Anda di halaman 1dari 8

PENGOLAHAN GARAM SPA UNTUK MENGEMBANGKAN UMKM DESA

KRAMPON MENUJU DESA MANDIRI


Fitriannisa Ramadhani 1, Wiwit Yulika Cahyani 2, Thoyyibah Mas’udah 3 dan S. Fendi 4

1
Universitas Trunojoyo Madura;
2
Universitas Trunojoyo Madura;
3
Universitas Trunojoyo Madura;
4
Universitas Trunojoyo Madura;
* Correspondence: fitrians.rmdhni@gmail.com; wiwitr63@gmail.com; aidatry1@gmail.com syariffendi3@gmail.com.
Abstrak
Tujuan dari pengabdian kepada masyarakat adalah untuk memberikan percontohan dan
pelatihan kepada masyarakat berupa pembuatan produk aroma terapi yang memanfaatkan hasil
tambak garam sebagai upaya pemanfaatan potensi lingkungan Desa Krampon Kecamatan Torjun
Kabupaten Sampang. Metode yang digunakan adalah pemberian materi dan demonstrasi.
Karakteristik masyarakat desa Krampon terkhusus ibu-ibu sebagian besar sebagai ibu rumah
tangga, adanya pelatihan ini untuk peningkatan pengetahuan tentang manfaat garam grosok hasil
dari tambak yang dapat digunakan sebagai bahan baku membuat produk aroma terapi.
Pembuatan produk aroma terapi sendiri hanya membutuhkan waktu sekitar kurang lebih 20
menit, dengan menggunakan bahan-bahan sederhana dan mudah di dapat. Dilihat dari cara
pembuatannya yang singkat serta alat dan bahannya yang mudah didapatkan, produk aroma
terapi ini membutuhkan modal yang tidak besar. Melihat hal tersebut maka dapat dimanfaatkan
untuk dijadikan usaha, dengan memberikan kemasan dan label yang sesuai agar harga dapat
disesuaikan dengan produk pasaran yang beredar
Kata kunci: garam, umkm, desa mandiri
Pendahuluan
Garam merupakan salah satu kebutuhan pelengkap dari kebutuhan pangan dan sumber

elektrolit bagi tubuh manusia serta garam hasil dari penguapan air laut menjadi butiran padat,

yang digunakan sebagai bumbu pelengkap yang dapat memberikan rasa gurih. Kandungan garam

yang utama Natrium Clorida (NaCl) dan zat pengotor terdiri dari CaSO4, MgSO4, MgCl2 dan

lain-lain. Garam terbagi berdasarkan pemanfaatannya yaitu garam konsumsi dan garam industri.

Garam konsumsi adalah yang digunakan sebagai bumbu pelengkap, sedangkan garam industri

adalah garam yang digunakan untuk membantu pada proses industri seperti pada bidang

pabrikasi, medis, dan bahkan untuk kecantikan. Garam konsumsi adalah garam konsumsi

beryodium dengan kandungan natrium klorida (NaCl) minimum 94,7 % atas dasar basis kering
(adbk), air maksimum 7 %, bagian yang tidak larut dalam air maksimum 0,5 %, kandungan

cadmium (Cd) maksimum 0,5 mg/kg, kandungan timbal (Pb) maksimum 10 mg/kg, kandungan

Raksa (Hg) maksimum 0,1 mg/kg dan kandungan arsen (As) maksium 0,1 mg/kg, serta

kandungan KIO3 minimal 30 mg/kg.

Garam industri adalah garam yang dibutuhkan sebagai bahan baku atau bahan penolong

untuk industri yang mempunyai standar Garam sebagian besar dijual dalam harga yang minim

yaitu Rp. 4000/kg dalam bentuk garam krosok. Garam krosok merupakan kualitas tiga dengan

kandungan Magnesium lebih tinggi dibandingkan dengan garam dapur dan masih belum ada

tambahan iodium, dan masyarakat (petambak garam) menjual garam krosok dengan harga yang

minim. Untuk permasalahan tersebut, maka dapat dilakukan penelitian terhadap pemanfaatan

garam krosok yang dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan bidang kecantikan. Pemanfaatan

garam krosok dapat meningkatkan nilai ekonomi masyarakat. Hal tersebut menjadi salah satu

upaya dalam memberdayakan masyarakat Krampon secara berkelanjutan melalui inovasi produk

garam krosok menjadi garam spa. Tujuan penelitian ini untuk mengoptimalkan penggunaan

garam krosok menjadi produk yang bernilai jual tinggi dan memberikan manfaat bagi

pemakainya. Penggunaan garam laut yang salah satunya adalah garam krosok dapat

meningkatkan nilai tambah melalui pemanfaatan menjadi garam batch (Rositawati et al., 2013).

Produksi garam yang dapat dihasilkan per tahun mencapai 230 ton. Penyimpanan

garam dalam jangka waktu yang lama dikarenakan belum laku di pasaran akan memberikan

dampak terhadap kondisi ekonomi mitra, sehingga perlu dilakukan diversifikasi garam

krosok yang dihasilkan. Berdasarkan permasalahan yang dipapaprkan, maka disepakati

permasalahan yang menjadi prioritas yaitu:

a. Permasalahan di bidang pengolahan hasil


Permasalahan di bidang ini mencakup teknologi pengolahan garam dan

teknologi pengemasan. Garam yang tidak terjual dalam waktu tertentu akan

memberikan resiko kerugian pada perusahaan. Kerugian inididasarkan atas biaya

produksi yang telah dikeluarkan dan berkurangnya pendapatan yang diterima oleh

perusahaan. Selain itu garam akan memenuhi gudang penyimpanan. Umumnya

untuk mengantisipasi adanya penumpukan garam yang belum terjual dan resiko

kerugian maka dilakukan cara mengolah garam menjadi produk olahan lain misalnya

produk kecantikan dan kesehatan. Produk yang dihasilkan ini juga harus dikemas dengan

bahan kemasan yang sesuai yang dapat menjaga produk dari pengaruh lingkungan

namun tetap melindungi kegunaan dari produk tersebut.

b. Permasalahan di bidang pengembangan softskill sumber daya manusia.

Permasalahan lain yang dihadapi mitra adalah pengembangan softskill SDM.

Minimnya keterampilan yang dimiliki SDM menyebabkan tidak adanya inovasi terhadap

penjualan dan pemasaran produk garam sehingga mitra hanya mengandalkan penjualan

garam pada konsumen tertentu.

Maka dari itu adanya pelatihan pemanfaatan garam yang diberikan kepada masyarakat

Desa Krampon untuk mengoptimalkan hasil potensi lingkungan desa, menjadi produk yang

bernilai jauh lebih tinggi dibandingkan hanya sebatas garam grosok biasa.

Metode

Metode dalam kegiatan ini berupa pemberdayaan masyarakat Desa Krampon

melalui pemberian pelatihan dan pendampingan. Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu

upaya mengembangkan sikap kemandirian dan kesejahteraan manyarakat melalui

peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaram, serta


memanfaatkan sumber daya melalui pelaksanaan program kegiatan, pelatihan, dan

pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah atau prioritas kebutuhan masyarakat (UU No.

6 tahun 2014). Pemberdayaan masyarakat desa pada kegiatan ini berupa pemberian pelatihan di

bidang pengolahan untuk meningkatkan keterampilan dan menambah pendapatan

masyarakat desa.

Hasil dan Pembahasan

Pelaksanaan kegiatan ini diikuti oleh sebagian anggota pembinaan kesejahteraan warga

(PKK) dan seluruh perangkat Desa Krampon Kecamatan Torjun Kabupaten Sampang. Kegiatan

sosialisasi mengenai UMKM dilaksanakan secara tatap muka dengan mendatangkan pemateri

yang telah memiliki usaha dalam pengolahan garam spa yang telah memiliki banyak konsumen

produk garam spa pada berbagai tempat diantara konsumen perorangan hingga dijual pada

pengusaha perhotelan. Sosialisasi kegiatan UMKM yang disampaikan untuk meningkatkan nilai

jual dan pemanfaatan dengan mengoptimalkan hasil garam di Pulau Madura yang biasa disebut

dengan pulau garam.


Gambar 1. Lahan Tambak Garam

Kegiatan sosialisasi mengenai UMKM untuk meningkatkan perekonomian menuju desa

mandiri seluruh elemen yang mengikuti rangkaian acara terlihat antusias dan keseriusan peserta

terhadap materi yang disampaikan oleh narasumber Deasy Yumnasari, Amd.Par, BBA.

Merupakan seorang pendamping pariwisata Kabupaten Sampang Madura. Materi yang

disampaikan meliputi potensi yang dimiliki Pulau Madura, perbandingan nilai ekonomis olahan

garam, manfaat garam yang diolah menjadi garam spa, dan utamanya karena produk olahan

garam ini merupakan produk berbahan dasar alami yang aman digunakan oleh siapa saja.

Pengolahan garam yang disajikan selama pelatihan berupa produk garam krosok yang di

olah menjadi garam spa. Sebelum materi disajikan kepada para peserta pelatihan, terlebih dahulu

tim melakukan praktik sebelum di demokan kepada ibu PKK dan perangkat desa. Pelatihan

dilaksanakan dalam satu kali tatap muka selama kurang lebih 2 jam. Para peserta diberikan

materi yang berisi deskripsi tentang garam spa meliputi pengertian, kegunaan hingga cara
pembuatannya. Penjelasan pemateri disampaikan secara singkat kemudian dilanjutkan dengan

praktek yang dipimpin langsung oleh pemateri.

Gambar 2. Praktek Pembuatan Garam Spa

Cara pengemasan produk juga disajikan oleh pemateri. Pengemasan disini memiliki peran

penting, selain sebagai wadah yang mampu melindungi produk, kemasan juga berfungsi sebagai

media pemasaran produk (Rahmawati, 2013). Pemilihan kemasan disesuaikan dengan banyak

dan sifat produk yang ditawarkan di pasaran, karena kesan terbaik itulah yang akan sangat

mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli atau meninggalkan produk yang ditawarkan

oleh perusahaan tertentu. Sudah sepatutnya perusahaan mengemas produknya dengan kemasan

terbaik bahkan secara periodik melakukan inovasi atas kemasan-kemasan yang ditampilkannya,

karena hal tersebut dapat mempengaruhi minat beli konsumen secara luas. Untuk meningkatkan

penjualan produk didalam dunia usaha dimana saat ini penuh persaingan ketat, maka warga

dituntut untuk mampu kreatif dalam banyak hal, baik dalam menghasilkan produknya maupun

dalam memikat hati konsumen agar tertarik untuk membeli output yang dihasilkannya yaitu

salah satunya dengan melalui tampilan kemasan secara fisik maupun tampilan iklan elektronik
dan iklan cetak atas produk tersebut. Penjelasan tentang pemasaran digital juga dipaparkan oleh

mahasiswa anggota KKNT kelompok 47 serta pemanfaatan market place untuk mempromosikan

hasil UMKM. Fungsinya untuk meningkatkan dan pengembangkan lokasi pemasaran produk,

sehingga tidak hanya di daerah lokal saja tetapi juga bisa ke luar kota.

Gambar 3. Kemasan Produk Garam Spa

Peserta berharap pelatihan semacam ini terus dilakukan sehingga garam yang mereka

produksi tidak hanya dipasarakan dalam bentuk bahan baku/garam krosok saja, tetapi juga

berupa produk dengan nilai ekonomis yang lebih tinggi, sehingga mampu meningkatkan

pendapatan masyarakat khususnya di daerah pulau Madura yang banyak menghasilkan garam.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil kegiatan berupa pelatihan pengolahan garam krosok menjadi garam spa

yang telah dilakukan pada masyarakat desa krampon didapati terjadi peningkatan pengetahuan

pengolahan dan pemasaran, peningkatan keterampilan, serta peningkatan sikap belajar mitra.

Faktor pendukung kegiatan ini berupa keingintahuan dan motivasi mitra yang baik selama
mengikuti kegiatan, penguasaan dan penyampaian materi yang menarik oleh

narasumber/pemateri. Faktor penghambat berupa ketersediaan bahan tambahan yang dirasa

kurang mencukupi dan sarana yang kurang memadai.

Daftar Pustaka

Habibi, Mochammad Yusuf dan Riksakomara, Edwin. 2017. Peramalan Harga Garam

Konsumsi Menggunakan Artificial Neural Network Feedforword - Back Propagation (Studi

Kasus : PT. Garam Mas Rembang Jawa Tengah). Jurnal Teknik ITS 6(2).

Dalimunthe, Hasbiana. 2018. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja terhadap

Kinerja Karyawan Usaha Pembungkusan Garam. JKBM : Jurnal Konsep Bisnis dan Manajemen

5(1)

Putri, Rika Diananing, Destryana, R. Amilia, Santosa, Ribut. 2020. Pemanfaatan Garam Krosok

Sebagai Kreatif Bisnis Masyarakat Pesisir. Jurnal of Food Technology and Agroindustry 2(1)

Yuniastri, Ratih dan Putri, Rika Diananing. 2021. Peningkatan Keterampilan Masyarakat

Pesisir Melalui Pelatihan Pengolahan Garam Krosok Menjadi Produk Garam Spa. Jurnal

Pengabdian Kepada Masyarakat 1(6)

Sumada, Ketut, Dewati, Retno dan Suprihatin. 2016. Garam Industri Berbahan Baku Garam

Krosok dengan Metode Pencucian dan Evaporasi. Jurnal Teknik Kimia 11(1)

Apriyanti, Masayu Endang. 2018. Pentingnya Kemasan Terhadap Penjualan Produk

Perusahaan. Sosio e-kons : Journal LPPM Unindra 10(1)

Anda mungkin juga menyukai