Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“Dampak Pertambangan Nikel PT. KFM (Koninis Fajar


Mineral) Terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Kecamatan
Bunta, Kabupaten Banggai”

Disusun oleh :
Nama : Aditya Risky Prasetyo
Nim : D10121675
Kelas : Kajian Lingkungan Hidup BT7 (H)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN AJARAN 2021/2022
A. latar Belakang

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), yang dalam bahasa Inggris di


istilahkan dengan Environmental Impact Analysis, telah secara luas digunakan oleh banyak
Negara sebagai suatu instrumen hukum lingkungan untuk mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan dari suatu fasilitas. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah
suatu studi yang mendalam tentang dampak negatif dari suatu kegiatan. AMDAL mempelajari
dampak pembangunan terhadap lingkungan hidup dan dampak lingkungan terhadap
pembangunan yang didasarkan konsep ekologi, yaitu ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik antara manusia dengan lingkungan hidup. Oleh karena itu, konsep AMDAL dapat
dikatakan sebagai konsep ekologi pembangunan, yang mempelajari hubungan timbal balik
antara pembangunan dengan lingkungan hidup.
Berbicara Sumber Daya Alam, Indonesia dianugerahi sumber daya alam yang
berlimpah termasuk bahan galian pertambangan dan Indonesia memiliki ketergantungan tinggi
terhadap pemanfaatan bahan galian pertambangan tersebut sebagai modal pembangunan,
dalam UUD 1945 Pasal 33 ayat (3) dinyatakan bahwa “bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat”. Sektor pertambangan di Indonesia merupakan sektor yang berfungsi
mendapatkan devisa Negara paling besar, namun keberadaan kegiatan dan/ atau usaha tambang
di Indonesia kini banyak dipersoalkan oleh berbagai kalangan namun dalam implementasinya,
Negara sering dihadapkan pada kondisi dilematis antara pemanfaatan optimal dengan kerugian
lingkungan dan sosial. Ini disebabkan keberadaan kegiatan usaha tambang itu telah
menimbulkan dampak negatif di dalam pengusahaan bahan galian.

Dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 terdapat 2 (dua) jalur untuk melakukan
kegiatan pertambangan yaitu kuasa pertambangan dan kontrak karya. Kontrak karya adalah
jalur yang digunakan oleh calon investor asing untuk melakukan usaha pertambangan dimana
kedudukan pelaku usaha pertambangan (investor asing) dengan Pemerintah menjadi sejajar.
Dengan berlakunya Undang-undang No. 3 tahun 2020 tentang perubahan atas UU No. 4 Tahun
2009 tentang Mineral dan Batubara akan ada suatu perubahan yang besar dalam dunia
pertambangan di mana yang menjadi pintu untuk melakukan kegiatan pertambangan adalah
Ijin Usaha Pertambangan. Di dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Mineral dan
Batubara, kontrak karya telah dihapus dan diganti menjadi ijin usaha pertambangan. Dengan
adanya perubahan ini maka kedududkan pemerintah lebih tinggi, sehingga bisa melakukan
pengawasan terhadap kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh pelaku kegiatan
pertambangan.

Di Indonesia Kegiatan pengelolaan kekayaan alam beberapa tahun terakhir ini banyak
dilaksanakan pada sumber daya mineral dan bijih-bijih, hal ini terbukti dengan adanya berbagai
industri pertambangan seperti nikel, emas, batu bara, mangan, besi, minyak bumi, gas bumi
dan lain-lain. Eksploitasi sumber daya alam seperti industri pertambangan merupakan salah
satu industri yang secara finansial sangat menguntungkan untuk perekonomian negara karena
memiliki daya jual yang tinggi di pasaran global. Namun setiap eksploitasi sumber daya alam
ini dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan, baik secara fisik maupun sosial. Kegiatan
pertambangan pada umumnya dilakukan di kawasan hutan dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan secara keseluruhan dalam bentuk pencemaran air, tanah dan udara. Hal ini
dibenarkan Susilo (2003) yang menyatakan bahwa pencemaran lingkungan adalah suatu
keadaan yang terjadi karena perubahan kondisi tata lingkungan yaitu, tanah, udara, dan air yang
tidak menguntungkan bagi kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan yang disebabkan oleh
kehadiran benda-benda asing seperti sampah, limbah industri, minyak, logam berat yang
berbahaya dari aktifitas manusia dan mengakibatkan lingkungan tidak berfungsi seperti semula

Salah satu dari 34 provinsi yang memiliki potensi Sumber Daya Alam melimpah adalah
Sulawesi Tengah. Provinsi Sulawesi Tengah merupakan wilayah yang cukup kaya dengan
sumber daya alamnya, potensi sumber daya alam yang sudah dikelola secara besar-besaran
adalah potensi pertambangan nikel. Sulawesi Tengah banyak terdapat bahan tambang dari
berbagai jenis batuan, baik batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Salah satu jenis
batuan yang berpotensi dijadikan bahan tambang nikel adalah batuan laterit. Batuan laterit
adalah hasil pelapukan batuan ultrabasa baik dari jenis peridotit yang berupa tanah yang
mengandung endapan biji besi atau besinikel (fe-Ni).

Namun sayang nya kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh PT KFM (Koninis
Fajar Mineral) sangat merugikan lingkungan masyarakat di Kecamatan Bunta, Kabupaten
Banggai. Mengutip dari redaksi Palu.tribunnews.com bahwa akibat dari aktivitas penambangan
nikel tersebut justru mulai mencemari lingkungan disekitar warga tinggal dan juga mulai
merusak ekosistem alam karena banyak nya pohon yang harus dikorbankan, dan juga
mengganggu beberapa aktivitas warga yang seharusnya dapat berjalan secara normal. Bila
mengacu pada pasal 33 ayat 3 UUD 1945, tentu hal ini tidak menggambarkan adanya
implementasi dari pasal tersebut. Hal ini lah yang mendorong penulis untuk melakukan analisis
mengenai dampak lingkungan akibat dari Pertambangan Nikel PT KFM (Koninis Fajar
Mineral) terhadap kondisi lingkungan masyarakat Bunta, yang mana penulis sebagai seorang
mahasiswa terlebih berada pada jurusan Hukum memegang peranan penting dalam hal ini.
Apabila melihat hal-hal yang melanggar konstitusi maka disini lah peran penulis untuk dapat
melakukan analisis mengenai kasus tersebut dan juga sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas
Kajian Lingkungan Hidup oleh Dosen Pengampu Ibu Andi Dewi P. Baso Opu, S.H., M.H
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas pertambangan Nikel PT KFM


(Koninis Fajar Mineral) terhadap kondisi lingkungan hidup masyarakat Bunta, Kabupaten
Banggai ?

2. Bagaimana respon pemerintah terhadap dampak pertambangan Nikel PT KFM (Koninis


Fajar Mineral) terkait kondisi lingkungan hidup masyarakat Bunta, Kabupaten Banggai?

C. ANALISIS
Dengan adanya pertambangan disuatu daerah akan dapat menambah pemasukan suatu
negara dan mensejahterakan rakyatnya. Melalui pertambangan banyak infrastruktur baru dan
perbaikan infrastruktur lama serta dapat meningkatkan ekonomi daerah. Namun apabila
pertambangan itu mencederai hak-hak masyarakat apakah masih layak dikatakan memajukan
kesejahteraan rakyat? Mencederai hak-hak yang saya maksud disini adalah hak untuk hidup
sejahtera dan hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik sebagaimana diamanatkan
dalam konstitusi kita tepatnya pasal 28 H ayat 1 UUD 1945. Sebelum itu saya akan
mengantarkan nya pada dasar hukum pelaksanaan pertambangan disuatu daerah. Dalam
konstitusi kita pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang menyatakan “bumi dan air dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat”. Selanjutnya dalam UU RI No.3 Tahun 2O2O tentang perubahan atas UU
No.4 Tahun 2OO9 tentang pertambangan mineral dan batubara. Kedua hal tersebut merupakan
dasar hukum utama serta pedoman dalam penyelenggaraan pertambangan di suatu daerah.
Minyak dan Gas Bumi merupakan sumber daya alam strategis tak dapat diperbarui yang
dikuasai negara dan merupakan komoditas vital yang memegang peranan penting dalam
penyediaan bahan baku industri, pemenuhan kebutuhan energi di dalam negeri, dan penghasil
devisa negara yang penting, maka pengelolaannya perlu dilakukan seoptimal mungkin agar
dapat dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Namun
implementasi dari kebijakan tersebut nampaknya tidak berjalan secara utuh, karena
berdasarkan fakta empiris yang ada bukan nya meningkatkan kesejahteraan rakyat justru malah
menimbulkan problem-problem baru yang menyengsarakan rakyat.

Seperti kasus yang sedang saya analisis saat ini yaitu Dampak pertambangan nikel PT
KFM (Koninis Fajar Mineral) terhadap kondisi lingkungan masyarakat Bunta, Kabupaten
Banggai. Banyak keluhan yang kemudian muncul dari masyarakat sejak berdirinya PT KFM
di Kecamatan Bunta, di lansir dari CNA Daily.com perusahaan nikel di wilayah Bunta telah
melanggar pengelolaan tambang yang ramah lingkungan seperti yang tertuang dalam Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 26 tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah
Pertambangan yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batu Bara, hal ini
dibuktikan dengan ada nya beberapa badan jalan yang tertutupi oleh material lumpur akibat
dari aktivitas pertambangan nikel tersebut, kondisi air laut disekitar perusahan nikel yang
berada di tengah pemukiman warga pun ikut tercemar ditandai dengan kondisi air laut yang
keruh berwarna kemerahan, rusak nya beberapa kebun warga, dan yang tidak kalah penting
beberapa warga yang tinggal di sekitaran sungai ikut terkena dampak aktivitas pertambangan
nikel tersebut dimana sungai tersebut merupakan jantung kehidupan masyarakat sekitar tempat
itu, petani, nelayan, dan warga sangat bergantung pada sungai itu seperti untuk air minum,
mandi, cuci piring, cuci baju dan berbagai aktivitas lain nya. Lantas dimana tujuan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat seperti yang di tuangkan dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945?
Tentu hal ini sudah mencederai hak-hak dari masyarakat itu sendiri dan bilamana hal ini
dibiarkan terus menerus maka apa beda nya negara kita dengan negara otoriter dimana
kesejahteraan menjadi hal yang sulit untuk digapai oleh masyaakat nya, negara kita adalah
negara yang menjunjung tinggi demokrasi dimana kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat. Jadi disini rakyat lah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi yang berarti rakyat
jugalah yang harus menikmati kesejahteraan itu, bukan hanya karena keuntungan yang besar
lantas kemudian mengabaikan hak-hak masyarakat. Bila kita mengacu pada pancasila sebagai
dasar negara, falsafah, serta pedoman dalam konstitusi tentu hal ini sudah bertentangan dengan
nilai-nilai itu sendiri, oleh karena nya penting bagi para pemimpin untuk dapat mengamalkan
setiap sila-sila yang ada dalam pancasila terutama dalam mengambil setiap kebijakan agar
nantinya tidak membawa dampak buruk pada masyarakat dan negara kita.

Sebagai seorang warga negara apakah kita akan diam saja ketika melihat hak-hak
masyarakat itu dicederai? Tentu tidak, itulah yang saat ini sedang di usahakan warga
masyarakat bunta dimana mereka melakukan aksi penutupan jalan menuju pertambangan nikel
sebagai bentuk kekecewaan mereka kepada PT. KFM serta menyuarakan hak-hak mereka
kepada pemerintah kabupaten banggai. Namun sangat disayangkan justru respon dari
pemerintah sangat lambat terbukti sejak setahun yang lalu masyarakat bunta menyuarakan hak-
hak nya hingga kini belum tampak kinerja dari pemerintah dan PT KFM masih terus beroperasi
yang tentu nya semakin memperparah kondisi lingkungan disekitar pemukiman warga.
Mengingat pada pasal 35 ayat 1 UU No. 3 Tahun 2020 tentang perubahan atas UU No. 4 Tahun
2009 tentang pertambangan mineral dan batubara menyatakan “ Usaha Pertambangan
dilaksanakan berdasarkan Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat”. Artinya pemerintah
pusat lah yang memegang perizinan serta segala hal berkaitan dengan pertambangan PT KFM,
jadi saat ini pemerintah daerah tidak memilliki wewenang sepenuhnya terkait PT. KFM
melainkan pemerintah pusat lah yang memegang penuh kewenangan tersebut. Saat ini
pemerintah kita terlihat hanya berfokus pada hasil dari pertambangan tersebut yang secara tidak
langsung pun tidak menyadari dampak yang ditimbulkan, bahkan ketika warga menyuarakan
hak-hak nya yang telah dicederai nampak tak ada kinerja pemerintah yang turut bertanggung
jawab dalam hal tersebut. Hal ini bukan lah opini semata melainkan fakta yang dapat kita
saksikan secara nyata dalam kehidupan masyarakat Bunta. Inilah yang kemudian membuat
saya prihatin akan kondisi negeri ini, melihat masyarakat di tempat tinggal saya sendiri yang
semakin hari semakin jauh dari kata sejahtera, wilayah tempat tinggal mereka yang awalnya
sejahtera tanpa adanya gangguan lalu kemudian muncul perusahaan tambang dengan dalih
ingin mensejahterakan rakyat namun kenyataan nya justru merusak kesejahteraan itu sangat
lah tidak layak untuk dipertahankan. Apalah artinya ekonomi yang memadai namun tak dapat
mengimplementasikan arti konstitusi yang sesungguh nya. Sehingga nya perlu ada nya
perhatian pemerintah terkait dengan masalah pertambangan terutama di daerah Bunta,
Kabupaten Banggai guna mewujudkan arti kata sejahtera yang sesungguhnya tanpa mencederai
hak-hak masyarakat itu sendiri melainkan semakin meningkatkan kesejahteraan dengan ada
nya pertambangan di daerah tersebut.

D. KESIMPULAN

Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan sumber daya alam tersebut
selayaknya dikelola dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Oleh
karena itu, pengelolaan sumberdaya alam harus berorientasi kepada konservasi sumber daya
alam. Pengelolaan sumber daya alam yang memerhatikan kepentingan lingkungan dan
kepentingan manusia akan berdampak pada tercapainya mandat yang telah ditetapkan dalam
Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Guna menegaskan pentingnya keseimbangan
pengelolaan sumber daya alam dan kepentingan manusia, Pemerintah Indonesia
mengeluarkan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. UU ini dibentuk untuk menjamin kepastian hukum dan memberikan perlindungan
terhadap hak setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai
bagian dari perlindungan terhadap keseluruhan ekosistem.

Namun demikian, walaupun peraturan perundangan telah memberikan pedoman yang


jelas mengenai pengelolaan sumber daya alam, dalam realitasnya masih terjadi ketimpangan
dan pelanggaran di dalam eksploitasi kekayaan alam Indonesia. Salah satunya terjadi dalam
industri pertambangan mineral dan batubara. Dengan adanya pertambangan di suatu daerah
dapat membawa dampak positif dan juga negatif terhadap negara dan daerah disekitar nya.
Beberapa dampak positif yang timbul dari aktivitas pertambangan diantaranya sebagai salah
satu sumber penghasilan terbesar negara, menciptakan lapangan pekerjaan di sekitar area
pertambangan, serta membuat perekonomian disekitar pertambangan menjadi lebih maju dan
lain sebagai nya. Namun terlepas dari dampak positif yang muncul dari aktivitas pertambangan
ada juga dampak negatif yang ditimbulkan seperti kerusakan hutan, mudah terjadi tanah
longsor, penurunan kualitas udara, tercemar nya perairan disekitar lokasi pertambangan,
pencemaran lingkungan akibat limbah pertambangan, dan lain sebagai nya.

Seperti kasus yang sudah saya tuangkan diatas yaitu Pertambangan Nikel di daerah
Bunta, Kab. Banggai yang pada kenyataan nya justru malah mencederai hak-hak masyarakat
itu sendiri, banyak warga masyarakat bunta yang mengeluh terkait dampak yang ditimbulkan
dari aktivitas pertambangan nikel oleh PT KFM (Koninis Fajar Mineral) yang mengganggu
beberapa aktivitas warga. Warga pun telah berusaha untuk menyuarakan dan mempertahankan
hak-hak nya, namun hingga kini tak ada realisasi dari pemerintah terkait dengan permasalahan
tersebut yang tentu nya jika dibiarkan akan semakin membawa dampak buruk terhadap
lingkungan disekitar tempat tinggal masyarakat bahkan hingga membahayakan nyawa
masyarakat itu sendiri. Pemerintah seperti tak memperhatikan warga negara nya dan terus
melakukan hal demikian demi keuntungan sepihak, dan tentu bukan hanya dialami oleh
masyarakat bunta pasti di luar sana di dekat daerah pertambangan pun turut merasakan dampak
yang ditimbulkan, negara kita adalah negara demokrasi, pemerintah menjalankan amanat dari
rakyat bukan jusru menyengsarakan atau bahkan merebut hak-hak dari rakyat terlebih demi
keuntungan sepihak. Sangat disayangkan kondisi negeri kita sekarang yang mana pemimpin
semakin teragung-agungkan tetapi rakyat semakin tertindas, suara rakyat hanyalah bualan
semata, para wakil rakyat bak tikus berdasi yang semakin merajalela, dimana arti demokrasi
saat ini? Sampai saat itu tiba, saat dimana negara kita menjunjung tinggi demokrasi, menjadi
negara yang menjunjung tinggi arti keadilan saya akan tetap berusaha untuk mewujudkan nya
dengan menjadi seorang yang berkompeten dibidang hukum.

E. SARAN

Pasal 1 ayat 2 UUD 1945 menyatakan “ Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undan-Undang Dasar” yang berarti rakyat lah sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi di pemerintahan, dan para pejabat merupakan orang yang diberikan amanat
oleh rakyat. Jadi kesejahteraan sejatinya adalah milik rakyat yang diamanatkan kepada para
pemegang kekuasaan. Selanjutnya dalam pasal 28 H ayat 1 UUD 1945 juga menyatakan bahwa
setiap orang berhak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik, yang harus tetap dijaga apapun kondisi nya. Namun dalam
kenyataan nya, yang dirasakan oleh masyarakat bunta tidak lah demikian. Mereka tak dapat
menikmati hak-hak yang seharusnya menjadi milik mereka, seharusnya pemerintah lebih jeli
lagi dalam melihat kondisi yang sedang di alami oleh masyarakat nya, hanya karena bunta
merupakan daerah terpencil lantas kemudian pemerintah mengabaikan nya. Dimanapun ia
berada selagi dia merupakan warga negara indonesia sudah sepantasnya dia untuk dapat
menikmati apa yang menjadi hak-hak nya sebagaimana diamanatkan dalam pancasila, sila ke
5 yang berbunyi “keadilan bagi seluruh rakyat indonesia”.

Jika kita melihat sumber hukum yang mengatur tentang pertambangan memang sudah
ada, namun saat ini belum mampu mengantarkan rakyat pada kesejahteraan sebagaimana yang
dirumuskan dalam konstitusi kita, dalam hal ini pasal 33 ayat 3 UUD 1945. Ketiadaan
konsistensi implementasi hukum, dan lemahnya penegakan hukum menjadi sebab kegiatan
pertambangan belum dapat menciptakan kemakmuran terhadap masyarakat disekitar kegiatan
usaha pertambangan dan bahkan malah menimbulkan kerusakan lingkungan. Oleh karena nya
perlu adanya revisi mengenai UU tentang pertambangan serta pemberian sanksi yang tegas
baik terhadap pihak perusahaan pertambangan maupun oknum-oknum yang tidak bertanggung
jawab yang telah melanggar UU tersebut atas nama keuntungan pribadi. Bukti yang saat ini
merupakan bentuk lemah nya penegakan hukum dinegara kita serta sanksi hukum yang
dianggap sepele oleh mereka yang memiliki uang. Inilah yang membuat negara kita tak dapat
maju sampai saat ini, padahal jika melihat sumber daya yang ada indonesia pasti akan sangat
mudah untuk dapat berada di posisi sejajar dengan negara-negara maju. Pemerintah harus lebih
tegas lagi dalam menyelesaikan permasalahan ini tanpa pandang buluh demi mewujudkan
negara demokrasi seutuhnya yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme serta indonesia
yang lebih maju kedepan nya.

Anda mungkin juga menyukai