Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

(AMDAL)

OLEH:
LA ODE TAUFIQ FAJAR E1F1 17011

TEKNIK REKAYASA INFRASTRUKTUR DAN


LINGKUNGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
SREVIEW JURNAL

“IMPLEMENTASI ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN


(AMDAL)
DIKAITKAN DENGAN PASAL 22 AYAT (i) UNDANG-UNDANG NOMOR
32
TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN
HIDUP DI KABUPATEN KOTA WARINGIN BARAT”

Mawardi Ardi
Fakultas Hukum Universitas Antakusuma Pangkalan Bun
Kalimantan Tengah
Jalan Iskandar No. 63 Pangkalan Bun 74112

Terlestarikannya fungsi lingkungan hidup yang merupakan tujuan


pengeloaan lingkungan hidup menjadi tumpuan terlanjutnya pembangunan
berkelanjutan. Oleh karena itu sejak awal perencanaan usaha dan/atau kegiatan
sudah harus diperkirakan perubahan rona lingkungan hidup akibat pembentukan
suatu kondisi lingkungan hidup yang baru, baik yang menguntungkan maupun
yang merugikan, yang timbul sebagai akibat diselenggarakannya usaha
dan/atau kegiatan pembangunan. Namun kenyataannya di lapangan bahwa
AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) hanya diberlakukan terhadap
para pengusaha swasta saja. Sedangkan bagi kegiatan atau proyek-proyek
pembangunan pemerintah yang berskala besar dan penting seperti pembukaan
lahan untuk transmigrasi umumnya di Kalimantan Tengah dan khusus nya di
Kabupaten Kota waringin Barat belum dilakukan studi kelayakan atau
dilakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebagaimana
diatur dalam pasal 22 ayat (1) Undang-undang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun 2009 serta Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL (Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup).

Berdasarkan data dari Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD)


Kotawaringin Barat menyatakan bahwa dari 20 (dua puluh) perusahaan yang
mengajukan dokumen AMDAL, 15 (lima belas) perusahaan yang sudah
mendapat persetujuan dari tim komisi penilai. Sedangkan untuk kegiatan
proyek- proyek pembangunan yang berskala cukup besar seperti pembuatan
jalan, jembatan dan pembukaan lahan untuk transmigrasi yang wajib AMDAL
(Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) belum dilaksanakan. Sedangkan
kegiatan pembangunan yang berskala kecil sampai dengan sedang, seperti
pembangunan pertokoan/bangunan rumah burung walet, pembangunan hotel
dengan kamar di bawah 200 kamar serta pembangunan rumah sakit hanya
cukup menggunakan dokumen UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup)
dan UPL (Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup) saja, karena dampak yang
ditimbulkan akibat kegiatan tersebut tidak besar dan penting, sehingga cukup
dilakukan pemantau dan pengawasan secara berkala oleh Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian hukum Sosiologis


( Sosio Legal Research) adalah penelitian yang menggunakan metode dan teknik
yang lazim digunakan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial (Mardalis, 1989, 37).
Untuk memperolehdata yang diinginkan dalam penelitian ini yaitu:
1). Data sekunder, penulis melakukan studi kepustakaan melalui buku-buku
literatur,Peraturan dan Perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah
lingkungan hidup, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), pendapat
para ahli, sertadokumen-dokumen dinas/instansi pemerintah terkait yang dapat
mendukung dalam penelitian ini.
2). Penelitian lapangan (Field Research), yaitu penelitian dengan cara
langsung kelapangan dimana obyek itu berada dengan menggunakan teknik-
teknik pengumpulandata observasi langsung kelapangan.

Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Kotawaringin


Barat adalah suatu Badan yang mengemban tugas membantu Kepala Daerah
dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi pencegahan, penanggulangan
serta pemulihan kualitas lingkungan hidup adalah tugas menangani masalah
lingkungan hidup baik pengawasan terhadap aktivitas usaha dan/atau kegiatan
yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak lingkungan maupun dokumen
lingkungan yang merupakan dokumen yang sangat penting sebagai bahan
kebijakan pimpinan, dalam hal ini Bupati KotaWaringin Barat dalam
mengambil keputusan layak tidaknya diberikan izin prinsip untuk melaksanakan
pembangunan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan.

Dalam Pelaksanaan AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan)


terhadap Usaha dan/atau kegiatan pembangunan yang diperkirakan dapat
menimbulkan dampak besar dan penting, sebagian besar sudah dilaksanakan
oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kota waringin Barat, yaitu
yang mengajukan permohonan Dokumen AMDAL sebanyak 39 perusahaan dan
yang sudah disetujui dokumen AMDALnya baru 15 perusahaan, sisa 24
perusahaan masih dalam proses pengkajian dan penyelesaiannya. Sedangkan
untuk kegiatan pembangunan proyek-proyek pemerintah daerah khususnya di
kabupaten Kota waringin Barat belum dilaksanakan. Ini terlihat dari data hasil
penelitian penulis dengan pihak Badan Lingkungan Hidup Daerah serta
instansi terkait menunjukkan bahwa usaha dan/atau kegiatan yang diperkirakan
dapat menimbulkan dampak lingkungan besar dan penting di Kabupaten Kota
waringin Barat yang sudah mendapat Persetujuan AMDAL. Berdasarkan hasil
wawancara penulis dengan Kepala Sub Bidang Pengkajian Analisis Lingkungan
Hidup, yang khusus menangani dokumen AMDAL mengatakan bahwa Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kabu paten Kotawaringin Barat pernah mengirim
surat kepada badan/dinas/instansi masalah usaha dan/atau kegiatan pembangunan
yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak lingkungan agar dibuat AMDALnya
untuk mengetahui layak tidaknya pembangunan itu dapat dilaksanakan
namun tidak ada tanggapan/respon dari pihak yang dikirimi surat. Dari hal
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kurang pahamnya perusahaan tentang
dampak kegiatan usaha mereka terhadap lingkungan. Lebih lanjut dalan penelitian
ini dikemukakan bahwa perilaku masyarakat yang mengabaikan AMDAL
dikarenakan ketidak tahuan dan kurangnya sosialisasi.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Kepala Sub Bidang


Pengkajian Analisis Lingkungan Hidup, membenarkan bahwa sosialisasi mengenai
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup kurang maksimalnya dilakukan. Hal ini
dikarenakan: (a) terbatasnya dana untuk biaya sosialisasi dan penyuluhan; dan,
(b) terbatasnya sumberdaya manusia yang profesional, terutama menyangkut
tenaga-tenaga teknis analisis dampak lingkungan yang memerlukan pengetahuan
khusus dibidang pengetahuan kimia, ilmu alam dan ilmu pasti lainnya.

Selain itu peringatan yang tegas belum juga dibuat oleh penegak hukum
sehingga para masyarakat tidak pernah merasa takut akan membangun tempat usaha
tanpa ijin,Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Kepala Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat, belum dilakukan sanksi yang
tegas terhadap badan/dinas/instansi dengan pertimbangan: (1) bahwa proyek-
proyek pembangunan yang dilaksanakan oleh badan/dinas/instansi adalah
kebutuhan publik yang mendesak, dan waktu- nya relatif singkat, serta
anggarannya hanya dibatasi dalam satu tahun, sehingga AMDAL dilaksanakan
kemudian; dan (2) biaya untuk survei dan analisis di lapangan serta pembuatan
dokumen AMDAL sampai dengan dokumen AMDAL tidak tersedia pada
Masing- masing badan/dinas/instansi, sehingga AMDAL belum bisa dilaksanakan.

Dari masalah tersebut pemecahannya adalah pertama, bagi kegiatan


pembanguan yang belum memiliki AMDAL agar segera dibuatkan AMDALnya.
Kedua, untuk biaya survey dan analisasi dokumen AMDAL agar diusulkan melalui
Angaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Ketiga, untuk kebutuhan tenaga
penyidik yang belum ada, perlu mengirim/mendidik tenaga-tenaga sebagai
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang profesional, agar masalah
pelanggaran terhadap lingkungan hidup dapat segera diselesaikan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

Kemudian sanksi terhadap pelanggaran tersebut dapat dikenakan pada Pasal


109 dan Pasal 111 Undang-undang Lingkungan Hi- dup Nomor 32 Tahun 2009
sebagai berikut:
a). Pasal 109 menyebutkan: setiap orang yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan tanpa memiliki izin lingkungan sebagaimana dimaksud Pasal 36 ayat (1),
dipi- dana dengan pidana penjara paling singkat 1(satu) tahun dan paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah) dan paling banyak Rp.3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah);
b). Pasal 111 ayat (1) pejabat pemberi izin lingkungan yang menerbitkan izin
lingkungan tanpa dilengkapi dengan AM- DAL, dan UKP, UPL sebagaimana
dimaksud dalam pasal 37 ayat (1), dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah);
c). Ayat (2) pejabat pemberi izin usaha dan/atau kegiatan yang menerbitkan
izin usaha dan/atau kegiatan tanpa dilengkapi dengan izin lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga)tahun dan denda paling banyak Rp 3.000.000.000,00 (tiga
milyar rupiah).

Anda mungkin juga menyukai