Anda di halaman 1dari 3

Latar Belakang

Garam sebagai komoditas pesisir dengan yang berorientasi pada


pertanian juga terkait dengan kebijakan pemerintah. Oleh karena itu semua yang
berkepentingan dalam pergaraman nasional, baik itu produsen, petani garam,
dan pabrik garam, distributor, dan konsumen sangat terkait erat dengan
kebijakan yang diputuskan pemerintah. Secara tidak langsung semua yang
berkepentingan dalam industri pergaraman Indonesia diatur oleh pemerintah
termasuk urusan ekspor dan impor.
Dalam kasus ini negara Indonesia yang dikenal sebagai negara maritim
justru sering mengimpor produksi garam dari luar. Seharusnya dengan posisi
negara Indonesia sebagai negara maritim memiliki potensi besar untuk
memproduksi garam yang lebih banyak dan cukup untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri. Namun kondisi ini bertolak belakang dengan keadaan yang
sebenarnya karena potensi panjang pantai Indonesia yang berkorelasi dengan
kemampuan produksi garam nasional.
Hal ini menunjukkan bahwa adanya kesalahan tata kelola kebijakan garam
nasional, sehingga Indonesia melakukan impor garam.
Garam sebagai
komoditas pertanian tentunya harus dikelola melalui suatu kebijakan yang
bersinergi baik dari infraksturktur, sosial ekonomi, dan pendidikan sehingga ada
keberlanjutan dalam produksi garam untuk pemenuhan kebutuhan nasional.
Namun masalah yang paling vital adalah masih minimnya pengetahuan
para petani garam akan kriteria standar mutu yang harus dipenuhi oleh
produsen garam yang nantinya akan mempengaruhi kualitas garam dan
berdampak pada kurang percayanya masyarakat akan kualitas garam lokal yang
nantinya akan berdampak pada ekonomi para petani garam dan daerah
sekitarnya oleh karena itu pendalaman ilmu tentang pembuatan garam yang
sesuai dengan standar haruslah diterapkan kepada para petani garam untuk
meningkatkan kepercayaan akan kualitas garam lokal tidak berbeda jauh dengan
kualitas garam impor.
Salah satu daerah penghasil garam terbesar di Jawa Barat salah satunya
adalah Cirebon, dimana kualitas garam yang diproduksi masih kurang baik. Jika
dibandingkan dengan kualitas garam lokal daerah lain, produksi petani garam di
Cirebon, masih memiliki kandungan NaCl rendah di bawah 90 %, maka akan sulit
bersaing dengan garam impor dari Australia dan India yang note bene bermutu
lebih baik. Belum lagi dari sudut pertimbangan harga. Kualitas garam rakyat
harus ditingkatkan menyongsong era pasar bebas di tahun yang akan
mendatang.
Oleh karena itu petani harus mendapatkan pendidikan tentang tata cara
bertani garam yang sesuai standar untuk meningkatkan kualitas garam yang
mereka produksi dan standar tersebut telah ditetapkan oleh Lembaga Standar
Nasional Indonesia. Setidaknya ada 13 kriteria standar mutu yang harus
dipenuhi oleh produsen garam. Di antaranya adalah penampakan bersih,
berwarna putih, tidak berbau, tingkat kelembaban rendah, dan tidak
terkontaminasi dengan timbal/bahan logam lainnya. Kandungan NaCl untuk
garam konsumsi manusia tidak boleh lebih rendah dari 97 % untuk garam kelas
satu, dan tidak kurang dari 94 % untuk garam kelas dua. Tingkat kelembaban
disyaratkan berkisar 0,5 % dan senyawa SO4(Ion Sulfat) tidak melebihi batas 2,0
%. Kadar iodium berkisar 30 - 80 ppm.
Sebagai desainer komunikasi visual kami menawarkan solusi untuk
penyelesaian masalah tersebut yaitu membuat sebuah media untuk
mensosialisasikan pengetahuan tentang cara bertani garam yang memenuhi
standar agar kualitas garam daerah Cirebon dapat meningkat sesuai standar

Lembaga Standar Nasional Indonesia yang nantinya dapat bersaing dengan


garam produk lokal lainnya dan perlahan dapat bersaing di pasar internasional.
Media yang digunakan berupa iklan layanan masyarakat yang berisi tentang
kriteria pembuatan garam yang sesuai standar dan diharapkan mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat Indonesia. Sehingga apabila sudah mendapat
kepercayaan dari masyarakat Indonesia kita tidak perlu lagi mengimpor garam
dari luar.

Identifikasi masalah
Indonesia dikenal juga sebagai negara pengimpor garam, dimana Indonesia itu
sendiri adalah negara maritim yang memiliki panjang garis pantai yang luas.
Namun ,sangat disayangkan jika negara ini masih mengimpor garam dari luar,
padahal potensi untuk memproduksi garam sangatlah besar. Walaupun di
Indonesia juga memproduksi garam, namun tidak semua kualitas garam yang
dihasilkan dari produsen lokal memiliki kualitas yang memenuhi standar, yang
disebabkan minimnya pengetahuan akan kriteria garam yang berkualitas oleh
para petani garam. Selain itu, minimnya pengetahuan tentang cara pembuatan
garam yang baik yang akan berengaruh pada kualitas garam itu sendiri.

Metode 5W1H
What
Kualitas garam yang diproduksi oleh para petani garam khususnya di daerah
Cirebon masih kurang baik.
Who
Petani garam di Indonesia khususnya daerah Cirebon.
Why
Masih kurangnya pengetahuan akan cara pembuatan garam yang baik dan
memenuhi standar.
Where
Di pesisir laut Jawa Barat khusunya di Cirebon
When
Sejak Indonesia menjadi negara pengimpor garam
How
Dengan membuat sosialisasi dalam bentuk media iklan layanan masyarakat
yang dimana isi dari iklan tersebut menjelaskan pengetahuan tentang kriteria
garam yang memenuhi standar dan proses pembuatan yang baik.

Analisis masalah (SWOT)


STRENGHT
Membuat pengeluaran menjadi sedikit dan mempersingkat waktu dalam
membuat garam yang kurang berkualitas.

WEAKNESS
Kualitas garam belum memenuhi standar.
OPPORTUNITY
Jumlah garam yang dihasilkan menjadi sangat banyak dalam waktu yang
singkat.
THREAT
Hilangnya kepercayaan konsumen khususnya di Indonesia yang berdampak pada
semakin menurunnya pendapatan para petani garam.

Anda mungkin juga menyukai