Anda di halaman 1dari 4

SEJARAH SISTEM MONETER INTERNASIONAL

Sistem moneter internasional saat ini berakar pada daya Tarik emas dan perak kuno , yang mana
keduanya berlaku sebagai media pertukaran dalam perdagangan awal antar suku dan kemudian
perdagangan antar kota-negara. Pada abad ke 16 dan 17 negara Negara eropa modern mulai
terbentuk dan koin mereka diperdagangkan atas dasar kandungan relatif emas dan peraknya.

1. Standar Emas
Diandalkannya uang emas sejak zaman kuno sebagai media pertukaran internasional
menyebabkan diadopsinya sistem moneter internasional yang dikenal sebagai standart
emas. Dalam standart emas (gold standard), Negara Negara setuju untuk membeli atau
menjual mata uang kertas mereka untuk ditukar dengan emas atas permintaan individu atau
perusahaan dan berlawanan dengan penimbunan emas merkantilisme , untuk mengizinkan
ekspor bebas terhadap emas batangan dan koin emas. Pada tahun 1821 inggris menjadi
Negara pertama yang mengadopsi standart emas.

Standart emas secara efektif menciptakan sistem nilai tukar tetap. Nilai tukar (exchange
rate) adalah harga satu mata uang terhadap mata uang kedua. Dalam sistem nilai tukar tetap
(fixed exchange rate system), harga suatu mata uang tertentu tidak berubah secara relative
terhadap mata uang yang lain. Standart emas menciptakan sistem nilai tukar tetap karena
setiap Negara terikat atau dipatok (pegged), nilai mata uangnya dengan emas. Inggris,
sebagai contoh, berjanji untuk membeli atau menjual satu ons emas seharga 4,247
poundsterling, oleh karenanya menetapkan nilai par(par value) dari pounds, atau harga
resmi terhadap emas .

Sejak tahun 1821 hingga berakhirnya perang dunia 1 pada 1918, kebanyakan mata uang
yang paling penting dalam perniagaan internasional adalah poundsterling inggris, refleksi
atas munculnya inggris dari perang napoleon sebagai kekuatan ekonomi dan militer yang
dominan di eropa. Sebagian besar perusahaan di seluruh dunia bersedia untuk menerima
emas atau poundsterling inggris dalam penyelesaian transaksi. Sebagai akibatnya , sistem
moneter internasional selama periode ini, sering disebut sebagai standart emas berbasis-
sterling.

2. Runtuhnya Standar Emas


Selama peranag dunia 1, standar emas berbasis sterling telah runtuh. Dengan pecahnya
perang, transaksi komersial normal antara sekutu (Prancis, Rusia, dan Inggris) dan
kekuatan tengah (Australia-Hungaria, Jerman, dan Kekaisaran Ottoman) terhenti. Tekanan
ekonomi yang ditimbulkan oleh perang menyebabkan Negara demi Negara menangguhkan
janji mereka untuk mebeli atau menjual emas pada nilai par mata uang mereka. Setelah
perang berakhir, sebagian negara besar yaitu Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis,
mengadopsi kembali standar emas pada tahun 1920-an meski dengan tingginya tingkat
inflasi, pengangguran, dan ketidakstabilan politik yang sedang menghancurkan Eropa.
Namun, dihidupkannya kemballi standar emas ternyata tidak bertahan lama, sebagai
akibat dari tekanan ekonomi yang dipicu oleh Depresi Besar di seluruh dunia. Bank sentral
Inggris (Bank of England), tidak mampu menjunjung janjinya untuk mempertahankan nilai
pound sebab bank tersebut membuat poung mengambang (float), yang berarti bahwa nilai
pound akan ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan dan Bank of England
tidak lagi menebus mata uang kertas untuk emas pada nilai par.
3. Era Bretton Woods
Banyak politisi dan ahli sejarah meyakini bahwa kerusakan sistem moneter
internasional dan perdagangan internasional setelah perang 1 menciptakan kondisi
ekonomi yang membantu terjadinya perang dunia 2. Inflasi, pengangguran dan biaya untuk
membangun kembali ekonomi yang hancur karena peperangan menciptakan
ketidakstabilan politik yang memungkinkan diktator fasis dan komunis untuk mengambil
alih kendali pemerintah mereka. Pada 1944 perwakilan dari 44 negara bertemu di sebuah
resor di Bretton Woods, New Hampshire, dengan tujuan ingin menciptakan lingkungan
ekonomi pasca perang yang akan mempromosikan perdamaian dan kemakmuran di seluruh
dunia. Para peserta konferensi Bretton Woods sepakat untuk memperbarui standar emas
dengan dasar yang banyak dimodifikasi. Mereka juga sepakat untuk mencipatakan dua
organisasi internasional baru yang akan membantu membangun ekonomi dunia dan sistem
moneter internasioinal, yaitu:
a. Bank Internasional untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (Internasional Bank for
Reconstruction and Development-IBRD) adalah nama resmi dari Bank Dunia
(World Bank). Bank Dunia, yang didirikan pada 1945, bertujuan awal untuk
membantu mendanai rekonstruksi ekonomi eropa yang hancur karena perang. Pada
tahun1950-an bank dunia berhasil menyelesaikan tugas tugas nya dan kemudian
mereka mengadopsi misi-misi baru untuk membangun perekonomian di Negara
berkembang:
 Asosiasi Pembangunan Internasional (International Development Association)
 Korporasi Keuangan Internasional (International Finance Corporation)
 Badan Penjamin Investasi Muiltilateral (Multilateral Investment Guarantee
Agency)
Bank dunia juga mempunyai kebijakan-kebijakan peminjaman untuk Negara-
negara yang melakukan peminjaman. Kebijakan pinjaman keras (hard loan policy):
mereka mendapat pinjaman hanya jika terdapat harapan yang layak bahwa
pinjaman tersebut akan dibayar kembali. Pinjaman lunak (soft loan), pinjaman yang
menanggung resiko yang signifikan untuk tidak dibayar.

b. Dana Moneter Internasional (Internasional Monetary Fund-IMF).


Negara-negara yang menghadiri Bretton Woods meyakini bahwa memburuknya
perdagangan internasional selama tahun-tahun setelah perang dunia 1 sebagian
disebabkan oleh devaluasi nilai tukar kompetitif yang menjangkit perdagang
internasional. Dibentuknya organisasi ini bertujuan untuk mengawasi berfungsinya
sistem moneter internasional. Dalam perjanjian IMF menjabarkan tujuan
organisasi:
 Untuk mempromosika kerja sama moneter internasional.
 Untuk memfasilitasi ekspansi dan pertumbuhan seimbang dari perjuangan
internasional.
 Untuk mempromosikan stabilitas pertukaaran, untuk memelihara perjanjian
pertukaran yang tertib diantara anggota, dan untuk memelihara depresiasi
pertukaran kompetitif
 Untuk membantu dalam pembentukan sistem pembayaran multilateral
 Untuk memberikan kepercayaan kepada anggota dengan membuat sumber
daya umu IMF yang sementara tersedia untuk mereka dan untuk mengoreksi
ketertinggalan dalam neraca pembayaran mereka.
 Untuk memperpendek durasi dan menurunkan tingkat disekuilibrium dalam
neraca pembayaran internasional dari para anggota.
c. Standar Emas Berbasis Dolar
IMF dan Bank Dunia memberikan kerangka intitusional untuk sistem moneter
internasional pasca perang dunia 2. Semua negara setuju untuk memancang nilai
mata uang mereka terhadap emas. Namun, hanya Amerika Serikat yang berjanji
untuk menebus mata uangnya dengan emas atas permintaan bank sentral asing.
Jadi, dolan AS menjadi dasar dari sistem Bretton Woods karena hanya dolar AS
dan Kanada yang merupakan mata uang konvertibel (convertible currencies),
yaitu mata uang yang dapat dipertukarkan secara bebas untuk mata uang lainnya
tanpa batasan hokum. Pengaruh dari konferensi Bretton Woodds dengan demikian
adalah untuk membentuk dtandar emas berbasis dolar AS.

4. Berakhirnya Sistem Bretton Woods


Perjanjian ini berakhir dengan baik selama pesimisme terhadap ekonomi suatu negara
yang bersifat temporer, tetapi jika sebuah negara mengalami permasalahan ekonomi makro
structural, kesulitan besar dapat muncul. Pada tahun 1967 para anggota IMF menciptakan
Hak Penarikan Khusus (special drawing right-SDR) untuk menyelesaikan transaksi resmi
di IMF. Meskipun SDR dapat memberikan likuiditas baru untuk sistem moneter
internasional, tetapi tidak mengurangi permasalahan fundamental dari melimpahnya dolar
yang dipegang oleh orang asing.
Pada pertengahan 1971, sistem Bretton Woods telah goyah, sebagai korban dari
kekhawatiran mengenai ketidakstabilan dolar. AS sudah tidak mempunyai cukup emas di
tangan untuk memenuhi permintaan mereka yang masih ingin menukarkan dolar mereka
dengan emas. Dengan demikian sistem Bretton Woods berakhir, akibatnya bank tersebut
menutup pintunya.
Pada Konferensi Smithsonian (Smithsonian conference), yang diadakan di Washington,
D.C., pada Desember 1971. Sepakat untuk memulihkan sistem nilai tukar uang tetap, tetapi
sengan nilai tukar yang direstrukturisasi antara mata uang besar yang diperdagangkan.
Mata uang diizinkan untuk berfluktuasi diseputar nilai parnya sebesar 2,25 persen, yang
menggantikan kisaran 1,00 persen lebih sempit yang disahkan oleh perjanjian Bretton
Woods.

Anda mungkin juga menyukai