Anda di halaman 1dari 29

PENGELOLAAN DESTINASI GUNUNG JAE BERBASIS

MASYARAKAT LOKAL DI DESA SEDAU KECAMATAN


NARMADA LOMBOK BARAT

Oleh:

Kelompok 1
IV A ( S1 Pariwisata )

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA MATARAM


MATARAM
2022
PENGELOLAAN DESTINASI GUNUNG JAE BERBASIS
MASYARAKAT LOKAL DI DESA SEDAU KECAMATAN
NARMADA LOMBOK BARAT

Oleh:
Kelompok 1

Yusri Ramadhan 20101163


Nyoman Aswamedhika Pramana 20101039
Akhwan 20101065
Ni Putu Shinta Puspitasari 20101021
Ni Luh Putu Suwarsi Udiani 20101108
Ratu Tita Maharani Ranteg 20101109
Winda Amalia Fatihah 20101004
Yazid Zidane 20101105
Yurian Aditya 20101060
Tedy Alvianto 20101049
Jirdi Rihardian 20101040
Ahmad Hidayat 20101022
M. Iqbal Arya Kusuma 20101165

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA MATARAM


MATARAM
2021
PENGELOLAAN DESTINASI GUNUNG JAE BERBASIS
MASYARAKAT LOKAL DI DESA SEDAU KECAMATAN
NARMADA LOMBOK BARAT

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan ini telah disetujui oleh pembimbing


Pada tanggal November 2022

Pembimbing Ketua Kelompok

I Gusti Ngurah Oka Widjaya, M.Par. Yusri Ramadhan


NIDK. 0806109201 NIM. 20101163

Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Pariwisata

Dr. Syech Idrus, M.Si.


NIDN. 0031125943
1|Page

KATA PENGANTAR

Laporan ini disusun berdasarkan hasil observasi dengan metode


penelitian secara kualitatif dalam rangka untuk menempuh Ujian Akhir
Semester V Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram pada mata kuliah
Pengetahuan Destinasi. Kami melakukan observasi di destinasi Gunung Jae
Desa Sedau, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat dikarenakan
ketertarikan akan potensi dan keunikan yang ditawarkan oleh host di destinasi
Gunung Jae.
Adapun Sumber data penelitian ini berupa sumber data primer dan
sekunder dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara,
dokumentasi dan Focus Group Discussion (FGD). Analisis data
menggunakan tahapan pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan. Penyusun sangat berterima kasih kepada
pemerintah desa Sedau dan juga pelaku pariwisata di destinasi.
Akhirnya, kami sebagai penyusun menyadari bahwasanya laporan ini
masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan maupun isi. Oleh sebab
itu, kami meminta maaf kepada pembaca atas kekurangan-kekurangan
tersebut, dan kami sangat mengharapkan saran, tanggapan, dan kritik dari
pembaca guna sebagai pedoman dan perbaikan ke masa yang akan datang.
Kami mengharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Semoga Tuhan selalu senantiasa memberikan petunjuk dan membimbing
kita.

Mataram, November 2022

( Kelompok I )
2|Page

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ 1


DAFTAR ISI .............................................................................................. 2
BAB I ......................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ...................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................. 5
BAB II ........................................................................................................ 6
TINJAUAN KONSEP DAN TEORI ........................................................... 6
2.1 Konsep .............................................................................................. 6
2.2 Teori ............................................................................................... 11
BAB III..................................................................................................... 13
METODE PENELITIAN .......................................................................... 13
3.1 Lokasi Daya Tarik Wisata ............................................................... 13
3.2 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 14
BAB IV .................................................................................................... 17
PEMBAHASAN ....................................................................................... 17
4.1 Gambaran Umum ............................................................................ 17
4.2 Elemen 4A Pariwisata ..................................................................... 19
4.4 Sistem Pengelolaan di Destinasi Gunung Jae ................................... 21
4.5 Bentuk Keterlibatan Masyarakat di Destinasi Gunung Jae ............... 22
BAB V...................................................................................................... 25
PENUTUP ................................................................................................ 25
5.1 KESIMPULAN ............................................................................... 25
5.2 SARAN ........................................................................................... 25
3|Page

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Desa Sedau merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan
Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Indonesia. Desa sedau merupakan salah satu dari 16 desa dan
kelurahan yang berada di kecamatan Narmada. Desa Sedau ini memiliki
jumlah penduduknya sebagian besar bersuku Sasak. Terletak di bagian barat
pulau Lombok. Desa Sedau memiliki salah satu destinasi wisata yaitu
bendungan sekaligus camping ground (bumi perkemahan) yang bernama
Gunung Jae. Gunung Jae merupakan salah satu destinasi yang cukup menarik
khususnya bagi kalangan muda, karena tidak sering melihat atau mendengar
camping ground dengan pemandangan bendungan khususnya di Lombok.
Sehingga menjadikan Gunung Jae sebagai destinasi baru yang sedang ramai
diminati wisatawan.
Destinasi ini memiliki potensi alam yang menakjubkan dan
mempesona, kawasan ini dikelilingi perbukitan dan persawahan yang
mengitari sebuah muara sungai. Dahulunya lokasi kawasan wisata ini ialah
danau yang telah digunakan untuk galian tambang pasir dan tanah uruk. Dari
proses itulah terbentuk sebuah danau dengan ukuran cukup besar dan
dikelilingi perbukitan.
Gunung Jae resmi dikatakan sebagai destinasi wisata pada bulan Februari
2021. Sebelumnya bendungan ini dijadikan sebagai tempat pertemuan antar
pejabat atau pemerintah-pemerintah kabupaten Lombok Barat. Selain itu,
bendungan ini dijadikan sebagai wadah saat adanya acara besar Lombok
Barat. Destinasi ini memiliki puncak kunjungan pada hari libur dan weekend,
dimana destinasi ini akan ramai oleh remaja-remaja hingga berjumlah lebih
dari 200 orang.
4|Page

Murphy (1998) mengatakan, masyarakat lokal merupakan unsur


penggerak utama dalam kegiatan pariwisata. Hal tersebut karena sumber daya
dan keunikan masyarakat lokal baik berupa fisik maupun non fisik (tradisi
dan budaya) adalah daya tarik utama dari suatu obyek wisata yang menjadi
bagian dari sistem ekologi. Ardika (2005) menjelaskan bahwa pola kehidupan
tradisional Keterlibatan Masyarakat dalam Pengembangan dan Pengelolaan
Destinasi Wisata Gua Batu Cermin 89 masyarakat merupakan hal penting
yang harus disiapkan agar masyarakat lokal dapat berinteraksi secara spontan
dengan wisatawan dalam memberikan pengertian dan pengetahuan tentang
lingkungan dan kebudayaan setempat. Dengan adanya interaksi spontan
antara masyarakat dan wisatawan diharapkan dapat memberi rasa bangga
pada masyarakat lokal terhadap kebudayaannya.
Pemberdayaan masyarakat lokal merupakan salah satu prinsip dasar
kepariwisataan di mana masyarakat memiliki hak dalam proses pembangunan
pariwisata dan berkewajiban menjaga daya Tarik wisata, serta membantu
terciptanya suasana aman, tertib, bersih, berperilaku santun, dan kelestarian
lingkungan (Undang-Undang No.10 tahun 2009). Tampubolon (1977, dalam
Purnamasari, 2011) menjelaskan bahwa masyarakat dapat berpartisipasi dan
memiliki fungsi dalam perencanaan. Pertama, berpartisipasi dalam
memberikan dukungan. Kedua, berpartisipasi dalam hal kebijaksanaan.
Ketiga, berpartisipasi sebagai pengawas dalam perencanaan obyek wisata.
Menurut Kharisma (2014), partisipasi masyarakat juga merupakan salah satu
prasyarat penerapan konsep good governance (tata pemerintahan yang baik).
Wisata Gunung Jae dikelolah langsung oleh Dinas Pariwisata
Kabupaten Lombok Barat dan pemerintah desa Sedau yang dikelola secara
bersama oleh pokdarwis dibawah naungan BUMDes. Wisata gunung jae
mulai dikelola pada tahun 2020 pada bulan oktober. Destinasi gunung jae
memiliki atraksi wisata utama yaitu lokasi camping ground dengan
pemandangan danau yang sejuk dan indah, penyewaan perahu untuk keliling
danau dan atraksi lainya. Adapula penambahan fasilitas pada lokasi wisata
sudah sangat memadai dan bagus.
5|Page

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimaana sistem pengelolaan di destinasi Gunung Jae.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui sistem pengelolaan di destinasi Gunung Jae.
1.4 Manfaat Penulisan
Agar penulis dan pembaca mengetahui bagaimana sistem pengelolaan
yang ada di destinasi Gunung Jae, desa Sedau.
6|Page

BAB II

TINJAUAN KONSEP DAN TEORI

2.1 Konsep
2.1.1 Pengelolaan
Menurut G.R. Terry, dalam pengelolaan terdapat empat fungsi dasar,
antara lain Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian),
Actuating (Pelaksanaan) dan Controlling (Pengawasan). Keempat fungsi
manajemen ini disingkat dengan POAC.
1. Planning (Perencanaan)
Perencanaan sebagai dasar pemikiran dari tujuan dan penyusunan
langkah-langkah yang akan dipakai untuk mencapai tujuan.
Merencanakan berarti mempersiapkan segala kebutuhan termasuk
didalamnya strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur,
anggaran, dan standar yang dibutuhkan memperhitungkan matang-
matang apa saja yang menjadi kendala, dan merumuskan bentuk
pelaksanaan kegiatan yang bermaksud untuk mencapai tujuan.
2. Organization (Pengorganisasian)
Pengorganisasian ialah penentuan, pengelompokkan, dan penyusunan
macam-macam kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan,
penempatan orang-orang (pegawai) penyediaan faktor-faktor fisik yang
cocok bagi keperluan kerja dan penunjukkan hubungan wewenang, yang
dilimpahkan terhadap setiap orang dalam hubungannya dengan
pelaksanaan setiap kegiatan yang diharapkan.
3. Actuating (Penggerakan)
Penggerakan adalah untuk menggerakan organisasi agar berjalan
sesuai dengan pembagian kerja masing-masing serta menggerakan
seluruh sumber daya yang ada dalam organisasi agar pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan bisa berjalan sesuai rencana dan bisa mencapai
tujuan.
7|Page

4. Controlling (Pengawasan)
Pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses penentuan apa yang
harus dicapai yaitu standard, apa yang sedang dilakukan yaitu
pelaksanaan, menilai pelaksanaan, dan bila mana perlu melakukan
perbaikan perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana, yaitu
selaras dengan standar (ukuran).
2.1.2 Destinasi
Pengertian Destinasi Pariwisata secara tradisional disebut sebagai
wilayah geografis seperti negara, pulau, atau kota. (Burkart and Medlik,
1974; Davidson and Maitland, 1997; Hall, 2000).
Sementara itu Tuohino & Konu (2014) menyatakan bahwa pengertian
dari destinasi adalah area geografis sebagai lokasi yang dapat menarik
wisatawan untuk tinggal secara sementara yang terdiri dari berbagai produk
periwisata, sehingga membutuhkan berbagai prasarat untuk
merealisasikannya. Kim & Brown (2012) menyatakan produk pariwisata
sendiri terdiri dari sekelompok atraksi, fasilitas dan layanan kepada
wisatawan. Hu & Ritchie (1993), berpendapat destinasi adalah sebuah paket
(bundle) yang terdiri dari berbagai fasilitas dan layanan pariwisata yang
seperti produk jasa yang lainnya, terdiri dari sejumlah atribut multidimensi
yang bersama-sama menentukan daya tariknya bagi individu tertentu dalam
situasi pilihan tertentu.
2.1.3 Community Based Tourism
Secara konseptual, pariwisata berbasis masyarakat atau yang dikenal
dengan Community-Based Tourism (CBT) adalah sebuah kegiatan
pariwisata yang dimiliki dan dioperasikan oleh masyarakat serta dikelola
dan dikoordinasikan pada tingkat masyarakat yang berkontribusi pada
kesejahteraan masyarakat dengan mendukung mata pencaharian yang
berkelanjutan dan melindungi nilai sosial-tradisi budaya dan sumber daya
warisan alam dan budaya (ASEAN Community Based Tourism Standard,
2016). Prinsip dasar dari CBT menempatkan masyarakat lokal sebagai
8|Page

pelaku utama dalam mengembangkan pariwisata baik dalam pengambilan


keputusan, pelaksanaan pengembangan pariwisata, maupun dalam
pengelolaannya. Sehingga, manfaat kegiatan pariwisata sebesar-besarnya
diperuntukkan bagi kesejahteraan masyarakat.
Adanya partisipasi aktif masyarakat dalam program pengembangan
pariwisata di daerah mereka tentunya membawa beberapa keuntungan
(Drake & Paula dalam Garrold, 2001), diantaranya:
1. Adanya efisiensi program pengembangan pariwisata karena adanya
konsultasi dan peran langsung masyarakat lokal yang lebih memahami
karakteristik daerah tempat dikembangkannya pariwisata.
2. Program pengembangan pariwisata pun jauh lebih efektif dengan
adanya partisipasi masyarakat yang dapat membantu memastikan
tujuan pengembangan pariwisata ini bisa dicapai atau tidak.
3. Dapat mendorong terciptanya program capacity building bagi
masyarakat terkait pengetahuan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
pengembangan pariwisata.
4. Menjamin masyarakat mendapatkan keuntungan yang sesuai dengan
penggunaan sumber daya.

Macam-Macam Pengelolaan Pariwisata Berbasis Masyarakat di Desa


Wisata : Mayoritas desa wisata di Indonesia dikelola oleh masyarakat desa
setempat. Meski seringkali kelompok masyarakat pengelola kegiatan wisata
ini didampingi oleh berbagai lembaga penelitian atau perusahaan setempat,
masyarakat tetap memiliki kuasa untuk mengambil keputusan mengenai
kawasan wisata di desa mereka. Terdapat tiga bentuk kelompok pengelolaan
pariwisata berbasis masyarakat yang umum ditemui di desa-desa wisata
Indonesia:
1. Badan Usaha Milik Desa/BUMDes
BUMDes adalah badan usaha milik desa yang dikelola oleh
masyarakat dan pemerintah desa untuk memanfaatkan potensi yang
dimiliki desa. Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
9|Page

Desa, BUMDes didefinisikan sebagai badan usaha yang seluruh atau


sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna
mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat desa. BUMDes memungkinkan
masyarakat desa untuk membangun infrastruktur dan fasilitas pendukung
wisata lainnya menggunakan Dana Desa di bawah pengawasan
pemerintah desa. Selain itu pemerintah desa juga berperan dalam
mengelola anggaran, memastikan perlindungan hukum, dan
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kegiatan wisata
(Ihsan et.al., 2018). Karena BUMDes lebih berfokus pada pengembangan
masyarakat, tak jarang skema ini kurang berfokus pada jumlah
pemasukan yang didapatkan dari kegiatan wisata.
2. Kelompok Sadar Wisata/Pokdarwis
Pokdarwis adalah institusi lokal milik masyarakat desa yang khusus
mengelola dan mengupayakan kemajuan kegiatan wisata di desa
tersebut. Sebagai kelompok swadaya dan swakarsa dari masyarakat,
pokdarwis muncul atas inisiatif dan kesadaran masyarakat sendiri (Putra,
2013). Pokdarwis biasanya terdiri dari kepengurusan inti (ketua,
bendahara, dan sekretaris) dan anggota. Bersama-sama mereka
mengambil keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pengembangan
program dan atraksi wisata. Wewenang mereka biasanya diberikan atas
dasar kesepakatan masyarakat desa. Tolak ukur keberhasilan Pokdarwis
dilihat dari keberhasilan mereka mengembangkan kegiatan wisata dan
bersaing dengan desa-desa wisata sekitar.
3. Komunitas
Komunitas mengedepankan masyarakat dalam seluruh aspek
pengelolaan kegiatan wisata. Karena berusaha melibatkan seluruh
elemen masyarakat desa dalam kegiatan wisata, pengelolaan skema ini
lebih dinamis dibanding skema-skema lainnya. Kegiatan wisata berbasis
komunitas seringkali bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
10 | P a g e

pengunjung terhadap cara hidup dan dinamika komunitas terkait (Syafi’I


dan Suwandono, 2015). Selain pengembangan ekonomi desa, Komunitas
juga mempertimbangkan beberapa aspek lain, yaitu keberlanjutan
lingkungan, sosial, dan budaya. Beberapa komunitas yang bergerak di
sektor pariwisata di Indonesia antara lain GenPI (Generasi Pesona
Indonesia), GenWI (Generasi Wonderful Indonesia), dan komunitas-
komunitas lain di wilayah yang lebih sempit seperti komunitas di desa
wisata.
Dari konsep yang telah dijabarkan diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa ide atau gagasan dinyatakan dalam suatu kata atau simbol yang
mempermudah komunikasi antar masyarakat. Selain itu, dinyatakan juga
sebagai unit pecahan dari pengetahuan yang dibangun dari banyak contoh
klasifikasi karakter. Adapun konsep yang digunakan pada penelitian ini
adalah pengelolaan. Pengelolaan adalah suatu proses melakukan
pengawasan terhadap pembuatan atau pelaksanaan kebijakan untuk tujuan
tertentu yang ingin dicapai dan dikerucutkan kembali menjadi empat fungsi
dasar seperti Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian),
Actuating (Pelaksanaan), Controlling (Pengawasan). Secara konseptual,
pariwisata berbasis masyarakat atau yang dikenal dengan Community-
Based Tourism (CBT) adalah sebuah kegiatan pariwisata yang dimiliki dan
dioperasikan oleh masyarakat serta dikelola dan dikoordinasikan pada
tingkat masyarakat yang berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat
dengan mendukung mata pencaharian yang berkelanjutan dan melindungi
nilai sosial-tradisi budaya.
Adapun macam-macam pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat
di desa wisata antara lain BUMDes (Badan Usaha Milik Desa), kelompok
sadar wisata/ pokdarwis, serta komunitas. Komunitas disini mengedepankan
masyarakat dalam aspek pengelolaan kegiatan wisata. Karena berusaha
melibatkan seluruh elemen masyarakat desa dalam kegiatan wisata,
pengelolaan skema ini lebih dinamis dibanding skema lainya.
11 | P a g e

2.2 Teori
Menurut KBBI, Teori adalah pendapat yang didasarkan pada
penelitian dan penemuan yang didukung oleh data dan
argumentasi; penyelidikan eksperimental yang mampu menghasilkan fakta
berdasarkan ilmu pasti, logika, metodologi dan argumentasi; asas dan hukum
umum yang menjadi dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan; pendapat,
cara dan aturan untuk melakukan sesuatu.
2.2.1 Teori Pariwisata Berkelanjutan
1. Desa Wisata
Salah satu yang menjadi suatu bentuk kegiatan ekowisata pada
kawasan tertentu yang melibatkan masyarakat lokal setempat adalah desa
wisata. Desa wisata biasanya berupa kawasan pedesaan yang memiliki
beberapa karakteristik khusus yang layak untuk menjadi daerah tujuan
wisata. Dikawasan ini, penduduknya masih memiliki tradisi dan budaya
yang relative masih asli. Selain itu, beberapa faktor pendukung seperti
makanan khas, sistem pertanian dan sistem sosial turut mewarnai sebuah
kawasan desa wisata. Di luar faktor-faktor tersebut, sumberdaya alam
dan lingkungan alam yang masih terjaga merupakan salah satu faktor
penting dari sebuah kawasan desa wisata.
Selain berbagai keunikan tersebut, kawasan desa wisata juga
dipersyaratkan memiliki berbagai fasilitas untuk menunjangnya sebagai
kawasan tujuan wisata. Berbagai fasilitas ini akan memudahkan para
pengunjung desa wisata dalam melakukan kegiatan wisata. Fasilitas-
fasilitas yang seyogyanya ada disuatu kawasan desa wisata antara lain :
sarana transportasi, telekomunikasi, kesehatan, dan akomodasi. Khusus
untuk sarana akomodasi, desa wisata dapat menyediakan sarana
penginapan berupa pondok-pondok wisata (Home Stay) sehingga para
pengunjung dapat merasakan suasana pedesaan yang masih asli.
Menurut Nurhayati dan Wiendu (1993): Desa wisata merupakan suatu
bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang
12 | P a g e

disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu


dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.
Priasukmana & Mulyadin berpendapat Desa Wisata merupakan suatu
kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang
mencerminkan keaslian pedesaaan baik dari kehidupan sosial ekonomi,
sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan
dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang
unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkanya
berbagai komponen kepariwisataan, misalnya atraksi, akomodasi,
makanan-minuman, cindera-mata, dan kebutuhan wisata lainnya.
Desa wisata adalah desa yang dijadikan tempat wisata karena daya
tarik yang dimilikinya. Desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi
antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung. Desa wisata disajikan
dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata
cara dan tradisi yang berlaku. Desa wisata biasanya memenuhi semua
unsur wisata yang memiliki potensi daya tarik, seperti wisata alam,
wisata budaya, dan wisata hasil buatan manusia. Desa wisata biasanya
dibuat di satu kawasan tertentu dengan didukung oleh atraksi,
akomodasi, dan fasilitas lainnya.
Desa wisata secara keseluruhan mengintegrasikan semua unsur
tersebut di suatu desa, untuk mengangkat keunikan dan kearifan lokal
setempat. Terdapat dua komponen utama desa wisata yaitu : a)
Akomodasi: sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan
atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk. b)
Atraksi: seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting
fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai
partisipasi aktif seperti kursus tari, bahasa dan lain-lain yang spesifik.
13 | P a g e

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Daya Tarik Wisata

Gambar 3.1 Peta wilayah desa Sedau

Pada peta diatas kita dapat melihat cakupan wilayah dari Desa Sedau itu
sendiri, pengembangan dan pengelolaan yang terfokus didusun diatas. Desa
Sedau merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Narmada,
Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Desa
Sedau merupakan satu dari 16 desa dan kelurahan yang berada di kecamatan
Narmada. Desa ini memiliki jumlah penduduknya sebagian besar bersuku
Sasak. Terletak di bagian barat pulau Lombok, desa Sedau memiliki luas
wilayah 560.00 Ha yang terbagi menjadi enam (6) Dusun yaitu Dusun Eyat
Bintang, Sedau Gondang, Sedau Dese, Dusun Paok Gading, Lebah Suren dan
Dusun Selen Aik. Hampir setiap wilayah di desa Sedau terdiri dari kawasan
perkebunan. Desa Sedau sendiri memiliki dua daya tarik wisata yang saat ini
sudah berkembang yaitu destinasi Gunung Jae dan Gunung Aur. Destinasi
Gunung Jae terletak di dusun Paok Gading yang merupakan salah satu
14 | P a g e

destinasi unggulan yang berada di desa Sedau yang sekarang dijadikan daya
tarik wisata.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Tohirin
(2013:2) penelitian kualitatif merupakan “penelitian yang berupaya
membangun pandangan orang yang diteliti secara rinci serta dibentuk dengan
kata-kata, gambaran holistik (menyeluruh dan mendalam) dan rumit.”.
Menurut Afifuddin (2009:57) “metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah,
(lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti merupakan instrument kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi”.
Melalui penjelasan menurut para ahli, maka dapat disimpulkan
bahwa, metode penelitian kualitatif merupakan pendekatan penelitian
berorientasi pada fenomena gejala yang bersifal alami untuk memahami
masalah kemanusiaan dan sosial dimana peneliti merupakan instrument
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna
daripada generalisasi. Didukung dengan data dari narasumber (key person)
untuk memberikan penilaian terhadap variabel-variabel pada objek teramati
(judment value) dan focus grup discussion (FGD), selain itu pengumpulan
data juga dilakukan dengan wawancara dan virtual (google meet). Adapun
pihak-pihak yang menjadi (key person) dalam penentuan nilai (judgement)
adalah tokoh masyarakat yakni Mistria sebagai bendahara pokdarwis di
destinasi Gunung Jae, Sopia sebagai salah satu pokdarwis di destinasi
Gunung Jae, serta kepala desa Sedau.
Adapun metode pengumpulan data yang kami lakukan secara
kualitatif adalah sebagai berikut:
1. Observasi
15 | P a g e

Menurut Widoyoko (2014:46) observasi merupaka “pengamatan dan


pencatatan secara sistematis terhadap unsur-unsur yang nampak dalam
suatu gejala pada objek penelitian”. Menurut Sugiyono (2014:145)
“observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis”. Menurut Riyanto
(2010:96) “observasi merupakan metode pengumpulan data yang
menggunakan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan penjelasan para ahli, maka data disimpulkan bahwa
observasi adalah penelitian dengan melakukan pengamatan dan
pencatatan dari berbagai proses biologis dan psikologis secara langsung
maupun tidak langsung yang tampak dalam suatu gejala pada objek
penelitian. Tujuan digunakannya observasi sebagai metode penelitian
diantaranya untuk mengetahui bagaimana sistem pengelolaan di destinasi
Gunung Jae.
2. Wawancara
Menurut Riyanto (2010:82) interview atau wawancara merupakan
metode pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung
antara penyelidik dengan subyek atau responden. Menurut Afifuddin
(2009:131) wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara
menanyakan sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan atau
responden.
Berdasarkan penjelasan para ahli dapat disimpulkan bahwa, interview
atau wawancara merupakan metode pengambilan data dengan bertukan
informasi dan ide melalui tanya jawab antara penyelidik dengan subyek
atau responden dalam suatu topic tertentu. Wawancara sebagai metode
penelitian yang digunakan untuk mencari data kepada narasumber
mengenai siswa yang berperilaku agresif, serta untuk mencari data
tentang sistem pengelolaan di destinasi.
3. Studi Pustaka
Studi Pustaka menurut Mestika Zed (2003), Studi pustaka atau
kepustakaan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan
16 | P a g e

dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta


mengolah bahan penelitian. Studi kepustakaan juga dapat mempelajari
berbeagai buku referensi serta hasil penelitian sebelumnya yang sejenis
yang berguna untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang
akan diteliti (Sarwono, 2006).
4. Dokumentasi
Menurut Arikunto (2006:158) adalah metode dokumentasi peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.
Menurut Riyanto (2012:103) metode dokumentasi berarti cara
mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada.
Berdasarkan penjelasan ahli maka dapat disimpulkan bahwa metode
dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data yang dilakukan
dengan menyelidiki benda-benda tertulis dan mencatat hasil temuannya.
Dokumentasi untuk memperoleh data berupa gambar dan video.
17 | P a g e

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

A. Desa Sedau
Desa Sadau adalah salah satu desa dari 119 desa yang ada di
kabupaten Lombok Barat. Desa sedau terletak di Kecamatan Narmada
yang menjadi bagian dari 21 desa yang ada di kecamatan narmada.
Desa sedau memiliki luas wilayah 560.00 Ha yang terbagi menjadi
enam (6) Dusun yaitu: Dusun Eyat Bintang, Sedau Gondang, Sedau
Dese, Dusun Paok Gading, Lebah Suren, Dusun Selen Aik.
Desa Sedau Merupakan suatau wilayah yang terdiri dari
kawasan perkebunan, perbukitan dan persawahan. Pada tahun 2021,
jumlah penduduk Desa Sedau yang tersebar di enam dusun tercatat
sebanyak 1.753 KK dan total penduduk sebanyak 4.935 Jiwa. Dari
jumlah penduduk tersebut sebagian besar beragama Islam dengan
jumlah penganut sebanyak 4.839 jiwa, Sedangkan Agama Hindu
sebanyak 157 jiwa, dan 1 Orang beragama Kristen. Dari total jumlah
penduduk yang ada sekitar 10% sudah menempuh pendidikan sarjana
Strata Satu (S1) dan Sarjana Strata Dua (S2), 20 % sudah menempuh
pendidikan jenjang SMA/Sederajat, 30 % sudah menempuh Jenjang
SMP/Sederajat, dan sisanya 40% tamatSD/Sederajat dan tidak tamat
SD. Adapun pekerjaan dari masyarakat Desa Sedau adalah mayoritas
sebagai petani dan pekebun, kemudian disusul oleh pedagang, tukang,
buruh, tenaga pengajar/Guru, dan ASN.
Dalam Bidang Ekonomi, Desa Sedau merupakan salah satu
penyuplai hasil bumi yang cukup besar di wilayah Kecamatan
Narmada, seperti buah-buahan, umbi-umbian, dan olahan hasil bumi
lainnya. Untuk bidang sosial Desa Sedau memiliki tingkat partisipasi
18 | P a g e

yang tinggi dalam bidang gotong royong dan kegiatan sosial lainnya,
sedangkan dalam Bidang Budaya, Desa Sedau memiliki kesenian
Gendang Belek dan kelompok kesenian yang menampilkan pentas
Cupak Gurantang, dll. Desa sedau memiliki banyak potensi baik di
bidang pertanian, peternakan, dan pariwisata. Dan untuk saat ini
Pemerintah Desa Sedau sedang mengembangkan salah satu destinasi
wisata alam yakni wisata danau gunung jae. Produk unggulan yang
dimilki adalah buah-buahan, produk olahanhasil bumi seperti Keripik,
Gula Aren, dll. Sedangkan dari sektor industry yakni olahan hasil
kayu seperti berugak, gazebo, sawung, sekenem, lemari, meja, kursi,
bangku, dll baik yang dikelola oleh kelompok maupun pribadi.
B. Destinasi wisata Gunung Jae
Lokasi wisata ini berada di Desa Sedau, Kecamatan Narmada,
Kabupaten Lombok Barat, NTB. Kawasan wisata ini berada 25 kilo
meter dari pusat Kota Mataram, Ibu Kota Provinsi NTB. Areal wisata
alam ini dikelilingi perbukitan dan persawahan yang mengitari sungai
layaknya danau Airnya jernih, tenang, dan pemandangannya sangat
eksotik. Kumpulan air berbentuk danau inilah yang kemudian menjadi
objek utama di lokasi wisata alam ini. Sebelum menjadi destinasi
wisata, tempat ini awalnya adalah lokasi tambang bahan galian C
seperti pasir dan tanah uruk. Namun, sadar akan keistimewaan lokasi
ini warga Desa Gunung Jae kemudian mengubah lokasi galian daratan
berlubang menjadi lokasi wisata yang indah. Tak ayal lokasi yang
dulunya adalah tambang pasir seluas 10 hektare tersebut kini menjadi
terkenal dan dikunjungi banyak orang. Jumlah kunjungan wisatawan
paling ramai biasanya pada akhir pekan yakni Sabtu dan Minggu.
Selain berwisata tempat ini juga menjadi lokasi camping ground.
Banyak dari wisatawan yang berkemah karena penasaran dengan
panorama alam Gunung Jae. Apalagi lokasi Gunung Jae berdekatan
dengan kawasan hutan yang masuk dalam bagian kaki Gunung
19 | P a g e

Rinjani. Biasanya, mereka yang berkemah melakukannya pada mulai


Sabtu hingga Minggu.
Destinasi wisata Gunung Jae beroperasi sejak 2019 dan mulai
menggeliat sejak 2020. Meski namanya Gunung Jae, tidak ada gunung
bernama itu. Kecuali orang-orang tertentu yang bisa melihat Gunung
Jae tersebut. “Kalau dari cerita orang tua dulu, sebutan Gunung Jae
berdasarkan kisah zaman dulu bahwa kawasan itu dari kejauhan
tampak gunung dan tanaman jahe. Tetapi setelah didekati ternyata
tidak ada gunung dan tanaman jahenya. Kita sendiri belum pernah
lihat,". Area terbuka di sekitar bendungan seluas empat hektare
berlatar belakang bukit di sana bisa dimanfaatkan untuk aktivitas
mendayung mengarungi danau. Pengunjung juga bisa berkemah di
camping ground sambil memesan paket treking bambu yang melintasi
area persawahan. Di Gunung Jae juga tersedia lapak-lapak yang
menyediakan makanan dan minuman sehingga para pengunjung tidak
perlu repot membawa bekal dari rumah.

4.2 Elemen 4A Pariwisata

1. Attraction
Attraction yang dimiliki objek wisata sedau gunung jae adalah
danau. Danau ini dikelilingi oleh perbukitan dengan suasana yang
tenang dan pemandangan yang indah dan bisa dinikmati oleh para
wisatawan secara langsung. Di dalam kawasan wisata tersebut
memiliki keunikan bangunan kuno dan jembatan sawah yang dimana
bangunan kuno dan jembatan sawah tersebut merupakan daya tarik
tambahan wisata danau gunung jae antara lain, yang unik dari
bangunan dan jembatan sawah tersebut ialah tata letak yang sangat
strategis.
2. Accessibility
Jalan merupakan prasarana untuk memperlancar kegiatan lalu
lintas. Kondisi jalan yang baik akan sangat membantu kelancaran arus
20 | P a g e

lalu lintas angkutan darat. Kondisi jalan raya disekitaran wisata danau
gunung jae tepat nya di desa sedau dalam keadaan baik dan layak
untuk digunakan. Perkerasan jaringan jalannya menggunakan
konstruksi aspal/ hot mix. Keadaan lalu lintasnya, tidak terlalu padat.
Model angkutan yang digunakan oleh para wisatawan menuju wisata
danau Gunung Jae bisa secara langsung masuk ke area objek Wisata.
Sedangkan untuk fasilitas parkirnya sudah disediakan di area obyek
Wisata. Letaknya di sebelah utara dari objek wisata danau Gunung
Jae. Namun kondisi parkirnya sangat memungkinkan untuk menerima
jumlah kendaraan yang besar karena kapasitasnya sangat luas, bisa
menampung beberapa mobil dan puluhan motor. Jarak wisata danau
Gunung Jae dari Kota Mataram adalah 22 Km. Sedangkan untuk
waktu tempuhnya menghabiskan kira-kira 41 menit. Untuk
transportasinya bisa menggunakan bus pariwisata maupun rent car,
kendaraan pribadi, atau online car.
3. Amenities
Amenities merupakan bagian penting bagi industry pariwisata
dan sangat dibutuhkan. keberadaannya. Amenities merupakan
fasilitas pendukung pariwisata seperti perdagangan, penginapan atau
hotel, restaurant, dan yang lainnya. Amenities yang dimiliki objek
wisata danau gunung jae, diuraikan sebagai berikut:
1) Perdagangan
Fasilitas perdagangan yang dimiliki oleh objek wisata danau
Gunung Jae dalam mendukung perkembangan pariwisata sudah
cukup baik. Hal ini terlihat dari adanya beberapa lapak penjualan
disekitar wisata danau Gunung Jae. Tepatnya bersebelahan dengan
area parkir dan camp area. Kondisi lapak penjualan di obyek wisata
danau Gunung Jae sudah sangat baik untuk digunakan. Selain
berpartisipasi sebagai pengelola objek wisata Danau Gunung Jae,
masyarakat juga sebagai pedagang yang berjualan di sekitaran wisata
Danau Gunung Jae Sedau. Partisipasi masyarakat lokal di Industri
21 | P a g e

Pariwisata memberikan dampak yang baik bagi memacu


perkembangan kegiatan ekonomi lokal. Selain itu juga akan membuka
lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan masyarakat dan
pendapatan daerah dengan sendirinya. Untuk itu partisipasi
masyarakat sangat perlu adanya dalam perkembangan pariwisata.
2) Penginapan
Secara umum penginapan\akomodasi sebagai penunjang
wisatawan di obyek wisata danau gunung jae belum ada dikarenakan
belum cukup biaya mengingat obyek wisata danau gunung jae masih
sangat baru, untuk homestay/akomodasi laiinya masih dalam tahap
perencanaan untuk pengembangan pada Tahun- Tahun berikutnya.
4. Ancilary (Kelembagaan menyediakan layanan tambahan)
Keberadaan sebuah destinasi wisata harus ditunjang dengan
keberadaan lembaga yang mengelolanya. Lembaga tersebut akan
menjadi bermanfaat bagi para wisatawan karena mereka akan
dimudahkan dengan berbagai dukungan layanan tambahan seperti
informasi, keamanan dan berbagai layanan laiinya yang disediakan
oleh organisas pemerintah daerah, pengelola destinasi wisata dan
kelompok lainnya.

4.4 Sistem Pengelolaan di Destinasi Gunung Jae

Dengan adanya destinasi wisata diharapkan masyarakat dapat ikut


serta terlibat dan berpatisipasi dalam pengelolaan objek wisata Gunung Jae.
Keterlibatan masyarakat dalam mengelola atau mengembangkan objek wisata
Gunung Jae mengenai pengembangan adalah bentuk dari pariwisata yang
memberikan kesempatan pada masyarakat lokal untuk membantu
mengembangkan dan terlibat dalam suatu pembangunan pariwisata. Adanya
suatu organisasi atau kelompok yang mengatur atau megelola jalannnya roda
kepariwisataan diharapkan mampu menunjang dan memenuhi segala sesuatu
kebutuhan Desa wisata tersebut, Gunung Jae dikelola oleh pokdarwis
dibawah maungan dari Bumdes.
22 | P a g e

Adapun struktur pengelola objek wisata gunung jae dari hasil sebagai
berikut. Analisis Model pengembangan Wisata Gunung Jae pengembangan
wisata harus melibatkan banyak sektor (Multi sector) karena membutuhkan
kerjasama dari berbagai pihak seperti halnya pemerintah pusat maupun
daerah, pihak swasta, pengelola wisata, masyarakat setempat, serta asosiasi-
asosiasi di bidang pariwisata dan sebuah kegiatan pariwisata akan selalu
berkembang sehingga dapat menjadi sumber yang paling utama pendapatan
daerah setempat.
Model/Teknik pengembangan wisata Gunung Jae di Desa Sedau,
Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, karena memiliki suatu
wisata alam yang indah maka model atau teknik konsepnya yaitu pelestarian
alam, penerapan spot-spot foto dan pemetaan, dapat diterapkan didalam
pengembangan destinasi wisata. Dan untuk sistem pengelolaan keuangan ada
kesepakatan antara pokdarwis dan Bumdes yaitu 65% untuk pokdarwis dan
35% untuk Bumdes.

4.5 Bentuk Keterlibatan Masyarakat di Destinasi Gunung Jae

Keterlibatan Masyarakat adalah sebagai komponen yang


terpenting dalam pengembangan destinasi wisata, peran masyarakat
lokal sangatlah penting khususnya pengelolaan destinasi wisata
gunung jae. masyarakat lokal merupakan orang yang paling utama
untuk mengetahui situasi dan keadaan dari daerahnya dibandingkan
masyarakat luar desa baik dalam sebuah perencanaan, pengembangan,
pengelolaan maupun evaluasi kerja.
1. Partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan
Hanya sebatas dukungan ditetapkan sebagai destinasi wisata,
dukungan yang diberikan berupa solidaritas masyarakat menerima
rencana yang sebelumnya pengambilan keputusan dilakukan oleh
pihak elite desa. masyarakat dalam proses perencanaan seperti yang
diungkapkan oleh Kepala Desa sebagai berikut:
23 | P a g e

Jika melihat perencanaan dan master plan dari pemerintah desa


(Sedau) itu luar biasa, tinggal bagaimana cara kita membantu dari
aspek SDMnya, tentu ini akan menjadi tugas dan tanggung jawab
semua pihak itulah kenapa kita menggandeng asosiasi, komunitas
para pelaku dalam konteks pembangunan SDM berkepanjangan dan
berkelanjutan,” tegasnya.
2. Partisipasi masyarakat dalam tahap pengorganisasian
Dalam proses pengorganisasian dibentuk POKDARWIS
(Kelompok sadar wisata). Dimana sudah termuat ke dalam SK
pembentukan pengurus Destinasi Wisata Gunung Jae.
3. Partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan
Dalam pelaksanaan progam destinasi wisata terdapat beberapa
jumlah masyarakat desa yang ikut serta berpartisipasi dalam
mengelola obyek wisata gunung jae tersebut. Sebagaiman di
ungkapkan oleh selaku anggota Pokdarwis Desa Sedau:

“ Bahwasanya yang ikut serta dalam megelola obyek wisata gunung

jae ialah bukan hanya selaku pemerintah desa ataupun sekelomok


pokdarwis melainkan ada beberapa masyarakat juga yang ikut
berpartisipasi dalam membantu mengembangkan obyek wisata
gunung jae tersebut, Walau tidak banyak masyarakat yg ikut serta
berpartisipasi dalam mengelola obyek wisata gunung jae kami selaku
kelompok pokdarwis sangat berterimakasi kepada beberapa pihak-
pihak masyarakat yang sudah memberikan kontribusi dalam
membantu pengembangan obyek wisata gunung jae. “
4. Partisipasi masyaraakat pada tahap pengawasan:
Partisipasi masyarakat dalam pengawasan aktivitas ataupun
kegiatan wisata gunung jae selama ini berjalan sesuai asas
kekeluargaan atau informal dimana apabila terdapat kejanggalan atau
permasalahan mengenai aktivitas atau kegiatan di wisata danau
24 | P a g e

gunung jae, Kepala/Ketua Pordakwis. Seperti yang di ungkapkan oleh


salah satu masyarakat lokal yaitu Amirudin anggota pokdarwis:

“yang melalukan pengawasan secara langsung dalam suatu destinasi

wisata danau gunung jae ialah kelompok POKDARWIS pihak-pihak


pemerintah desa juga ikut serta dalam mengawas segala sesuatu
kegiatan yang dilaksanakan di obyek wisata danau gunung jae
tersebut. Kalau pengawasan tentang segala sesuatu kegiatan wisata
yang dilakukan gunung jae biasanya yang mengawas secara
langsungialah Pokdarwis dan pemerintah desa.
25 | P a g e

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Desa Sedau merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan


Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Indonesia. Desa Sedau memiliki salah satu destinasi wisata
yaitu bendungan sekaligus camping ground (bumi perkemahan) yang
bernama Gunung Jae, yang memiliki banyak sekali atraksi wisata
pelengkap lainnya. Setelah melakukan penelitian untuk mengetahui
pengelolaan destinasi gunung jae memiliki unsur 4 dan penelitian ini
dilakukan dengan metode penelitian kualitatif didapatkan data bahwa
pengelolaan destinasi gunung jae berbasis masyarakat lokal,
Keterlibatan masyarakat dalam mengelola atau mengembangkan
objek wisata Gunung Jae mengenai pengembangan adalah bentuk dari
pariwisata yang memberikan kesempatan pada masyarakat lokal
untuk membantu mengembangkan dan terlibat dalam suatu
pembangunan pariwisata yang melibatkan masyarakat dalam
mengelola destinasi gunung jae dalam berbagai tahap perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang tergabung
dalam berbagai lembaga pengelola seperti Pokdarwis, Bumdes
sehingga keterlibatan masyarakat di gunung jae cukup maksimal

5.2 SARAN
26 | P a g e

Adapun saran yang dapat diberikan untuk destinasi Gunung


Jae ialah agar dapat mencetuskan ide baru untuk menambah atraksi
yang ada di destinasi Gunung Jae kedepannya agar dapat terus
berkembang (sustainable tourism) serta dapat menambah kalender
event tahunan yang dapat menarik para pengunjung.

Selain itu, dilihat dari aksesibilitas yang ada di destinasi


Gunung Jae juga masih kurang mendukung. Adanya pengikisan tanah
di bibir sungai yang mengakibatkan jalan untuk menuju ke destinasi
lambat laun menjadi sempit, untuk itu saran yang dapat diberikan
kepada pengelola destinasi agar dapat memikirkan solusi untuk akses
menuju destinasi tersebut agar para pengujung yang menggunakan
jalan juga merasa aman dan nyaman.

Anda mungkin juga menyukai