Anda di halaman 1dari 8

Legal Opini tentang Pencemaran Lingkungan di Teluk Buyat

Kabupaten Minahasa oleh PT Newton Minahasa Raya

Ikhda Zikra

IkhdaZikra@students.unnes.ac.id
1. Pendahuluan
Dalam uraian legal opini ini penulis mengangkat tema Pencemaran
Lingkungan di Teluk Buyat Kabupaten Minahasa oleh PT Newton Minahasa
Raya. Sebelum masuk kedalam uraian fakta perlu penulis sampaikan bahwa
pencemaran ini tak pelak menjadi sorotan publik. PT Newmont Minahasa
Raya diduga telah mencemari lingkungan sekitarnya. Diantara pencemaran
tersebut, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, yaitu gangguan
terhadap kesehatan kehidupan laut berupa banyaknya ikan yang
mengandung Arsen dan Merkuri zat berbahaya dari limbah pabrik. Kondisi
Teluk Buyat pun dikategorikan mempunyai resiko tinggi terhadap kesehatan
manusia dengan adanya ikan yang mengandung zat berbahaya tersebut.
Karena hasil ikan dari teluk tersebut adalah bahan konsumsi bagi
masyarakat sekitar teluk. Hal ini tentu saja menimbulkan penderitaan
kesehatan, ekonomi, dan ancaman keberlangsungan hidup bagi masyarakat
yang mendiami kawasan sekitar Teluk Buyat.
Dengan demikian, pencemaran oleh PT Newmont Minahasa Raya ini
diindikasikan telah melanggar hak masyarakat sekitarnya atas jaminan
kesehatan dan rasa aman terhindar dari dampak negatif aktifitas pabrik.
Lebih jauh lagi, pencemaran ini diindikasikan telah melanggar peraturan
perundang-undangan Indonesia di lingkungan hidup.
Kasus ini adalah kasus pencemaran dan pengrusakan lingkungan yang
terjadi di Teluk Buyat Kabupaten Minahasa Sulawesi Barat oleh PT Newmont
Minahasa Raya. Pencemaran ini sudah terjadi selama puluhan tahun yang
berlangsung sejak tahun 1986 dan terungkap pada tahun 2003.
Terungkapnya pencemaran ini berawal dari keluhan masyarakat yang
mendiami kawasan sekitar Teluk Buyat karena penyakit kulit yang mereka
derita. Bahkan penyakit asing bagi mereka itu telah merenggut korban jiwa.
Pencemaran ini pada akhirnya meninggalkan beban derita bagi masyarakat
yang mendiami kawasan sekitar Teluk Buyat Pemerintah akhirnya turun
tangan mengusut kasus pencemaran tersebut dengan membentuk Tim
Teknis Penanganan Kasus Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Teluk
Buyat – Teluk Ratatotok. Pada tahun 2004, dari laporan resmi tim tersebut,
pencemaran ini digolongkan pencemaran dan pengrusakan lingkungan
kategori berat. Dalam laporan itu, disebutkan :
1. Teluk Buyat tercemar Arsen dan merkuri berdasarkan ASEAN Marine
Water Quality Criteria 2004.Sumber pencemaran Arsen dan Merkuri di
Teluk Buyat adalah limbah tambang PT Newmont Minahasa Raya, bukan
terjadi secara alamiah.
2. Keanekaragaman hayati kehidupan laut di Teluk Buyat menurun akibat
pencemaran Arsen.
3. Terjadi akumulasi atau penumpukan Merkuri dalam makhluk dasar laut
(benthos) di Teluk Buyat.
4. Kadar Merkuri dan Arsen dalam ikan beresiko bagi kesehatan penduduk
Teluk Buyat.
5. Kadar Arsen dalam air minum penduduk melampaui baku mutu dan
ambang batas.
6. Kadar Logam Berat dalam udara di Dusun Buyat Pante secara
keseluruhan paling tinggi dibandingkan desa lainnya dan dalam jangka
panjang berbahaya bagi manusia.
7. Pembuangan limbah tambang PT Newmont Minahasa Raya melanggar
undang-undang pengelolaan limbah beracun.
C. Uraian Fakta
Dalam kasus pencemaran dan pengrusakan lingkungan di Teluk Buyat oleh
PT Newmont Minahasa Raya ini, banyak fakta konkrit di lapangan yang
berhasil ditemukan oleh peneliti dari Tim Teknis Penanganan Kasus
Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Teluk Buyat – Teluk Ratatotok. Fakta-
fakta tersebut adalah :
1. Teluk Buyat tercemar Arsen dan Merkuri berdasarkan ASEAN Marine
Water Quality Criteria 2004.
2. Keanekaragaman hayati kehidupan laut di Teluk Buyat menurun
akibat pencemaran Arsen.
3. Terjadi akumulasi atau penumpukan Merkuri dalam makhluk dasar
laut (benthos) di Teluk Buyat.
4. Kadar Arsen dan Merkuri dalam air minum (air tanah) penduduk
melampaui baku mutu dan ambang batas.
5. Kadar Merkuri dan Arsen dalam ikan beresiko bagi kesehatan
penduduk Teluk Buyat.
6. Kadar Logam Berat dalam udara di Dusun Buyat Pante secara
keseluruhan paling tinggi dibandingkan desa lainnya dan dalam jangka
panjang berbahaya bagi manusia.
7. Sumber pencemaran Arsen dan Merkuri di Teluk Buyat adalah limbah
tambang PT Newmont Minahasa Raya, bukan terjadi secara alamiah.
Fakta – fakta di atas diduga kuat disebabkan oleh :
1. Prosedur dan lokasi Sistem Pembuangan Tailing Dasar Laut (SPDTL)
yang berada di lapisan awal zona termoklin yaitu pada kedalaman 82
(delapan puluh dua) meter, tidak berada dibawah lapisan termoklin
(kedalaman 150 meter). Sehingga tailing terdispersi dan dapat
ditemukan pada kedalaman 20 (dua puluh) meter serta sudah tersebar
pada radius 3,5 km dari mulut pipa pembuangan tailing.
2. Pembuangan tailing yang salah, menyebabkan kerusakan ekosistem
laut berupa:
a. kekeruhan yaitu pada zona euphotic, di mana pada zona tersebut
terdapat lingkungan fitoplankton (produsen) yang butuh sinar
matahari sebagai proses fotosintesis.
b. Penurunan jumlah dan kualitas keberadaan terumbu karang di
Teluk Buyat.
c. Bioakumulasi (penumpukan terus menerus di dalam tubuh
mahkluk hidup) dari sedimen pada biota laut di daerah euphotic.
d. Penurunan kandungan bentos dan plankton (fitoplankton dan
zooplankton) akibat tingginya kadar Arsen pada sedimen di Teluk
Buyat,
e. Kematian ikan dalam jumlah lebih dari seratus ekor di sekitar
pipa pembuangan tailing di Teluk Buyat maupun terdampar di
pantai.
3. Kesehatan masyarakat Buyat yang menurun dan berbagai macam
penyakit menyerang tubuh mereka, akibat konsumsi air minum dan
ikan yang mengandung logam berat.
4. Tidak adanya surat ijin dari Kementerian Lingkungan HIdup dalam
pembuangan limbah ke laut maupun pengolahan limbah
Fakta lapangan yang terungkap di atas menunjukkan indikasi kuat bahwa PT
Newmont Minahasa Raya telah melakukan pelanggaran hukum dalam
operasional pabriknya di Teluk Buyat.
D. Peraturan Terkait
Berdasarkan kasus dan fakta hukum pada bagian sebelumnya yang
telah memaparkan kronologis kasus dan bentuk pelanggaran yang terjadi di
lapangan, kita dapat melihat bahwa begitu banyak fakta yang menyalahi
peraturan perundang-undangan.
Pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan
hidup dapat kita lihat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu
sebagai berikut :
a. Pasal 1 ayat 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi :
“Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukannya
makhluk hidup, zat , energy dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku
mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan”.
b. Pasal 67 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi :
“Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan
hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup”.
c. Pasal 68 huruf (b) dan huruf (c) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang
berbunyi :
“Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban
:
b. menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup;
c. menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau
criteria baku kerusakan lingkungan hidup.
d. Pasal 69 ayat 1 huruf (a), huruf (e), dan huruf (f) Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dinyatakan :
“Setiap orang dilarang :
a. melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran
adan/atau perusakan lingkungan hidup;
e. membuang limbah ke media lingkungan hidup;
f. membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup;
Pencemaran ini telah menghilangkan hak masyarakat Teluk Buyat atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat. Karena mereka adalah korban yang
merasakan dampak langsung pencemaran ini. Ketentuan hak mereka ini
dapat kita lihat dalam Pasal 65 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang
berbunyi :
“Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai
bagian dari hak asasi manusia”
Hak masyarakat atas lingkungan hidup yang baik dan sehat ini dapat pula
kita lihat dalam Pasal 9 ayat 3 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia, yang berbunyi :
“Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.”
Selain itu, hak masyarakat atas suatu kondisi kesehatan yang baik dapat
pula kita lihat dalam Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial Dan
Budaya Pasal 12 :
1. Negara Pihak dalam Kovenan ini mengakui hak setiap orang untuk
menikmati standar tertinggi yang dapat dicapai atas kesehatan fisik dan
mental.
2. Langkah-langkah yang akan diambil oleh Negara Pihak pada Kovenan ini
guna mencapai perwujudan hak ini sepenuhnya, harus meliputi hal-hal yang
diperlukan untuk mengupayakan:
a) Ketentuan-ketentuan untuk pengurangan tingkat kelahiran-mati dan
kematian anak serta perkembangan anak yang sehat;
b) Perbaikan semua aspek kesehatan lingkungan dan industri;
c) Pencegahan, pengobatan dan pengendalian segala penyakit menular,
endemik, penyakit lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan;
d) Penciptaan kondisi-kondisi yang akan menjamin semua pelayanan dan
perhatian medis dalam hal sakitnya seseorang.
E. Uji Syarat
Menyimak fakta hukum dan konsep hukum yang dipaparkan
berdasarkan kasus posisi yang diuraikan sebelumnya, jelas bahwa kasus ini
dalam kasus ini telah sesuai antar fperaturan dengan Fakta-fakta hukum di
lapangan sangat berkaitan erat dengan peraturan perundang-undangan
yang diindikasikan telah dilanggar.
Fakta lapangan yang menunjukkan bahwa PT Newmont Minahasa Raya
memenuhi unsur-unsur pelanggaran terhadap peraturan perundangan-
undangan bidang lingkungan hidup yaitu terhadap Undang-Undang Nomor
32 Tahun Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup adalah ditemukannya zat logam berat berupa Arsen dan Merkuri di
dasar Teluk Buyat, dalam tubuh ikan yang hidup di Teluk Buyat, dalam air
minum (air tanah) penduduk, dalam tubuh penduduk dan dalam udara
sekitar Teluk Buyat. Zat logam berat tersebut terbukti dihasilkan dari aktifitas
pabrik PT Newmont Minahasa Raya, bukan tercipta secara ilmiah. Zat logam
berat ini telah menyalahi ambang batas dan baku mutu lingkungan hidup
sehingga berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat dan merusak
kelestarian lingkungan sekitarnya.
Hal-hal di atas menunjukkan bahwa PT Newmont Minahasa Raya telah
menyalahi kewajibannya memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup
dan mengendalikan pencemaran lingkungan hidup serta menyalahi
ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup
Fakta lapangan yang menunjukkan bahwa pencemaran oleh PT Newmont
Minahasa Raya ini telah merenggut hak masyarakat Teluk Buyat untuk
mendapatkan lingkungan yang sehat dan baik yang diatur dalam Pasal 65
ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan dalam Pasal 9 ayat 3 Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dapat kita lihat dari hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa air, ikan, dan udara yang menjadi
bagian dari lingkungan sekitar mereka tersebut telah tercemari oleh logam
berat yang mengakibatkan kesehatan mereka ikut terganggu dan bahkan
terancam akan menurun hingga generasi ke sepuluh keturunan mereka.
Fakta-fakta lapangan di atas merupakan fakta hukum yang terungkap
dan tak perlu pembuktian lebih lanjut lagi. Sehingga pihak PT Newmonth
Minahasa Raya dituntut untuk melakukan tanggung jawab mutlak
sebagaimana diatur dalam Pasal 88 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup :
“Setiap orang yang tindakannya menggunakan B3, mengahsilkan dan atau
mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap
lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi
tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan”.
Pada kasus ini, peran aktif masyarakat menuntut proses hukum
sangatlah penting. Masyarakat Teluk Buyak dapat menggugat PT Newmonth
Minahasa Raya secara Perdata, Pidana maupun dengan penyelesaian non
litigasi untuk menuntut ganti rugi. Hak gugat masyarakat ini dapat dilakukan
dalam bentuk gugatan class action yang telah diatur dalam Pasal 91 Undang-
Undang Nomor 32 tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup yaitu :
(1).Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok untuk
kepentingan dirinya sendiri dan/atau untuk kepentingan masyarakat apabila
mengalami kerugian akibat pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup
(2).Gugatan dapat diajukan apabila terdapat kesamaan fakta atau peristiwa,
dasar hukum, serta jenis tuntutan diantara wakil kelompok dan anggota
kelompoknya.
(3).Ketentuan mengenai hak gugat masyarakat dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang – undangan.
Sedangkan untuk mempersiapkan tuntutan secara Perdata diatur
dalam Pasal 87 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu :
“Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melanggar hukum
berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang
menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup wajib
membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu.
Pihak organisasi lingkungan hidup pun dapat melakukan gugatan legal
standing yang diatur dalam Pasal 92 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu :
1. Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, organisasi lingkungan hidup berhak
mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup
2. Hak mengajukan guagatn terbatas pada tuntutan untuk melakukan
tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya atau
pengeluaran riil.
Fakta lapangan yang tidak terungkap dalam kasus ini adalah fakta
yang menunjukkan pelanggaran terhadap hak masyarakat Teluk Buyat yang
diatur dalam Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial Dan Budaya.
Tidak ada fakta yang menunjukkan bahwa PT Newmont Minahasa Raya telah
melanggar hak masyarakat Teluk Buyat dalam kovenan tersebut. Karena
hak-hak warga yang diatur dalam Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi,
Sosial Dan Budaya adalah menjadi kewajiban negara untuk menjaga dan
memenuhinya.
F. Kesimpulan
Dari analisa hukum yang ada, dapat disimpulkan bahwa :
1. PT Newmont Minahasa Raya berdasarkan fakta hukum di lapangan telah
melanggar Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan
dan Perlindungan Lingkungan Hidup berdasarkan kajian data sebagai
berikut :
. Pasal 1 ayat 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi :
“Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukannya
makhluk hidup, zat , energy dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang telah ditetapkan”.

Fakta dilapangan juga memperkuat hal tersebut :


bahwa PT Newmont Minahasa Raya memenuhi unsur-unsur
pelanggaran terhadap peraturan perundangan-undangan bidang lingkungan
hidup yaitu terhadap Undang-Undang Nomor 32 Tahun Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah ditemukannya zat
logam berat berupa Arsen dan Merkuri di dasar Teluk Buyat, dalam tubuh
ikan yang hidup di Teluk Buyat, dalam air minum (air tanah) penduduk,
dalam tubuh penduduk dan dalam udara sekitar Teluk Buyat. Zat logam
berat tersebut terbukti dihasilkan dari aktifitas pabrik PT Newmont Minahasa
Raya, bukan tercipta secara ilmiah. Zat logam berat ini telah menyalahi
ambang batas dan baku mutu lingkungan hidup sehingga berdampak buruk
bagi kesehatan masyarakat dan merusak kelestarian lingkungan sekitarnya.
2. PT Newmont Minahasa Raya berdasarkan fakta hukum di lapangan telah
melanggar Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia;
Argumentasi Yuridisnya adalah sebagai berikut :
Hak masyarakat atas lingkungan hidup yang baik dan sehat ini dapat
pula kita lihat dalam Pasal 9 ayat 3 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia, yang berbunyi :
“Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.”
Hal-hal di atas menunjukkan bahwa PT Newmont Minahasa Raya telah
menyalahi kewajibannya memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup
dan mengendalikan pencemaran lingkungan hidup serta menyalahi
ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup
Fakta lapangan yang menunjukkan bahwa pencemaran oleh PT Newmont
Minahasa Raya ini telah merenggut hak masyarakat Teluk Buyat untuk
mendapatkan lingkungan yang sehat dan baik yang diatur dalam Pasal 65
ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan dalam Pasal 9 ayat 3 Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dapat kita lihat dari hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa air, ikan, dan udara yang menjadi
bagian dari lingkungan sekitar mereka tersebut telah tercemari oleh logam
berat yang mengakibatkan kesehatan mereka ikut terganggu dan bahkan
terancam akan menurun hingga generasi ke sepuluh keturunan mereka.
3. PT Newmont Minahasa Raya tidak melanggar Kovenan Internasional Hak-
Hak Ekonomi, Sosial Dan Budaya.
Hal ini mengacu pada konvenan hak ekosob ( ekonomi sosial dan
budaya) bahwa kesehatan lingkungan dapat menjadi faktor penentu
kemajuan suatu bangsa.
Jadi dalam hal ini telah terbukti secara jelas dan nyata bahwa
masyarakat Teluk Buyat yang menjadi korban pencemaran lingkungan PT
Newmont Minahasa Raya disarankan agar menempuh haknya yang telah
diatur dalam peraturan perundangan-undangan yaitu hak gugatan kepada
PT Newmont Minahasa Raya. Untuk merealisasikan hak ini, dibutuhkan
kepedulian dari advokat agar bersedia mendampingi masyarakat Teluk Buyat
tersebut memperjuangkan hak-haknya.
Kepada organisasi lingkungan hidup disarankan terus memperjuangkan
upaya gugatan Legal Standing terhadap PT Newmont Minahasa Raya agar
dapat memberikan pertanggungjawabannya terhadap pencemaran
lingkungan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sumber bacaan:
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009

Anda mungkin juga menyukai