Anda di halaman 1dari 13

TUGAS ESAI KELOMPOK

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Proyek

ANALISIS PENYELENGGARAAN PROYEK PEMBANGUNAN JALAN


TOL PEKANBARU-DUMAI

DISUSUN OLEH:
DANIEL PANDAPOTAN SIREGAR (1606925703)
FAUZIA MAURIZKA KHAYRUNNISA (1606889976)
MEUTIA SAFIRA (1606873826)
MOGA AFDINI PUTRI (1606881254)
RIVANDI RAMADHAN (1606883461)
PASHA ANGGANA PRATAMA (1606873782)

Fakultas Ilmu Administrasi


Program Studi Administrasi Negara
Universitas Indonesia
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang


    Pembangunan infrastruktur merupakan bagian dari pembangunan nasional. Pembangunan
nasional merupakan salah satu langkah usaha pemerintah dalam membangun masyarakat
Indonesia. Hal ini mengandung arti bahwa setiap kebijakan yang diambil harus tertuju pada
pembangunan yang merata diseluruh wilayah Indonesia dan dilakukan untuk kepentingan
masyarakat agar hasil dari pembangunan dapat benar-benar dirasakan rakyat Indonesia. Pada
dasarnya pembangunan bertujuan untuk menciptakan kemajuan dalam bidang sosial dan
ekonomi secara berkesinambungan, tanpa mengabaikan persamaan hak dan menjunjung
tinggi prinsip-prinsip keadilan bagi masyarakat Indonesia secara keseluruhan.
Salah satu perwujudan dari pembangunan nasional adalah dengan adanya
pembangunan jalan tol. Seperti yang kita ketahui, dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo
pembangunan infrastruktur menjadi program kerja utama yang terus digalakkan di seluruh
nusantara. Salah satunya adalah Jalan Tol Trans Sumatera yang dikembangkan oleh PT
Hutama Karya (Persero). Melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 100 Tahun 2014 yang
direvisi menjadi Perpres Nomor 117 Tahun 2015, PT Hutama Karya secara resmi ditugaskan
oleh Pemerintah untuk mengembangkan Jalan Tol Trans Sumatera dari Aceh hingga
Lampung. Jalan Tol Trans Sumatera terdiri dari 24 ruas dan akan membentang di Sumatera
sepanjang kurang lebih 2.770 km. Dengan adanya Jalan Tol Trans Sumatera ini diharapkan
dapat meningkatkan konektivitas di Pulau Sumatera yang berimbas pada pertumbuhan
ekonomi Sumatera dan Indonesia pada umumnya. Jalan tol Pekanbaru-Dumai adalah salah
satunya. Proyek ini diperkirakan menelan biaya sekitar Rp 16 Triliun.
Pembangunan jalan tol ini ditargetkan akan selesai pada tahun 2019. Namun dalam
penyelenggaran Ruas Tol Pekanbaru-Dumai ini tidak sepenuhnya berjalan lancar. Terdapat
beberapa masalah dalam penyelenggaraannya, contohnya adalah masalah pembebasan lahan
yang beberapa masih bermasalah dan ada lahan yang merupakan milik pemerintah namun
ditempati oleh orang lain. Adapun masalah pembebasan lahan secara keseluruhan mencapai
77,72%. Sedangkan konstruksinya baru mencapai 9,28%. Proyek Ruas Jalan Tol Pekanbaru-
Dumai ini dinilai sangat lambat akibat dari adanya permasalahan diatas.

1.2    Rumusan Masalah


1. Bagaimana modal dan investasi proyek ruas Jalan Tol Pekanbaru-Dumai?
2. Bagaimana sisi kritis dan kekurangan proyek ruas Jalan Tol Pekanbaru-Dumai?
   
1.3     Tujuan Penulisan
1. Mengetahui modal dan investasi proyek ruas Jalan Tol Pekanbaru-Dumai
2. Mengetahui sisi kritis dan kekurangan proyek ruas Jalan Tol Pekanbaru-Dumai
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1    Teori Siklus Evaluasi Proyek


Siklus proyek ini merupakan tahap-tahap atau urut-urutan yang dilalui di dalam
kegiatan suatu proyek yang meliputi berikut ini menurut Gittinger (1986):
1. Identifikasi, tahap ini dilakukan dengan maksud untuk mendapat gambaran mengenai
kemampuan proyek-proyek yang potensial. Pada tahap ini, gambaran proyek yang
potensial bisa datang dari berbagai sumber seperti ahli atau staf teknis atau pimpinan
setempat. Umumnya di negara-negara berkembang mempunyai rencana pengembangan
ekonomi sebagai formalitas yang mengidentifikasi sektor-sektor yang harus diberi
prioritas dan daerah-daerah di mana dibutuhkan suatu investasi.
2. Persiapan dan Analisis, yaitu mengadakan persiapan terhadap pelaksanaan suatu proyek
yang akan dilaksanakan. Hal ini biasanya menyangkut pembuatan feasibility study (studi
kelayakan/FS) dari daerah/lingkungan setempat meliputi kajian berbagai aspek.
Feasibility study harus menegaskan tujuan-tujuan proyek secara jelas, akan membantu
perencana proyek meniadakan alternatif-alternatif yang tidak baik, dan juga akan
memberikan kesempatan untuk menyusun proyek agar bisa cocok dengan lingkungan
fisik dan sosialnya, dan memastikan bahwa proyek akan memberikan hasil yang optimal.
3. Penilaian (Appraisal), merupakan tahap penilaian dari persiapan-persiapan yang telah
dilakukan. Di dalam tahap ini, suatu kelompok dapat memberikan pandangannya, apakah
suatu feasibility study disetujui atau harus diperbaiki. Untuk itu, biasanya sekaligus
ditetapkan badan atau lembaga-lembaga yang akan membiayai proyek tersebut.
4. Pelaksanaan, merupakan tahap yang terpenting dalam siklus proyek yang direncanakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam tahap ini adalah bahwa proyek yang akan
dilaksanakan harus diusahakan untuk dapat mencapai manfaat yang telah ditetapkan,
misalnya untuk  kesejahteraan masyarakat. Hal yang harus diperhatikan agar proyek bisa
dilaksanakan dan menghasilkan manfaat adalah, pertama, proyek bersifat realistis.
Kedua, proyek harus fleksibel/luwes, mengingat keadaan akan selalu berubah. Perubahan
ini dapat bersifat teknis, perubahan harga dan perubahan lingkungan ekonomi dan politik
yang akan merubah cara pelaksanaan suatu proyek. Para analis proyek pada umumnya
membagi tahap pelaksanaan ke dalam tiga (3) periode yang berbeda, yaitu 1) periode
penanaman modal, ketika modal utama ditanamkan; 2) periode pembangunan; 3) periode
kehidupan.
5. Evaluasi; merupakan tahap penilaian. Evaluasi atau penilaian yang telah dilakukan
diharapkan juga dapat digunakan sebagai bahan masukan (input) bagi rencana proyek
yang akan datang. Evaluasi biasanya dilakukan oleh kelompok antar disiplin ilmu.
Mengadakan evaluasi tidak mesti pada akhir proyek, tetapi dapat dilakukan pada saat
proyek sedang berjalan. Dari suatu evaluasi diharapkan dapat diperoleh rekomendasi
yang telah dipertimbangkan secara cermat tentang bagaimana dapat meningkatkan
ketepatan dari setiap aspek dalam satu proyek. Dengan demikian, rencana-rencana untuk
pelaksanaan proyek dapat diperbaiki bila proyek sedang berjalan dan juga proyek-proyek
yang akan datang akan dapat direncanakan lebih baik lagi jika proyek yang dievaluasi
sudah selesai

2.2    Aspek-Aspek Persiapan dan Analisis Proyek


Gittinger (1986) menyatakan ada 6 (enam) aspek yang harus dipertimbangkan:
1. Aspek Teknis, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan penyediaan input dan output dari
barang dan jasa yang akan digunakan serta dihasilkan di dalam suatu proyek. Analisis
secara teknis akan menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu
proyek yang diusulkan. Misalnya dalam proyek pertanian, keadaan tanah di daerah
proyek dan potensinya bagi pembangunan pertanian; ketersediaan air baik secara alami
(hujan dan penyebaran hujan) maupun kemungkinan untuk pembangunan irigasi;
varietas benih tanaman dan ternak; pengadaan produksi; potensi dan keinginan
penggunaan mekanisasi. Analisis secara teknis juga akan menguji fasilitas-fasilitas
pemasaran dan penyimpanan (storage) yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan
proyek, dan pengujian sistem-sistem pengolahan yang dibutuhkan.
2. Aspek Institusional – Organisasi – Manajerial, yaitu hal-hal yang berkenaan dengan
pertimbangan mengenai sesuai tidaknya proyek tersebut dengan pola sosial budaya
masyarakat setempat. Apakah proyek mempertimbangkan gangguan yang akan dirasakan
oleh petani-petani yang terbiasa dengan pola lama? Jika ya, ketentuan apa yang telah
dibuat untuk membantu mereka berpindah ke pola baru? Sistem komunikasi apa yang
ada untuk memberikan informasi baru kepada petani dan mengajarkan dengan keahlian
baru? Selain itu, untuk dapat dilaksanakan suatu proyek harus disesuaikan secara tepat
dengan struktur kelembagaan yang ada di daerah tersebut. Susunan organisasi proyek
tersebut sesuai dengan prosedur organisasi setempat; dan didukung oleh keahlian staf
yang ada mempunyai kemampuan untuk menangani proyek.
3. Aspek Sosial, yaitu menyangkut dampak sosial dan lingkungan yang disebabkan adanya
input dan output yang akan dicapai dari suatu proyek seperti distribusi pendapatan dan
penciptaan lapangan kerja.
4. Aspek Komersial, yaitu berkenaan dengan rencana pemasaran output yang dihasilkan
proyek maupun rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan
pelaksanaan proyek. Berkaitan dengan pemasaran output, hal-hal yang harus
diperhatikan adalah kemana produk akan dijual? Apakah pasar cukup luas untuk
menyerap output yang dihasilkan proyek? Berapa share pasar yang akan dikuasai produk
hasil proyek? Sementara berkaitan dengan penyediaan input adalah apakah saluran pasar
untuk input tersedia dengan kapasitas sesuai dengan yang diperlukan? Bagaimana
pembiayaan untuk penyedia input dan bagi petani sebagai pembeli input?
5. Aspek Finansial, yaitu berkenaan dengan pengaruh-pengaruh finansial proyek terhadap
peserta yang tergabung/terlibat dalam proyek. Selain itu yang berkaitan dengan
administrasi proyek seperti berapa besar dana investasi yang dibutuhkan dan kapan
dibutuhkannya? Bagaimana dengan biaya operasional jika proyek mengalami hambatan?
Apakah biaya-biaya ini tergantung kepada alokasi anggaran atau apakah proyek dapat
memberikan hasil yang dapat menutupi biaya administrasi?
6. Aspek Ekonomi, yaitu berkenaan dengan kontribusi proyek terhadap pembangunan
perekonomian dan berapa besar kontribusinya dalam menentukan penggunaan sumber
daya yang diperlukan. Sudut pandang dalam analisis ekonomi ini adalah masyarakat
secara keseluruhan

BAB III
ANALISIS

3.1    Gambaran Umum Proyek Pembangunan Jalan Tol Pekanbaru-Dumai


Tol Pekanbaru-Dumai merupakan jalan tol bagian dari jalan Trans-Sumatera, yang
menghubungkan Pekanbaru-Dumai. Pembangunan Trans-Sumatera dilaksanakan dengan
harapan masyarakat Sumatera melewati jaringan jalan bebas hambatan, sama seperti di pulau
Jawa. Jalan tol ini menyusuri pantai timur Sumatera menghubungkan Bakauheni hingga
Aceh. Dengan adanya jalan tol ini, mobilitas barang dan jasa antar pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi menjadi berkembang dan biaya logistik menjadi lebih murah (finance.detik.com,
2018). Tol Pekanbaru-Dumai dibangun sepanjang 131,5 kilometer yang dibagi dalam enam
seksi. Seksi 1 Pekanbaru-Minas, seksi 2 Minas-Kandis Selatan, seksi 3 Kandis Selatan-
Kandis Utara, seksi 4 Kandis Utara-Duri Selatan, seksi 5 Duri Selatan-Duri Utara, dan seksi 6
Duri Utara-Dumai, pembangunan tol ini menggunakan dana senilai Rp 16,2 triliun. Sesi 1
yaitu tol Pekanbaru-Minas akan diresmikan oleh Presiden pada bulan Agustus tahun 2019
walaupun sempat mengalami hambatan pada pembebasan lahan.

3.2    Pembiayaan Modal dan Investasi pada Penyelenggaraan Proyek Pembangunan


Jalan Tol Pekanbaru-Dumai
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa jalan tol Pekanbaru-Dumai
merupakan jalan tol yang menjadi bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang
direncanakan akan membentang dari utara Pulau Sumatera sampai selatan menyambungkan
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sampai provinsi lampung. Jalan Tol Pekanbaru-Dumai
adalah jalan tol yang menyambungkan Pekanbaru dengan Dumai yang berlokasi di Riau. Jika
ditinjau dari sisi pembiayaan modal dan investasi, pembangunan Jalan Tol Pekanbaru-Dumai
mendapatkan aliran total investasi sebesar Rp 16,21 Triliun dimana sumber pembiayaan
berasal dari APBN dan APBD. dalam proyek ini skema pendanaan yang dilakukan adalah
melalui APBN dan BUMN.
Berkaitan pada aspek teknis, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan penyediaan
input dan output yang akan digunakan dan dihasilkan di dalam suatu proyek, serta berkenaan
dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiaan setelah proyek selesai
dibangun. maka dalam studi kasus pembangunan jalan tol Pekanbaru-Dumai, aspek teknis
berkaitan pada teknis pengoperasiaan dan pembebasan lahan. Pembangunan Mega Proyek
Jalan Tol Pekanbaru-Dumai yang berlokasi di Pekanbaru dimana penanggung jawab proyek
pembangunan jalan tol ini dipegang oleh PT. Hutama Karya (Persero) Divisi Jalan Tol yang
pada awal rencana konstruksi dimulai pada tahun 2016 dan mulai beroperasi pada tahun 2019
(kppip.go.id, 2018).
Terkait pembebasan lahan pada tanggal Desember tahun 2018 mencapai sekitar
77.1%. Pembangunan proyek jalan tol tersebut dibagi menjadi enam seksi. Pembebasan lahan
pada seksi 1 di daerah Pekanbaru-Minas sudah mencapai 93,6 persen yang merupakan
pencapaian tertinggi. Pembebasan lahan pencapaian paling rendah di seksi 5 di daerah Duri,
Kabupaten Bengkalis yakni sebesar 61,1 persen. Sementara itu, progres konstruksi
pembangunan hingga Desember 2018 baru mencapai 35,4 persen. Nilai kontrak untuk
pembangunan fisik pada enam seksi jalan tol tersebut mencapai Rp11,79 miliar. Namun, baru
bisa direalisasikan sekitar Rp4,17 miliar. Pencapaian konstruksi jalan tol paling tinggi
mencapai 53,4 persen ada di seksi 1. Sedangkan lima seksi lainnya masih di bawah 50 persen.
Progres pembangunan paling rendah ada di seksi 4 dan 5 yang masing-masing baru mencapai
29,1 persen dan 21 persen. (beritasatu.com, 2019). Tetapi pada awal tahun 2019 terjadi
perubahan pada seksi 1 dan seksi lainnya, yaitu pembebasan lahan seksi 1 sebesar 93,6 % dan
dengan pembangunan sudah 64%, pembebasan lahan seksi 2 sebesar 70,5 %, pembebasan
lahan seksi 3 sebesar 83,8 %, pembebasan lahan seksi 4 sebesar 85 %, pembebasan lahan
seksi 5 sebesar 61,1 %, dan pembebasan lahan seksi 6 sebesar 81,1 %. Gubernur Riau Wan
Thamrin Hasyhim terus mengawasi proses pembangunan tol Pekanbaru-Dumai, dikarenakan
jika tol tersebut selesai maka Riau akan menjadi daerah yang paling strategis, hal tersebut
terlihat dengan progres pembangunan tol Pekanbaru-Minas mencapai 34,5%. (jawapos.com,
2019)
Sedangkan jika ditinjau dari aspek sosial, proyek pembangunan jalan tol Pekanbaru-
Dumai masih mengalami persoalan. pembangunan jalan tol Pekanbaru-Dumai yang
merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) di Provinsi Riau sampai saat ini
masih mengalami kendala pembangunan bahkan progres pembangunannya tidak sesuai target
(tribunpekanbaru.com, 2018). Hal ini tentunya berimplikasi pada terganggunya pengadaan
pelayanan publik dibidang infrastruktur bagi masyarakat di Riau dan yang berkaitan pada
wilayah tersebut. Jalan Tol memiliki fungsi sebagai akses yang memudahkan bagi
masyarakat dan mendorong laju pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Oleh karena itu,
lambannya pembangunan Jalan Tol tersebut tentunya mengganggu roda pertumbuhan
perekonomian di wilayah Riau dan percepatan aksesibilitas warganya.
Kemudian jika dikaji dari aspek finansial, kebutuhan biaya modal untuk pengadaan
lahan untuk proyek jalan tol Pekanbaru-Dumai sepanjang 126,2 Km dan lebar 100 meter
adalah sekitar Rp. 475 Milyar, dengan kata lain lembaga apresiasi melakukan penilaian ganti
rugi tanah untuk  jalan tol Pekanbaru-Dumai sebesar 38.000/m2. Pembebasan lahan tol
Pekanbaru-Dumai merupakan sharing dana antara APBN, APBD provinsi Riau dan APBD
kabupaten /kota terkait (Kabupaten Siak, Kabupaten Bengkalis, dan Kota Pekanbaru).
Dimana risiko pembiayaan pembebasan lahan terbagi menjadi dua yakni Ketersediaan lahan;
Dilihat dari proses inventarisasi lahan yang sedang dilakukanoleh Pemerintah Provinsi Riau,
lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan jalan tolPekanbaru-Dumai jelas tersedia Proses
ganti rugi; harga kompensasi yang terjadi di atas perkiraan anggaran yangdisediakan
menyebabkan lamanya proses ganti rugi.

3.3    Sisi kritis dalam Pembangunan Proyek Jalan Tol Pekanbaru-Dumai


Dalam proses pembangunannya, proyek jalan tol Pekanbaru-Dumai sempat
menghadapi kendala karena dianggap tidak memiliki progres yang signifikan sehingga
pembangunan ruas tol tersebut dinilai lamban. Penyebab dari lambannya pembangunan ruas
tol Pekanbaru-Dumai yang memiliki total panjang 131.48 km itu adalah karena adanya
kendala pada pembebasan lahan,  hal tersebut disampaikan langsung oleh Kepala Badan
Pengatur Jalan Tol (BPJT) yaitu Herry Trisaputra Zuna (Arif, 2018). Berdasarkan data
monitorin BPJT, progress proyek tol Pekanbaru-Dumai ini memiliki banyak penyimpangan
dari target yang ditentukan di awal. Total penyimpangan atau total deviasi progres konstruksi
yang ditemukan pada proses pembangunan ruas tol dari seluruh seksi mencapai 17,62% per
28 September 2018. Rincian penyimpangan yang terjadi pada masing-masing seksi sebagai
berikut, pada seksi Pekanbaru-Minas 9,2 km terjadi penyimpangan yang paling besar yaitu
sebesar 74,95% yang seharusnya seksi ini sudah mencapai tahap penyelesaian namun
realisasinya hanya sebesar 25%. Seksi 2 dari Minas ke Petapahan sepanjang 23,6 km
memiliki penyimpangan sebesar 52,15%, progres pembangunan baru 17,66% dari rencana
yang seharusnya 69,81%. Pada seksi lainnya seperti Petapahan-Kandis Utara, penyimpangan
yang terjadi sebesar 25%, Kandis Utara-Duri Selatan mengalami penyimpangan sebesar
0,74%, dan seksi Duri Utara-Dumai sebesar 0,24%. Saat ini, pembebasan lahan secara
keseluruhan baru mencapai 77,72%, sedangkan konstruksinya baru 9,28% (Simorangkir,
2018).
Pada kendala pembebasan lahan ini, pemerintah mengambil langkah dengan
melakukan upaya konsinliasi atau menitipkan uang ganti rugi ke pengadilan untuk
pembebasan lahan bersengketa dengan masyarakat. Namun, disisi lain upaya ganti rugi ini
dianggap menimbulkan ketidakadilan terhadap masyarakat yang tempat tinggalnya berada di
sekitar proyek pembangunan tol tersebut. Hal tersebut dikarenakan warga berpendapat bahwa
negara melaksanakan kewajibannya untuk mengganti rugi tanah sebagaimana aturan
perundang-undangan dan nilai yang telah ditetapkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Salah
satu warga yang bernama Hendra Eka Saputra mengatakan bahwa negara mengganti lahan
sebesar Rp. 10.500 per meter, sedangkan nilai yang telah ditetapkan dalam NJOP Rp. 36.000
per meter dan harga pasaran tanah Rp. 150.000 per meter (Misgio, 2018)

BAB IV
PENUTUP
    4.1    Kesimpulan
Dengan adanya proyek pembangunan jalan tol Pekanbaru-Dumai diharapkan
masyarakat Sumatera dapat menikmati jalan bebas hambatan dan dapat mengembangkan
perekonomian masyarakat Sumatera. Pada pelaksanaan proyek pembangunan jalan tol
Pekanbaru-Dumai sudah mempehatikan beberapa aspek proyek antara lain aspek teknis,
aspek sosial, aspek finansial. Aspek-aspek ini digunakan agar terhindar dari permasalahan
yang akan terjadi ketika sebelum dan ketika kegiatan pembangunan jalan tol Pekanbaru-
Dumai. Namun, dalam pelaksanaan sebuah proyek pasti akan mengalami sisi kritis atau titik
kritis seperti kendala pembebasan lahan. Solusi yang diambil pemerintah yaitu dengan
memberikan uang kompensasi dan melakukan upaya konsiliasi dengan masyarakat yang
bersangkutan. Walaupun dalam pembangunan proyek sudah dihitung sebaik apapun pasti
akan ada permasalahan yang terjadi.

    4.2    Saran


Pada proyek pembangunan jalan tol Pekanbaru-Dumai pada penanganan masalah
yang terjadi haru memperhatikan Corporate Social Responsibility yang mana pemerintah
tidak hanya mengganti uang ganti rugi kepada masyarakat yang terkena pembebasan lahan
namun juga kepada masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar proyek.

DAFTAR PUSTAKA
Arif. (2018, Oktober 6). Kendala Pembebasan Lahan, Pembangunan Tol Pekanbaru-Dumai
Berjalan Lambat. Dipetik Februari 16, 2019, dari Seruji:
https://seruji.co.id/peristiwa/kendala-pembebasan-lahan-pembangunan-tol-pekanbaru-
dumai-berjalan-lambat/

Berita Satu. (2019, Januari 9). Pembebasan Lahan Tol Pekanbaru-Dumai Capai 77 Persen.
Dipetik Feberuari 16, 2019, dari beritasatu.com:
https://www.beritasatu.com/nasional/531684-pembebasan-lahan-tol-pekanbarudumai-
capai-77-persen.html

Detik. (2017, Juli 23). Tol Pekanbaru-Dumai Telan Biaya Rp 16 Triliun. Dipetik Februari 16,
2019, dari DetikFinance: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-
3570417/tol-pekanbaru-dumai-telan-biaya-rp-16-triliun

finance.detik.com. (2018, Agustus 30). Dipetik Februari 16, 2019, dari finance.detik.com:
https://finance.detik.com/infrastruktur/d-4189365/menyusuri-460-km-mewahnya-tol-
trans-sumatera

jawapos.com. (2019, Januari 1). Dipetik Februari 16, 2019, dari jawapos.com:
https://www.jawapos.com/jpg-today/01/01/2019/tol-pekanbaru-dumai-sudah-
tergarap-354-persen

Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas. (2018, Mei). Proyek strategis


Nasional. Dipetik Februari 16, 2019, dari KPPIP: https://kppip.go.id/proyek-strategis-
nasional/a-proyek-pembangunan-infrastruktur-jalan-tol/jalan-tol-pekanbaru-kandis-
dumai-135km-bagian-8-ruas-trans-sumatera/

Misgio, S. (2018, Desember 6). Jalan Pekanbaru-Dumai, Pemprov Riau Tempuh Upaya
Konsiliasi untuk Pembebasan Lahan Bersengketa. Dipetik Februari 16, 2019, dari
Tribun Pekanbari: http://pekanbaru.tribunnews.com/2018/12/06/jalan-tol-pekanbaru-
dumai-pemprov-riau-tempuh-upaya-konsinyiasi-untuk-pembebasan-lahan-
bersengketa?page=all

Simorangkir, E. (2018, Oktober 6). Progres Tol Pekanbaru-Dumai Lambat, Ini Datanya.
Dipetik Februari 16, 2019, dari DetikFinance:
https://finance.detik.com/infrastruktur/d-4245037/progres-tol-pekanbaru-dumai-
lambat-ini-datanya

Tribun Pekanbaru. (2018, Desember 6). Progress Jalan Tol Pekanbaru-Dumai, Pernah
Disebut Plt Gubernur Riau Pembangunan Paling Lama di Dunia. Dipetik Februari
16, 2019 , dari TribunPekanbaru.com:
http://pekanbaru.tribunnews.com/2018/12/06/progress-jalan-tol-pekanbaru-
dumaipernah-disebut-plt-gubernur-riau-pembangunan-paling-lama-di-dunia

Tribun Pekanbaru. (2018, Juli 27). Proyek Strategi Nasional Berjalan Lambat, Gubernur
Riau: Kita Hanya Bisa Mendorong. Retrieved Februari 16, 2019, from
pekanbaru.tribun.com: http://pekanbaru.tribunnews.com/2018/07/27/proyek-strategi-
nasional-berjalan-lambat-gubernur-riau-kita-hanya-bisa-mendorong

Anda mungkin juga menyukai