalam bursa saham, apabila ada perusahaan besar dunia yang runtuh akibat tidak
bisa bertahan pada krisis ekonomi global maka hal itu akan berdampak pada bursa

Krisis Ekonomi Page 17


saham di seluruh dunia. Pemerintah di suatu negara harus selalu sigap dan tanggap
dalam mengatasi permasalahan ekonomi sebisa mungkin untuk dapat
menyelamatkan kesejahteraan masyarakatnya. Jadi negara-negara harus saling
membantu dalam mengatasi krisis ekonomi global agar kejadian yang tidak
diinginkan tidak terjadi dalam hal krisis ekonomi global ini.14

2.4.2 Pengaruh Krisis Ekonomi Global Terhadap Perekonomian Indonesia

Di Asia, banyak Negara yang terkena dampak dari krisis tersebut, termasuk
Cina, India, dan Indonesia; walaupun derajat dari dampaknya bervariasi
antarnegara, tergantung pada kondisis dan tingkat integrasi dari Negara
bersangkutan dengan ekonomi dunia (khususnya dalam area perdagangan dan
keuangan). Berdasarkan sebuah laporan mengenai perekonomian Asia dari IMF
yang dikeluarkan pada bulan April 2009, pertumbuhan ekonomi di wilayah
tersebut secara keseluruhan diprediksi akan menurun sekitar 1,4 persen pada
tahun 2009.
Krisis 2008-2009 tersebut mempengaruhi banyak Negara melalui sejumlah
jalur, yaitu ekspor, investasi (termasuk PMA), dan pengiriman uang dari pekerja-
pekerja migran. Namun demikian, jalur paling utama untuk sebagian besar
Negara-negara yang terkena dampaknya adalah ekspor. Seperti, Negara
Hongkong-Cina, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Cina Taipei, dan Thailand
yang bisa terkena dampaknya dari krisis tersebut dibandingkan Negara-negara
yang relative lebih berorientasi ked lam negeri, termasuk Indonesia.

Krisis Ekonomi Page 18


Konsekuensinya, dampak dari krisis itu sangat luas terhadap volume ekspor,
jumlah produksi, dan para pekerja dan keluarga mereka di Negara-negara Asia
yang berorientasi ekspor tersebut. Banyak perusahaan eksportir pada industry
manufaktur, yang kebanyakan berlokasi di daerah perkotaan/urban, di Negara-
negara ini mengalami penurunan permintaan dunia terhadap produk-produk
mereka. Untuk menyiasati kondisi yang buruk ini, jam kerja pekerja dikurangi dan
upahnya diturunkan. Bahkan, banyak juga perusahaan yang terpaksa mem-PHK-
kan sejumlah pekerja mereka, khususnya di bagian-bagian produksi yang tidak
terlalu penting.15
Karena ekspor merupakan jalur transmisi yang memiliki dampak paling
utama bagi kebanyakan Negara, terutama Negara-negara yang berorientasi ekspor
seperti yang telah disebutkan di atas, maka krisis ekonomi global 2008-2009
(berbeda dengan kasus krisis 1997-1998) bagi banyak Negara, termasuk
Indonesia, merupakan sebuah krisis permintaan dunia (krisis pasar ekspor). Secara
teori, seperti ilutrasi di Gambar 2, bisa disimpulkan perbedaan kedua krisis
tersebut, paling tidak dalam dua aspek. Pertama, krisis 2008-2009 adalah sebuah
goncangan eksternal, sedangkan krisis 1997-1998 bersumber dari dalam negeri.
Kedua, krisis 2008-2009 tersebut merupakan sebuah krisis permintaan dunia,
sedangkan krisis 1997-1998 bagi Indonesia awalnya adalah sebuah krisis mata
uang rupiah yang disebabkan oleh larinya modal keluar.
Gambar 2
Krisis ekonomi Global (Permintaan Dunia) 2008-2009

Permintaan Dunia

Indonesia Negara-negara Lain

Ekspor Ekspor

Produksi
Produksi di sektor lain Produksi

Krisis Ekonomi Page 19


Kesempatan kerja/pendapatan
Kesempatan
Kerja/pendapatan

Pendapatan RT / Kemiskinan RT Arus uang masuk dari TKI

Pendapatan regional / Kemiskinan regional


Satu hal yang menarik, bahwa sementara ekonomi dari Negara-negara lain
mengalami keterpurukan yang serius terutama selama bulan pertama tahun 2009
indonesia tidak hanya mempertahankan pertumbuhan PDB yang positif (lihat
Tabel 2), tetapi juga laju pertumbuhannya sedikit lebih tinggi selama kuartal
pertama dan kedua tahun 2009. Namun demikian, secara keseluruhan, laju
pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2009 tercatat hanya bisa mencapai
sekitar 4,5 persen, yang jauh lebih rendah dibandingkan apa yang telah dicapai
pada 2007 dan 2008. Hal ini memberi kesan bahwa ekonomi Indonesia juga
terkena dampak dari krisis ekonomi global tersebut. Tetapi bagaimanapun juga,
Indonesia sanggup mencegah terjadinya pertumbuhan ekonomi negatif (tidak
seperti yang pernah terjadi selama krisis keuangan Asia tahun 1998 selama
periode krisis itu).16
Tabel 2
Perkembangan Beberapa Indikator Ekonomi Indonesia

Krisis Ekonomi Page 20


2008-2009
Indikator 2008 2009
(1) (2) (3)

1 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,01 4,63


2 Inflasi (%) 11,06 2,78
3 PDB Harga Konstan 2000 2.082,46 2.178,85
(Triliun Rp)
4 PDB per Kapita Harga 21.013,5 23.647,7
Berlaku (Ribu Rp)
5 Neraca Perdagangan Luar
Negeri (Juta US $): 7.823,1 19.680,8
a. Ekspor (Juta US $) 137.020,4 116.510,0
b. Impor (Juta US $) 129.197,3 96.829,2
6 Investasi: 20.363,4 37.779,8
a. PMDN (Miliar Rp) 14.871,4 10.815,3
b. PMA (Juta US $)
7 Suku Bunga 10,17 6,87
DepositoBerjangka ke Bank
Umum 1 Bulan (%)1)
8 Jumlah Wisatawan Asing 6.234,50 6.323,73
(Ribu Orang)
9 Produksi Padi (GKG)2) 60,33 64,40
a. Sawah (Juta Ton) 57,17 61,17
b. Ladang (Juta Ton) 3,16 3,23
10 Nilai Tukar Petani (rata-
rata)3)
a. Jawa Barat 96,1 97,2
b. Jawa Tengah 99,8 98,7
c. Sumatera Barat 105,2 103,7
d. Sumatera Selatan 101,5 99,7
4)
11 Penduduk Miskin (Juta) 34,96 32,53
12 Tingkat Pengangguran 8,39 7,87

Krisis Ekonomi Page 21


Terbuka (%)
Catatan: 1) Kondisi Desember
2) Angka Tetap
3) NTP Tahun 2009 menggunakan tahun 2007 (2007=100)
4) Hasil Susenas Panel Modul Konsumsi 2008-2010 dan Susenas Tw I 2011 dan 2012
Sumber : BPS, Bank Indonesia, BKPM

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Krisis demi krisis telah kita lalui, banyak hikmah sekaligus trauma yang
didapat dari terutama, dua krisis terakhir yaitu Krisis Keuangan Asia tahun
1997/1998 dan Krisis Ekonomi Global yang dipicu oleh kasus subprime mortgage
tahun 2008. Krisis 2008 memiliki skala dan dampak kerusakan perekonomian
dunia yang jauh lebih kuat dibandingkan krisis Asia 1998. Selain itu, krisis 2008
juga telah membawa dampak lanjutan terhadap fluktuasi nilai tukar (currency)
dan permasalahan fiskal akut di AS dan Uni Eropa. Namun faktanya, krisis global
2008 tersebut justru memberikan dampak yang minimal, dibandingkan krisis

Krisis Ekonomi Page 22


keuangan Asia 1997 yang menimbulkan kerusakan serius bagi perekonomian
nasional serta memicu krisis sosial-politik skala nasional.

3.2 Saran

Untuk mewujudkan pemulihan ekonomi Indonesia, bukanlah pekerjaan yang


mudah. Kendati begitu, kita harus bertekad, dan bekerja sama. Setiap orang
Indonesia seyogianya terpanggil untuk berpartisispasi menyumbangkan pikiran,
tenaga, dan mau bekerja keras untuk keluar dari krisis yang dialami.
Dalam pembuatan makalah ini, menyadari bahwa kami masih jauh dari kata
sempurna, kedepannya kami akan lebih focus dan details dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya
dapat di pertanggung jawabkan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar
pustaka, pada kesempatan ini akan kami jelaskan tentang daftar pustaka makalah
kami.
DAFTAR PUSTAKA

1. Tulus T.H. Tambunan, Perekonomian Indonesia Era Orde Lama Hingga


Jokowi, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2015 ).
2. Musni Umar, Dkk. Terobosan Pemulihan Ekonomi Indonesia, (Jakarta:
Forum Kampus Kuning, 2002).
3. Faisal H. Basri, Perekonomian Indonesia, Tantangan dna Harapan bagi
kebangkitan Ekonomi IndonesiaI, (Jakarta:Erlangga, 2002).
4. Brata Trisnu Nugroho, Prahara Reformasi Mei 1998, (Semarang: UPT
UNNES Press, 2006).
5. Krisis ekonomi global dan upaya penanggulangannya, chapter II. PDF.
6. http://elconquistador123.blogspot.co.id/2015/01/makalah-krisis-ekonomi-
dan-kemiskinan.html di akses pada 18/9/2016 5:32.

Krisis Ekonomi Page 23


7. Krisis Ekonomi, Intervensi Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan dalam
Kerangka Nasionalisme Ekonomi, PDF.

Krisis Ekonomi Page 24

Anda mungkin juga menyukai