Anda di halaman 1dari 6

BAHAN ARAHAN

DIREKTUR JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN PERIKANAN

WEBINAR
MENDONGKRAK GARAM LOKAL BERDAYA SAING
Jakarta, Kamis 16 Juli 2020

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semua

Yang saya hormati,

1. Pejabat Eselon I dan II Lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan atau


yang mewakili;
2. Prof. Martani Husaini, Penasihat MKP Bidang Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perikanan;
3. Bapak/Ibu undangan dari Kementerian dan Lembaga,
4. Kepala Pusat Data dan Informasi, Sekretariat Jenderal KKP
5. Direktur Jasa Kelautan, Ditjen Pengelolaan Ruang Laut
6. Bpk Makhfud Efendi, Universitas Trunojoyo Madura;
7. Ibu Septi Ariyani, CV. Rama Shinta dan;
8. Peserta Webinar Mendongkrak Garam Lokal Berdaya Saing yang
berbahagia.

Ibu Bapak Sekalian Peserta Webinar,

Garam adalah komoditas yang sangat terkenal, terutama di kalangan ibu-ibu


sebagai bumbu utama yang senantiasa tersedia di dapur. Suatu keuntungan bagi
Indonesia karena Indonesia memiliki panjang garis pantai sekitar 108.000 km
serta luas perairan 5,8 juta kilometer persegi, sehingga mempunyai peluang besar
untuk memanfaat potensi terkait garam ini. Bagi sebagian masyarakat pesisir,
garam menjadi penggerak perekonomian. Oleh karena itu, pemerintah
memberikan perhatian khusus terhadap komoditas ini yang dituangkan dalam
dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-
2024.
Ibu Bapak Sekalian,
Dalam tiga tahun terakhir, produksi garam mengalami peningkatan yang cukup
signifikan yaitu 1,02 juta ton pada tahun 2017, 2,35 juta ton pada tahun 2018, dan
pada tahun 2019 sebesar 2,8 juta ton (angka perkiraan). Sementara itu, di dalam
RPJMN 2020-2024, produksi garam ditargetkan meningkat dari 3 juta ton pada
tahun 2020 menjadi 3,4 juta ton pada tahun 2024.
Produksi tersebut sebagian besar dihasilkan dari tambak rakyat yang berpusat di
beberapa lokasi seperti Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB,
NTT, dan Sulawesi Selatan.
Bapak Ibu Sekalian,
Faktanya, peningkatan produksi tersebut belum dapat memberikan dampak nyata
yang positif bagi petani garam rakyat. Hal ini disebabkan harga garam yang masih
berfluktuasi. Saat ini harga garam berada di kisaran Rp.200-300 per kg, sangat
rendah dibandingkan tahun 2018 yang mencapai Rp.1.850 per kg.
Kecenderungan rendahnya harga garam lokal disebabkan mutu garam yang
dihasilkan masih rendah dan belum dapat memenuhi standar garam untuk
kebutuhan industri, terutama kandungan NaCl yang harus di atas 96%. Saat ini,
kandungan NaCl garam rakyat masih berada di kisaran 88-92,5% sehingga
biasanya digunakan sebagai garam konsumsi atau pengawet untuk produk ukm
seperti ikan asin dan pindang.
Sebagaimana yang telah umum diketahui, penggunaan garam dibagi ke dalam
dua kelompok besar, yakni garam konsumsi dan garam industri. Garam konsumsi
adalah garam yang digunakan atau dapat diolah menjadi garam rumah tangga
dan garam diet beryodium untuk dikonsumsi masyarakat. Sedangkan, garam
industri digunakan sebagai bahan baku utama dan bahan penolong dalam proses
produksi berbagai industri, seperti industri kimia-dalam hal ini industri Chlor-Alkali
Plant (CAP), industri aneka pangan, industri farmasi, industri perminyakan,
industri penyamakan kulit, dan water treatment. Garam untuk kebutuhan industri
ini meliputi sekitar 85% dari total kebutuhan garam nasional.
Ibu Bapak Sekalian,
Di sisi hulu, produksi garam rakyat masih mengalami sejumlah permasalahan yang
menyebabkan kualitas garam lokal belum dapat bersaing dengan garam impor,
khusus nya dalam memenuhi kebutuhan garam industri. Keterbatasan teknologi,
dimana sebagian petani garam masih menggunakan teknologi sederhana,
menjadikan kualitas produk garam rakyat tidak seragam dengan kandungan zat
pencemaran yang tinggi. Sehingga untuk peningkatan kualitas atau pemurnian
kristal garam melalui pencucian menyebabkan naiknya biaya.
Selain itu, jaminan keberlangsungan suplai garam lokal juga terkendala
produktivitas garam rakyat yang masih rendah, karena pola usaha garam rakyat
yang individual dengan kepemilikan lahan garam yang terlalu kecil. Kondisi iklim
Indonesia, di mana musim panas relatif pendek yaitu 4 s.d 5 bulan pertahun
dengan kelembapan udara cukup tinggi di kisaran 60-70%, juga kurang
mendukung proses pembuatan garam. Sebagai perbandingan, negara produsen
garam utama seperti, Australia, Mexico atau China, memiliki musim panas sampai
11 bulan pertahun dengan humiditas 20-30%.
Untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing garam lokal agar dapat
memenuhi standar industri, pemerintah telah melakukan berbagai upaya antara
lain melalui program Pengembangan Usaha Garam Rakyat (PUGAR). Program
unggulan ini menonjolkan tiga layanan utama, yakni integrasi lahan garam,
pengelolaan Gudang Garam Nasional (GGN), dan penguatan kelembagaan
terutama melalui sertifikasi petambak dan pembentukan koperasi induk. Tujuan
tiga layanan tersebut adalah untuk mempercepat serta memperbesar jaringan
pasar dan sistem stok garam rakyat.
Petani garam juga perlu diperkenalkan dengan teknologi produksi garam terbaru
yang dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas produknya. Sejumlah
teknologi produksi garam telah dikembangkan seperti teknologi bestekin yang
menggunakan sistem evaporasi vakum sehingga bisa mempercepat laju
penguapan air laut menjadi garam. Selain itu, ada juga metode tunnel yang
menerapkan proses pembuatan garam secara tertutup mulai dari proses air baku
dari laut menjadi air tua dan berakhir di meja kristalisasi. Ada pula teknologi
geomembran yang melapisi lahan garam dengan lembaran membran yang
bersifat tahan air, korosi, minyak, asam, dan panas tinggi.
Ibu Bapak Sekalian,
Untuk memberikan dampak yang lebih besar, perbaikan-perbaikan yang telah
dilakukan di sektor hulu tersebut perlu disertai dengan peningkatan di sektor hilir
melalui diversifikasi produk garam lokal menjadi produk yang bernilai tinggi,
dengan memanfaatkan stok garam lokal yang tidak terserap industri.
Saat ini, sebagian produksi garam rakyat masih berupa garam krosok yang
merupakan garam laut kualitas rendah (kadar NaCl 88%-92,5%) dan nilainya juga
sangat rendah. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa garam krosok dapat
dikembangkan menjadi produk bernilai tambah lebih tinggi karena mengandung
berbagai kadar mineral yang berperan penting bagi kesehatan tubuh.
Sebagai contoh, kandungan mineral magnesium memiliki banyak manfaat
diantaranya melembutkan dan menghaluskan kulit, zat pengikat oksigen dan
hemoglobin di dalam darah yang dapat memberikan sensasi relaksasi serta
mengurangi stress saat berendam dengan larutan garam.
Kandungan mineral lainnya seperti natrium, klor, kalsium, kalium, besi, iodium,
mangan, tembaga, zink, kobalt, dan fluor memiliki manfaat sebagai hidrasi
mineral melalui kulit saat tubuh berendam menggunakan air rendaman garam
laut.
Kandungan mineral yang terdapat dalam garam memiliki sifat anti-inflamasi yang
dapat menangkan kulit, jerawat, iritasi, serta menyeimbangkan produksi minyak
dan mempertahankan hidrasi.
Fakta-fakta tersebut memberikan peluang yang sangat besar untuk
pengembangan berbagai produk kesehatan dan kecantikan berbahan dasar garam
seperti foot salt, body scrub, lulur, garam mandi bath bombs, garam spa, dan lain
sebagainya, sebagaimana yang telah dilakukan oleh salah satu narasumber dalam
webinar ini.
Bapak Ibu Sekalian,
Pengembangan produk garam lokal menjadi produk kesehatan dan kecantikan ini
dapat menjadi salah satu alat untuk meningkatkan daya saing garam lokal dalam
menghadapi kompetisi dengan garam produksi negara lain. Diversifikasi produk
ini dapat menjadi alternatif ceruk pasar baru bagi garam lokal, di luar pasar garam
industri yang selama ini disasar dan dikuasai oleh garam impor.
Disamping itu, produk garam kesehatan dan kecantikan ini juga menjanjikan
keuntungan yang cukup tinggi. Beberapa pengolah produk ini dapat menjual
produk foot salt seharga Rp.50.000/kg, jauh di atas harga jual garam krosok yang
hanya Rp.200–300/kg. Permintaan produk garam kecantikan berpotensi selalu
ada sepanjang tahun, seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat modern
yang semakin peduli pada perawatan dan kesehatan kulit. Bahkan tidak menutup
kemungkinan, produk-produk tersebut dapat merambah pasar luar negeri.
Ibu Bapak sekalian yang saya hormati,
Untuk meraih tujuan dan cita-cita di atas, diperlukan sinergi dan kerjasama dari
berbagai pihak yaitu akademisi, bisnis/ pelaku usaha, komunitas, pemerintah, dan
media atau yang dikenal dengan konsep pentahelix. Peran masing-masing unsur
tersebut adalah sebagai berikut

 Akademisi berperan sebagai sumber pengetahuan dengan konsep, teori-teori


serta hasil penelitan terbaru yang relevan
 Pelaku usaha berperan sebagai entitas yang melakukan proses bisnis dalam
menciptakan nilai tambah dan mempertahankan pertumbuhan yang
berkelanjutan
 Komunitas yang berisi sekumpulan orang-orang yang mempunyai minat
terhadap hal yang sama berperan sebagai akselerator serta penghubung atau
perantara antar pemerintah dengan unsur lainnya
 Pemerintah berperan sebagai regulator serta menghubungkan semua unsur
menjadi satu dalam suatu negara demi mencapai tujuan-tujuan negara
 Media berperan dalam mendukung publikasi dalam promosi dan
menyebarkan informasi terkait program kegiatan
Terkait dengan peran pemerintah di atas, pada tanggal 14 Mei 2020 telah
diresmikan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) oleh Presiden Joko
Widodo sebagai bentuk dukungan dan dorongan pemerintah terhadap
penggunaan produk-produk lokal. Melalui gerakan ini, diharapkan dapat
mewujudkan cita-cita produk Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri “Ini
Laut Kita, Ini Hasilnya”
Dalam gerakan lintas kementerian ini, KKP berperan dalam melakukan berbagai
pembinaan terhadap UMKM-UMKM sektor Kelautan dan Perikanan dengan
tujuan utama menaikkan perhatian publik tentang jenis-jenis hasil laut dan
perikanan, dengan menggunakan tagline “Pasar Laut Indonesia”, yaitu program
promosi produk-produk unggulan UMKM binaan KKP untuk dipromosikan
/diviralkan sebagai bagian dari program Bangga Buatan Indonesia,
Puncak kegiatan ini akan dilaksanakan pada minggu kedua s.d ketiga Bulan
Oktober 2020. Kami berharap Ibu Bapak sekalian dapat turut mendukung
kegiatan ini, di antaranya dengan mengkonsumsi berbagai produk kelautan dan
perikanan, termasuk produk-produk turunan garam lokal, dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
Ibu bapak sekalian saya tidak ingin berpanjang lebar, selanjutnya kami
mengucapkan selamat menikmati webinar ini. Kepada narasumber dan
pembahas, kami dari Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan
dan Perikanan menyampaikan banyak terima kasih, juga kepada kawan-kawan
yang hadir yang tidak segan-segan bertanya, serta memberikan masukan apakah
ada pada hari ini memberikan manfaat pada bapak ibu sekalian.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Nilanto Perbowo
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan

Anda mungkin juga menyukai