Anda di halaman 1dari 12

TUGAS 1 KELOMPOK

KEBIJAKAN TAMBANG

Disusun Oleh :
Aliefia Endah Putri Pramesthie (03021182025004)
Asa Nopyta Dwi (03021182025008)
M. Farid Alkawarizky (03021282025069)
Nova Paloma (03021282025032)
Putri (03021182025007)

Dosen Pengampuh :
Dr. Ir. H. Maulana Yusuf, M. S., M. T.

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN DAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNVERSITAS SRIWWIJAYA
2022
TUGAS 1 KELOMPOK
1. Coba saudara identifikasi permasalah pertambangan mineral atau energi yang
terjadi di Indonesia (minimal 20 kasus)
2. Dari 20 permasalahan dibidang pertambangan tersebut coba saudara pilih satu
kasus berikut penjelasan mengapa dipilih kasus tersebut
3. Tugas kelompok maksimal 5 orang dalam satu kelompok
4. Dikumpul 1 minggu setelah kuliah dan minggu berikutnya paparan kelompok

JAWABAN
STUDI KASUS NIKEL, EMAS DAN BESI :
5. Pembatasan Ekspor Bahan Baku Nikel
6. Berdasarkan data US Geological Survey, Indonesia dan Australia memiliki
cadangan nikel terbesar di dunia, yaitu 21 juta ton di tahun 2022 (USGS,
2022). Menurut Badan Pusat Statistik Sulawesi Tenggara (2021), produksi
nikel dan feronikel di Sulawesi Tenggara (salah satu produsen nikel
terbesar Indonesia) menunjukkan fluktuasi dari 2008 sampai dengan 2019.
Pemerintah Indonesia berusaha untuk meningkatkan nilai tambah barang
bagi Indonesia dengan membuat aturan larangan ekspor nikel mentah
mulai 2020. (Permen ESDM, 2019). Ini membuat Uni Eropa, sebagai salah satu
konsumen besar nikel dunia mangajukan gugatan ke WTO atas Indonesia untuk
mencabut kebijakan pelarangan ekspor nikel mentah. Joko Widodo,
Presiden Republik Indonesia, menyatakan bahwa kebijakan pelarangan
adalah hak Indonesia atas kepemilikan sumber daya alam. Beliau
menegaskan bahwa dengan adanya pelarangan ekspor nikel mentah, produk
industri pengolahan logam dan nilai ekspor produk pengolahan logam
berkembang pesat. (Evandio, 2022).

7. Perkembangan Regulasi Peningkatan Nilai Tambah Nikel Di Indonesia


8. Peraturan pelaksana dari UU No. 04 Tahun 2009 adalah Peraturan Pemerintah
(PP) dan untuk melaksanakan PP tersebut maka dikeluarkannya Peraturan
Menteri. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengetahui perkembangan dari
hilirisasi industri pertambangan terkait Peningkatan Nilai Tambah (PNT)
khususnya nikel. dengan adanya UU No. 04 Tahun 2009, maka setiap perusahaan
tambang diharuskan membangun smelter untuk pengolahan dan pemurnian dalam
waktu lima tahun, sehingga memungkinkan terjadinya PNT mineral, termasuk
nikel. Berdasarkan jangka waktu tersebut, pada tahun 2014 pelarangan ekspor
bijih mentah diberlakukan hingga saat ini. Hal ini berpengaruh pada penurunan
ekspor bijih nikel di Indonesia. Di Indonesia pembangunan smelter digunakan
untuk mengolah dan memurnikan nikel dengan kadar diatas 2%, tetapi di
Indonesia sendiri masih terdapat bijih nikel dengan kadar di bawah kadar
tersebut. Olehnya ditetapkanlah Permen No. 05 Tahun 2017 untuk mengatasi
masalah tersebut, yang mana saat ini telah diganti dengan Permen No. 25 Tahun
2018.

9. Sulitnya Berantas Tambang Emas Ilegal Di Indonesia: Antara Jerat


Kemiskinan, Warisan Budaya, Dan Eksploitasi Terselubung
10. Pertambangan emas ilegal merupakan persoalan dilematis. Kegiatan ini
berdampak buruk terhadap lingkungan karena penggunaan bahan kimia
berbahaya dan merugikan negara hingga puluhan triliun rupiah per tahunnya,
namun menjadi tumpuan hidup bagi lebih dari satu juta penduduk Indonesia.
Hasil studi kami menunjukkan bahwa faktor ekonomi merupakan faktor utama di
belakang maraknya penambangan ilegal, yang terbagi dalam dua kelompok, yaitu
faktor kemiskinan pada kelompok masyarakat pedesaan serta faktor kesempatan
usaha yang menggiurkan bagi kelompok pemodal. Faktor lain adalah mudahnya
melakukan kegiatan ini. Sebab, penambangan artisan secara teknis tidak
memerlukan keahlian atau pendidikan khusus. Teknologi yang digunakan pun
tidak rumit dan dengan modal yang relatif kecil, karena hanya perlu menggali
dengan peralatan sederhana. Belum lagi, sumber daya yang melimpah pada
wilayah konsesi yang kurang pengawasan semakin menarik minat masyarakat
yang minim pilihan pekerjaan untuk menambangnya.

11. Dampak Pembatasan Ekspor Bijih Besi Terhadap Penerimaan Sektor Esdm
Dan Perekonomian Nasional
12. Pelarangan ekspor bahan mentah mineral ini tidak dibarengi dengan
perkembangan sektor hilir pertambangan. Padahal seperti diketahui, pada 12
Januari 2014, sesuai UU Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara dan Peraturan Menteri ESDM No. 1 Tahun 2014 tentang Peningkatan
Nilai Tambah melalui Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri,
perusahaan tambang harus sudah memiliki pemurnian bijih mineral (smelter)
sendiri, dan tidak diperbolehkan mengekspor mineral mentah. Kondisi ini
menyebabkan kebijakan pelarangan ekspor bahan mentah mineral ini
memberikan dampak negatif terhadap ekonomi Indonesia dalam jangka pendek.

STUDI KASUS TAMBANG BATUBARA


1. Dampak Lubang Bekas Bukaan Tambang Batubara bagi Kehidupan
Masyarakat Kalimantan Timur
Tercatat di tahun 2021 terdapat 1.735 lubang bekas tambang batubara di
Kalimantan Timur. Terdapat 40 korban jiwa di lubang bekas tambang dimana
33 kasus berasal dari kalangan remaja dan anak-anak dan sisanya orang
dewasa. Penyebab kematian disebabkan karena tenggelam Tingginya kasus
kematian ini terjadi karena lubang tidak lagi ditutup ketika proses
penambangan usai. Mengenai penanganan reklamasi tambang telah diatur
didalam Peraturan Pemerintah Nomor 78 tahun 2010 tentang Reklamasi dan
Pascatambang dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009. Sudah seharusnya
reklamasi ditangani dengan tepat agar tidak menimbulkan korban jiwa.
2. Dampak Lingkungan Galian Tambang Batubara PT Kaltim Coal bagi
Kesehatan Masyarakat
Penambangan batubara merupakan juga salah satu kegiatan penghasil
air limbah dengan kandungan bahan-bahan yang berbahaya, terlebih jika
kegiatan penambangan tersebut berada di hulu sungai, walaupun limbah cair
dari kegiatan tambang terlebih dahulu diolah melalui kolam pengendap
sebelum di alirkan ke badan air. Pencemaran air yang diakibatkan dari limbah
cair dari adanya perusahaan pertambangan batubara yang ada di kota Sangatta
merupakan dampak lingkungan dari aktivitas pertambangan batubara, yang
dimana limbah cair ini akan sangat dirasakan oleh warga saat musim hujan
datang. Selain limbah ini berdampak kepada kesehatan warga karena air
sungai yang tak layak pakai, limbah merupakn erosi tanah pada saat
pembuatan jalan dan pengupasan lahan perusahaan.
Aktivitas pertambangan yang meyebabkan tercemarnya sungai-sungai
di Sangatta dapat menimbulkan kerugian besar bagi masyarakat Sangatta.
Sesuai dengan wawancara bapak Selfinus di atas bahwa limbah cair yang
dihasilkan dari kegiatan pertambangan dapat mencemari air di sungai dan
menganggu kesehatan masyarakat setempat. Berbahayanya limbah pencucian
(limbah cair) yang mencemari air sungai sehingga warna air sungai menjadi
keruh, asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai akibat endapan
pencucian batubara tersebut.Sayangnya, sampai sekarang tidaka ada informasi
dari perusahaan pertambangan terhadapnya bahayanya proses pencucian
batubara kepada masyarakat di sekitar pertambangan. Karena limbah cair dari
hasil pencucian batubara ini dapat menyebabkan penyakit kulit (gatal-gatal),
gangguan pencernaan, paru dan kanker otak. Gejala penyakit tersebut akan
terlihat,jika air sungai tempat buangan limbah digunakan masyarakat secara
terus-menerus. Aliran sungai bendili dan sungai pinang tercemar akibat limbah
cair dari pertambangan PT. Kaltim Prima Coal. Akibat pencemaran tersebut
air sungai yang dulu bersih dan digunakan masyarakat Sangatta setiap harinya
kini sudah tidak layak dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari karena dapat
mengganggu kesehatan, tetapi masih ada pula sebagian masyarakat Sangatta
masih mengkonsusmsinya dan menggunakan air tersebut sebagai kebutuhan
sehari-hari dikarenakan tidak menggunakan air PDAM karena faktor ekonomi.
Adapun penyakit dari pencemaran air sungai ini seperti kudis atau gatal-gatal,
diare, dan hepatitis A, dari ketiga penyakit ini memang sering terjadi pada
masyarakat yang tinggal dekat dengan sungai. Dengan adanya pertambangan,
lingkungan masyarakat menjadi tercemar seperti sungai yang menjadi salah
satu kebutuhan masyarakat Sangatta yang kini tercemar oleh limbah kegiatan
pertambangan, tentu hal ini sangat merugikan semua pihak. Akan tetapi
perusahaan PT. Kaltim Prima Coal juga selalu memberikan bantuan terhadap
masyarakat yang ada di Kecamatan Sangatta Utara karena di ketahui dekat
dengan area aktivitas pertambangan.
3. Tambang Emas Ilegal di Bengkayang Longsor Menimbulkan Korban Jiwa
Tambang emas illegal yang berada di Bengkayang, Kalimantan Barat pada
Sabtu, 17 September 2022 terjadi longsor. Menurut penggakuan para
penambang yang ada dilokasi pada saat itu longsor terjadi setelah hujan turun.
Kemungkinan terjadinya longsoran karena faktor safety kurang diperhatikan.
Kejadian ini mengakibatkan dua korban jiwa yang ikut tertimbun longsoran.
4. Tambang Nikel Ilegal di Kolaka Rugikan Negara Triliun Rupiah
Kegiatan pertambangan nikel illegal oleh PT Babarina Putra Sulung terjadi di
Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Kegiatan pertambangan ini sangat
merugikan pemerintah hingga triliunan rupiah, baik dari sisi ekonomi maupun
ekologi. Hal ini karena aktivitas pertambangan ini tidak mengantongi izin,
menebas hutan dan menimbun laut untuk keperluan infrastruktur jalan.
Sehingga Negara dirugikan bagi dari segi pendapatan negara, pajak serta
kerusakan lingkungan dan ekologi.

TUGAS KEBIJAKAN TAMBANG


STUDI KASUS TEMBAGA

 Ekspor Tembaga di PT. Freeport terhambat dikarenakan aturan baru yang


diambil pemerintah, aturan baru tersebut mengenai bagaimana para pembeli
membayar logam tersebut. Aturan tersebut mewajibkan ekspor-ekspor batu
bara, minyak kelapa sawit, minyak dan gas serta mineral untuk menggunakan
surat-surat kredit (LC) yang dikeluarkan bank-bank domestik. Akibatnya
ekspor konsentrat tembaga dari tambang Grasberg di Papua telah dihentikan
sejak 25 juli sampai jangka waktu yang belum ditentukan.
 Dugaan pelanggaran IUP oleh PT. Batutua di Wetar
Eksploitasi Tembaga di PT Batutua di Wetar diprotes dikarenakan
kelalaian pemerintah mengawasi perusahaan tambang asal Australia, rakyat
kembali dikeluhkan oleh aktivitas pertambangan. Dua perusahaan asal
Australia dikomplen karena diduga menipu rakyat dan tidak mematuhi
komitmen perekrutan tenaga kerja. PT Batutua Tembaga Raya (BTR) dan PT
Batutua Prima Permai (BPP) dinilai melakukan wanprestasi atau ingkar janji.
Komitmen perusahaan tersebut memperkerjakan 75 persen orang lokal tidak
direalisasi. Kedua perusahaan malah menggunakan pekerja luar daerah dari
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan di pulau Jawa.
Perusahaan ini dicurigai menipu rakyat setempat. Sebab sejak mulai
beroperasi tahun 2005, rakyat pulau wetar hanya tahu perusahaan hanya
bergerak untuk menambang tembaga, sesuai namanya PT Batutua Tembaga
Raya. Namun belakangan muncul lagi satu perusahaan yakni, PT Batutua
Prima Permai (BPP), yang diduga melakukan eksploitasi emas di Wetar.
“Kami sudah selidiki. PT BPP ternyata masuk untuk mengolah emas di Wetar.
Mereka kejar mineral ikutan yang ada di batu tembaga. Itu mereka pisahkan
dan ambil emasnya,” beber Pieter Mandoher.
 Lokasi Izin Tambang Tembaga PT SMS di Tolitoli Masuk dalam Hutan
Lindung.
Lokasi izin perusahaan tambang batuan tembaga yang masih dalam
pengurusan izin PT Sulteng Mineral Sejahtera (SMS) di Dusun Ogotaring,
Desa Oyom, Kecamatan Lampasio, Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah
(Sulteng), masuk dalam kawasan hutan Lindung. Perusahaan tambang PT
SMS tersebut kini belum melakukan aktivitas pengelolaan karena masih
menunggu dokumen izin yang diterbitkan pihak Dinas Energi Sumberdaya
dan Mineral (ESDM) Provinsi Sulteng yang tengah diupayakan, yaitu Izin
Pertambangan Rakyat (IPR). IPR yang pengelolaannya berbentuk koperasi
dapat dimungkinkan jika lokasi yang masuk dalam kawasan hutan lindung
tersebut, bukan kategori hutan perawan, tetapi sudah pernah diolah oleh
masyarakat tanpa izin. Karena lokasinya masuk dalam hutan lindung sehingga
yang diupayakan seharusnya IPR yang pengelolaannya berbentuk koperasi, itu
dibenarkan dalam aturan.
 Tambang Batu Bara Kutai Ambruk Dianggap Kecelakaan.
Tambang Batubara milik PT. Fajar Bima Sakti runtuh. Menurut
manajer runtuhnya terowongan batubara pada Senin dinihari lalu adalah murni
kecelakaan kerja. Meski demikian ia tetap akan merujuk hasil investigasi dari
Dinas Pertambangan Kabupaten Kutai Kartanegara dan Dinas Pertambangan
dan Energi Kalimantan Timur sebagai hasil final. Menurut pernyataan dari
wartawan dikatakan bahwa terowongan tersebut telah dibangun sejak tahun
1982. Dengan demikian para pekerja seharusnya tau akibat dari melakukan
pertambangan di terowongan itu. Muchtar beranggapan menjalankan operasi
tambang bawah tanah telah memenuhi standar operasioanl prosedur
penambangan. Pasalnya semua peralatan keamanan telah terpenuhi.

Studi Kasus
Tambang Timah
1. Hutan Mangrove di Bangka Barat Rusak Akibat Tambang Timah Ilegal
Aktivitas pertambangan timah ilegal secara masif di kawasan hutan bakau
Dusun III, Desa Belo Laut Mentok, Kabupaten Bangka Barat, menyebabkan
kawasan tersebut rusak parah. Polisi Resor Bangka Barat, Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung, menertibkan aktivitas tambang liar bijih timah yang
berlokasi di kawasan hutan mangrove. Personel gabungan yang terdiri atas
Satuan Reskrim, Intelkam, dan Sabhara Polres Bangka Barat melakukan
penertiban di lokasi itu karena aktivitas penambangan tidak memiliki izin dari
instansi terkait. Dari kegiatan penertiban tersebut, personel menemukan
sebanyak 13 unit mesin yang digunakan penambang dan langsung dibawa ke
Mapolres Bangka Barat untuk disita. Akticitas ini telah melanggar UU No 18
Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan, dan
UU Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas UU 4 tahun 2009, tentang
minerba.

2. Tambang Timah Ilegal di PangkalPinang Digrebek, Oknum PNS dan


Wartawan Ditangkap
Sebanyak empat orang ditangkap saat operasi penertiban tambang timah ilegal
di daerah Air Mawar, Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung pada
Selasa (26/7/2022). Dua di antara pelaku diketahui berprofesi sebagai Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan wartawan sebagai oknum. Pelaku menambang pasir
timah tanpa izin menggunalan satu set mesin yang dirakit berupa Tambang
Inkonvensional (TI) Tajuk Tower. “Unit Tindak Pidana Tertenu (Tipidter)
langsung bergerak ke lokasi mengamankan pelaku dan barang bukti di hari
yang sama dengan laporan yang masuk. Para pelaku dekenakan asal 158
Undang-undang tentang Mineral dan Batubara ( Minerba dengan ancaman
lima tahun penjara atau denda Rp 1 miliar. Kota Pangkapinag bukan wilayah
pertmbangan, sehingga setiap aktivitas itu dipastikan bersifat illegal.
3. KLHK ( Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) Tangkap
Pelaku Pertambangan Timah Ilegal di Bangka Belitung
Jakarta, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Sabtu, 14
Juli 2018. Upaya penegakan hukum terhadap  kasus kerusakan hutan dan
lingkungan, terus dilakukan KLHK. Baru-baru ini Balai Pengamanan dan
Penegakan Hukum (Gakkum) LHK Wilayah Sumatera, berhasil menangkap
dua penambang timah ilegal di kawasan hutan produksi Sungailiat Mapur,
Desa Cit, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Bersama DENPOM DAM II Sriwijaya, Dinas Kehutanan
Babel, dan Pihak Kepolisian, tim KLHK mengamankan kedua pelaku
berinisial HS dan P (11/07), serta barang bukti berupa tiga unit alat berat, dan
peralatan pertambangan lainnya. HS selaku pemilik tambang, saat ini telah
ditahan di salah satu Rutan di Jakarta, setelah sebelumnya ditetapkan sebagai
tersangka oleh Penyidik PNS KLHK. HS diduga melanggar pasal 109 UU No.
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan
pasal 89 UU No. 18 tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan, dengan ancaman sanksi penjara maksimal 15 tahun, dan
denda maksimal sepuluh miliar rupiah. Sementara itu, Direktur Pencegahan
dan Pengamanan Hutan KLHK, Sustyo Iriyono menyampaikan bahwa,
kegiatan operasi ini dilakukan sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan
perusakan hutan, baik dari kegiatan penambangan ilegal, pengunaan kawasan
secara tidak sah maupun kebakaran hutan.
4. Penambang Ilegal Ditangkap di Bangka Belitung, Polisi Sita 1 Ton Pasir
Timah
Petugas Ditpolairud Polda Babel menangkap tiga oragn penamabng timah
illegal di Kabupaten Bangka, Bangka Belitung. Satu ton pasir timah
diamankan polisi. Penangkapan kasus penambangan illegal berawal saat polisi
mendapat pengaduan masyarakat, bahwa adanya aktivitas tambang illegal di
Hutan Konversi Sembulan, Pantai Batu Ampar, Desa Penagan Kabupaten
Bangka. Polisi bergerak cepat dan menemukan aktivitas tambang illegal jenis
TI jenis Sebu di perairan tersebut yang berjumlah sekitar 200 unit ponton.
Pelaku dan barang bukti dibawa ke Mako Ditpolairud untuk melakukan
penyelidikan lebih lanjut. Selain itu, pelaku akan disangkakan melakukan
tindak pidana pasal 161 UU Nomor 3 tahun 2020 tentang Minerba dengan
ancaman hukuman 5 tahun penjara dan denda maksimal RP 100 Miliar.
STUDI KASUS PENAMBANGAN EMAS
1. Kerusakan lahan akibat kegiatan penambangan emas tanpa izin disekitar
sungai singingi kabupaten kuantan singingi.
Kerusakan lahan yang terjadi akibat kegiatan penambangan emas tanpa izin di
sekitar Sungai Singingi Kabupaten Kuantan Singingi yang masif dilakukan dalam dua
dekade terakhir. Metode yang digunakan dalam analisis yaitu metode skoring dan
overlay, data yang digunakan adalah landsat 5 TM dan landsat 8 OLI yang diolah
dengan metode supervised cllasification dan digitaze on screen. Selanjutnya sebagai
data pembanding dilakukan survey dan wawancara serta memanfaatkan data citra
resolusi tinggi dari citra SPOT dan google earth. Ditemukan bahwa terjadi perubahan
penggunaan lahan dari penggunaan lahan lainnya menjadi lahan penambangan emas
tanpa izin seluas 2.680,03 Ha dari tahun 2006 hingga tahun 2018. Selanjutnya
dihasilkan peta tingkat kerusakan lahan dengan tiga parameter yaitu kerapatan
vegetasi, umur tambang dan jenis tailing. Lahan dengan tingkat kerusakan tinggi
seluas 699,34 Ha, kerusakan sedang 1.501,04 dan kerusakan rendah 479,65. Luas
kerusakan lahan terbesar terjadi di Desa Sungai Paku dan terkecil desa Pulau
Padang.Perubahan lahan dari sungai menjadi lahan tambang merupakan dampak
aktifitas penambangan emas tanpa izin terhadap berubahnya aliran sungai, karena
ketika arah sungai berubah maka akan merubah debit alami yang terjadi pada
biasanya (Martini & Sudirman, 2017).

2. Valuasi ekonomi pertambangan selaras lingkungan lestari pada


pertambangan emas pongkor).
Penentuan nilai atau harga terhadap sumber daya alam dan lingkungan
merupakan esensi atau pokok dari ekonomika berupa manfaat ataupun berupa
kerugian atau kerusakan dalam mengelola lingkungan yang efesien dan lestari.
Pendekatan ataupun metode yang dipakai untuk menghitung valuasi sumber daya
alam dan lingkungan, pada dasarnya merupakan turunan dari metode yang lebih
umum yang disebut dengan analisis biaya manfaat (cost benefit analysis). Dalam
menilai sumbangan bersih suatu kegiatan terhadap nilai tambah yang diciptakannya,
diperhitungkan juga selain penyusutan sumber daya modal buatan manusia, tetapi
juga depresiasi atau penyusutan sumber daya alam yang diproduksi. Pada umumnya
hal ini tidak dilakukan karena SDA dipandang sebagai aset nasional dan bukan aset
perusahaan secara individual. Perusahaan hanya mendapatkan hak untuk pengelolaan
atau pemanfaatannya. Nilai total depresiasi sumber daya alam dan lingkungan akibat
kegiatan penambangan emas di Pongkor per tahunnya adalah Rp. 125.488.337.770,-.
Nilai ini mencerminkan bahwa selama 5 tahun pengoperasian pertambangan emas dan
perak, telah terjadi penyusutan sumber daya alam dan lingkungan yang merupakan
kerugian ataupun dampak negatif dari penambangan emas tersebut sebesar Rp.
125.488.337.770,- pertahunnya. Untuk dapat memvaluasi secara ekonomi dengan
membandingkan manfaat dan biaya yang diciptakan oleh kegiatan pertambangan
emas Pongkor, maka harus didapatkan nilai produksi sebagai nilai manfaat sebagai
pembandingnya.

3. Resistensi penambang ilegal pada eksploitasi tambang galian b (emas) di desa


sayurmatua kecamatan naga juang kabupaten mandailing natal.
Resistensi penambangan ilegal terdapat beberapa faktor, diantaranya yaitu :
pengawasan pemerintah daerah dan peraturan daerah tentang pertambangan, Faktor
sosial ekonomi ( pekerjaan, pendidikan), keinginan masyarakat untuk mengeksploitasi
semaksimal mungkin; penambang hanya memperhatikan aspek keuntungan dan
mengabaikan kerusakan yang ditimbulkan akibat penambangan secara terus menerus.
Pemahaman masyarakat tentang dampak pertambangan bagi lingkungan, Masyarakat
yang kurang memahami tentang lingkungan hanya berpikir cara untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari dengan melalui pekerjaan yang diharapkan hasilnya
secara nyata.

4. Pertambangan emas rakyat rentan konflik di gunong ujeun kabupaten aceh


jaya.
Dalam proses eksploitasi pertambangan emas rakyat di Gunong Ujeun telah
memunculkan konflik sosial. Konflik sosial yang terjadi adalah konflik yang bersifat
laten secara horizontal yaitu antara masyarakat penambang pendatang dengan
masyarakat lokal. Dalam konflik ini telah memperlihatkan bahwa adanya hubungan
antara kelangkaan lingkungan yang menyebabkan terjadinya penebangan hutan di
Gunong Ujeun, masyarakat sulit mendapatkan ikan yang segar serta terjadinya
pencemaran lingkungan akibat dari penggunaan mercuri dan sianida.

Anda mungkin juga menyukai