Penurunan
impor
garam
secara
bertahap dilakukan sebagai upaya
Kementrian Kelautan dan Perikanan
untuk
merealisasikan
target
Swasembada Garam Nasional pada
tahun 2015.
Rendahnya
produksi
garam
di
Indonesia diakibatkan oleh masih
tradisionalnya sistem produksi yang
digunakan oleh para petani garam.
Perkembangan
ilmu
pengetahuan
tentunya harus dimanfaatkan untuk
meningkatkan
kualitas
dan
kuantitas produksi. Berbeda dengan
negara-negara
lain
yang
sudah
mengadaptasi ilmu pengetahuan ke
dalam
sistem
produksinya,
masyarakat di Indonesia cenderung
sulit untuk menerimanya. Hingga
saat
ini,
mereka
masih
tetap
memanfaatkan
cahaya
matahari
sebagai
sumber
energi
untuk
memproduksi garam. Sehingga saat
cuaca tidak mendukung, misalnya
h u j a n
a t a u
m e n d u n g
berkepanjangan,
akan
sangat
mengganggu proses produksi.
Tidak hanya karena cuaca yang kurang baik namun
keprihatinan terjadi saat musim panen harga pun
sangat fluktuatif. Petani garam tidak mengetahui
secara pasti spesifikasi teknis/kelas/grade mutu
garam berdasarkan Standart Nasional (SNI) dan
MENUJU
KEMANDIRIAN
USAHA GARAM
RAKYAT
1. Mampu Beradaptasi
Kemampuan dalam beradaptasi dengan kondisi
pasar yang ada. Pengusaha garam harus mau
mendengarkan, dan mengerti akan kebutuhkan
pelanggan mereka agar dapat beradaptasi
dengan baik.
2. Mampu Memprediksi
Pengusaha harus mampu memprediksikan
kondisi pasar dan jangkauan di masa yang akan
datang secara tepat. Ini sangat berkaitan
dengan dalam memilih segmen pasar yang
dipilih.
3. Memilih Media Pemasaran (promosi dari
mulut ke mulut, media cetak, elektronik, dll)
PROGRAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT KELAUTAN
DAN PERIKANAN
PEMBERDAYAAN USAHA
GARAM RAKYAT
KABUPATEN ALOR
TAHUN 2013