Anda di halaman 1dari 4

URGENSI GARAM RAKYAT TERHADAP PERTUMBUHAN

INDUSTRI DI INDONESIA
Oleh: Inayatul Maimonah

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat


melimpah. Salah satu negara maritim terbesar di dunia, yang di dalam lautannya
terkandung berbagai kekayaan alam seperti ikan laut, rumput laut, mineral garam
terlarut, mutiara serta tambang minyak bumi. Indonesia dapat memanfaatkan
semua kekayaan alam tersebut sebagai bahan baku produksi, salah satu contohnya
adalah produksi garam.

Garam merupakan kebutuhan pokok yang tidak kalah pentingnya


dibandingkan gula. Garam berperan penting dalam pertumbuhan industri di
Indonesia. Hampir setiap rumah tangga dan industri membutuhkan garam setiap
harinya, khususnya pemenuhan bahan baku untuk industri. Data dari kementerian
perindustrian tahun 2018, penggunaan garam di Indonesia 46% didominasi untuk
keperluan industri kimia, 18% untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga serta
sisanya untuk kebutuhan industri aneka pangan dan pengasinan.

Adanya kebutuhan garam skala nasional yang tidak berimbang dengan


produksi garam rakyat, membuat arus impor garam tidak terbendung. Faktor
cuaca adalah penyebab utama produksi garam nasional begitu minim. Selain
cuaca, hal lainnya yang membuat jumlah produksi garam di Indonesia relatif
sedikit ialah proses pembuatan garam secara tradisional yang masih
mengandalkan matahari dan alat sederhana, yaitu pengeruk kayu dan kincir
angin. Jangankan bicara kualitas, bicara peningkatan kapasitas juga sulit.
Sebagai negara dengan garis pantai terpanjang ke dua di dunia, Indonesia
mempunyai potensi besar untuk menghasilkan dan berswasembada garam.
Namun, hingga kini jumlah produksi garam yang ada belum mampu memenuhi
kebutuhan garam dalam negeri. Walaupun Indonesia termasuk negara maritim,
namun usaha meningkatkan produksi garam belum diminati, termasuk dalam
usaha meningkatkan kualitasnya. Di lain pihak kebutuhan garam dengan kualitas
yang baik masih dipenuhi melalui impor, terutama garam beriodium dan garam
industri (Purbani, 2000).

Industri garam nasional menghadapi tantangan besar, semua ini


disebabkan oleh kehidupan petambak garam yang tidak terlepas dari kemiskinan
atau perekonomian menengah ke bawah. Petambak tidak dapat bertahan
menjalankan usaha garam karena dilingkupi dengan berbagai risiko, bahkan ada
yang meninggalkan usahanya dan berpindah menekuni mata pencaharian lain.
Menurut Komaryatin (2012), pelaku usaha garam skala kecil yang tinggal di
perdesaan dihadapkan pada penguasaan teknologi yang rendah, kepemilikan
modal yang lemah, minimnya akses dan informasi terhadap pasar, dan
keterampilan manajemen usaha yang terbatas menjadi penyebab impor garam
terus berlanjut. Berdasarkan data kementrian kelautan dan perikanan tingkat
produktivitas garam lokal sangat rendah. Selain itu kualitas garam masih belum
mencapai standar nasional Indonesia karena kadar NaCl masih di bawah 97%.

Oleh karena itu, impor garam jadi salah satu langkah pemerintah yang
dianggap tepat mencukupi kebutuhan garam secara nasional, walau dirasa kurang
bijaksana. Sebenarnya, harga patokan pemerintah digunakan sebagai bentuk
perlindungan terhadap petani garam rakyat supaya tidak merusak harga pasar atau
menjadikan pasar tidak stabil. Ada standarisasi kualitas disetiap tingkatannya.
Namun, sayangnya belum berjalan efektif.
Selain kebijakan impor, pemerintah juga harus berupaya dalam
meningkatkan kualitas garam agar Indonesia dapat berswasembada garam sendiri
yaitu dengan perbaikan teknologi, pembinaan sistem manajemen mutu, pelatihan
teknik produksi, dan bantuan peralatan mesin iodisasi garam. Usaha produksi
garam di wilayah-wilayah yang potensial dengan musim kemarau panjang dapat
meningkatkan jumlah produksi garam. Penyelesaian permasalahan dan kendala
terkait garam diharapkan dapat dilakaukan dalam waktu yang singkat sehingga
swasembada garam dapat terwujud. Hal ini bertujuan untuk memenuhi standar
garam konsumsi rumah tangga dan industri serta meningkatkan harga jual garam.
Garam yang beredar di pasaran harus memenuhi Standar Nasional Indonesia
(NSI).

Inovasi dan kreativitas masyarakat juga sangat diperlukan untuk mengolah


garam. Dalam hal ini para petani dapat menggunakan beberapa metode, yaitu
sistem kristalisasi total air laut, pembuatan garam dari larutan garam alamiah, dan
pengambilan garam dari batuan garam atau melalui penambangan
(Prasetyaningsih, 2008).

Metode yang umum dilakukan di negara tropis, termasuk Indonesia, yaitu


sistem kristalisasi total air laut. Prinsip utama metode ini adalah kristalisasi garam
dari air laut dengan menggunakan sinar matahari untuk menguapkan air laut.
Metode ini memerlukan tiga kolam utama, yaitu kolam penampungan air laut,
kolam pemekatan, dan kolam kristalisasi (Noviani, 2007). Keberhasilan metode
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti sinar matahari, suhu, dan kelembapan
udara serta kecepatan angin. Rendemen yang diperoleh dari metode ini sangat
rendah, yaitu sekitar 3% NaCl dari bahan baku air laut yang diuapkan
(Prasetyaningsih, 2008).

Metode pembuatan garam yang lain yaitu pembuatan garam dari larutan
garam. Pengambilan garam dari larutan garam umumnya dilakukan dengan
menggunakan panas hasil pembakaran. Proses yang dilakukan dapat
menggunakan oven penguapan maupun multi effect evaporator. Rendemen yang
dihasilkan melalui metode ini sekitar 20-25% NaCl (Prasetyaningsih, 2008).
Namun demikian, mengingat biaya produksinya yang cukup mahal, metode ini
kurang cocok diterapkan di Indonesia.

Metode lain yaitu pembuatan garam dari batuan garam melalui


penambangan. Metode ini dilakukan dengan cara panggilan langsung di lokasi
batuan garam. Tahapan yang dilakukan meliputi penghancurann (crushing),
penggilingan (grinding), dan pengayakan (screening). Rendemen yang diperoleh
dengan metode ini sangat tinggi, yaitu sekitar 95-99% NaCl (Prasetyaningsih,
2008).
Melihat kondisi para petani yang belum paham betul dengan proses
peningkatan kualitas garam rakyat maka perlu adanya pengorganisasian untuk
pelatihan, pengembangan dan pengawasan. Agar para petani dapat menghasilkan
garam yang tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri saja tetapi juga
mempunyai kualitas tinggi. Maka pemerintah harus mendirikan sebuah lembaga
atau organisasi yang dapat membantu peningkatan kualitas garam di setiap kota
yang terdapat tambak garam. Dengan begitu, Indonesia diharapkan dapat segera
berswasembada garam karena Indonesia memiliki potensi besar untuk
berswasembada garam.

Anda mungkin juga menyukai