Anda di halaman 1dari 14

Bab.

3
Perencanaan Dan Anggaran
Perkreditan Bank
Kelompok 3 :
1. Dini Khomsiatu Fitriyah (1518013)
2. Nurmala (1518043)
3. Utami Ramadhini (1518061)
4. Yohanes Lukiyanto (1518063)
5. Zaenab Ismi (1518067)
 Fungsi Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap awal yang bertindak sebagai persiapan menuju
proses kegiatan-kegiatan usaha lebih lanjut.
Perencanaan disusun sesuai visi, misi, dan tujuan perusahaan/bank yang
bersangkutan dan berfungsi sebagai berikut :
1. Untuk lebih memperjelas arah dan penetapan sasaran target
2. Sebagai alat pengawasan yaitu cara membandingkan realisasi yang dicapai
dengan target yang direncanakan
3. Sebagai tolak ukur (yardstick) pencapaian sasaran
4. Sebagai alat yang memungkinkan semua unsur yang terlibat dalam
kegiatan usaha untuk berkoordinasi dan bekerjasama satu dengan yang lain
5. Untuk optimalisasi efektivitas dan efisiensi kegiatan kredit
 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Kredit
1. Kondisi perekonomian nasional, termasuk tingkat pertumbuhan ekonomi beberapa
tahun terakhir, saat sekarang dan estimasi beberapa tahun yang akan datang.
2. Kebijakan, ketentuan dan peraturan-peraturan pemerintah atau Bank Indonesia di
bidang moneter dan bank
3. Kondisi sosial, politik dan keamanan
4. Kebijakan, ketentuan dan peraturan pemerintah di bidang perdagangan
internasional (ekspor dan impor)
5. Kondisi lembaga-lembaga substitusi yang merupakan lembaga aktif untuk
menanamkan modal (investasi) dan pembiayaan
6. Kemampuan bank untuk menghimpun dana dari masyarakat dengan biaya yang
wajar
7. Kemampuan daya serap masyarakat atas kredit yang akan disalurkan oleh bank
8. Visi, misi dan tujuan bank yang bersangkutan sebagai suatu badan usaha
Analisis SWOT
1. Strengths (Kekuatan) adalah faktor-faktor internal yang positif untuk memperkuat dan menstimulasi pencapaian sasaran yang
direncanakan yang dimiliki/ berasal dan melekat (inherent) pada bank yang bersangkutan.
Faktor-faktor yang dapat dikategorikan ke dalam Kekuatan yaitu :
- Modal yang dimiliki cukup besar, sehingga memenuhi ketentuan pemerintah/Bank Indonesia tentang rasio kecukupan modal
dan bahkan bank tersebut masih cukup leluasa untuk melakukan ekspansi usaha.
- Manajemen yang professional, berpengalaman dan berwibawa
- Kemampuan karyawan dilihat dari Pendidikan dan pengalamannya cukup baik
- Dedikasi, tanggung jawab dan integritas pemimpin dan karyawan cukup tinggi
- Lokasi Gedung kantor cukup strategis dan kondisinya cukup baik
- Sarana yang dimiliki termasuk teknologi perbankan cukup lengkap dan up to date.
2. Weakness (Kelemahan) adalah faktor-faktor internal yang negative yang memperlemah dan mengurangi kemampuan
pencapaian sasaran, yang berasal dari dalam organisasi bank yang bersangkutan.
Faktor-faktor yang dapat dikategorikan ke dalam Kelemahan yaitu :
- Modal yang kecil, sehingga tidak memenuhi ketentuan Bank Indonesia atau hanya pas untuk memenuhi ketentuan Bank
Indonesia sehingga sulit untuk melakukan ekspansi usaha.
- Manajemen & pimpinan “katrolan” yang kurang pengalamannya
- Jumlah dan kemampuan karyawan yang kurang memadai
- Budaya kerja yang kurang baik
- Saranan penunjnnag seperti kendaraan, inventaris kantor, mesin dan lainnya kurang baik
- Kondisi Gedung kantor serta lokasi kurang baik
3. Opportunities (Peluang) adalah factor-factor eksternal positif yang dapat mendorong dan
menstimulasi pencapaian sasaran, yang berasal dari luar organisasi bank yang bersangkutan.
Faktor-faktor yang dapat dimasukkan ke dalam peluang yaitu :
- Kondisi ekonomi makro yang sedang membaik
- Pendapatan nasional dan pendapatan perkapita yang meningkat
- Peraturan pemerintah yang mendorong penghimpunan dana seperti pengenaan pajak yang ringan atas
bunga simpanan
- Kemudahan dari Bank Indonesia atau pemerintah untuk penyelenggaraan kegiatan tertentu misalnya
kegiatan devisa
- Fasilitas-fasilitas tertentnu dari pemerintah atau pemerintah daerah yang menunjuk bank tertentu
untuk mengeluarkan bank garansi bagi proyek-proyek pemerintah
- Fasilitas dari pemerintah atau pemerintah daerah yang menunjuk bank-bank tertentu sebagai
pemegang kas atau pemegang kas daerah
- Ketentuan Bank Indonesia untuk mempermudah dan menyederhanakan prosedur untuk mendirikan
kantor cabang perwakilan atau cabang pembantu
- Adat istiadat atau kebiasaan anggota masyarakat yang menunjang usaha bank
- Enterpreneurship atau kewirausahaan telah mengakar/mentradisi pada masyarakat
4. Threats (Ancaman) adalah faktor eksternal yang negatif yang menghambat dan mengurangi
kemampuan pencapaian sasaran yang berasal dari luar organisasi bank yang berangkutan.
Fator yang dimasukkan ke dalam ancaman yaitu :
- Peraturan Bank Indonesia atau pemerintah yang melarang atau membatasi operasional bank
tertentu misalnya larangan membuka kantor cabang atau adanya persyaratan-persyaratan
yang berat bagi pembukaan kantor cabang
- Perturan Bank Indonesia atau pemerintah yang melarang bank untuk melakukan kegiatan-
kegiatan tertentu misalnya di bidang devisa
- Peraturan pemerintah yang melarang ekspor atau impor tertentu yang menghambat usaha
para debiturnya
- Kegagalan panen akibat perubahan cuaca atau kegagalan usaha akibat bencana alam yang
mengganggu kelancaran kredit
- Situasi yang lesu baik menyangkut perekonomian sektor-sektor tertentu maupun
perekonomian keseluruhan
- Ancaman dari bank-bank lain sebagai pesaing yang menawarkan produk dan jasa-jasa bank
yang lebih berkualitas dengan harga/tingkat bunga yang lebih kompetitif.
Risiko Kredit
Risiko kredit antara lain disebabkan oleh :
1. Risiko Usaha
Secara umum jenis usaha yang tingkat keuntungannya tinggi, biasanya mengandung risiko yang tinggi
pula. Sebaliknya jenis usaha yang tingkat keuntungannya rendah, maka risikonya pun rendah.
2. Risiko Geografis
Risiko geografis dari suatu jenis usaha erat kaitannya dengan bencana alam. Termasuk dalam risiko
geografis adalah apabila lokasi usaha berada di tempat tertentu yang seringkali terganggu oleh
kerumunan masa yang berunjuk rasa sehingga langganan menjadi tidak nyaman akibat kemacetan lalu
lintas, dan lain-lain.
3. Risiko keramaian/keamanan/tawuran/perkelahian
Jelas sekali bahwa situasi keramaian yang tidak kondusif akan sangat menggangu jalannya perusahaan.
Jelas akan berdampak negative pada lancarnya usaha yang pada gilirannya akan menggangu
kelancaran pengembalian kredit.
4. Risiko politik/kebijakan pemerintah
Banyak terjadi kegagalan kredit disebabkan oleh gagalnya usaha debitur sebagai akibat dari tidak
konsistennya kebijakan atau ketentuan-ketentuan pemerintah serta tidak adanya kestabilan politik
5. Risiko Ketidakpastian
Masa yang akan datang adalah masa yang tidak pasti. Salah satu unsur kredit adalah adanya
tenggang waktu antara pemberian kredit denngan waktu pembayaran Kembali sehingga risiko
ketidakpastian setiap kredit selalu melekat.
6. Risiko Inflasi
Secara umum inflasi dapat didefinisikan bahwa naiknya harga barang-barang dan jasa pada
umumnya sebagai akibat dari jumlah uang (permintaan) lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
barang-barang atau jasa yang tersedia (jumlah penawaran). Sebagai akibat dari inflasi adalah
turunnya nilai uang.
7. Risiko Persaingan
Bank harus benar-benar selektif dalam memberikan kreditnya yaitu hanya memberikan kepada
calon-calon debitur atau pengusaha yang benar-benar dapat memenangkan persaingan atas
perusahaan sejenis. Kalau tidak, maka kredit tidak bakal Kembali akibat perusahaan debitur
menurun volume usahanya dan menderita rugi akibat langganan-langganannya pindah ke
perusahan pesaing-pesaingnya.
 Asumsi-Asumsi
Setelah memperhatikan factor-factor yang mempengaruhi perencanaan dimana hal-hal
tersebut sudah dituangkan pada analisis SWOT, maka untuk mempermudah penyusunan
perencanaan diperlukan adanya asumsi-asumsi yang mendasari perencanaan kredit misalnya :
1. Pertumbuhan ekonomi makro pada tahun-tahun yang akan datang diperkirakan membaik
dengan tingkat pertumbuhan sekian persen setiap tahun
2. Jumlah kredit yang akan disalurkan oleh bank yang bersangkutan pada tahun-tahun yang
akan datang adalah sekian triliun rupiah
3. Untuk menunjang pemberian kredit maka bank harus menghimpun dana dari berbagai
sumber pada tahun-tahun yang bersangkutan sebesar sekian triliun rupiah
4. Menentukan tingkat bunga dana yang akan diberikan kepada para penyimpan dilanjutkan
dengan perhitungan biaya dana
5. Asumsi tentang biaya umum dan biaya-biaya lainnya
6. Menentukan tingkan bunga kredit yang akan dikenakan kepada debitur
7. Menentukan berapa persen dari kredit yang akan disalurkan diperkirakan akan gagal dan
menjadi kredit bermasalah
 Pendekatan Perencanaan
Perencanaan kredit dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan, antara lain
sebagai berikut :
1. Pendekatan melalui daya serap masyarakat atas kredit yang akan disalurkan
Pada pendekatan ini maka variabel perencanaan yang dijadikan patokan awal
adalah jumlah kredit yang direncanakan untuk tahun-tahun yang akan datang
disesuaikan dengan daya serap pasar.
2. Pendekatan melalui jumlah dana yang akan dihimpun
Pada pendekatan ini maka variabel awal yang akan dijadikan patokan adalah
perkiraan jumlah dana yang akan mampu dihimpun
3. Pendekatan melalui laba/keuntungan yang akan diraih
Melalui pendekatan ini maka dalam penyusunan perencanannya pertama-tama
bank menentukan berapa besar laba/keuntungan yang akan dicapai
Penyusunan Anggaran Bank
Perencanaan dalam operasionalisasinya biasanya dituangkan dalam rencana kerja dan anggaran. Rencana
kerja adalah tugas-tugas/kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai sasaran. Sedangkan
anggaran adalah perencanaan yang dituangkan dalam angka-angka sasaran yang hendak dicapai.
Contoh penyusunan anggaran Bank A untuk tahun 2004 :
Setelah memperhatikan factor-factor yang mempengaruhi bank yang berasal dari dalam maupun yang
berasal dari luar dan menuangkannya dalam analisis SWOT, maka manajemen Bank A segera menetapkan
asumsi sebagai berikut :
 Jumlah kredit yang akan disalurkan dimungkinkan tumbuh sebesar 25% yaitu menjadi sebesar Rp 2,5
triliun dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya (2003) sebesar Rp 2 triliun
 Suku bunga kredit rata-rata dianggap sama dengan tahun 2003 yaitu 20% p.a
 Kredit bermasalah (NPL) sebesar 5%
 Loan to Deposit Ratio (LDR) sama dengan tahun yang lalu yaitu 80%
 Suku bunga dana (cost of fund) rata-rata dianggap sama dengan tahun 2003 yaitu 12%
 Pendapatan lain-lain di luar bunga kredit seperti dari money market, bunga SBI dan lain-lain, dianggap
naik 20% dari realisasi tahun 2003
 Biaya umum (biaya overhead) dan biaya tenaga kerja naik 10% dibandingkan tahun 2003
Tabel 3.1
Anggaran Bank A Tahun 2004
No Rencana Kerja Realisasi Anggaran Keterangan
Tahun 2003 Tahun 2004
1 Kredit yang disalurkan Rp 2 triliun Rp 2,5 triliun Naik 25%
2 Dana yang dihimpun Rp 2,5 triliun Rp 3,125 triliun LDR 80%
3 Pendapatan bunga kredit Rp 380 miliar Rp 475 miliar Bunga 20%
(NPL 5%)
4 Bunga dana Rp 300 miliar Rp 375 miliar Bunga 12%
5 Pendapatan diluar bunga Rp 100 miliar Rp 120 miliar Naik 20%
kredit
6 Biaya diluar biaya bunga Rp 100 miliar Rp 110 miliar Naik 10%
7 Laba sebelum pajak Rp 80 miliar Rp 110 miliar
Keterangan Tabel 3.1 :
No. 1 : Rencana anggaran kredit naik 25% menjadi Rp 2,5 triliun
No. 2 : Dengan tetap mempertahankan LDR sebesar 80% maka dengan pemberian kredit sebesar Rp 2,5
triliunn harus dihimpun dana sebesar 100/80 x Rp 2,5 triliu
= Rp 3,125 triliun
No. 3 : Pendapatan bunga kredit dihitung berdasarkan jumlah kredit (setelah dikurangi kredit
bermasalah 5%), maka akan didapat angka 95% x Rp 2,5 triliun
X 20% = Rp 475 miliar
No. 4 : Biaya dana dihitung berdasarkan suku bunga dana 12% x Rp 3,125 triliun = Rp 375 miliar
No. 5 : Pendapatan lain di luar bunga kredit, naik 20% menjadi 120% x Rp 100 milyar = Rp 120 milyar
No. 6 : Biaya lain di luar bunga kredit naik 10% menjadi 110% x Rp 100 miliar =
Rp 110 miliar
No. 7 : Laba didapat dari (Rp 475 miliar + 120 miliar) -/- (Rp 375 miliar + Rp 110 miliar)
= Rp 110 miliar

Anda mungkin juga menyukai