KEBIJAKAN TAMBANG
Disusun Oleh :
Aliefia Endah Putri Pramesthie (03021182025004)
Asa Nopyta Dwi (03021182025008)
M. Farid Alkawarizky (03021282025069)
Nova Paloma (03021282025032)
Putri (03021182025007)
Dosen Pengampuh :
Dr. Ir. H. Maulana Yusuf, M. S., M. T.
JAWABAN
STUDI KASUS NIKEL, EMAS DAN BESI :
5. Pembatasan Ekspor Bahan Baku Nikel
6. Berdasarkan data US Geological Survey, Indonesia dan Australia memiliki
cadangan nikel terbesar di dunia, yaitu 21 juta ton di tahun 2022 (USGS,
2022). Menurut Badan Pusat Statistik Sulawesi Tenggara (2021), produksi
nikel dan feronikel di Sulawesi Tenggara (salah satu produsen nikel
terbesar Indonesia) menunjukkan fluktuasi dari 2008 sampai dengan 2019.
Pemerintah Indonesia berusaha untuk meningkatkan nilai tambah barang
bagi Indonesia dengan membuat aturan larangan ekspor nikel mentah
mulai 2020. (Permen ESDM, 2019). Ini membuat Uni Eropa, sebagai salah satu
konsumen besar nikel dunia mangajukan gugatan ke WTO atas Indonesia untuk
mencabut kebijakan pelarangan ekspor nikel mentah. Joko Widodo,
Presiden Republik Indonesia, menyatakan bahwa kebijakan pelarangan
adalah hak Indonesia atas kepemilikan sumber daya alam. Beliau
menegaskan bahwa dengan adanya pelarangan ekspor nikel mentah, produk
industri pengolahan logam dan nilai ekspor produk pengolahan logam
berkembang pesat. (Evandio, 2022).
11. Dampak Pembatasan Ekspor Bijih Besi Terhadap Penerimaan Sektor Esdm
Dan Perekonomian Nasional
12. Pelarangan ekspor bahan mentah mineral ini tidak dibarengi dengan
perkembangan sektor hilir pertambangan. Padahal seperti diketahui, pada 12
Januari 2014, sesuai UU Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara dan Peraturan Menteri ESDM No. 1 Tahun 2014 tentang Peningkatan
Nilai Tambah melalui Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri,
perusahaan tambang harus sudah memiliki pemurnian bijih mineral (smelter)
sendiri, dan tidak diperbolehkan mengekspor mineral mentah. Kondisi ini
menyebabkan kebijakan pelarangan ekspor bahan mentah mineral ini
memberikan dampak negatif terhadap ekonomi Indonesia dalam jangka pendek.
Studi Kasus
Tambang Timah
1. Hutan Mangrove di Bangka Barat Rusak Akibat Tambang Timah Ilegal
Aktivitas pertambangan timah ilegal secara masif di kawasan hutan bakau
Dusun III, Desa Belo Laut Mentok, Kabupaten Bangka Barat, menyebabkan
kawasan tersebut rusak parah. Polisi Resor Bangka Barat, Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung, menertibkan aktivitas tambang liar bijih timah yang
berlokasi di kawasan hutan mangrove. Personel gabungan yang terdiri atas
Satuan Reskrim, Intelkam, dan Sabhara Polres Bangka Barat melakukan
penertiban di lokasi itu karena aktivitas penambangan tidak memiliki izin dari
instansi terkait. Dari kegiatan penertiban tersebut, personel menemukan
sebanyak 13 unit mesin yang digunakan penambang dan langsung dibawa ke
Mapolres Bangka Barat untuk disita. Akticitas ini telah melanggar UU No 18
Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan, dan
UU Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas UU 4 tahun 2009, tentang
minerba.