Anda di halaman 1dari 22

APA ITU LPS ?

Lembaga penjamin simpanan atau yang disingkat


LPS. Adalah suatu lembaga independen yang
berfungsi menjamin simpanan nasabah perbankan
di Indonesia dan aktif menjaga stabilitas sistem
perbankan sesuai kewenangannya.
Dasar Hukum
1. Undang-undang No. 24 tahun 2004 tentang lembaga penjamin simpanan
2. Undang-undang Nomor 9 tahun 2016 tentang pencegahan dan
penanganan krisis sistem keuangan
3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
5. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan
Pengertian-pengertian Dasar

 Simpanan adalah simpanan sebagaimana dimaksud


dalam Undang-Undang tentang Perbankan. (Ps.1 angka
1)
 Lembaga Pengawas Perbankan, yang selanjutnya
disebut LPP, adalah Bank Indonesia atau lembaga
pengawasan sektor jasa keuangan sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang tentang Bank
Indonesia. (ps. 1 angka 3)
 Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang
Bank Indonesia. (Ps 1 angka 4)
Lanjutan…
 Bank Gagal (failing bank) adalah bank yang mengalami kesulitan keuangan dan
membahayakan kelangsungan usahanya serta dinyatakan tidak dapat lagi
disehatkan oleh LPP sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya. (Ps 1 angka
7)

 Penjaminan Simpanan Nasabah Bank, yang selanjutnya disebut Penjaminan,


adalah penjaminan yang dilaksanakan oleh Lembaga Penjamin Simpanan atas
simpanan nasabah bank. (Ps 1 angka 8)

 Cadangan Penjaminan adalah dana yang berasal dari sebagian surplus Lembaga
Penjamin Simpanan yang dialokasikan untuk memenuhi kewajiban di masa
yang akan datang dalam rangka pelaksanaan tugas dan wewenang Lembaga
Penjamin Simpanan. (Ps 1 angka 10)

 Cadangan Tujuan adalah dana yang berasal dari sebagian surplus Lembaga
Penjamin Simpanan yang digunakan antara lain untuk penggantian atau
pembaruan aktiva tetap dan perlengkapan yang digunakan dalam melaksanakan
tugas dan wewenang Lembaga Penjamin Simpanan . (Ps 1 angka 11)
SEJARAH
Lembaga Penjamin Simpanan
Pada tahun 1998 terjadi krisis moneter dan menghantam
perbankan di Indonesia yang ditandai dengan likuiditasnya 16
Bank, mengakibatkan menurunnya tingkat kepercayaan
masyarakat pada sistem perbankan.
Untuk mengatasi krisis yang terjadi, pemerintah
mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya memberikan
jaminan atas seluruh kewajiban pembayaran bank, termasuk
simpanan masyarakat. Hal ini ditetapkan dalam Keputusan
presiden No. 26 tahun 1998 tentang jaminan terhadap kewajiban
pembayaran bank umum dan Keputusan Presiden No.193 tahun
1998 tentang jaminan terhadap kewajiban pembayaran bank
perkreditan rakyat.
Lanjutan…
Dalam pelaksanaannya, blanket guarantee memang dapat
menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap industri
perbankan, namun ruang lingkup penjaminan yang terlalu luas
menyebabkan timbulnya moral hazard baik dari sisi pengelola bank
maupun masyarakat.
Untuk mengatasi hal tersebut dan agar tetap menciptakan rasa
aman bagi nasabah penyimpan serta menjaga stabilitas sistem
perbankan, program penjaminan yang sangat luas lingkupnya tersebut
perlu digantikan dengan sistem penjaminan yang terbatas.
Dibentuknya Lembaga Penjamin Simpanan bertujuan untuk
menumbuhkan kembali rasa aman masyarakat untuk bertransaksi
dengan bank dalam hal simpanan sehingga muncul kembali rasa
kepercayaan mereka terhadap bank.
Bentuk dan Status
Lembaga Penjamin Simpanan
(Ps 2 dan Ps 3)
1. LPS dibentuk oleh Pemerintah Indonesia melalui undang-
undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin
Simpanan.
2. LPS adalah badan hukum berdasarkan undang-undang
nomor 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin
Simpanan.
3. LPS adalah lembaga yang independen, transparan, dan
akuntanbel dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.
4. LPS bertanggung jawab kepada Presiden
5. LPS berkedudukan di Ibu Kota Negara dan dapat
mempunyai kantor perwakilan di wilayah negara Republik
Indonesia.
Fungsi, Tugas serta Wewenang
Lembaga Penjamin Simpanan
1.Fungsi :
Pasal 4 :
•Menjamin simpanan nasabah penyimpan
•Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya
2.Tugas :
Pasal 5 :
(1) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, LPS mempunyai
tugas:
•Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan
•Melaksanakan penjaminan simpanan
(2) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, LPS mempunyai
tugas sebagai berikut:
•Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara stabilitas sistem
perbankan
•Merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan penyelesaian Bank Gagal (bank
resolution) yang tidak berdampak sistemik
•Melaksanakan penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik
Lanjutan…
3. Wewenang LPS adalah
•Pasal 6 ayat (1) :
(1) Dalam rangka melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, LPS
mempunyai wewenang sebagai berikut:
•Menetapkan dan memungut premi penjaminan
•Menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali menjadi peserta
•Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS
•Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan bank,
dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar kerahasiaan bank
•Menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran klaim;
•Menunjuk, menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain untuk bertindak bagi
kepentingan dan/atau atas nama LPS, guna melaksanakan sebagian tugas tertentu
•Melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang penjaminan simpanan
•Menjatuhkan sanksi administratif.
Kepesertaan Bank
(Pasal 8)
Kepesertaan bank di dalam Lembaga Penjamin Simpanan, yaitu
:
• Setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah
Negara Republik Indonesia wajib menjadi peserta penjamin.
• Bank peserta penjamin meliputi seluruh bank umum
(termasuk kantor cabang dari bank yang berkedudukan di
luar negeri yang melakukan kegiatan perbankan dalam
wilayah Republik Indonesia) dan bank perkreditan rakyat,
baik bank konvensional maupun bank berdasarkan
prinsip syariah.
• Kantor cabang dari bank yang berkedudukan di Indonesia
yang melakukan kegiatan diluar wilayah Republik Indonesia
tidak termasuk dalam penjamin
Bentuk Simpanan LPS
(Pasal 10)
Bentuk simpanan yang dijamin oleh Lembaga Penjamin
Simpanan, yaitu :
• Simpanan yang di jaminkan meliputi giro, deposito, sertifikat
deposito, tabungan, atau bentuk lain yang dipersamakan
dengan itu.
• Simpanan nasabah bank berdasarkan prinsip syariah.
• Simpanan yang dijamin merupakan simpanan yang berasal
dari masyarakat, termasuk yang berasal dari bank lain.
• Saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank
adalah hasil penjumlahan saldo seluruh rekening simpanan
nasabah pada bank tersebut, baik rekening tunggal maupun
rekening gabungan.
Lanjutan…

• Untuk rekening gabungan, saldo rekening yang


diperhitungkan bagi satu nasabah adalah saldo
rekening gabungan tersebut yang dibagi secara prorate
dengan jumlah pemilik rekening.
• Dalam hal nasabah memiliki rekening yang dinyatakan
secara tertulis diperuntukkan bagi kepentingan pihak
lain, maka saldo rekening tersebut diperhitungkan
sebagai saldo rekening pihak lain yang bersangkutan.
Nilai Simpanan Yang di Jamin
(Pasal 11 ayat 1)

Nilai Simpanan yang dijamin untuk setiap


nasabah pada satu bank paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
Syarat Mengubah Nilai Simpanan
Yang di Jamin
• Pasal 11 ayat 2
Nilai Simpanan yang dijamin dapat diubah apabila dipenuhi salah satu atau lebih kriteria
sebagai berikut:
a. terjadi penarikan dana perbankan dalam jumlah besar secara bersamaan
b. terjadi inflasi yang cukup besar dalam beberapa tahun
c. jumlah nasabah yang dijamin seluruh simpanannya menjadi kurang dari 90% (sembilan
puluh per seratus) dari jumlah nasabah penyimpan seluruh bank.
• Pasal 11 ayat 3
Perubahan besaran nilai Simpanan yang dijamin sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dikonsultasikan dengan Dewan Perwakilan Rakyat.
• Pasal 11 ayat 4
Hasil konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
• Pasal 11 ayat 5
Ketentuan lebih lanjut mengenai penentuan nilai Simpanan yang dijamin untuk setiap
nasabah penyimpan pada satu bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan
Peraturan LPS.
Kewajiban Bank Peserta
Lembaga Penjamin Simpanan

1. Menyerahkan Dokumen Kepesertaan


2. Membayar kontribusi kepesertaan
3. Membayar premi penjaminan
4. Menyampaikan laporan
Perhitungan dan Pembayaran
Premi
a. Premi Penjaminan dibayarkan 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun untuk:
•Periode 1 Januari sampai dengan 30 Juni; dan
•Periode 1 Juli sampai dengan 31 Desember.
b. Premi untuk setiap periode ditetapkan sebesar 0,1% (satu per seribu) dari rata-
rata saldo bulanan total Simpanan dalam setiap periode
c. Total simpanan untuk perhitungan premi mencakup pula simpanan yang
berasal dari bank lain, tidak mengecualikan :
• Simpanan yang nilainya di atas maksimum penjaminan (2 miliar)
• Simpanan yang memiliki tingkat bunga di atas tingkat bunga yang
dianggap wajar yang ditetapkan LPS
• Simpanan pihak terkait31 Januari, untuk periode 1 Januari sampai
dengan 30 Juni
d. Pembayaran Premi Paling Lambat :
• 31 Juli, untuk periode 1 Juli sampai dengan 31 Desember
• Simpanan yang dijaminkan untuk kredit
Sanksi Administratif dan Pidana
(tidak bayar premi)
1. Bank yang tidak melunasi pembayaran premi sesuai dengan batas waktu
yang ditentukan dikenakan sanksi denda per hari keterlambatan sebesar
0,5% (lima per seribu) dari jumlah premi yang masih harus dibayar untuk
periode yang bersangkutan
2. Besarnya denda ditetapkan paling tinggi 150% (seratus lima puluh per
seratus) dari jumlah premi yang seharusnya dibayar untuk periode yang
bersangkutan.
3. Bank yang tidak melunasi kekurangan premi sebagai akibat koreksi,
dikenakan sanksi denda per hari keterlambatan sebesar 0,5% (lima per
seribu) dari jumlah kekurangan premi yang masih harus dibayar dan paling
tinggi 150% (seratus lima puluh per seratus) dari jumlah premi yang
seharusnya dibayar.
4. Bank yang terlambat menyampaikan laporan, dikenakan sanksi denda
sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari kalender keterlambatan
untuk setiap laporan yang harus disampaikan. Pengenaan denda
administratif dikenakan untuk jangka waktu paling lama 12 (dua belas)
bulan.
Peran LPS
dalam Sistem Keuangan di Indonesia
Alur Penanganan Bank Gagal
Sistematik
Alur Penanganan Bank Gagal
Tidak Sistematik
SEKIAN…
WASSALAMUALAIKUM WR.WB…

Anda mungkin juga menyukai