MAKALAH
PENGARUH MENINGKATNYA SAMPAH PLASTIK
DI SAMUDRA PASIFIK SEBAGAI AKIBAT DARI THE GREAT
PACIFIC GARBAGE PATCH TERHADAP KEHIDUPAN BIOTA LAUT
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas UTS mata kuliah Biodiversitas
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Sri Ngabekti, M.s dan Dr. Nur Kusuma Dewi, M.Si.
Oleh:
0402517032
2018
2
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengaruh Meningkatnya Sampah Plastik
Di Samudra Pasifik Terhadap Kehidupan Biota Laut”. Makalah ini berisikan definisi sampah
plastik, jenis-jenis sampak plastik, penyebab menumpuknya sampah plastik, dampak-dampak
meningkatnya sampah plastik dan upaya penanggulangan meningkatnya sampah plastik di
Samudra Pasifik.
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan
memberikan kesadaran kepada kita semua bahwa penggunaan plastik membahayakan manusia
dan biota laut. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
mendukung penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saran dari berbagai pihak sangat
diharapkan demi kemajuan selanjutnya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum
sempurna dan perlu diperbaiki. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan. Semoga
makalah ini memberi manfaat dan berguna bagi kita semua.
Penyusun,
3
BAB I
PENDAHULUAN
juga mengandung bahan aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat fisika kimia plastik
tersebut, dan disebut komponen non plastik. Kemasan plastik memiliki beberapa keunggulan
karena sifatnya yang kuat, tetapi ringan, inert, tidak karatan dan bersifat termoplastik (heat seal)
serta dapat diberi warna (Sulchan, 2007).
Sampah plastik merupakan sampah yang paling banyak dibuang oleh manusia karena
banyak orang yang menggunakan plastik untuk keperluannya sehari-hari baik perorangan, toko,
maupun perusahaan besar. Misalnya, berbelanja pasti akan membutuhkan plastik untuk
membawa barang belanjaan, jika plastik itu sudah tak terpakai apakah plastik itu akan disimpan?
Kebanyak orang tidak menggunakan kembali plastik itu. Apa yang mereka lakukan? membuang
dan membakar itulah yang mereka lakukan. Penanganan limbah plastik yang paling ideal adalah
dengan mendaur ulang. Akan tetapi, hal itu tampaknya tidak mudah dijalankan. Barang-barang
berbahan dasar plastik tersebut merupakan bahan polimer sintesis yang sulit terdegradasi dialam.
Butuh ratusan tahun agar dapat terurai di alam. Peningkatan penggunaan barang-barang berbahan
dasar plastik berbanding lurus terhadap limbah plastik yang dihasilkan, yang akhirnya bermuara
pada rusaknya keseimbangan alam. Proses daur ulang plastik melalui tahap-tahap pengumpulan,
pemisahan (sortir), pelelehan, dan pembentukan ulang. Tahapan paling sulit adalah pengumpulan
dan pemisahan. Kedua tahapan ini akan lebih mudah dilakukan jika masyarakat dengan disiplin
ikut berpartisipasi, yaitu ketika membuang sampah plastik. Dewasa ini, plastik yang cukup
banyak didaur ulang adalah jenis HDPE dan botol-botol plastik.
Berdasarkan data Jambeck (2015), Indonesia berada di peringkat kedua dunia penghasil
sampah plastik ke laut yang mencapai sebesar 187, 2 juta ton setelah Cina yang mencapai 262,9
juta ton. Berada di urutan ketiga adalah Filipina yang menghasilkan sampah plastik ke laut
mencapai 83,4 juta ton, diikuti Vietnam yang mencapai 55,9 juta ton, dan Sri Lanka yang
mencapai 14,6 juta ton per tahun. Setiap tahun produksi plastik menghasilkan sekitar delapan
persen hasil produksi minyak dunia atau sekitar 12 juta barel minyak atau setara 14 juta pohon.
Lebih dari satu juta kantong plastik digunakan setiap menitnya, dan 50 persen dari kantong
plastik tersebut dipakai hanya sekali lalu langsung dibuang. Dari angka tersebut, menurut Tuti,
hanya lima persen yang benar-benar di daur ulang. Di Indonesia, sekitar 60-70 persen dari total
volume sampah yang dihasilkan merupakan sampah basah dengan kadar air 65-70 persen.
Sumber sampah terbanyak berasal dari pasar tradisional yang membuang hampir 95 persen
sampah organik. Sementara itu, sampah didaerah pemukiman jauh lebih beragam. Namun,
5
minimal 75 persen dari total sampah tersebut termasuk sampah organik dan sisanya merupakan
sampah anorganik.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui penyebab meningkatnya sampah plastik di Samudera Pasifik
2. Mengetahui dampak dari meningkatnya sampah plastik terhadap kehidupan di laut
3. Mengetahui upaya penanggulangan sampah plastik
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu:
1. Akademis
Penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat secara akademis yaitu untuk
pengembangan ilmu pengetahuan yang terkait Bank Sampah sebagai salah satu cara
pemberdayaan masyarakat.
2. Masyarakat
Penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat bagi masyarakat untuk mengolah
sampah plastik dengan baik dalam upaya peningkatan pendapatan masyarakat sekitar.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
plastik yang jika telah dibuat dalam bentuk padat, tidak dapat dicairkan kembali dengan cara
dipanaskan (Surono, 2013). Sumber-sumber sampah:
a) Rumah Tangga
b) Pertanian
c) Perkantoran
d) Perusahaan
e) Rumah Sakit
f) Pasar dll.
Secara garis besar, sampah dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :
a) Sampah Anorganik/kering
Contoh : logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, dll yang tidak dapat mengalami
pembususkan secara alami.
b) Sampah organik/basah
Contoh : Sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempah-rempah atau sisa buah dll
yang dapat mengalami pembusukan secara alami.
c) Sampah berbahaya
Contoh : Baterei, botol racun nyamuk, jarum suntik bekas dll.
Sampah plastik merupakan sampah yang dapat didaur ulang menjadi barang-barang
yang berguna bahkan menjadi barang yang bernilai bila dikerjakan oleh orang-orang yang
berkreatifitas, contoh sampah plastik: bungkus makanan ringan, bungkus ditergen, botol air
mineral dll.
2. The Great Pasific Garbage Patch
Garbage patch adalah daerah berkumpulnya sampah-sampah laut tersebut di
Samudera Pasifik Utara. Nama “Garbage Patch” atau yang sering disebut sebagai pulau
sampah membuat orang-orang beranggapan bahwa sampah tersebut menggunduk seperti
sebuah pulau (daratan) dimana seseorang bisa naik ke atasnya, tapi hal tersebut tidak benar.
Banyak sampah plastik dapat ditemukan di daerah ini bersama dengan puing-puing lain
seperti jaring ikan yang diterlantarkan, namun puing-puing sampah dalam jumlah besar yang
disebutkan di media saat ini mengacu pada potongan-potongan kecil sampah yang
mengapung. Potongan-potongan sampah ini cukup kecil dan tidak bisa dilihat dengan jelas
hanya dengan mata telanjang. Pemberian nama “Garbage Patch” sebenarnya keliru karena
8
tidak ada pulau dari sampah yang terbentuk di tengah laut atau selimut sampah yang bisa
dilihat dengan foto satelit atau udara. Ini karena puing-puing yang ditemukan disini adalah
potongan-potongan kecil sampah yang mengambang dan tidak mudah terlihat dari perahu.
Bila dilihat dengan mata telanjang garbage patch hanyalah seperti bagian air yang keruh
karena adanya potongan-potongan sampah tersebut, maka sangat dimungkinkan untuk
berlayar melalui garbage patch ini dan tidak melihat apa-apa di permukaan air.
Adapun potongan-potongan kecil sampah tersebut sebagian besar terdiri dari aneka
polutan plastik seperti tas belanja, botol, tutup botol, mainan, dot, sikat gigi, bot, ember,
pegangan payung, alat pancing, sampai dudukan toilet sudah masuk ke lautan. Sampah
plastik tersebut tiba dalam bentuk "mikroplastik" - partikel dari benda lebih besar yang
rapuh karena sinar matahari dan terkoyak atau terpecah jadi kepingan oleh gelombang,
gigitan hiu dan ikan lain. Diperkirakan setiap sampah plastik modern yang jatuh ke laut 50
tahun yang lalu masih tetap ada sampai saat ini. Terdapat beberapa tumpukan sampah yang
terdapat di bagian utara Samudera Pasifik yaitu :
a. The Eastern Pacific Garbage Patch
Terletak di bagian timur, tumpukan sampah laut ini tepatnya berada di antara
Hawaii dan California. Wilayah inilah yang merupakan North Pacific Subtropical High
yaang berjarak beberapa ratus kilometer dari Hawaii bagian utara. Ketika sedang
membicarakan mengenai The Great Pacific Garbage Patch, pada umumnya yang
menjadi rujukan adalah bagian ini karena merupakan garbage patch yang paling besar.
b. The Western Pacific Garbage Patch
Di arah yang berlawanan yaitu bagian barat, terdapat apa yang disebut dengan
pusaran recirculation (pusaran kecil) di sebelah selatan arus Kuroshio, lepas pantai
Jepang yang juga menjadi wilayah dimana sampah laut yang mengambang bertumpuk
yang disebut Western Pacific Garbage Patch, namun diyakini ukuran dan massa dari
tumpukan sampah di wilayah ini tidak sebanyak tumpukan sampah yang terdapat di
bagian timur (The Eastern Pacific Garbage Patch).
c. Subtropical Convergence Zone
Daerah ini terletak di sebelah utara Kepulauan Hawaii yang memiliki kekayaan
laut yang melimpah. Walaupun wilayah ini tidak dikategorikan sebagai garbage patch,
tetapi para ahli meyakini wilayah ini juga sebagai salah satu wilayah konsentrasi sampah
9
laut di bagian utara Samudera Pasifik hanya saja dengan ukuran dan massa yang relatif
kecil.
Gambar 1. Ilustrasi keberadaan dari ketiga konsentrasi sampah yang terdapat di bagian
utara Samudera Pasifik
Menurut National Ocean and Atmospheric Administration (NOAA), tidak ada
luas yang pasti dari garbage patch tersebut, hanya saja untuk luas diperkiranan dua kali
luas Texas. Para ilmuwan menemukan kepadatan rata-rata dari garbage patch adalah 750
ribu keping microplastic per kilometer persegi di wilayah ini, atau sekitar 1,9 juta keping
mikroplastik per mil persegi. Sebagian besar dari kepingan-kepingan sampah tersebut
merupakan bagian dari kantong plastik, tutup botol, botol air plastik, dan styrofoam.
Sampah laut jenis seperti ini bisa sangat berbahaya bagi kehidupan di sekitarnya.
Hasil penelitian yang dilakukan para ahli hanyalah terbatas pada kepadatan
sampah rata-rata di daerah sekitar garbage patch, hal ini berarti tidak ada yang bisa
memastikan seberapa besar daerah ini, terutama karena mereka bergerak dan berubah
seiring dengan perputaran arus dan angin, sehingga tidak ada perkiraan yang akurat ada
berapa banyak puing-puing di luar sana. Hal lain yang menyebabkan sulitnya ukuran
garbage patch ini diukur adalah puing-puing tersebut tidak hanya ada di permukaan air,
tetapi juga tersebar di kolom air dan bahkan menumpuk sampai ke dasar laut.
3. Jenis-Jenis Sampah Plastik (Sofiana, 2010)
a) PETE or PET (Polyethylene terephthalate)
PETE atau PET (polyethylene terephthalate) biasa dipakai untuk
botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air
mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya.
Botol jenis PET/PETE ini direkomendasikan HANYA SEKALI
10
PAKAI. Bila terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat
apalagi panas, akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan
mengeluarkan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) dalam jangka panjang.
Jadi buat yang memakai botol bekas air mineral untuk didinginkan di kulkas,
sebaiknya ganti botol-botol tersebut jadi botol yang terbuat dari kaca.
b) HDPE (High density polyethylene)
HDPE (high density polyethylene) memiliki sifat bahan yang
lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Kode 2
ini biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu,
tupperware, galon air minum
HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena
kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE
dengan makanan/minuman yang dikemasnya. Walaupun begitu, kode 2 ini juga
direkomendasikan HANYA SEKALI PAKAI. Karena pelepasan senyawa antimoni
trioksida terus meningkat seiring waktu.
c) V or PVC (Polyvinyl chloride)
V atau PVC (polyvinyl chloride) adalah plastik yang paling sulit
di daur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling
wrap), dan botol-botol. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat
pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak
bila dipanaskan. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas dengan
plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan
Sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus makanan lain (bukan bertanda 3
dan V) seperti plastik yang terbuat dari polietilena atau bahan alami (daun pisang
misalnya).
d) LDPE (Low density polyethylene)
LDPE (low density polyethylene) biasa dipakai untuk tempat
makanan, plastik kemasan, dan botol-botol yang lembek. Barang-
barang dengan kode 4 dapat di daur ulang dan baik untuk barang-
barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Barang dengan kode
11
4 bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan karena
sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan bahan ini.
e) PP (Polypropylene)
PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik
terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti
tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum
untuk bayi. Karakteristiknya adalah transparan, tidak jernih atau berawan, dan cukup
mengkilap. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah,
ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi.
Jenis PP (polypropylene) ini adalah PILIHAN BAHAN PLASTIK TERBAIK,
terutama untuk tempat makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol
minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Carilah dengan kode angka 5 bila
membeli barang berbahan plastik untuk menyimpan kemasan berbagai makanan dan
minuman.
f) PS (Polystyrene)
PS (polystyrene) biasa dipakai sebagai bahan tempat makan
styrofoam, tempat minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa
membocorkan bahan styrine ke dalam makanan ketika makanan tersebut
bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon
estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, dan sistem syaraf. Selain
tempat makanan, styrine juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan
konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari dan banyak negara bagian di Amerika
sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk negara China.
g) OTHER
Untuk jenis plastik 7 Other ini ada 4 jenis, yaitu SAN (styrene
acrylonitrile), ABS (acrylonitrile butadiene styrene), PC (polycarbonate)
dan Nylon. Other (biasanya polycarbonate) bisa didapatkan di tempat
makanan dan minuman seperti botol minum olahraga, suku cadang
mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat elektronik, dan plastik kemasan..
Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan
12
dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon. Hindari bahan plastik
Polycarbonate.
Sebaiknya manusia memperhatikan kode plastik sebelum membeli. Sebisa
mungkin menggunakan tempat makanan atau minuman dengan kode 4 atau kode 5
karena kode tersebut yang paling aman digunakan.
h) SM atau Sampah Masyarakat
Sampah plastik jenis ini tidak dapat diklasifikasikan dengan jenis sampah
manapun. Tidak dapat didaur ulang namun sangat ramah lingkungan. Semua bagiannya
dapat dibusukkan oleh mikroba. Sampah ini tidak mempunyai nilai apapun. Jenis ini
mendapat penolakan sosial dimana-mana.
Sampah plastik dapat dikelompokkan atas sampah plastik makro, sampah plastik mikro
dan sampah plastik nano. Sampah plastik mikro (micropIastics) dalam bentuk partikel
plastik dengan diamater kurang dari 5 milimeter (mm) hingga 330 mikron (0,33 mm).
Sampah plastik nano (nanoplastics) berukuran lebih kecil dari 330 mikron. Plastik ukuran
mikro didesain dan diproduksi untuk pembersih wajah dan kosmetik.Material modern,
seperti tekstil sintetis, tali, pipa dan cat juga mengandung plastik mikro. Selain itu, plastik
mikro ataupun nano diperoleh dari proses penguraian alami dari dari sampah plastik
berukuran besar. Menguraikan plastik jadi ukuran mikro di perairan memerlukan waktu 150
tahunan.
13
BAB III
PEMBAHASAN
dunia. Menghadapi hal ini, para peneliti berkata bahwa langkah berikutnya adalah untuk
mengetahui sumber utama dari seluruh sampah plastik di perairan ini dan berapa lama
sampah bertahan di suatu area sebelum terbawa arus laut ke area lain (Wibawa, 2018).
Sampah plastik yang dibuang ke laut mencapai 12,7 juta ton per tahun. Dari
jumlah itu 70% terakumulasi di dasar laut, 15 persen terapung-apung di laut dan 15 persen
mengotori pantai. Pada saat ini, sampah yang mengapung dan tenggelam di lautan telah
mengancam ekosistem. Sebuah studi pada 2015 bahkan memperkirakan bahwa sekitar lima
hingga 13 juta ton sampah plastik dibuang ke lautan pada tahun 2010.Bahkan ratusan ton
sampah plastik telah ditemukan di Laut Artik. Sampah plastik Indonesia, menurut Jenna
Jambec peneliti dari Universitas Georgia Amerika Serikat, dalam Jurnal Science (2015)
menyebut sebagai negara kedua setelah China sebagai penyumbang sampah plastik terbesar
di laut. Ia memprediksi, Indonesia telah membuang sampah ke laut sebanyak 3,2 juta ton per
tahun. Salah satu jenis sampah plastik itu, adalah sampah kantong plastik. Menurut Ujang
Solihin Sidik, Kepala Subdirektorat Barang dan Kemasan, Direktorat Pengelolaan Sampah,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan-RI, kantong plastik yang dipergunakan
masyarakat Indonesia tahun 2017 mencapai 11 juta lembih per tahun. Sebesar 95 persen
kantong plastik menjadi sampah plastik. Sampah plastik termasuk sampah kantong plastik
dibuang ke dataran, selokan, ke rawa, ke sungai, dan langsung ke laut, yang pada akhirnya
terakumulasi di laut. Jadilah laut menjadi tong sampah plastik terbesar di dunia. Sampah
plastik dilaut mencapai 27,8 persen dari total diproduksi sampah.
Perhatian dunia kini tertuju pada keberadaan sampah plastik yang terkumpul di
beberapa titik di samudera yang dikenal dengan zona konvergensi (convergence zones) atau
pusaran samudera (ocean gyres). Zona konvergen merupakan daerah luas tempat
bertemunya arus dingin dan arus panas samudra, yang menimbulkan daerah dengan arus laut
yang tenang sehingga memungkinkan kumpulan sampah laut ini terperangkap dalam satu
area tersebut. Kumpulan sampah ini terdiri dari kepingan-kepingan kecil sampah plastik
yang mengapung di permukaan, dan beberapa kepingan kecil lainnya yang tenggelam.
Kumpulan sampah lautan terbesar berada di Samudera Pasifik yang dihimpit secara
langsung oleh Jepang dan Amerika Serikat, dan dikenal sebagai The Great Pacific Garbage
Patch.
15
Gambar 2. Sampel sampah yang dijaring para peneliti dari Samudra Pasifik utara ((The
Ocean Cleanup))
16
The Great Pacific Garbage Patch bukan kumpulan plastik yang padat, namun terdiri dari
1,8 triliun bagian-bagian plastik, dan diperkirakan seberat 88 ribu ton, atau seberat 500
pesawat jet jumbo. Dari hasil pemetaan sampah yang dilakukan dalam kurun waktu tiga
tahun menunjukkan jumlah polusi plastik yang berlipat ganda. Mikroplastik menyumbang 8
persen dari total massa plastik yang mengapung di area luas tersebut. Dari sekitar 1,8 triliun
plastik, terdapat komponen yang lebih besar dari mikroplastik. Di antaranya seperti jaring
ikan, mainan, bahkan hingga dudukan toilet. Berikut ini adalah sejumlah penemuan dari
penelitian tersebut, dikutip dari BBC :
1. 99,9% puing yang terdapat Samudera Pasifik adalah sampah plastik.
2. Setidaknya 46% diantaranya adalah jaring ikan, dan lebih dari tiga perempatnya adalah
benda-benda berukuran kurang lebih 5 cm, seperti plastik keras, lembaran plastik, dan
film (CD).
3. Banyak item yang sudah hancur dan menjadi benda-benda kecil dan mikro, meski
begitu, benda aslinya masih bisa diidentifikasi oleh para peneliti, misalnya kontainer,
botol, tutup, tali pengikat, dan lainnya.
4. Dari 50 item sampel yang diteliti, terdapat tulisan tahun pada benda-benda tersebut,
diantaranya: satu dari 1977; tujuh berasal dari 1980; 17 dari tahun 1990; 24 dari tahun
2000; dan satu berasal dari 2010.
5. Hanya benda-benda yang tebal dan dari jenis tertentu yang mengapung di laut, seperti
yang terbuat dari polipropilen dan polietilena.
Sumber: Scientific Reports
Setiap tahun, 10% dari 200 milyar pon plastik diproduksi secara global berakhir
di laut kita dan sekarang, sekitar 46.000 potong sampah plastik yang mengambang di
setiap mil dari laut.
17
1.700 mil massa sampah plastik berada di tengah Pasifik Utara dan searah jarum jam
bergerak perlahan dari arus laut berbentuk spiral.
plankton dan terumbu karang serta menurunkan kadar oksigen di kolom air dan dasar
laut, sementara terumbu karang dan plankton adalah autotrof dan produsen makanan yang
paling utama di jaringan makanan laut, atau sering dikatakan sebagai penunjang utama
kehidupan laut. Plastik-plastik yang berupa alat-alat penangkap ikan seperti tali pancing
maupun jaring yang dibuang ke laut akan di bawa oleh arus laut bahkan dapat mencapai
terumbu karang atau ganggang sehingga organisme-organisme tersebut terjerat dan sulit
untuk berkembang biak. Selain itu, ada pula terumbu karang dan ganggang yang terjerat
tersebut dibawa oleh arus laut (dalam jeratan jaring) sampai ke perairan dangkal dimana
ia tidak dapat bertahan hidup disana. Dengan terganggunya perkembangbiakan terumbu
karang dan plankton tersebut akan menurunkan heterogenitas organisme-organisme
pembentuk utama habitat laut. Dengan terganggunya terumbu karang dan plankton ini,
juga akan berakibat pada berubahnya jaringan makanan di laut. Hewan-hewan yang
makan dari terumbu karang dan plankton seperti kura-kura dan ikan-ikan kecil akan
kekurangan makanan. Jika populasi dari hewan-hewan tersebut berkurang, maka hewan-
hewan predator yang berada pada puncak rantai makanan laut seperti ikan tuna, hiu dan
paus akan kekurangan makanan sehingga lama-kelamaan berakibat kepunahan
(Tampubolon, 2016).
3.2.2 Dampak Terhadap Hewan Laut
Dr. Agung Dhamar Syakti, peneliti pencemaran laut yang juga Dekan Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjung Pinang, Riau
menjelaskan adanya sampah plastik di lautan berdampak pada satwa laut. Sampah besar
dimakan organisme besar seperti penyu dan dugong yang menyangka sampah plastik itu
adalah makanan mereka yaitu ubur-ubur. Dan sampah plastik yang berukuran lebih kecil
akan dimakan makhluk hidup yang lebih kecil seperti ikan kecil dan plankton. Di dalam
sampah plastik yang resisten terdapat bahan pembentuk plastik yang bersifat toksik,
sehingga ketika terluruhkan dalam plastik, bahan toksik itu akan terserap oleh organisme.
Selain itu, bahan kimia yang ada di permukaan plastik sebagai polutan seperti
hidrokarbon juga terserap masuk sistem pencernaan organisme dan masuk jaringan tubuh.
Beberapa laporan menyebutkan pengaruh bahan kimia Bestenol A dan B karena struktur
kimianya seperti hormon maka mengganggu secara hormon misalnya membuat ikan
menjadi mandul. Dampak langsung letal (mematikan) pada satwa laut tidak ada, tapi ada
19
pengaruh jangka panjang. Jika sampah sudah menjadi mikro plastik, penanganan sudah
sulit. Efeknya senyawa kimia plastik yang bersifat karsinogenik (penyebab kanker) akan
masuk dalam tubuh, tambah Agung, juga menyebabkan mutagenik (mutasi gen
karsinogenik) yang dibuktikan dalam literatur ilmiah. Tapi mutagenik belum terlihat
massif misalnya ikan mati kena tumor. Dampak mikroplastik terhadap satwa laut tidak
seketika, tetapi bisa berdampak signifikan di masa mendatang.
Dalam sebuah penelitian terbaru bahkan dijelaskan bahwa sampah plastik ini telah
membunuh 1.000 penyu laut setiap tahunnya. Penelitian ini dilakukan oleh para peneliti
dari University of Exeter, Inggris. Mereka melakukan survei samudera di seluruh dunia di
mana penyu tinggal. Hasilnya, 91 persen penyu yang mereka temukan terjerat alat
tangkap telah mati. Para peneliti juga meminta bantuan para ahli yang melintasi
Samudera Atlantik, Pasifik, India, dan Mediterania untuk melihat apakah ada kura-kura
terbunuh oleh plastik. Dari 106 orang yang menanggapi, 84 persen mengatakan mereka
melihatnya. "Para ahli yang kami survei menemukan bahwa keterikatan plastik dan polusi
lainnya dapat menimbulkan dampak jangka panjang pada kelangsungan hidup beberapa
populasi penyu dan dampak ini lebih besar daripada (dampak) tumpahan minyak,"
ungkap Brendan Godley, profesor ilmu konservasi di Exeter dikutip dari Newsweek,
Selasa (19/12/2017). "Kita perlu memotong tingkat limbah plastik dan mengejar alternatif
biodegradable (plastik yang terurai) jika ingin mengatasi ancaman serius terhadap
kesejahteraan penyu ini," sambungnya. Para peneliti juga menyebut berbagai macam
sampah plastik yang berakhir di samudera dapat membunuh kura-kura. Hewan tersebut
terjerat plastik dan bisa tersedak hingga mati. Tak hanya itu, penyu juga bisa kehilangan
tungkai, melukai diri sendiri, atau memakan sampah sebagai makanan biasa karena
pencemaran plastik. Saat ditemukan pun, hewan laut ini mati dengan perut penuh dengan
sampah. Sampah-sampah itu menyumbat perut penyu sehingga ia mati kelaparan. Bahkan
mungkin polusi plastik akan membuat tingkat kematian penyu lebih besar lagi. Itu karena
para peneliti mengatakan bahwa jumlah 1.000 kematian penyu setiap tahunnya sangat
konservatif. Perkiraan tersebut didasarkan pada penyu yang ditemukan. Sayangnya,
banyak sekali penyu laut yang mati tak pernah ditemukan. Selain itu, orang-orang yang
menemukan penyu laut mati di pinggir pantai terkadang mengumpulkan dan
memakannya, kata laporan tersebut. Ada tujuh spesies penyu laut dan semuanya
20
terdampak polusi plastik. Menurut International Union for the Conservation of Nature
(IUCN), semua spesies penyu rentan, terancam punah, atau sangat terancam punah.
IUCN bahkan secara khusus mencatat bahwa polusi plastik merupakan ancaman utama
bagikelangsungan hidup beberapa spesies penyu laut (Sartika, 2017).
setelah perubahan iklim. Bila partikel itu masuk tubuh organisme, terakumulasi di
jaringan tubuh dan meracuni organ hati. Laporan riset bersama Universitas Hasanuddin
dan University of California Davis (2014 dan 2015), menemukan plastik di saluran
pencernaan ikan dan kerang di Makassar dan California AS. Sementara di Indonesia
mikro plastik yang ditemukan berupa fragmentasi plastik.Hasil penelitian di California-
AS, menemukan 25 persen ikan mengandung plastik mikro. Riset di beberapa negara
menunjukkan hal yang sama. Demikian juga penelitian di Makassar, menemukan, dari
sepertiga sampel ikan yang diteliti di pasar ikan di Makassar tercemar plastik mikro.
Untuk lebih jelasnya, dari 10 ikan teri di Makassar, 4 ekor di antaranya memiliki
mikroplastik di dalam pencernaannya. Dari ikan besar seperti ikan paus sampai kecil
seperti teri ditemukan plastik. Plastik mikro itu ditemukan pada alat pencernaan.Ini
sangat mengkhawatirkan. Data ini, kendati dara di Kota Makassar, menunjukkan
tingginya pencemaran plastik di laut kita. Sampah plastik ukuran mikro yang mencemari
laut, akan terserap ikan, selanjutnya ikann itu akan dikonsumsi manusia. Sampah yang
dimakan manusia ini berdampak pada kesehatan manusia. Bila partikel itu masuk tubuh
organisme, terakumulasi di jaringan tubuh dan meracuni organ hati. Inilah bencana besar
global setelah pemanasan global.
100.000 mamalia laut setiap tahun seperti kura-kura laut, anjing laut dan burung
menjadi korban kematian terkait sampah plastik karena mereka mengkonsumsi atau
terjebak dalam limbah tersebut (Wahyudi,2013).
22
Sampah plastik yang terbawa arus laut dapat mencemari biota laut, bahkan
menimbulkan kematian pada hewan-hewan laut. Kematian sejumlah hewan laut sekitar
satu juta burung laut, seratus ribu mamalia laut, serta ikan-ikan dikarenakan
mengkonsumsi limbah plastik. Di darat, tanah yang mengandung racun partikel plastik
dapat membunuh hewan pengurai, seperti cacing yang berakibat menurunkan tingkat
kesuburan tanah. Sampah yang menumpuk di sungai dapat menimbulkan pendangkalan
dan penyumbatan aliran sungai, sehingga banjir pun terjadi. Bagi manusia, asap
pembakaran limbah plastik dapat memicu penyakit kanker, gangguan pernapasan,
gangguan sistem saraf, serta hepatitis. Dalam hal inilah, sebenarnya limbah plastik sangat
berbahaya bagi manusia dan lingkungannya (Nasution, 2014).
kemudian dicetak. Pencetakan material sampah kemasan plastik dilakukan seperti proses
pembentukan keramik menggunakan cetakan master yang terbuat dari material tahan
panas seperti gypsum, silicon rubber, kayu, batu, dan sebagainya, (4) pengerjaan
menanggunakan mesin atau machining adalah proses pembentukan material daur ulang
dilakukan menggunakan alat pertukangan baik yang sederhana maupun yang canggih
untuk mencapai suatu kondisi material yang diinginkan, dan (5) penghalusan atau proses
finishing merupakan proses terakhir yang dilakukan setelah melalui proses-proses
sebelumnya. Pada proses finishing, dilakukan pelapisan clear spray agar material hasil
daur ulang terlihat rapi dan mengilap. Secara umum semua proses dalam metode fabrikasi
dilakukan menggunakan peralatan sederhana yang mudah diperoleh seperti gunting, alat
pertukangan, heat gun, mesin kempa, dan sebagainya (Alrashid, 2014).
Produk yang dihasilkan dari pengolahan limbah plastik dengan menggunakan
metode fabrikasi dapat diaplikasikan pada berbagai kerajinan kreatif yang mempunyai
nilai seni dan nilai ekonomi yang tinggi.
Pengolahan sampah menjadi solusi terbaik. Jika rumah tangga atau komunitas
terkecil di lingkungan belum bisa mengolahnya, di daur ulang, maka pemilahan menjadi
langkah kecil terbaik . Sampah plastik dapat dinilai memiliki nilai jual dan nilai ekonomis
yang cukup tinggi untuk diolah kembali menjadi berbadai produk berbahan plastik,
sehingga pengolahannya (daur ulang) harus dilakukan secara maksimal (Wasto,2008).
27
28
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Fakta fisik yang ada di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar dari garbage patch
berbahan plastik. Plastik-plastik tersebut 80% berasal dari daratan dan 20% berasal dari
kegiatan laut seperti pelayaran kapal. Penelitian-penelitian juga menunjukkan bahwa
sampah-sampah tersebut merupakan buangan dari darat maupun kapal karena plastik-plastik
tersebut merupakan benda yang dulunya botol, payung, jaring, komputer dan peralatan
kehidupan sehari-hari lainnya. Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa sumber utama dari
garbage patch adalah dumping karena kondisi, asal dan dampak dari sampah-sampah
tersebut memenuhi kriteria dumping sebagaimana diatur di dalam UNCLOS 1982.
2. Sampah yang terakumulasi di wilayah The Great Pacific Garbage Patch mayoritas berbahan
plastik. Plastik dapat menjadi media bahan kimia beracun, baik karena kemampuan plastik
yang dapat menyerap bahan kimia beracun dari lingkungan sekitarnya maupun bahan kimia
beracun yang berasal dari plastik itu sendiri. Dampak buruk bagi lingkungan laut yang
ditimbulkan oleh sampah laut berupa rusaknya spesies pembentuk habitat yang secara
otomatis menyebabkan penurunan populasi pada spesies yang bergantung pada habitat
tersebut, lingkungan yang terkontaminasi bahan kimia beracun, hewan laut yang menelan
ataupun terbelit sampah laut yang menyebabkan cedera bahkan kematian, sehingga akan
merusak ekosistem laut.
3. Terdapat beberapa cara penanggulangan limbah plastik selain mengubur ataupun
membakarnya,antara lain meliputi mengurangi penggunaan kantong plastik dengan
menggantinya dengan alat (kain) untuk membungkus barang atau dikenal dengan furoshiki ;
pengolahan limbah plastik menggunakan metode fabrikasi; dan penggunaan plastik
biodegradable yang lebih mudah terurai di alam dan daur ulang sampah plastik.
B. Saran
Sebaiknya penggunaan plastik yang terlalu berlebihan di kalangan masyarakat harus
segera kita kurangi karena dampak yang diberikan pada masyarakat tidak hanya pada
lingkungan sekitarnya saja, tetapi juga berdampak negatif pada kehidupan manusia yang
29
meyebabkan ekosistem di lingkungan sekitar kita menjadi tercemar.Maka dari itu, perlu
adanya upaya-upaya dari pemerintah serta kesadaran masyarakat itu sendiri dalam mengatasi
jumlah sampah plastik yang beredar dengan tidak lagi menggunakan tas sekali pakai dalam
berbelanja.
30
DAFTAR PUSTAKA
Alrashid, D. A., & Kahdar, K. (2014). Eksplorasi Sampah Plastik Menggunakan Metode
Fabrikasi untuk Produk Fashion. Craft, 3(1).
Arif Zulkifli, Pengelolaan Limbah Berkelanjutan, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2014, h.29.
Bambang Wintoko, Panduan Praktis Mendirikan Bank Sampah Keuntungan Ganda Lingkungan
Bersih dan Kemapanan Finansial, Cet. I, Yogyakarta: Pustaka Baru Pers, 2013 h.24.
Marliani, N. (2014). Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga (Sampah Anorganik) Sebagai Bentuk
Implementasi Dari Pendidikan Lingkungan Hidup. Jurnal Formatif, 4(2), 124-132.
Nasution, R. S. (2015). Berbagai Cara Penanggulangan Limbah Plastik. Elkawnie, 1(1).
Sartika, Resa Eka Ayu. 2017. Makin Mengerikan, Tiap Tahun 1.000 Penyu Mati akibat Sampah
Plastik. https://sains.kompas.com/read/2017/12/20/170000423/makin-mengerikan-tiap-
tahun-1.000-penyu-mati-akibat-sampah-plastik diakses pada Jumat, 11 Mei 2018, pukul
10.35 WIB
Sulchan, M dan Endang Nur, W.,“Keamanan Pangan Kemasan Plastik dan Styrofoam”. Maj
Kedokt Indon, (Volume 57 Nomor 2, Tahun 2007) 55
Sununianti, V. V. (2014). Sosialisasi Penggunaan Furoshiki Untuk Mengurangi Sampah Kantong
Plastik Dalam Gaya Hidup Modern. Jurnal Pengabdian Sriwijaya, 2(1), 88-100.
Setyanto, R. H. (2013). Aplikasi Polimer Biodegradable Dan Dampaknya Pada Ekonomi Dan
Lingkungan. Mekanika, 11(2).
Tampubolon, J., Trihastuti, N., & Samketo, A. (2016). Penanganan Pencemaran Samudera
Pasifik Sebagai Akibat Dari The Great Pacific Garbage Patch Ditinjau Dari Hukum
Lingkungan Internasional. Diponegoro Law Journal, 5(2), 1-20.
National Geographic, Great Pacific Garbage Patch, tersedia:
https://www.nationalgeographic.org/encyclopedia/great-pacific-garbage-patch/ diakses pada
Rabu, 23 Mei 2018, pukul 14.17 WIB.
NOAA. How Big Is The Garbage Patch? Science vs Myth. Tersedia:
https://response.restoration.noaa.gov/about/media/how-big-great-pacifi%20c-garbage-patch-
science-vs%20-myth.html. Diakses pada Rabu, 23 Mei 2018, pukul 15.41 WIB.
Novena, Monika. 2017. "Laut Terdalam Bumi Kini Tercemar Plastik, Manusia Harus Merasa
Berdosa", https://sains.kompas.com/read/2017/11/17/210500223/laut-terdalam-bumi-
kini-tercemar-plastik-manusia-harus-merasa-berdosa diakses pada hari Jumat, 11 Mei 2018
Pukul 11.00.
Wahyudi, Stefan. 2013. Pulau Sampah di Samudra Pasifik.
http://pasukanoranges.blogspot.com/2013/01/pulau-sampah-di-samudra-pasifik.html diakses
pada hari Jumat, 11 Mei 2018 pukul 10.45
31
Wibawa, Shierine Wangsa. 2018. Kumpulan Sampah di Samudra Pasifik Kini Hampir
Seluas Indonesia. https://sains.kompas.com/read/2018/03/23/170700023/kumpulan-sampah-
di-samudra-pasifik-kini-hampir-seluas-indonesia diakses pada hari Jumat, 11 Mei 2018.