Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

PENCEMARAN SAMPAH PLASTIK

OLEH

KELOMPOK III

KELAS C4

ANGGOTA :

INDAH 14120

RASMI UTAMI BASRI 14120170036

SARTIKA 14120170046

PUTRI TASMILA REZKY D. 14120170161

PRODI KESEHATAN MASAYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

‫هللا الرَّ حْ َم ِن الرَّ ِحيْم‬


ِ ‫ــــــــــــــــــم‬
ِ ْ‫ِبس‬

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas

segala rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa

tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang selalu

kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan

nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran,

sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah

sebagai tugas dari mata kuliah Pencemaran Lingkungan dengan judul

“Pencemaran Sampah Plastik”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata

sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di

dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari

pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi

makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak

kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Makassar, 10 Mei 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan plastik dalam kehidupan manusia semakin

meningkat. Peningkatan ini terjadi karena plastik bersifat ringan, praktis,

ekonomis dan dapat menggantikan fungsi dari barang-barang lain. Sifat

praktis dan ekonomis ini menyebabkan plastik sering dijadikan barang

sekali pakai, sehingga semakin banyaknya penggunaan perlengkapan

dari bahan plastik tersebut, menyebabkan sampah plastik menjadi

menumpuk. Hal inilah yang menyebabkan jumlah sampah plastik

meningkat terus menerus dan menyebabkan pencemaran lingkungan.

Bahan plastik memang merupakan komponen penting dalam

aktivitas kehidupan sehari-hari. Perannya sebagai pengganti logam dan

kayu mendominasi pembuatan produk karena sifatnya yang sangat

unggul antara lain yaitu, ringan, kuat, tahan korosi, transparan, dan sifat

insulasi yang baik. Aplikasi pemakaian bahan plastik ini dapat

ditemukan pada produk-produk kemasan makanan, alat-alat rumah

tangga hingga komponen produk otomotif. Konsumsi pemakaian bahan

plastik tersebut dapat dipastikan mengalami peningkatan tiap tahun

akibat bertambahnya tuntutan kebutuhan hidup. Seiring peningkatan

pemakaian bahan plastik tersebut, menyebabkan timbulnya sampah

plastik yang menuntut pengelolaannya yang dilakukan secara benar

untuk dapat mengatasi peningkatannya.


Penggunaan produk sampah plastik secara tidak ramah

lingkungan menyebabkan berbagai masalah lingkungan hidup yang

serius. Sampah plastik tidak hanya menjadi masalah di perkotaan,

namun juga dilautan. Dampak negative dari sampah plastik tidak hanya

merusak kesehatan manusia, membunuh berbagai hewan dilindungi,

tetapi juga merusak lingkungan secara sistematis. Jika tidak dikelola

serius, pencemaran sampah jenis ini akan sangat berbahaya bagi

kelanjutan planet bumi.

Masalah sampah telah menjadi masalah terbesar dibumi yang di

alami berbagai negara-negara. Dunia menghasilkan sampah plastik

hingga 1,3 miliar ton setiap tahun. Menurut perkiraan bank dunia,

jumlah ini bertambah hingga 2,2 miliar ton pada tahun 2025. Selama

lebih dari 50 tahun, produksi dan komsumsi plastic global terus

meningkat. Diperkirakan 299 juta ton plastik diproduksi pada tahun

2013. Ini menghasilkan masalah lingkungan hidup yang sangat serius

untuk mengatasinya. Angka tersebut menegaskan kecenderungan

volume sampah dari plastik dalam beberapa tahun terakir,

sebagaimana dilaporkan menurut global industry analysis, pemakaian

produk plastik di dunia mencapai sekitar 297 juta ton pada akhir 2015.

Produksi plastic di seluruh dunia telah berkembang sebagai bahan

yang tahan lama.terutama berbasis minyak bumi. Plastic secara

bertahap menggantikan bahan-bahan seperti kaca dan logam. Saat ini,

rata-rata orang Eropa barat atau Amerika utara menggunakan sekitar


100 kg plastik setiap tahun, sebagian besar dalam bentuk kemasan.

Sedangkan masyarakat Asia menggunakan sekitar 20 kg/orang.

Namun angka ini perkirakan akan tumbuhu pesat seiring dengan

perkembangan ekonomi Asia.

Menurut program lingkungan PBB (UNEP), antara 22%-43%

plastik yang digunakan diseluruh dunia dibuang ke tempat pembuangan

sampah. Hal ini dapat diartikan sebagai sumber daya yang terbuang.

Sampah yang dibuang berarti menyita ruang yang seharusnya bisa

dimanfaatkan untuk hal lain. Sebagian besar potongan plastik dari

Amerika Serikat, Eropa, dan negara lain telah membentuk system

pengumpulan untuk dikirim ke China. China menerima sekitar 56%

impor sampah berbahan plastik di seluruuh dunia. beberapa bukti tidak

langsung menunjukkan dengan teknologi rendah, di fasilitas tanpa

kontrol perlindungan yang cukup, seperti pembuangan air limbah.

Negara China, Indonesia, Phiphina, Vietnam, dan Thailand adalah

negara penghasil sampah terbesar di dunia.

Permasalahan sampah di Indonesia merupakan masalah yang

belum terselesaikan hingga saat ini, Sementara itu dengan

bertambahnya jumlah penduduk maka akan mengikuti pula

bertambahnya volume timbulan sampah yang dihasilkan dari aktivitas

manusia. Komposisi sampah yang dihasilkan dari aktivitas manusia

adalah sampah organik sebanyak 60-70% dan sisanya adalah sampah

non organik 30-40%, sementara itu dari sampah non organik tersebut
komposisi sampah terbanyak kedua yaitu sebesar 14% adalah sampah

plastik. Sampah plastik yang terbanyak adalah jenis kantong plastik

atau kantong kresek selain plastik kemasan.

Jambeck, 2015 menyatakan bahwa Indonesia masuk dalam

peringkat kedua dunia setelah Cina menghasilkan sampah plastik di

perairan mencapai 187,2 juta ton, Kementrian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan menargetkan pengurangan sampah plastik lebih dari 1,9

juta ton hingga tahun 2019. Hal itu berkaitan dengan data dari

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang menyebutkan

bahwa plastik hasil dari 100 toko atau anggota Asosiasi Pengusaha

Ritel Indonesia (APRINDO) dalam waktu 1 tahun saja, telah mencapai

10,95 juta lembar sampah kantong plastik. Jumlah itu ternyata setara

dengan luasan 65,7 hektar kantong plastik.

Permasalahan sampah plastik tersebut apabila semakin banyak

jumlahnya di lingkungan maka akan berpotensi mencemari lingkungan.

Mengingat bahwa sifat plastik akan terurai di tanah dalam waktu lebih

dari 20 tahun bahkan dapat mencapai 100 tahun sehingga dapat

menurunkan kesuburan tanah dan di perairan plastik akan sulit terurai.

Salah satu bentuk pencemaran lingkungan yang dapat

menimbulkan masalah adalah pencemaran yang disebabkan oleh

sampah plastik yang sulit didaur ulang secara langsung. Pengelolaan

sampah hendaknya menerapkan proses-proses seperti, Reduce

(mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur


ulang), Replace (mengganti barang berpotensi sampah ke arah bahan

recycle). Dari berbagai macam sampah yang ada, salah satu jenis

sampah yang masih bisa dimanfaatkan ulang adalah sampah plastik,

yaitu dengan cara didaur ulang. Dengan dapat didaur ulang maka

banyak potensi dari sampah plastik yang masih bisa dimanfaatkan

DATA MENGENAI SAMPAH DI SULSEL.

B. Rumusan Masalah

1) Apa definis pencemaran sampah plastik?

2) Apa saja pengelompokkan sampah plastik?

3) Apa sifat thermal dalam bahan plastik?

4) Apa saja jenisi-jenis plastik?

5) Bagaimana dampak penggunaan sampah plastik bagi kesehatan

dan lingkungan?

6) Bagaimana dampak pencemaran air laut akibat sampah terhadap

kelestaraian laut di Indonesia?

7) Bagaimana pengolahan limbah plastik?

8) Bagaimana konversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak?

C. Tujuan

1) Mengetahui definis pencemaran sampah plastik.

2) Mengetahui pengelompokkan sampah plastik.

3) Mengetahui sifat thermal dalam bahan plastik.

4) Mengetahui apa saja jenisi-jenis plastik.


5) Mengetahui dampak penggunaan sampah plastik bagi kesehatan

dan lingkungan.

6) Mengetahui dampak pencemaran air laut akibat sampah terhadap

kelestaraian laut di Indonesia.

7) Mengetahui pengolahan limbah plastik.

8) Mengetahui konversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pencemaran Sampah Plastik

Plastik merupakan bahan organik yang mempunyai kemampuan

untuk dibentuk ke berbagai bentuk, apabila terpapar panas dan

tekanan. Plastik dapat berbentuk batangan, lembaran, atau blok, bila

dalam bentuk produk dapat berupa botol, pembungkus makanan, pipa,

peralatan makan, dan lain-lain. Komposisi dan material plastik adalah

polymer dan zat additive lainnya. Polymer tersusun dari monomer-

monomer yang terikat oleh rantai ikatan kimia.

Sampah plastik merupakan sampah tidak dapat terlepas dari

kehidupan manusia setiap harinya. Plastik terbuat dari bahan polimer

sintesis yang dibuat dengan melalui proses polimerisasi yang

mempunyai sifat tidak dapat terdegradasi dan tidak terurai, sehingga

sampah plastik tersebut menjadi faktor yang berpengaruh atau bahkan

membahayakan bagi lingkungan.

Perkembangan plastik bermula dari ditemukannya plastik

pertama yang berasal dari polymer alami, yakni selluloid pada tahun

1869 oleh investor Amerika John W, Hyatt dan dibentuk pada tahun

1872. Plastik pertama tersusun oleh nitrat selulosa, kamfer, dan

alkohol. Plastik menjadi industri modern setelah adanya produksi

Bakelite oleh American Chemist L. H Baakeland pada tahun 1909.

Bakelite tersusun dari polymer fenol dan formaldehid. Dalam


perkembangannya, plastik digunakan dalam berbagai bentuk dan

kegunaan, seperti peralatan makan, pembungkus makanan, lensa

optik, struktur bangunan, furniture, fiberglass, dan lain-lain.

Menurut Nasiri (2004) Secara umum plastik mempunyai sifat

yaitu densitas yang rendah; isolasi terhadap listrik; mempunyai

kekuatan mekanik yang bervariasi; ketahanan terhadap suhu terbatas;

ketahanan terhadap bahan kimia bervariasi. Plastik mudah terbakar,

sehingga mengakibatkan ancaman terjadinya kebakaran pun semakin

meningkat. Asap hasil pembakaran bahan plastik sangat berbahaya

karena mengandung gasgas beracun seperti hidrogen sianida (HCN)

dan karbon monoksida (CO). Hidrogen sianida berasal dari polimer

berbahan dasar akrilonitril, sedangkan karbon monoksida sebagai hasil

pembakaran tidak sempurna. Hal inilah yang menyebabkan sampah

plastik sebagai salah satu penyebab pencemaran udara dan

mengakibatkan efek jangka panjang berupa pemanasan secara global

pada atmosfer bumi.

Sampah plastik yang berada dalam tanah yang tidak dapat

diuraikan oleh mikroorganisme menyebabkan mineral-mineral dalam

tanah baik organik maupun anorganik semakin berkurang, hal ini

menyebabkan jarangnya fauna tanah, seperti cacing dan mikorganisme

tanah, yang hidup pada area tanah tersebut, dikarenakan sulitnya untuk

memperoleh makanan dan berlindung. Selain itu kadar O2 dalam tanah

semakin sedikit, sehingga fauna tanah sulit untuk bernafas dan


akhirnya mati. Ini berdampak langsung pada tumbuhan yang hidup

pada area tersebut. Tumbuhan membutuhkan mikroorganisme tanah

sebagai perantara dalam kelangsungan hidupnya (Ahmann D dan

Dorgan J R, 2007). Keunggulan plastik dibandingkan dengan material

lain diantaranya kuat, ringan, fleksibel, tahan karat, tidak mudah pecah,

mudah diberi warna, mudah dibentuk, serta isolator panas dan listrik

yang baik.

B. Pengelompokkan Sampah Plastik

Plastik dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu

thermoplastik dan termosetting. Berikut penjelasan thermoplastik dan

thermosetting:

1) Thermoplastik adalah bahan plastik yang jika dipanaskan sampai

suhu tertentu, akan mencair dan dapat dibentuk kembali menjadi

bentuk yang diinginkan.

2) Thermosetting adalah plastik yang jika telah dibuat dalam bentuk

padat, tidak dapat dicairkan kembali dengan cara dipanaskan.

Berdasarkan sifat kedua kelompok plastik tersebut maka

thermoplastik adalah jenis yang memungkinkan untuk didaur ulang.

Jenis plastik yang dapat didaur ulang diberi kode berupa nomor untuk

memudahkan dalam mengidentifikasi dan penggunaannya.


C. Sifat Thermal Bahan Plastik

Pengetahuan sifat thermal dari berbagai jenis plastik sangat

penting dalam proses pembuatan dan daur ulang plastik. Sifat-sifat

thermal yang penting adalah titik lebur (Tm), suhu transisi (Tg) dan

suhu dekomposisi.

Suhu transisi adalah suhu di mana plastik mengalami

perengganan struktur sehingga terjadi perubahan dari kondisi kaku

menjadi lebih fleksibel. Di atas titik lebur, plastik mengalami

pembesaran volume sehingga molekul bergerak lebih bebas yang

ditandai dengan peningkatan kelenturannya. Dan Suhu lebur adalah

suhu di mana plastik mulai melunak dan berubah menjadi cair.

Suhu dekomposisi merupakan batasan dari proses pencairan.

Jika suhu dinaikkan di atas suhu lebur, plastik akan mudah mengalir

dan struktur akan mengalami dekomposisi. Dekomposisi terjadi karena

energi thermal melampaui energi yang mengikat rantai molekul. Secara

umum polimer akan mengalami dekomposisi pada suhu di atas 1,5 kali

dari suhue transisinya.

D. Jenis-jenis Plastik

Plastik merupakan bahan yang kelihatan bersih, praktis,

sehingga barang-barang kebutuhan sehari-hari dibuat dari plastik

seperti botol minuman, gelas, piring, kantong kresek, dan sebagainya

Dengan demikian hampir semua orang memakai barang-barang yang

terbuat dari plastik karena kepraktisannya, walaupun berdampak


terhadap kesehatan dan lingkungan. Oleh karena itu sebaiknya

dipelajari mengenai jenis-jenis utama plastik, cara dan dampak

pemanfaatannya.

Dalam usaha mengurangi sampah plastik dengan melakukan

daur ulang sampah plastik maka perlu mengenal jenis-jenis platik yang

berada di pasaran. Berdasarkan American Society of Plastik Industry,

telah dibentuk sistem pengkodean resin untuk plastik yang dapat di

daur ulang (recycle). Kode / simbol tersebut berbentuk segitiga arah

panah yang merupakan simbol daur ulang dan di dalamnya terdapat

nomor yang merupakan kode dan resin yang dapat di daur ulang.

Jenis–jenis utama plastik adalah sebagai berikut :

1. PET (Polyethylene Terephthalate)

a) Mayoritas bahan plastik PET di dunia untuk serat sintetis (sekitar

60 %), dalam pertekstilan PET biasa disebut dengan polyester

(bahan dasar botol kemasan 30 %). Botol Jenis PET/PETE ini

direkomendasikan hanya sekali pakai. Bila terlalu sering dipakai,

apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat apalagi panas,

akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan

meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik (dapat menyebabkan

kanker).

b) Titik lelehnya 85ºC


c) Di dalam membuat PET, menggunakan bahan yang disebut

dengan antimoni trioksida, yang berbahaya bagi para pekerja

yang berhubungan dengan pengolahan ataupun daur ulangnya,

karena antimoni trioksida masuk ke dalam tubuh melalui sistem

pernafasan, yaitu akibat menghirup debu yang mengandung

senyawa tersebut.

d) Terkontaminasinya senyawa ini dalam periode yang lama akan

mengalami: iritasi kulit dan saluran pernafasan.

e) Bagi pekerja wanita, senyawa ini meningkatkan masalah

menstruasi dan keguguran, pun bila melahirkan, anak mereka

kemungkinan besar akan mengalami pertumbuhan yang lambat

hingga usia 12 bulan.

2. HDPE (High Density Polyethylene)

a) HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk

digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia

antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan

makanan/minuman yang dikemasnya.

b) HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan

lebih tahan terhadap suhu tinggi jika dibandingkan dengan plastik

dengan kode PET.

c) Ada baiknya tidak menggunakan wadah plastik dengan bahan

HDPE terus menerus karena walaupun cukup aman tetapi wadah


plastik berbahan HDPE akan melepaskan senyawa antimoni

trioksida secara terus menerus.


3. V (Polyvinyl Chloride)

a) Bahan ini lebih tahan terhadap bahan senyawa kimia, minyak, dll.

b) PVC mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan

yang dikemas dengan plastik berbahan PVC ini saat bersentuhan

langsung dengan makanan tersebut, tititk lelehnya 70 – 140ºC.

c) Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik

pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila

dipanaskan.

d) Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas

dengan plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan

penurunan berat badan.

e) Jika jenis plastik PVC ini dibakar dapat mengeluarkan racun.

f) Sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus makanan atau

kemasan minuman, seperti bahan alami (misalnya daun pisang).

4. LDPE (Low Density Polyethylene)

a) Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus

cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di

bawah 60ºC sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya

proteksi terhadap uap air tergolong baik, akan tetapi kurang baik

bagi gas-gas yang lain seperti oksigen.

b) Plastik ini dapat didaur ulang, baik untuk barang-barang yang

memerlukan fleksibilitas tetapi kuat, dan memiliki resistensi yang

baik terhadap reaksi kimia.


c) Biasanya plastik jenis ini digunakan untuk tempat makanan,

plastik kemasan, botol yang lunak.

d) Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik

untuk tempat makanan atau minuman karena sulit bereaksi secara

kimiawi dengan makanan atau minuman yang dikemas dengan

bahan ini.

5. PP (Polypropylene)

a) Karakteristik PP adalah botol transparan yang tidak jernih atau

berawan. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus

uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak,terhadap

suhu tinggi dan suhu cukup mengkilap

b) Carilah dengan kode angka 5 bila membeli barang berbahan

plastik untuk menyimpan kemasan berbagai makanan dan

minuman.

c) Titik lelehnya 165ºC

6. PS (Polystyrene)

a) Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat

mengeluarkan bahan styrene ke dalam makanan ketika makanan

tersebut bersentuhan.

b) Bahan ini harus dihindari, karena selain berbahaya untuk

kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita yang

berakibat pada masalah reproduksi, pertumbuhan dan sistem


syaraf, juga bahan ini sulit didaur ulang. Bila didaur ulang, bahan

ini memerlukan proses yang sangat panjang dan lama.

c) Jika tidak tertera kode angka dibawah kemasan plastik, maka

bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar (cara terakhir dan

sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan

api berwarna kuning-jingga, dan meninggalkan jelaga.

d) Titik leleh pada 95ºC.

7. OTHER

a) Bahan dengan tulisan Other berarti dapat berbahan SAN - styrene

acrylonitrile, ABS (Acrylonitrile Butadiene Styrene), PC

(Polycarbonate), Nylon.

b) PC (Polycarbonate), dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu

Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi

merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan

produksi sperma, dan mengubah fungsi imunitas.

c) Dianjurkan untuk tidak dipergunakan untuk tempat makanan atau

pun minuman karena Bisphenol-A dapat berpindah ke dalam

minuman atau makanan jika suhunya dinaikkan karena

pemanasan. Padahal biasanya botol susu dipanaskan dengan

cara direbus atau dengan microwave untuk tujuan sterilisasi atau

dituangi air mendidih atau air panas.


d) SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi

kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang

telah ditingkatkan.

e) SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik yang sangat

baik untuk digunakan.

E. Dampak Penggunaan Sampah Plastik bagi Kesehatan dan Lingkungan

Penggunaan plastik dalam kehidupan modern ini terlihat sangat

pesat sehingga menyebabkan tingkat ketergantungan manusia pada

plastik semakin tinggi. Hal tersebut disebabkan plastik merupakan

bahan pembungkus atau pun wadah yang praktis dan kelihatan

bersih, mudah didapat, tahan lama, juga murah harganya. Tetapi

dibalik itu, banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahaya dari

plastik, dan cara penggunaan yang benar.

Perkembangan yang sangat pesat dari industri polimer sintetik

membuat kehidupan kita selalu dimanjakan oleh kepraktisan dan

kenyamanan dari produk yang dihasilkan, sehingga banyak

masyarakat tidak mengetahui dampak dari penggunaan sampah

plastik yang berdampak pada kesehatan dan lingkungan.

1. Dampak pengunaan sampah plastik bagi kesehatan

Kebanyakan plastik seperti PVC, agar tidak bersifat kaku dan

rapuh ditambahkan dengan suatu bahan pelembut. Beberapa

contoh pelembut adalah Epoxidized Soybean Oil (ESBO), di(2-


ethylhexyl) adipate (DEHA), dan bifenil poliklorin (PCB), acetyl

tributyl citrate (ATBC) dan di(2-ethylhexyl) phthalate (DEHP).

Penggunaan bahan pelembut ini dapat menimbulkan

masalah kesehatan, sebagai contoh, penggunaan bahan pelembut

seperti PCB dapat menimbulkan kamatian pada jaringan dan

kanker pada manusia (karsinogenik), oleh karenanya sekarang

sudah dilarang pemakaiannya.. Di Jepang, keracunan PCB

menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai yusho. Tanda dan

gejala dari keracunan ini berupa pigmentasi pada kulit dan

benjolan-benjolan, gangguan pada perut, serta tangan dan kaki

lemas. Sedangkan pada wanita hamil, mengakibatkan kematian

bayi dalam kandungan serta bayi lahir cacat.

Contoh lain bahan pelembut yang dapat menimbulkan

masalah adalah DEHA. Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat,

plastik PVC yang menggunakan bahan pelembut DEHA dapat

mengkontaminasi makanan dengan mengeluarkan bahan pelembut

ini ke dalam makanan.

DEHA mempunyai aktivitas mirip dengan hormon estrogen

(hormone kewanitaan pada manusia). Berdasarkan hasil uji pada

hewan, DEHA dapat merusak sistem peranakan dan menghasilkan

janin yang cacat, selain mengakibatkan kanker hati. Meskipun

dampak DEHA pada manusia belum diketahui secara pasti, hasil


penelitian yang dilakukan pada hewan sudah seharusnya membuat

kita berhati-hati.

Untuk menghindari bahaya yang mungkin terjadi maka

sebaiknya jika harus menggunakan plastik maka pakailah plastik

yang terbuat dari polietilena dan polypropylene atau bahan alami

(misalnya daun pisang).

Sedangkan plastik memiliki tekstur yang kuat dan tidak

mudah terdegradasi oleh mikroorganisme tanah. Oleh karena itu

seringkali kita membakarnya untuk menghindari pencemaran

terhadap tanah dan air di lingkungan kita tetapi pembakarannya

dan akan mengeluarkan asap toksik yang apabila dihirup dapat

menyebabkan sperma menjadi tidak subur dan terjadi gangguan

kesuburan.

Satu lagi yang perlu diwaspadai dari penggunaan plastik

dalam industri makanan adalah kontaminasi zat warna plastik

dalam makanan. Sebagai contoh adalah penggunaan kantong

plastik (kresek) untuk membungkus makanan seperti gorengan dan

lain-lain. Menurut seorang ahli kimia, zat pewarna hitam ini kalau

terkena panas (misalnya berasal dari gorengan), bisa terurai

terdegradasi menjadi bentuk radikal, menyebabkan penyakit.

2. Dampak Plastik di Lingkungan

Dampak plastik terhadap lingkungan. antara lain adalah

tercemamya tanah, air tanah, dan makhluk bawah tanah, racun-


racun dari partikel plastik yang masuk kedalam tanah akan

membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing;

PCB yang tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang

maupun tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai

makanan, kantong plastik akan mengganggu jalur air yang meresap

ke dalam tanah, menurunkan kesuburan tanah karena plastik juga

menghalangi sirkulasi udara didalam tanah dan ruang gerak

makhluk bawah tanah yang mampu meyuburkan tanah.

Kantong plastik yang sukar diurai, mempunyai umur panjang,

dan ringan akan mudah diterbangkan angin hingga ke laut

sekalipun, hewan-hewan dapat terjerat dalam tumpukan plastik,

hewan-hewan laut seperti lumba-lumba, penyu laut, dan anjing laut

menganggap kantong-kantong plastik tersebut makanan dan

akhimya mati karena tidak dapat mencernanya, ketika hewan mati,

kantong plastik yang berada didalam tubuhnya tetap tidak akan

hancur menjadi bangkai dan dapat meracuni hewan lainnya.

Pembuangan sampah plastik sembarangan di sungai-sungai

akan mengakibatkan pendangkalan sungai dan penyumbatan aliran

sungai sehingga menyebabkan banjir. Konsumsi berlebih terhadap

plastik, mengakibatkan jumlah sampah plastik yang besar. Plastik

bukan berasal dari senyawa biologis, sehingga memiliki sifat sulit

terdegradasi (nonbiodegradable). Plastik diperkirakan


membutuhkan waktu 100 hingga 500 tahun dapat terdekomposisi

(terurai) dengan sempurna.

F. Dampak Pencemaran Air Laut Akibat Sampah terhadap Kelestarian

Laut di Indonesia

Laut adalah salah satu dari 17 tujuan dari Sustainable

Development Goals (SDGs) atau pembangunan berkelanjutan (2015-

2030) yang diukur dengan menyeimbangkan tiga dimensi

pembangunan berkelanjutan yaitu lingkungan, sosial dan ekonomi.

Laut adalah salah satu ekosistem perairan yang memiliki kemampuan

untuk mempertahankan kelestarian ekosistem yang berguna sebagai

penampungan akhir dari segala jenis limbah air yang dihasilkan dari

aktivitas manusia. Seperti yang diungkpakan oleh Darmono(2001) laut

menerima bahan-bahan yang terbawa oleh air dari daerah pertanian,

limbah rumah tangga, sampah, bahan buangan dari kapal, tumpahan

minyak, dan bahan buangan lainya.

Kelestarian air laut apabila tercemar oleh zat-zat yang

ditimbulkan oleh limbah manusia secara terus-menerus dengan

volume yang besar dalam konsentrasi yang tinggi, maka dapat

menyebabkan rusaknya keseimbangan laut, rusaknya keseimbangan

laut dapat berdampak pada kelestarian alam dan terjadi dampak

global untuk selanjutnya.

Sampah yang dapat mencemari laut dapat berasal dari

berbagai macam sampah seperti sampah plastik, sampah organik,


sampah kayu, sampah logam, dan masih banyak sampah lainya yang

terapat dilaut.

Sampah plastik yang terkumpul dalam beberapa titik di laut

dikenal dengan zona konvergensi, Zona konvergensi adalah daerah

laut yang luas sebagai tempat bertemunya arus dingin dan panas

samudera yang dapat mengakibatkan sampah yang terus mengalir

dalam laut dapat terperangkap dan terkumpul dalam zona ini,

kumpulan sampah yang ada terdiri dari kepingan sampah-sampah

plastik yang tenggelam di dalam lau atau kepingan-kepingan sampah

yang mengapung di permukaan air laut.

Sampah plastik merupakan sampah tidak dapat terlepas dari

kehidupan manusia setiap harinya. Plastik terbuat dari bahan polimer

sintesis yang dibuat dengan melalui proses polimerisasi yang

mempunyai sifat tidak dapat terdegradasi dan tidak terurai, sehingga

sampah plastik tersebut menjadi faktor yang berpengaruh atau

bahkan membahayakan bagi lingkungan. Apabila pembuangan

sampah plastik ke laut secara-terus menerus dan tidak terkendali oleh

manusia akan berdampak pada lingkungan yang merugikan dalam air

laut untuk jangka panjang. Secara global, laut Indonesia tercemar oleh

sampah, dimana 60%-80% dari sampah tersebut adalah sampah

plastik dari keseluruhan sampah yang berada dilaut, dengan adanya

sebagian sampah plastik dilaut maka dapat merusak ekosistem laut


dan rantai makanan atau biota laut yang dapat dimakan oleh hewan-

hewan dilaut.

Sampah plastik akan berdampak pada lingkungan seperti

sampah plastik dapat membunuh terumbu karang, karena terumbu

karang akan tertimbun oleh sampah dan tidak dapat tumbuh serta

berkembang biak dengan baik, atau bahkan dapat mati. Adapun

sampah plastik yang menimbun di dasar laut akan menahan air untuk

sulit teresap kedalam tanah dan sirkulasi udara dalam tanah akan

dapat terhambat. Penumpukan sampah didasar laut juga akan

berpengaruh terhadap terumbu karang, terumbu karanang adalah

tempat perlindungan bagi hewanhewan laut maupun biota laut serta

dapat berfungsi untuk melindungi pantai dari erosi apabila terdapat

gelombang laut tinggi, apabila terumbu karang tertutupi sampah maka

hewan-hewan laut tidak memiliki tempat untuk perlindungan sehingga

akan rentan terhadap kematian yang menyebabkan terjadinya

kelestarian ekosistem dan boiota laut.

Hewan-hewan dilaut seperti ikan, penyu, lumba-lumba, dan

hewan lainya, akan ikut tercemar, hal tersebut dapat terjadi karena

hewan-hewan laut tersebut dapat menganggap sampah di laut adalah

sebagai makanan yang akan dimakan oleh hewan laut, dimana

terdapat kemungkinan bahwa sampah plastik terbuat dari bahan kimia

yang dapat terserap oleh hewan yang dapat meracuni hewan tersebut

dan akan berakibat akan matinya hewan laut tersebut, ketika hewan
mati dilaut maka hewan tersebut akan menjadi bangkai yang didalam

tubuh hewan tersebut terdapat sampah seperti sampah plastik yang

tidak dapat terurai maka akan dapat meracuni hewan-hewan lainya.

Sehingga kelestarian hewan-hewan lau akan berkurang dan bahkan

bisa punah, dan berakibat pada hewan-hewan lainya sebagai hewan

pengurai maupun hewan-hewan dalam urutan rantai makanan yang

dapat berdampak.

G. Pengelolaan Limbah Plastik

Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan menerapkan 3 R

(reduce, reuse, dan recyle). Istilah 3 R ini adalah alternatif yang terbaik

saat ini digunakan dalam menangani sampah, disamping dapat

menghasilkan nilai ekonomi dan tetap bisa menjaga kelestarian serta

mengasah kreativitas masyarakat dalam memanfaatkan sampah.

Penerapan sistem 3 R ini juga merupakan solusi dalam mengelola

sampah menjadi berguna seperti menjadikan sampah sebagai kompos

atau menjadikan sampah sebagai tenaga listrik.

Reduce, reuse, dan recyle memiliki makna dan arti yang saling

berkaitan berikut makna dan pengertian dan contoh dari 3 R tersebut,

diantaranya:

1) Reduce

Reduce adalah reduksi sampah yang merupakan upaya untuk

mengurangi timbunan-timbunan sampah dilingkungan sumber dan


bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Contoh

dari reduce diantaranya:

a. Carilah barang atau bahan yang tidak digunakan lagi namun bisa

didaur ulang kembali menjadi barang yang berguna dan

berkualitas. Contohnya seperti potongan kain perca yang bisa kita

daur menjadi selimut, saruung bantal, mainan, dan sebagainya.

b. Jangan membeli produk yang menghasilkan sampah dalam

jumlah yang banyak, seperti membeli kemasan yang didalamnya

memiliki kemasan kecil lagi.

c. Hindari membeli sesuatu yang digunakan hanya sekali pakai,

seperti tissue baikknya menggunkan serbek kain saja.

d. Menggunakan tas kain jika berbelanja.

2) Reuse

Reuse menggunakan kembali sampah atau bahan-bahan

yang terbuang dan tidak terpakai agar tidak terjadi penumpukan

sampah dilingkungan sekitar. Contohnya seperti botol bekas

minuman, kaleng susu, yang dapat dimanfaatkan seperti merubahny

menjadi pot Bungan tanaman atau kerajinan tangan dan kreativitas

lainnya.

3) Recyle

Recyle merupakan mendaur ulang kembali sampah-sampah

atau bahan-bahan yang tidak berguna menjadi bahan lain, dengan

melakukan proses pengolahan seperti mengolah sisa-sisa kain perca


menjadi selimut dan botol plastic bekas menjadi biji plastic, sehingga

bisa dicetak kembali menjadi ember, gantungan hanger. Dan sisa

sampah rumah tangga seperti sisa makanan dan sayuran yang bisa

dijadikan menjadi pupuk kompos.

Melibatkan masyarakat sangat penting untuk mengatasi dan

berkontribusi terhadap permasalahan sampah yang ada di Indonesia.

Upaya yang dapat kita lakukan untuk mengatasi sampah plastic dalam

kehidupan sehari-hari antara lain:

1) Menggunakan bak sampah untuk membuang botol air plastic, wadah

makanan dan bahan plastik lainnya.

2) Hindari membuang sampah dari plastic di ruang terbuk, tempat

umum, saluran air, sungai, pantai, laut dan sumber daya alam

lainnya.

3) Ikut gotong royong membersihkan lingkungan sekitar rumah dari

sampah, termasuk sampah yang terbuat dari plastik

4) Meningkatkan kinerja pada PKK yang dapat membantu dalam

mengatasi masalah sampah.

H. Konversi Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Minyak

Mengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak

termasuk daur ulang tersier. Merubah sampah plastik menjadi bahan

bakar minyak dapat dilakukan dengan proses cracking (perekahan).

Cracking adalah proses memecah rantai polimer menjadi senyawa

dengan berat molekul yang lebih rendah. Hasil dari proses cracking
plastik ini dapat digunakan sebagai bahan kimia atau bahan bakar.

Terdapat 3 macam proses cracking yaitu hidro cracking, thermal

cracking dan catalytic cracking.

1) Hidro cracking

Hidro cracking adalah proses cracking dengan mereaksikan

plastik bersama hidrogen didalam wadah tertutup yang dilengkapi

dengan pengaduk pada suhu antara 423-673 K dan tekanan

hidrogen sebesar 3-10 MPa. Dalam proses hydrocracking ini

dibantu dengan katalis. Untuk membantu pencampuran dan reaksi

biasanya digunakan bahan pelarut 1-methyl naphtalene, tetralin

dan decalin.

Beberapa katalis yang sudah diteliti antara lain alumina,

amorphous silica alumina, zeolite dan sulphate zirconia. Penelitian

tentang proses hydrocracking ini telah dilakukan antara lain oleh

Rodiansono (2005) yang melakukan penelitian hydro cracking

sampah plastik polipropilena menjadi bensin (hidrokarbon C5-C12)

dengan menggunakan katalis NiMo/Zeolit dan NiMo/Zeolit-Nb2O5.

2) Thermal cracking

Thermal cracking termasuk proses pirolisis, yaitu dengan

cara memanaskan bahan polimer tanpa oksigen. Proses ini

biasanya dilakukan pada suhu antara 350°C sampai 900 °C. Dari

proses ini akan dihasilkan arang, minyak dari kondensasi gas


seperti parafin, isoparafin, olefin, naphthene dan aromatik, serta

gas yang memang tidak bisa terkondensasi.

Bajus dan Hájeková, 2010 dalam Surono 2013, melakukan

penelitian tentang pengolahan campuran 7 jenis plastik menjadi

minyak dengan metode thermal cracking. Tujuh jenis plastik yang

digunakan dalam penelitian ini dengan komposisi dalam persen

berat.

Penelitian ini menggunakan batch reactor dengan suhu dari

350°C sampai 500°C. Dari penelitian ini diketahui bahwa thermal

cracking pada campuran 7 jenis plastik akan menghasilkan produk

yang berupa gas, minyak dan sisa yang berupa padatan. Adanya

plastik jenis PS, PVC dan PET dalam campuran plastik yang

diproses akan meningkatkan terbentuknya karbon monoksida dan

karbon dioksida didalam produk gas dan menambah kadar

benzene, toluene, xylenes, styrene didalam produk minyak.

3) Catalytic cracking

Cracking cara ini menggunakan katalis untuk melakukan

reaksi perekahan. Dengan adanya katalis, maka dapat mengurangi

suhu dan waktu reaksi. Osueke dan Ofundu (2011) melakukan

penelitian mengenai konversi plastik low density polyethylene

(LDPE) menjadi minyak. Proses konversi dilakukan dengan dua

metode, yaitu dengan thermal cracking dan catalyst cracking.


Pirolisis dilakukan didalam tabung stainless steel yang

dipanaskan dengan elemen pemanas listrik pada suhu bervariasi

antara 475°C-600°C. Kondensor dengan suhur 30°C-35°C,

digunakan untuk mengembunkan gas yang terbentuk setelah

plastik dipanaskan menjadi minyak. Katalis yang digunakan pada

penelitian ini adalah silica alumina. Dari penelitian ini diketahui

bahwa pirolisis pada suhu 550°C dengan perbandingan

katalis/sampah plastik 1:4 maka dihasilkan minyak dengan jumlah

paling banyak.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1) Plastik merupakan bahan organik yang mempunyai kemampuan

untuk dibentuk ke berbagai bentuk, apabila terpapar panas dan

tekanan. Plastik dapat berbentuk batangan, lembaran, atau blok,

bila dalam bentuk produk dapat berupa botol, pembungkus

makanan, pipa, peralatan makan, dan lain-lain. Komposisi dan

material plastik adalah polymer dan zat additive lainnya. Polymer

tersusun dari monomer-monomer yang terikat oleh rantai ikatan

kimia.

2) Plastik dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu thermoplastik

dan termosetting. Berikut penjelasan thermoplastik dan

thermosetting:

a. Thermoplastik adalah bahan plastik yang jika dipanaskan sampai

suhu tertentu, akan mencair dan dapat dibentuk kembali menjadi

bentuk yang diinginkan.

b. Thermosetting adalah plastik yang jika telah dibuat dalam bentuk

padat, tidak dapat dicairkan kembali dengan cara dipanaskan.

3) Pengetahuan sifat thermal dari berbagai jenis plastik sangat penting

dalam proses pembuatan dan daur ulang plastik. Sifat-sifat thermal

yang penting adalah titik lebur (Tm), suhu transisi (Tg) dan suhu

dekomposisi.
4) Jenis-jenis plastic meliputi dari: PET (Polyethylene Terephthalate),

HDPE (High Density Polyethylene) ,V (Polyvinyl Chloride), LDPE

(Low Density Polyethylene), PP (Polypropylene) ,PS (Polystyrene) ,

dan OTHER

5) Dampak Penggunaan Sampah Plastik bagi Kesehatan yaitu dapat

menyebabkan berbagai penyakit dari mikroorganisme dari plastic

dan dari polusi plastic yang dapat menyebabakan gangguan pada

kesehatan reproduksi dan hingga masalah pernapasan. Dan

dampak bagi Lingkungan plastik terhadap lingkungan antara lain

adalah tercemamya tanah, air tanah, dan makhluk bawah tanah,

racun-racun dari partikel plastik yang masuk kedalam tanah akan

membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing;

PCB yang tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang

maupun tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai

makanan, kantong plastik akan mengganggu jalur air yang meresap

ke dalam tanah, menurunkan kesuburan tanah karena plastik juga

menghalangi sirkulasi udara didalam tanah dan ruang gerak

makhluk bawah tanah yang mampu meyuburkan tanah.

6) Kelestarian air laut apabila tercemar oleh zat-zat yang ditimbulkan

oleh limbah manusia secara terus-menerus dengan volume yang

besar dalam konsentrasi yang tinggi, maka dapat menyebabkan

rusaknya keseimbangan laut, rusaknya keseimbangan laut dapat


berdampak pada kelestarian alam dan terjadi dampak global untuk

selanjutnya.

7) Konversi Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Minyak

Mengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak

termasuk daur ulang tersier. Merubah sampah plastik menjadi bahan

bakar minyak dapat dilakukan dengan proses cracking (perekahan).

Cracking adalah proses memecah rantai polimer menjadi senyawa

dengan berat molekul yang lebih rendah. Hasil dari proses cracking

plastik ini dapat digunakan sebagai bahan kimia atau bahan bakar.

Terdapat 3 macam proses cracking yaitu hidro cracking, thermal

cracking dan catalytic cracking.

B. Saran

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari

kata sempurna, ole karena itu penulis mengharapkan saran kritik bagi

pembaca yang bersifat membangun agar pembuatan makalah

selanjutnya bisa jauh lebih baik lagi dari sebelumnya. Dan kami

mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang senan tiasa

membantu dalam proses pembuatan makalah ini serta dosen mata

kuliah pencemaran lingkungan yang membantu dalam mengarahkan

dalam pembuatan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

Asroni Muchtar dkk. 2018. Pengaruh Model Pisau pada Mesin Sampah
Botol Plastik. Jurnal Aplikasi dan Inovasi Ipteks “Solidaritas”.
Malang. Vol 1 (1).

Bagas Ari Wijaya. 2019. Pencemaran Meso dan Mikroplastik di Kali


Surabaya pada Segmen Driyorejo Hingga Karang Pilang. Jurnal
Teknik ITS. Surabaya. Vol 8 (1).

Fitriani Nelly dkk. 2020. PemanfaatanMedia Tubomatika (Sebuah Eco


Education) Sebagai Upaya Menanggulangi Sampah Plastik di
Kecamatan Pangalengan. Jurnal Abdimas Siliwangi. Pendidikan
Matematika, IKIP Siliwangi. Vol 3 (2).

Karuniastuti Nurhenu. 2016. Bahaya Plastik Terhadap Kesehatan dan


Lingkungan. Jurnal Forum Teknologi. Vol 3 (1).

Masalah Sampah Plastik di Indonesia dan Dunia. Lingkungan Hidup.co.


Https://Lingkunganhidup.co/sampah-plastik-indonesia-dunia/.

Pratiwi Irma Hardi dkk. Sistem Pengelolaan Sampah Plastik Terintegrasi


dengan Pendekatan Ergonomi Total Guna Meningkatkan Peran
Serta Masyarakat (Studi Kasus Surabaya). Institut Teknologi
Sepuluh Nopember. Jurusan Teknik Industri. Surabaya.

Purwaningrum Pramiati. 2016. Upaya Mengurangi Timbulan Sampah


Plastik di Lingkungan. JTL. . Universitas Trisakti. Jakarta. Vol 8 (2).

Anda mungkin juga menyukai