Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PELAKSANAAN

PRAKTEK KERJA LAPANG


PENGELOLAAN HUTAN LESTARI

EVA WULANDARI (C1L015024)


L. AMRIAN HARDI (C1L015044)
M. HARDIKNAS J. ATMAJA (C1L015051)
MARLITA ANNISA PUTRI (C1L015053)
MERSI DEBORA SNAHAN (C1L015092)
RAHADIAN YAMIN (C1L015067)
RENAS SANTARI (C1L014069)

PERUM PERHUTANI
DIVISI REGIONAL JAWA TIMUR
KPH BANYUWANGI SELATAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


UNIVERSITAS MATARAM
2018
LAPORAN PELAKSANAAN
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGELOLAAN HUTAN LESTARI

EVA WULANDARI (C1L015024)


L. AMRIAN HARDI (C1L015044)
M. HARDIKNAS J. ATMAJA (C1L015051)
MARLITA ANNISA PUTRI (C1L015053)
MERSI DEBORA SNAHAN (C1L015092)
RAHADIAN YAMIN (C1L015067)
RENAS SANTARI (C1L014069)

PERUM PERHUTANI
DIVISI REGIONAL JAWA TIMUR
KPH BANYUWANGI SELATAN

Laporan pelaksanaan PKL ini telah ditelaah dan dinilai sebagai satu
kesatuan dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapang di Perum
Perhutani Divisi Regional Jawa Timur KPH Banyuwangi Selatan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


UNIVERSITAS MATARAM
2018
i
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PELAKSANAAN
PRAKTEK KERJA LAPANG
PENGELOLAAN HUTAN LESTARI

EVA WULANDARI (C1L015024)


L. AMRIAN HARDI (C1L015044)
M. HARDIKNAS J. ATMAJA (C1L015051)
MARLITA ANNISA PUTRI (C1L015053)
MERSI DEBORA SNAHAN (C1L015092)
RAHADIAN YAMIN (C1L015067)
RENAS SANTARI (C1L014069)

PERUM PERHUTANI
DIVISI REGIONAL JAWA TIMUR
KPH BANYUWANGI SELATAN

Laporan pelaksanaan PKL ini telah ditelaah dan dinilai sebagai satu
kesatuan dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapang di Perum Perhutani
Divisi Regional Jawa Timur KPH Banyuwangi Selatan

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kehutanan Menyetujui,


Universitas Mataram
Pembimbing PKL

Muhamad Husni Idris,SP.,M.Sc.,Ph.D Indriyatno, S.Hut,MP


NIP. 19701231 199512 1 001 NIP. 19760831 200812 1 0014

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Subhaanahu wa Ta’ala yang telah


melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang
Pengelolaan Hutan Lestari.
Penulisan Laporan ini dapat diselesaikan berkat bantuan, bimbingan
dan dukungan baik moril maupun materiil serta saran-saran dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing dan
mengarahkan penulis dari persiapan dan pelaksanaan penelitian
hingga penyusunan laporan.
2. Ketua Perum Perhutani KPH Banyuwangi Selatan beserta staf
yang telah memberikan bantuan guna kelacaran penulis dalam
penyusunan laporan ini.
3. Ketua Program Studi Kehutanan beserta staf yang telah
memberikan bantuan guna kelacaran penulis dalam penyusunan
laporan ini.
4. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Kehutanan Universitas
Mataram serta semua pihak yang telah memberikan bantuan baik
moril maupun materiil yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam mini riset ini masih banyak
kekurangan, akan tetapi penulis berharap semoga karya ini dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi peneliti yang berminat
mengkaji masalah yang sama.

Mataram, 30 September 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
BAB1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penelitian 1
1.3 Manfaat Penelitian 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 3
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM 8
3.1 Waktu dan Tempat 8
3.2 Alat dan Bahan 8
3.3 Metode Pengumpulan Data 8
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 10
4.1 Hasil 10
4.2 Pembahasan 13
BAB 5. KESIMPULAN 14
DAFTAR PUSTAKA

iv
1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktek Kerja Lapangan merupakan pengaplikasian terpadu antara
kemampuan dan keterampilan yang diperoleh mahasiswa dibangku
kuliah. Semua materi yang didapatkan dibangku kuliah dapat secara
langsung diterapkan di lokasi PKL . Dengan adanya pelaksanaan
PKL di berbagai instansi sesuai jurusan akan sangat berguna bagi
mahasiswa untuk menimbah ilmu pengetahuan, menambah
pengalaman serta mendapatkan kesempatan untuk
mengembangkan cara berpikir dan ide-ide kreatif yang berguna baik
bagi civitas akademis maupun bagi mahasiswa sebagai pelaksana.
Ada tiga pokok kemampuan dasar yang harus dimiliki mahasiswa
untuk dapat bersaing diantaranya adalah pengetahuan yang luas,
keterampilan yang khusus sehingga memiliki nilai lebih
dibandingkan yang lainnya, dan sikap atau kemampuan untuk
berinteraksi dengan baik. Ketiga hal tersebut, tidak cukup diperoleh
hanya di bangku perkuliahan melainkan lewat PKL diharapkan
menjadi salah satu sarana untuk memperoleh tambahan
kemampuan dasar tersebut.
Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur merupakan Badan
Usaha Milik Negara dibawah naungan Depertemen Kehutanan dan
Kementrian BUMN yang menyelenggarakan usaha dibidang
pengelolaan dan pemanfaatan hutan yang berlandaskan asas hutan
lestari. Perum Perhutani Jawa Timur terdiri dari 23 Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH), salah satunya adalah KPH Banyuwangi
Selatan. Sehingga KPH Banyuwangi Selatan menjadi salah satu
instansi yang dituju sebagai lokasi PKL bagi sebagian mahasiswa
Kehutanan Universitas Mataram angkatan 2015.
KPH Banyuwangi Selatan sebagai unit kelola sumberdaya hutan
yang terbagi dalam 2 bagian hutan, dimana bagian hutan terluas
adalah BH Genteng dengan luas 26.362,14 Ha dan BH Blambangan
seluas 19.032,03 Ha. Berdasarkan sebaran potensi sumberdaya
hutan, pengusahaan kawasan hutan KPH Banyuwangi Selatan
termasuk kelas perusahaan jati (Jati Plus Perhutani). Berpedoman
pada asas pengelolaan hutan lestari, maka KPH Banyuwangi
Selatan tidak hanya memanfaatkan atau memproduksi hasil hutan
saja namun juga melakukan upaya pemulihan atau peningkatan
fungsi hutan (rehabilitasi hutan). Sehingga inilah yang menjadi
alasan dilaksanakannya PKL di KPH tersebut dengan harapan
dapat memberikan gambaran nyata bagi mahasiswa tentang
pengelolaan hutan lestari yang nantinya dapat diaplikasikan pada
wilayah hutan yang belum menerapkan praktek hutan lestari.

1
1.2 Tujuan
Tujuan dari program Praktek Kerja Lapang (PKL) sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
a. Mendapatkan pengalaman dalam mengimplemantasikan ilmu
dan teori pengelolaan hutan lestari dalam dunia kerja, di bidang,
perencanaan hutan, pemanfaatan hutan, rehabilitasi hutan dan
pemberdayaan masyarakat di dalam kawasan hutan perum
perhutani KPH Banyuwangi Selatan.
b. Mendapatkan pengalaman kerja dalam kegiatan-kegiatan
pengelolaan hutan sehingga mengerti, mampu menganalisa, dan
mengkomunikasikan konsep-konsep dan praktek dalam
pengelolaan hutan lestari.
c. Mendapatkan pengalaman kehidupan bersama dengan
menginterpretasikan nilai-nilai dasar korsa rimbawan.

2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran umum Perum Perhutani KPH
Banyuwangi Selatan
2. Mengetahui Kegiatan Rehabilitasi Hutan
3. Mengetahui kegiatan Pemanfaatan hutan
4. Mengetahui Perlindungan Hutan
5. Mengetahui Pemberdayaan Masyarakat

1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat memiliki pengetahuan dan wawasan tentang dunia
kerja yang sesungguhnya
2. Data hasil kegiatan praktek kerja lapang dapat menjadi masukan
bagi instansi terkait khususnya Perum Perhutani Banyuwangi
Selatan.

2
2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan Hutan


Perencanaan hutan adalah suatu bagian proses pengelolaan hutan
untuk memperoleh landasan kerja dan landasan hukum agar terwujud
ketertiban dan kepastian hukum dalam pemanfaatan hutan sehingga
menunjang diperolehnya manfaat hutan yang optimal, berfungsi
serbaguna dan pendayagunaan secara lestari.( Brunijinzeel, L.A. 2004)
Perencanaan kehutanan meliputi:
1. Inventarisasi hutan,
2. Pengukuhan kawasan hutan,
3. Penatagunaan kawasan hutan,
4. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan, dan
5. Penyusunan rencana kehutanan.
Invetarisasi HutanSesuai dengan intensitasnya, bertujuan untuk
mendapatkan data untuk diolah menjadi informasi untuk penyusunan
rencana pengelolaan hutan jangka panjang, menengah dan rencana
operasional.
INVENTARISASI HUTAN (UU 41/1999 Pasal 13)
 Inventarisasi hutan dilaksanakan untuk mengetahui dan memperoleh
data dan informasi tentang sumber daya, potensi kekayaan alam
hutan, serta lingkungannya secara lengkap.
 Inventarisasi hutan dilakukan dengan survei mengenai status dan
keadaan fisik hutan, flora dan fauna, sumber daya manusia, serta
kondisi sosial masyarakat di dalam dan di sekitar hutan.
 Inventarisasi hutan terdiri dari:
1. inventarisasi hutan tingkat nasional,
2. inventarisasi hutan tingkat wilayah,
3. inventarisasi hutan tingkat daerah aliran sungai, dan
4. inventarisasi hutan tingkat unit pengelolaan.
 Hasil inventarisasi hutan antara lain dipergunakan sebagai dasar
pengukuhan kawasan hutan, penyusunan neraca sumber daya
hutan, penyusunan rencana kehutanan, dan sistem informasi
kehutanan.( Awang 2008)

3
2.1.2 Struktur Organisasi KPH Banyuwangi Selatan

4
2.2 Rehabilitasi Hutan
Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) adalah upaya untuk memulihkan,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga
daya dukung, produktifitas dan peranannya dalam mendukung sisterm
penyangga kehidupan tetap terjaga.( Awang, S.A. 2008)
Persemaian (Nursery) adalah tempat atau areal untuk kegiatan
memproses benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai
yang siap ditanam di lapangan. Persemaian memiliki pengertian yang
juga sama dengan kegiatan Pembibitan. Kegiatan di persemaian
merupakan kegiatan awal di lapangan dari kegiatan penanaman hutan
karena itu sangat penting dan merupakan kunci pertama di dalam upaya
mencapai keberhasilan penanaman hutan. Sebenarnya penanaman
benih ke lapangan dapat dilakukan secara langsung (direct planting) dan
secara tidak langsung yang berarti harus disemaikan terlebih dahulu di
suatu lokasi persemaiaan. Penanaman secara langsung ke lapangan
biasanya dilakukan apabila biji-biji (benih) tersebut berukuran besar dan
jumlah persediaannya melimpah. Dengan pengecualian jika ukuran
benih besar tetapi kalau jumlahnya terbatas, maka benih tersebut lebih
baik disemaikan terlebih dulu. Sementara jenis benih yang lazim
disemaikan yaitu benih yang berukuran kecil, dan tumbuh cukup rapat,
diperlukan perlakuan khusus untuk dapat bertunas untuk berkecambah.
Biasanya dilakukan untuk benih yang viabilitas berkecambah yang
rendah. (Catatan Praktek Kerja Lapangan tahun 2011 di Balai Penelitian
Kehutanan AEKNAULI GIRSIP)
Penanaman adalah kegiatan pembenaman biji pada tanah untuk
memperoleh produktivitas tinggi, atau bagian yang digunakan untuk
memperbanyak atau mengembangkan tanaman (Anonim, 2015).
Penanaman merupakan proses pemindahan benih ke dalam tanah
dengan tujuan agar tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik.
Pertanaman yang baik dapat diperoleh dengan cara sebelum
penanaman harus dilakukan pengolahan tanah yang sempurna,
penentuan jarak tanam yang tepat, penentuan jumlah benih perlobang
tanam dan benih yang akan di tanam adalah benih yang bermutu tinggi.
Teknik penanaman diawali dengan pengolahan tanah, pembibitan,
penanaman, pemupukkan, pengendalian hama, penyakit, dan gulma,
dan diakhiri dengan panen. Faktor-faktor yang mempengaruhi
produktifitas dalam penanaman antara lain lahan pertanian dengan
macam dan tingkat kesuburannya, bibit, varietas, pupuk, obat-obatan,
dan gulma (Hanum, 2008). Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta. Anonim.
2015. Petunjuk Lapangan (PETLAP) Penanaman. Badan Penyuluhan

5
dan Pengembangan SDM Pertanian, Pusat Pelatihan Pertanian.
Jakarta.
Pemeliharaan hutan adalah merupakan rangkaian kegiatan silvikultur
dalam rangka usaha merawat dan menjaga tanaman hutan dari
gangguan yang dapat merusak serta merugikan pertumbuahan pohon
atau tegakan hutan tanaman, maupun memperbaiki kualitas tanaman
hutan.(PK-SMPHT.02-010 pembuatan tanaman jati
plus perhutani )
2.3 Pemanfaatan Hutan
Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan
hutan, memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu
dan hasil hutan non-kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan
kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraanmasyarakat dengan
tetap menjaga kelestariannya, Tujuan utama pemanfaatan hutan ialah
untuk memberdayakan masyarakat atau mensejahterakan masyarakat (
PP no. 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan).
Tujuan dari pemanfaatan hutan berdasarkan Undang-Undang Nomor
41 tahun 1999 tentang Kehutanan dan Peraturan Pemerintah Nomor 6
tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Rencana Pengelolaan Hutan serta
Pemanfaatan Hutan adalah untuk memperoleh manfaat hasil dan jasa
yang bersumber dari sumber daya hutan secara optimal, adil, dan lestari
untuk sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat.
Pemanfaatan hasil hutan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan
dan mengusahakan hasil hutan berupa kayu dengan tidak mengurangi
fungsi pokoknya. Kegiatan ini hanya dapat dilakukan pada hutan
produksi, baik itu hutan alam maupun hutan tanaman.
Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan untuk
memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa bukan kayu
dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi
pokoknya. Kegiatan ini dapat dilakukan di hutan lindung maupun di
hutan produksi.
2.4Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Menurut Tarwaka (2008) pekerjaan di bidang kehutanan memiliki
berbagai kendala seperti lingkungan kerja yang sulit, pekerjaan fisik
yang berat (yang sering melebihi batas kapasitas pekerja hutan), dan
risiko kecelakaan kerja yang tinggi.Pekerjaan di bidang kehutanan
khususnya pemanenan hutan merupakan pekerjaan yang tergolong
berbahaya.
6
ILO (1998) menyatakan bahwa sektor kehutanan terus berlanjut menjadi
salah satu sektor industri yang paling berbahaya di sebagian besar
negara. ILO (1998) juga menyatakan bahwa di seluruh dunia, sering ada
kecenderungan untuk menganggap remeh peningkatan angka
kecelakaan dan terjadinya penyakit akibat kerja serta terjadinya pensiun
dini pada pekerja kehutanan padahal pekerja kehutanan merupakan
salah satu input yang paling penting agar proses produksi dapat terus
berjalan. Fakta-fakta menunjukkan bahwa kondisi keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) yang baik di sektor kehutanan merupakan sesuatu
hal yang mungkin terwujud (ILO 1998).
2.5Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaanmasyarakat adalah upaya untukmeningkatkan
kondisiperekonomian masyarakatyang bermula dari tidak mampu dan
selanjutnyamenjadi mampu serta untuk melepaskan diri dariperangkap
kemiskinan. Lembaga masyarakat merupakan suatulembaga yang
beranggotakan masyarakat sekitarkawasan hutan yang bertujuan
untukmeningkatkan perekonomian serta untukmelestarikan kelestarian
hutan (Awang, 2008).
2.6Perlindungan Hutan
Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumber daya alam hayati yang didominasi dalam kelompok alam
lingkungannya, yang mana antara satu dengan yang lainnya tidak dapat
dipisahkan. Perlindungan hutan merupakan usaha untuk mencegah dan
membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang
disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya
alam, hama dan penyakit serta mempertahankan dan menjaga hak-hak
negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil
hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan
pengelolaan hutan. Perlindungan hutan yang penulis maksudkan di sini
yaitu perlindungan hutan yang berkaitan dengan aktifitas Illegal Logging.
Illegal logging merupakan suatu perbuatan yang melanggar hukum yang
dilakukan oleh orang/sekelompok orang atau badan hukum dalam
bidang kehutanan dan perdagangan hasil hutan berupa; menebang atau
memungut hasil hutan kayu (HHK) dari kawasan hutan tanpa izin,
menerima atau membeli HHK yang diduga dipungut secara tidak sah,
serta mengangkut atau memiliki HHK yang tidak dilengkapi Surat
Keterangan Sahnya Hasil Hutan(Mappatoba, 2009).

7
3 PROSEDUR KERJA

3.1 Waktu dan Tempat


Praktik kerja Lapangan (PKL) Dilaksanakan selama 35 Hari, di mulai
pada Tanggal 30 Agustus s/d 05 September 2018 bertempat di Perum
Perhutani Divisi Regional Jawa Timur, Kesatuan Pemangku Hutan
(KPH) Banyuwangi Selatan, Provinsi Jawa Timur.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan
ini adalah sebagai berikut:
1. Leptop 5. Camera
2. ATK 6. Recording
3. Modul
4. Jurnal
3.3 Prosedur Krja
3.3.1 Rehabilitasi hutan
1. Persemaian
a. Pemberian materi mengenai persemain tanaman
b. Dilakukan diskusi tanya jawab mengenai materi dan teknis lapangan
c. Dilakukan observasi dan persiapan lapangan
d. Dilakukan pemotongan pucuk JPP pada kebun pangkas
e. Dilakukan induksi akar atau perangsang akar menggunakan larutan
IBA selama 5-10 menit
f. Dilakukan penanaman pucuk JPP pada bedeng yang telah disiapkan
g. Dilakukan pemindahan bibit JPP ke bedeng aklimatisasi
h. Dilakukan pemindahan bibit JPP dari bedeng aklimatisasi ke shading
area
i. Dilakukan pemindahan bibit JPP dari shading area ke open area
j. Mencatat dan mendokumentasikan hasil kegiatan dilapangan
2. Penanaman
a. Penerimaan materi mengenai penanaman
b. Dilakukan diskusi Tanya jawab mengenai materi dan teknis lapangan
c. Dilakukan observasi dan persiapan lapangan
d. Dilakukan pembuatan pola tanaman
e. Dilakukan pemasangan ajir
f. Dilakukan pembuatan lubang tanam
g. Dilakukan pemberian pupuk pada lubang tanam
h Mencatat dan mendokumentasikan hasil kegiatan dilapangan
3. Pemeliharaan
a. Penerimaan materi mengenai pemeliharaan tanaman
b. Dilakukan diskusi Tanya jawab mengenai materi pemeliharaan dan
teknis lapangan
c. Dilakukan observasi dan persiapan lapangan

8
d. Dilakukan pemeliharaan dengan pembuatan PCP (Petak Coba
Penjarangan)
e. Dilakukan pruning tanaman dan pemupukan tanaman
f. Mencatat dan mendokumentasikan hasil kegiatan dilapangan
3.3.3 Pemanfaatan Hutan
1. Pemanfaatan hasil hutan kayu
a. Penerimaan materi mengenai penebangan, pengangkutan dan TPK
b. Dilakukan diskusi Tanya jawab mengenai materi penebangan,
pengangkutan dan TPK
c. Dilakukan observasi lapangan
d. Persiapan lapangan
e. Dilakukan penebangan pohon
f. Dilakukan pembagian batang (bucking)
g. Dilakukan pengangkutan ke TPK
h. Dilakukan kegiatan bongkar muat di TPK
i. Dilakukan penetapan mutu kayu
j. Dilakukan pengaplingan kayu
k. Dilakukan penjualan kayu
l. Mencatat dan mendokumentasikan hasil kegiatan dilapangan
2. Pemanfaatan hasil hutan non kayu
a. Penerimaan materi mengenai penyadapan getah
b. Dilakukan diskusi tanya jawab mengenai materi dan teknis lapangan
c. Dilakukan observasi dan persiapan lapangan
d. Dilakukan pembersihan tanaman bawah pohon pinus
e. Dilakukan pembersihan batang dan pembuatan koakan getah
f. Dilakukan pengumpulan getah di TPG
h.Mencatat dan mendokumentasikan hasil kegiatan dilapangan
3.3.4 Pemberdayaan masyarakat
a. Penerimaan materi mengenai kemitraan antara KPH dengan
kelompok LMDH
b. Diskusi dan tanya jawab mengenai materi terkait
c. mencatat dan mendokumentasikan hasil
3.3.5 Perlindungan hutan
a. Penerimaan materi mengenai keamanan hutan
b. Dilakukan diskusi dan Tanya jawab mengenai materi keamanan hutan
c. Dilakukan patroli hutan
d. Dilakukan pembuatan laporan keadaan hutan
e. Mencatat dan mendokumentasikan hasil kegiatan dilapangan

9
4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 PERSEMAIAN
4.1.1 Perencanaan Persemaian
Perencanaan persemaian harus dibuat secara matang karena
indukan dari Kebun Pangkas berupa klon – klon yang bernilai tinggi dan
merupakan aset Perhutani yang sangat penting. Penentuan lokasi
persemaian harus mempertimbangkan beberapa hal yaitu ; Lokasi
persemaian harus dekat dengan sumber air agar bisa mencukupi
kebutuhan air untuk penyiraman KP dan persemaian stek pucuk JPP;
Topografi relatif datar dengan ketinggian 0 – 600 mdpl dan kondisi tanah
yang tidak berbatu; Lokasi persemaian harus terletak di pinggir jalan
raya yang aksesibilitasnya tinggi dan mudah dijangkau; Tenaga kerja
tersedia di sekitar persemaian dengan keterampilan yang baik dalam
pengelolaan KP maupun pembuatan bibit stek pucuk JPP; Lokasi
persemaian bebas banjir, bebas angin kencang, dan mendapat
penyinaran matahari penuh.
Pembuatan KP dan persemaian atek pucuk JPP harus dibuat
dalam satu lokasi yang tidak dapat dipisahkan. Luas KP dan luas
persemaian harus disesuaikan sehingga kegiatan produksi dapat
berjalan secara efisien, baik itu efisiensi lahan, waktu, dan tenaga kerja.
Pembangunan KP dan persemaian menggunakan perbandingan 1 : 2,5.
Luas persemaian di petak 90b, RPH Pecinan, BKPH Genteng, KPH
Banyuwangi Selatan ini seluas 2,4 ha otomatis luas KP sekitar 0,96 ha.
Selian pembuatan KP ada beberapa hal yang harus diperhatikan
diantarnya yaitu ; pembuatan barak kerja; pembuatan instalasi air,
pembuatan tempat produksi stek pucuk, pembuatan bedeng (induksi
akar, aklimatisasi, shading area, open area) dengan ukuran 5 x 1 m
dengan tinggi frame 10 – 15 cm jarak antara bedeng 0,6 m sisi panjang
dan 0,3 m sisi lebar bedeng induksi akar dan aklimatisasi dibuatkan
sangkup plastik setinggi 40 – 50 cm sedangkan pada shading area tidak
dibuatkan sangkup. Dari bedeng induksi akar, aklimatisasi, dan shading
area dibuatkan paranet untuk naungan setinggi 3 – 4 m untuk menjaga
intensitas cahaya yang masuk sekitar 25 – 30 %. Sedangkan untuk
bedeng open area di buat di luar paranet tanpa sangkup. Semua
bedeng dibuatkan identitas nomor bedeng, jumlah, dan tanggal
penerimaan, pembuatan jalan pemeriksaan, dan pembuatan saluran air.
Pemanenan pucuk di KP dilakukan setelah indukan berumur 6
– 12 bulan. Pemanenan dilakukan satu kali dalam satu bulan dengan
produksi pucuk lebih dari 5 pucuk per satu kali panen. Pemanen pucuk
pada pohon induk dilakukan sampai 9 kali panen dan tidak dipanen
selama 3 bulan untuk masa istirahat. Indukan yang berumur 1 – 2 tahun
setiap panen dihasilkan lebih dari 10 pucuk sedangkan, untuk indukan
yang berumur lebih dari 2 tahun setiap panennya menghasilkan lebih
10
dari 15 pucuk. Indukan yang ditanam di KP dipanen sampai umur 10
tahun kemudian bisa di permuda kembali. Pucuk yang dipanen
kemudian ditanam mulai dari induksi akar sampai dengan open area
untuk dijadikan bibit siap tanam persentase matinya yaitu 25%,
sedangkan persentase kematian dalam proses pengankutan yaitu 15%.
4.1.2 Persiapan Persemaian
Setelah perancangan perencanaan persemaian di buat
kemudian dilanjutkan ke tahap persiapan persemaian. Tahap persiapan
persemaian ini meliputi beberapa hal yaitu ;
 Pembuatan dan pemasangan pal batas. Pal batas dibuat dari bambu
dengan panjang 2,5 m dan diameter 5 cm. Ujung bambu dicat
dengan warna merah sepanjang 15 cm. Pal batas dipasang di setiap
sudut kebun pangkas.
 Pembersihan lapangan dan pengolahan tanah. Pembersihan
lapangan di lakukan dengan membersihkan semak, rumput, sisa
tunggak. Pengolahan tanah dilakukan dengan penggemburan tanah
sedalam 20 – 40 cm.
 Pembuatan jalan pemeriksaan dan angkutan disesuaikan dengan
kondisi lapangan.
 Pembuatan saluran air untuk membantu pengairan pada musim
kemarau dan menghindari genangan air pada musim hujan.
 Pembuatan tandon air berupa bak bak dari beton atau dari plastik
yang diguanakn sebagai sumber air.
 Pembuatan dan pemasangan papan pengenal KP yang berisi nama
atau lokasi KP, luas KP, jenis tanaman, jarak tanam, tahun tanam,
tanggal dan nomor SPK.
 Pembuatan acir dengan panjang 50 cm dengan cat putih di ujung,
pemasangan ajir dengan jarak 1 x 1 m.
 Pembuatan lubang tanam dengan ukuran bagian atas 40 cm x 40 cm
x 40 cm sedangkan penampang bagian bawah dasar lubang 30 cm x
30 cm. Tanah bagian atas setebal 20 cm (topsoil) diletakkan
disebelah kiri lubang sedangkan, tanah bagian bawah (subsoil)
diletakkan disebelah kanan lubang.
 Pupuk kandang disiapkan sebanyak 5 kg untuk masing – masing
lubang tanaman dan diaduk bersama dengan topsoil. Setelah itu,
pupuk kandang dimasukkan ke dalam lubang satu bulan sebelum
penanaman.
 Penanaman indukan KP dilakukan dengan melepaskan polybag dan
polybag diletakkan di atas acir setelah itu ditanam dengan posisi
tegak lurus tidak terlalu dalam dan tidak terlalu dangkal kemudian
ditimbuan dengan taanah subsoil. Setelah ditanam dibuatkan
gundukan setinggi 10 cm dengan diameter 50 cm.

11
 Pemeliharaan KP dilakukan dengan pendangiran sedalam 20 cm
dengan sepanjang 0,5 m antar tanaman. Pemupukan anorganik
diberikan setelah umur 1 bulan dengan dosis 25 gr/lubang di
masukkan kedalam lubang yang dibuat sedalam 5 – 10 cm dengan
jarak 15 – 20 cm sebelah kiri dan kanan searah guludan.
Pembersihan gulma dilakukan dengan pembersihan tumbuhan
penganggu sesuai dengan kondisi lapangan kemudian diletakkan di
di atas larikan tanaman.
4.1.3 Pelaksanaan Persemaian
Sebelum melakukan pemanenan stek pucuk terlebih dahulu
dilakukan persiapan media tumbuh stek pucuk. Media yang digunakan
yaitu kompos, pasir, dan tanah dengan perbandingan 3 : 2 : 1. Semdia
sebelum dicampur terlebih dahulu di ayak. Setelah media dicampur
kemudian diisikan ke polybag yang sudah disiapkan dan polybag di tata
di bedeng induksi akar. Setelah ditata kemudian polybag yang berisi
media di siram sampai jenuh untuk menghindari luka pada saat
penanaman stek pucuk.
Ketika bedeng induksi akar sudah terisi penuh oleh polybag
yang berisi media kemudian para pekerja siap untuk memanen pucuk
JPP di KP. Pemanenan stek pucuk dilakukan dengan memilih – milih
pucuk yang bagus. Kriteria pemilihan pucuk yang siap dipanen adalah
sebagai berikut ;
a. Merupakan tunas yang tumbuh lurus ke atas (tunas ortotrop)
b. Panjang batang pucuk yang dipanen minimal 2 cm
c. Memiliki 3 – 4 pasang daun
d. Batang silindris
e. Daun paling muda masih berwarna coklat.
Pemanenan stek pucuk dilakukan pada pagi hari dan sore hari,
tujuannya untuk menghindari kelyuan pucuk karena penguapan. Alat
pangkas yang digunakan yaitu cutter tajam. Pucuk yang sudah dipanen
dimasukkan ke dalam bak ember. Kebun pangkas dibagi menjadi 4 blog
untuk memudahkan dalam proses pemanenan. 1 blog dipanen selama 1
minggu kemudian berpindah lagi ke blog selanjutnya. Sehingga dalam 1
kali panen KP dengan periode 1 bulan.
Setelah bak ember terisi penuh oleh stek pucuk kemudian di
bawa ke tempat produksi stek pucuk. Di tempat produksi stek pucuk
dilakukan pemotongan daun 1/3 bagian tujuannya untuk menghindari
penguapan yang berlebihan dan untuk menghindari persaingan
mendapatkan cahaya dalam bedeng induksi akar. Selanjutnya
pemotongan bagian pangkal batang secara merata dengan jarak
serendah – rendahnya dari dudukan daun. Setelah itu, stek pucuk
direndam dalam larutan hormon perangsang akar (IBA) selama 5 – 10
menit.

12
Setelah stek pucuk selesai direndam dalam hormon
perangsang kemudian siap untuk ditanam di bedeng induksi akar yang
berisi polybag dengan media yang sudah jenuh air. Penanaman
dilakukan dengan menancapkan stek pucuk ke tengah – tengah polybag
secara tegak lurus sedalam 2 cm. Setelah itu disiram menggunakan
sprayer kemudian ditutup dengan sungkup. Penyiraman dilakukan
selama 2 kali sehari tergantung kondisi. Kelembaban di bedeng induksi
akar ini harus dijaga 79 – 83 %. Pemeliharaan di bedeng induksi akar
dilakukan dengan membersihkan gulma dan menyeleksi bibit – bibit
yang mati. Bibit JPP di bedeng induksi akar setelah akarnya mulai
tumbuh kemudian dipindahkan ke bedeng aklimatisasi.
Bibit – bibit yang siap dipindahkan dari bedeng induksi akar ke
bedeng aklimatisasi, pemindahannya dilakukan dngan membuka
sungkup setelah slesai sungkup ditutup. Pemeliharaan bibit di bedeng
induksi akar dilakukan dengan cara disiram 2 kali sehari tergantung
kondisi, penyeleksian bibit, dan pembukaan sungkup secara bertahap
dengan digulung satu kali gulungan perhari sampai 15 hari tujuannya
untuk menyesuaikan bibit dengan kondisi lingkungan luar. Setelah itu
bibit dipindahkan ke bedeng shading area.
Setelah bibit berumur 15 hari di bedeng aklimatisasi kemudian
dipindahkan ke bedeng shading area. Pemeliharaan bibit di shading
area dilakukan dengan penyiraman 2 kali sehari tergantung kondisi. Bibit
– bibit yang mati langsung dipindahkan. Bibit di bedeng shading area
dipelihara selama 15 hari. Kmudian dipindahkan ke open area, sebelum
dipindahkan terlebih dahulu di kurangi daunnya dengan cara di potong
1/3 bagian daun.
Bibit di bedeng open area dipelihara dengan cara penyeleksian
bibit, bibit yang layu dipindahkan ke bedeng shading area, bibit yang
mati segera dipindahkan, bibit disiram 2 kali sehari tergantung kondisi,
pemberian pupuk, penegakan batang yang condong, penggantian posos
bibit untuk mencegah akar yang tumbuh terlalu dalam ke tanah,
pengguntingan akar yang menembus polybag. Setelah kurang lebih 2
bulan bibit siap dipindahkan atau diangkut ke lokasi penanaman dengan
ciri – ciri bibit berkayu dengan panjang 20 – 30 cm, tegak lurus, kokoh,
dan tidak terserang hama dan penyakit.

13
4.1.4 Hasil kegiatan persemaian
Kegiatan persemaian ini menghasilkan bibit yang siap di
dataman. Bibit sebelum diangkut bibit telebih dahulu dikemas
menggunakan kotak dari kayu dengan ukuran 60 x 40 x 50 cm. Bagian
dasar peti setinggi 15 cm harus rapat bagian atas boleh jarang. Satu
kotak bibit dapat menampung 70 plances. Dalam satu truk dapat
menampung 72 kotak. Bibit sebelum diangkut harus disiram terlebih
dahulu sampai jenuh. Kotak kotak disusun rapi dan di ditutupi paranet
bagian blakang truk harus terbuka. Setelah sampai di lokasi
penanaman, bibit harus segera ditanam.

14
4.2 PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN
4.2.1 PENANAMAN
Kegiatan penanaman meliputi pemilihan jenis pohon dan
penyesuaian karakteristik pohon, langkah-langkah penanaman, dan
pemeliharaan.
A. Pemilihan jenis pohon dan penyesuaian karakteristik pohon
 Persyaratan tumbuh
Jpp tumbuh baik pada lahan yang memiliki ketinggian
dengan rata-rata 600 mdpl, dengan karakteristik tanah berdrainase
baik (tidak becek da tergenang dengan air), ketebalan tanah minimal
50 cm.
 Lokasi penanaman pada BKPH Blambangan dan BKPH Karetan
 Pola tanam
Menggunankan pola tanam 3x3 m, dengan komposisi
tanaman pengisi 20% setiap larikan kelima, arah larikan disesuaikan
kontur, sedangkan untuk lahan yang datar arah larikan timur-barat.
Tanaman pagar, tepi dan mengikuti pola yang sudah dibuat.
Padu jalur tanaman pokok selebar 1m bebas dari tanaman,
apabila jarak tanam akan dibuat tidak 3x3 m, maka diperlukan tindak
lanjut.
 Penggunaan bibit unggul
Bibit unggul yang dipergunakan berasal dari kebun pangkas
stek pucuk jati yang diperoleh dari hasil seleksi klon unggul
tumbuhan jati, kemudian disebut dengan jati plus perhutani (jpp).
B. Tahapan penanaman
 Persiapan penanaman
 Pengukuran batas lokasi meliputi pembuatan patok-patok batas,
detail bonitoring, blok dan jalan pemeriksaan.
 Pembersihan lahan, Lahan dibersihkan dari semak belukar, gulma
dan lain-lain. Daun, cabang dan ranting, dikumpulkan pada suatu
tempat (dibatas lahan atau diantara jalur tanam). Pembersihan
lahan diupayakan dengan cara tanpa bakar. Sisa tumbuhan
tersebut dibiarkan membusuk dan lapuk yang sekaligus dapat
menambah tingkat kesuburan tanah.
 Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dapat dilakukan secara manual atau
secara mekanis (bajak, garu, traktor, dll). Untuk penanaman pohon
pada areal yang tidak terlalu luas, pengolahan tanah cukup
dilakukan di disekitar lobang tanaman secara manual dengan
menggunakan cangkul. Sedangkan untuk penanaman pada areal
yang luas, pengolahan tanah dapat dilakukan secara manual atau
mekanis. Dan pembuatan selokan sebagai akses pengairan
tanaman.

15
 Pembuatan dan pemasangan acir, acir adalah tanda letak bibit di
tanam di lapangan, acir dibuat dari bahan kayu atau bambu, ukuran
dan warna acir dibuat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pemasangan acir biasaya di lakukan pada satu bulan sebelum
dilaksanakan penanaman.
 Pembuatan lobang tanam dan pemberian pupuk dasar
Pembuatan lobang tanaman dilakukan1minggu sebelum
penanaman. Besar lobang tanaman disesuaikan dengan
besar/kecilnya bibit yang akan ditanam,yaitu berukuran 30 x 30 x 30
cm, 40 x 40 x 40 cm, atau 50 x 50 x 50 cm. Untuk bibit stek, lobang
tanaman tidak perlu terlalu besar dan dalam. Lobang tanaman
dibuat sesuai dengan dimana ajir yang telah ditancapkan
sebelumnya. Teknik dalam pembuatan lobang tanaman antara lain
sebagai berikut :

Dengan ketentuan :
 Tanaman pokok ditanam dengan ukuran lubang 40x40x40
cm.
 Selain tanaman pokok ditanam dengan ukuran 20x20x20
cm.
16
 Pelaksanaan penanaman
 Penanaman biasanya dilakukan ketika musim penghujan pada
bulan oktober sampai bulan maret.
 Setelah selesai ditanam, dilakukan pendangiran, sehingga tidak
tergenang bila terjadi hujan.

17
4.2.2 Pemeliharaan tanaman
Kegiatan pemeliharaan tanaman jati plus perhutani meliputi
kegiatan babat jalur, pendangiran, pemupukan, penyulaman,
pemangkasan, penjarangan, perlindungan.
A. Penyiangan dan pendangiran
Penyiangan atau pemberantasan tumbuhan bawah
pengganggu dilakukan untuk mengurangi/memperkecil persaingan akar
dengan tanaman pokok. Dengan cara pembersihan selebar 1-1,5 m.
Sedangkan pendangiran dimaksudkan untuk menggemburkan
tanah di sekeliling tanaman. Kedua kegiatan ini dapat dilakukan dengan
cara melakukan pendangiran sedalam 10-20 cm dengan
menggemburkan tanah sekitar tanaman membentuk piringan
berdiameter 1 m dan tanah dibuat gundukan setinggi minimal 10 cm.
untuk mengurangi pengenangan pada musim hujan dan mengurangi
penguapan pada musim kemarau. Dan dilakukan 2 kali dalam setahun
dalam 5 tahun yakni pada bulan februari-maret dan oktober-november.
B. Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati,
tidak sehat, atau tumbuh merana. Penyulaman pertama dilakukan dalam
tenggang waktu 15 – 30 hari setelah penanaman dan dilakukan sewaktu
curah hujan masih banyak. Penyulaman berikutnya dilakukan setelah 1
– 2 tahun pada musim penghujan.
Bibit untuk penyulaman disiapkan bersamaan pada saat
penanaman dengan melebihkan sebanyak + 20 % dari kebutuhan
jumlah bibit untuk penanaman awal. Sebagai contoh untuk penanaman
dengan jarak tanam 3 x 4 m, dibutuhkan bibit sebanyak 1.000 batang
(830 btg untuk penanaman awal dan 170 btg persiapan bibit sulaman).
Sedangkan bibit pada penyulaman setelah 1 – 2 tahun dapat dilakukan
dengan bibit stek (stek batang).
C. Pemupukan
Pemupukan dimasudkan untuk memacu pertumbuhan
tanaman. Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk anorganik
(kompos, pupuk kandang, dll) atau pupuk organic (NPK atau pupuk
sejenis lainya). Penggunaan pupuk organik atau pupuk buatan
biasanya dilakukan setahun 2 x yaitu diawal atau diakhir musim
penghujan dengan dosis sesuai anjuran. Pupuk buatan ditabur atau
ditanam, dibawah tajuk kemudian ditutup dengan tanah.
Pemupukan pertama dilakukan setelaha penanaman selesai
yaitu menggunakan urea 50 g/tanaman satu bulan setelah tanam untuk
mempercepat pertumbuhan awal. Sebelum dilakukan pemupukan
dilakukan danger piringan. Danger piringan dimaksud untuk
memperbaiki drainase dan aerasi tanah. Pemeberian pupuk berjarak 20-
25 cm dari tanaman pokok dengan dua lubang sedalam 10 cm di

18
sebelah timur dan barat, dan dilakukan pada saat curah hujan relative
masih banyak.
Pemupukan kedua sampai dengan tahun kelima dilakukan 2
kali dalam satu tahun yaitu pada bulan februari-maret dan
November-desember, dengan urea dosis 100 gr atau NPK (15:15:15)
150 gr sekali pemupukan, dan sebelum pemupukan dilakukan
pendangiran berdiameter 1 meter. Pemberian pupuk berjarak 20-25 cm
dari tanaman pokok dengan cara membuat dua lubang sedalam 10 cm
di sebelah timur dan barat, serta dilakukan saat hujan masih banyak.
Setelah dipupuk ditutup kembali menggunakan bekas tanah yang telah
dipakai.
D. Pemangkasan
Pemangkasan cabang dan ranting pohon dilakukan dengan 2
tahapan:
1. pewiwilan
tunas yang ada pada waktu tanaman masih muda dari mulai
tanam sampai berumur 3 tahun perlu dilakukan pemangkasan yang
di sebut dengan pewiwilan,
2. Prunning cabang
Prunning dilakukan dengan menghilangkan cabang yang
tumbuh pada batang 1/3 dari tinggi total dan 2/3 ditinggalkan,
dengan cara di potong dengan alat khusus. Prunning dilaksanakan
satu tahun sekali pada tahun ke 4 dan 5 dari umur tanaman.
E. Penjarangan
Penjarangan dilakukan dengan tujuan untuk memberikan ruang
tumbuh yang cukup bagi tanaman. Penjarangan juga dilakukan terhadap
pohon yang tertekan, terserang hama dan penyakit, batang bengkok,
banyak bercabang, dan lain-lain.
Waktu pelaksanaan penjarangan untuk masing-masing jenis
tanaman berbeda, tergantung dari kecepatan tumbuhnya. Apabila tajuk
tanaman sudah mulai bersinggungan, tanaman perlu segera dijarangi.
Penjarangan dilakukan dengan cara membuang tanaman yang kecil,
tanaman yang pertumbuhannya lambat, atau apabila ditanam dengan
sistem jalur dilakukan dengan teknik berselang seling (untu walang)
antar jalur.
Pada sistem penanaman dengan jarak tanam yang rapat,
penjarangan dilakukan secara bertahap. Penjarangan pertama
dilakukan dengan mengurangi jumlah tanaman 20 – 50 % dari yang
ditanam. Penjarangan kedua dan ketiga dilakukan sesuai dengan
kondisi pertumbuhan tanaman di lapangan, sampai diperoleh jumlah
pohon yang akan dipertahankan sampai masa panen (100 – 400
btg/ha). Untuk penanaman pohon dengan pola agroforestry dimana
jarak tanam pohon sejak awal penanaman dibuat lebih lebar,

19
penjarangan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan lebih ditujukan
pada pohon dengan pertumbuhan yang kurang baik dan tertekan.
F. Perlindungan
 Pengendalian hama penyakit
Pengendalian hama penyakit dapat dilakukan dengan cara
biologis, kimiawi, atau mekanis. Pengendalian secara biologis dilakukan
antara lain dengan menggunakan serangga pemakan/ predator atau
dengan pola tanaman campuran. Pemberantasan hama dan penyakit
dsecara kimiawi antara lain dengan menggunakan insektisida maupun
fungisida sesuai dosis yang dianjurkan. Sedangkan secara mekanis
yaitu dengan memotong tanaman yang terkena serangan lalu potongan
tersebut dibakar.
 Pengendalian bahaya kebakaran
Kebakaran dapat menjadi ancaman serius dalam kegiatan
penanaman. Pencegahan dilakukan dengan membuat sekat bakar, jalan
dilokasi penanaman, penyediaan bak/ penampung air. Pada lokasi
penanaman yang luas perlu dibuat menara pengawas api dan patrol/
perondaan. Deteksi api sedini mungkin sebelum sempat membesar dan
sukar dipadamkan.

20
4.3 TUHH DAN PRODUKSI
4.3.1 Hasil Kegiatan
Pemanenan kayu merupakan kegiatan pemanfaatan pada
kawasan hutan produksi, dengan tujuan untuk menghasilkan kayu guna
pemenuhan kebutuhan bahan baku industry dalam negeri dan untuk
pemenuhan terhadap permintaan pasar. Pemanenan kayu pada
kawasan produksi merupakan implementasi dari tanggungjawab
pelaksana lapangan dalam melaksanakan pengelolaan hutan produksi
secara berkelanjutan dan menerapkan prinsip-prinsip penebangan yang
lestari.
Pemanenan atau kegiatan produksi yang dilakukan di KPH
(Kesatuan Pemangkuh Hutan) Banyuwangi Selatan BPKH (Bagian
pengelolaan kawasan hutan) Pesanggaran yaitu pemanenan kayu Jati
(Tectona grandis) yang merupakan kelas perusahaan adalah jenis jati
(Tectona grandis). Kegiatan pemanenan meliputi rencana tebangan,
penebangan, penandaan tunggak dan pembagian batang, penyaradan,
pengangkutan, monitoring dan evaluasi. Sebelum kegiatan pemanenan
hasil hutan kayu dilakukan, dua tahun sebelum penebangan dilakukan
penyusunan rencana untuk tebang habis atau disebut RTT. Tujuan dari
penyusunan RTT yaitu untuk mengetahui jumlah kayu yang akan
ditebang dan mengetahui kualitas kayu.
4.3.2 Penentuan Areal Tebangan
Berdasarkan RTT yang berlaku pada bulan Januari dua tahun
sebelum pelaksanaan tebangan (T-2) Administratur /KKPH menerbitkan
Surat Perintah klem yang dilampiri peta dari petak yang akan diklem
dengan skala 1:10.000. Berdasarkan Surat Perintah klem ASPER/
KBKPH bersama-sama dengan KRPH dan Mandor yang bersangkutan
menentukan batas rencana teresan di lapangan. Dalam areal rencana
tebangan tersebut ditentukan pula batas-batas areal larangan
penebangan pohon.
Pemeriksaan lokasi dan batas tebangan maupun lokasi dan
batas areal larangan penebangan pohon oleh SPH/Biro Perencanaan
harus selesai bulan Maret tahun berjalan sehingga pihak KPH dapat
segera melaksanakan Klem. Hasil pemeriksaan oleh SPH/Biro
Perencanaan (bersama-sama dengan KPH) agar dibuatkan Berita Acara
Hasil Pemeriksaannya. Luas Blok antara 1 - 4 Ha dengan
mempertimbangkan potensi produksi per Ha. Selanjutnya dilakukan
rintisan batas blok dengan diberi tanda berupa patok batas atau tanda
batas blok di pohon berupa lingkaran hitam mengelilingi pohon,
Kegiatan pembagian blok tersebut dilakukan di luar area larangan
penebangan pohon. Pembagian blok harus sudah selesai bulan
Februari T-2.

21
4.3.3 Klem
Klem adalah kegiatan inventarisasi dan penomoran pohon yang
akan ditebang untuk mengetahui jumlah pohon dan taksiran volume
yang akan dihasilkan dan dilaksanakan 2 tahun sebelum penebangan.
Setiap pohon di dalam blok (di luar areal larangan penebangan pohon)
yang kelilingnya 20 cm keatas diukur kelilingnya (di klem) dan diberi
nomor. Penomoran pohon diurutkan untuk setiap blok dimulai dari arah
Barat Laut berputar searah jarum jam dan dilanjutkan ke blok berikutnya
(urutan nomor pohon berlaku untuk satu petak/anak petak). Pada setiap
pohon yang telah diukur kelilingnya diberi tanda pada pohon. Setelah
pekerjaan klem selesai, dibuat Berita Acara Penyelesaian Klem. Berita
Acara Penyelesaian Klem dikirim ke kantor KPH, Daftar klem yang
dikirim ke kantor KPH, segera dimasukkan ke dalam buku taksasi (DK.
316) dan dibubuhi paraf dan cap KPH oleh Kasi PSDH dan dibuat
rekapitulasinya kemudian disampaikan kepada Kepala Dinas Kehutanan
Provinsi untuk mendapatkan pengesahan. Kegiatan klem termasuk
administrasi dan pemeriksaannya oleh KPH harus sudah selesai bulan
Mei T-2, selanjutnya dilakukan pemeriksaan/penilaian oleh SPH dan
dibuatkan Berita Acara. Atas dasar hasil pemeriksaan tersebut, Kepala
Biro Perencanaan atas nama Kepala Unit mengesahkan/menyetujui
RTT tebangannya.
4.3.4 Persiapan Penebangan
Berdasarkan RTT yang telah disahkan, Administratur /KKPH
pada bulan September sebelum tahun berjalan (T-1) mengeluarkan
Surat Perintah Persiapan Tebang Habis dengan dilampiri gambar peta
dari petak/anak petak/blok kepada ASPER/KBKPH. Sebelum dilakukan
penebangan hal yang harus disiapkan yaitu membentuk tim PPIC,
pembuatan logging plan, persiapan tenaga kerja, Peralatan, Sarana
Prasarana Kerja dan Regu Kerja Tebangan.
Dalam rangka untuk kepentingan monitoring, evaluasi,
pengawasan dan pengendalian serta penilaian yang obyektif maka
paling lambat bulan Desember T-1 atau sebelum pelaksanaan tebangan
untuk setiap petak/anak petak tebangan perlu dibuat suatu
Patokan/Standar produksinya bersifat kuantitatif dan kualitatif dengan
melakukan Cutting Test. Cutting test pada tebangan A2 dan B produktif
sebagai kontrol kinerja tebangan.
4.3.5 Pelaksanaan Tebangan
A. Surat Perintah Tebang Habis
Administratur/KKPH mengeluarkan Surat Perintah Tebang
Habis kepada Asper, dengan tembusan disampaikan kepada Mandor
Tebang yang bersangkutan, Asper/KBKPH, Wakil Admisnitratur/KSKPH
, dan arsip Kantor KPH. Surat Perintah tersebut sebagai dasar
pelaksanaan tebangan.

22
B. Pemeriksaan Batas Blok dan Pembentukan Regu Tebang
Pemeriksaan batas-batas blok dilakukan untuk memastikan
batas blok tebangan sehingga tidak terjadi penebangan pada kawasan
ada 1 regu tebang dengan masing-masing regu terdiri dari 3 orang.
C. Penebangan
Setiap blok harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum pindah
ke blok selanjutnya dengan dibuat Acara Perpindahan Blok yang
ditandatangani Asper/KBKPH yang bersangkutan. Beberapa langkah
yang dilakukan dalam proses penebangan yaitu.
1. Prinsip tebangan adalah pohon per pohon, setiap pohon harus
selesai dahulu administrasinya sebelum pindah ke pohon
berikutnya.
2. Setiap akan memulai kegiatan penebangan Mandor Tebang
melakukan pengecekan dan memastikan semua petugas telah
menggunakan APD standar dan peralatan kerja standar.
3. Melakukan pengecekan awal pohon untuk mengetahui keadaan
kayu normal atau gerowong.
4. Menentukan arah rebah pohon dengan mempertimbangkan
kerusakan seminimal mungkin.
5. Membuat takik rebah serendah mungkin dengan menggunakan
gergaji. Membuat takik balas dengan tinggi sejajar dengan atap
takik.
D. Penandaan Tunggak
Setelah pohon rebah atau jatuh dilakukan penandaan pada
tunggak pohon untuk memudahkan dalam kegiatan lacak balak dengan
menggunakan kapur hitam dan memudahkan pada saat monitoring
berlangsung.
Kegiatan penandaan tunggak pohon yang dilakukan di RPH
Senepo Selatan telah sesuai dengan standar oprasional (SOP) yang
berlaku di KPH Banyuwangi Selatan, penulisan nomor urut penebang
pohon, nomor pohon, tanggal penebangan, nama dan alamat dan paraf
mandor tebang. Kegiatan ini bersamaan dengan pencatatan pada buku
ukur (DK 316).
E. Pembagian Batang
Pembagian batang adalah kegiatan memotong batang menjadi
sortimen-sortimen sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang berlaku.
Pelaksanaan Pembagian Batang (Bucking) adalah sebagai berikut
prinsip pembagian batang yaitu menghimpun cacat-cacat di satu
potongan-potongan batang kayu sedemikian rupa sehingga dapat
diperoleh nilai kayu yang setinggi-tingginya, manajemen batang per-
batang adalah urutan pelaksanaan pemotongan di mulai dari pangkal ke
ujung, dengan tetap memperhatikan mutu kayu pada cabang yang dapat
dipungut untuk kayu pertukangan. Tiap batas batang diberi tanda
dengan berupa 3 garis dengan pengertian garis ditengah nerupakan
23
tempat gergaji. Ditengah-tengah batang harus ditulis nomor pohon,
nomor batang, panjang dan diameter.
F. Penandaan Bontos
Setelah pembagian batang dilakukan penandaan yaitu
penandaan bontos pangkal kayu dan bontos ujung kayu. Penandaan
tersebut dilakukan untuk mengetahui panjang dan diameter pada batang
yang telah dipotong.
Hasil kegiatan yang dilakukan pada penandaan bontos dan
ujung batang dilakukan dengan mengukur panjang batang terlebih
dahulu selanjutnya mengukur diameter batang dan dilakukan penulisan
pada dasar bontos batang dengan menggunakan kapur hitam atau
spidol hitam.
G. Pengangkutan
Pengangkutan merupakan suatu kegiatan berupa
pengangkutan kayu dari tempat penebangan kayu ke tempat
pengumpulan kayu akhir (TPK) dengan memakai truck angkutan.
Pengangkutan dilakukan setelah sortimen yang telah diangkut menuju
TPK dengan disertai dokumen administrasi yang lengkap (DK 304).
Pengangkutan melalui jalan angkut yang telah ditentukan dengan
alokasi jarak angkut pada lokasi tebangan petak 67 a menuju TPK
Ringin Telu. Setelah pengangkutan sampai di TPK kayu tersebut
diturunkan dan dari pihak TPK membuatkan DK 304 c yang merupakan
bukti bahwa kayu tersebut telah sampai di TPK. Proses memuat kayu ke
atas truk dengan cara kayu diangkat oleh 1 atau 2 orang pekerja dan
disusun rapih supaya kayu tersebut tidak jatuh saat menuju TPK.
4.3.6 Administrasi
Pengurusan administrasi tata usaha hasil hutan dalam produksi
kayu di awali dengan pencatatan hasil pembagian batang dalam DK
316. Lalu buku ukur digabung dalam DK 305 atau DK 305/1 sebagai
blanko yang digunakan mandor tebang untuk membuat rekapitulasi hasil
pencatatan dalam Buku Ukur Kayu selama 1 (satu) periode
pembayaran. Daftar gabungan pengangkutan kayu hasil produksi
merupakan rekapitulasi pengangkutan kayu hasil produksi dari TP
(Tempat Penebangan) ke TPK sesuai asal usul Kabupaten/Kota.
Selanjutnya pembuatan DKB (daftar kayu bulat) untuk TPK.
Kayu hasil produksi yang akan diangkut ke TPK di catat dalam
dokumen gabungan (DKB / DK 304 / DK 304 c) yang dibuat dan
ditandatangani oleh Asper. Pembuatan nota sementara berdasarkan
hasil perhitungan jumlah batang per sortimen. Dimana nota sementara
dibuat rangkap 4 untuk sopir,mandor tebang, lampiran DKB dan arsip
TPK. Setelah di TPK DK 304 c ditandatangani oleh kepala TPK,
kemudian dibuat DK 305 a/1 sebagai daftar gabungan angkutan dan DK
62 untuk keuangan. Hasil kayu yang sudah dibayar PSDH-nya dicatat

24
dalam DK 327 untuk daftar persediaan kayu sortimen AIII dan DK 328
untuk daftar persediaan kayu sortimen AII, AI dan kayu bakar/brongkol.

25
4.4 TPK (TEMPAT PENGUMPULAN KAYU)
TPK (tempat penimbunan kayu) merupakan suatu tempat untuk
menyimpan kayu sebelum dipasarkan. Kayu yang berada di TPK diuji
secara mendasar oleh Ganis PHPL-PKB. Kegiatan pengujian kayu
dilakukan untuk menentukan mutu atau kualitas kayu sebelum
dipasarkan sebagai penentu harga jual kayu. Adapun alur proses
kegiatan di TPK Gaul dari penerimaan kayu hingga ke pemasaran di
TPK yaitu sebagai berikut:
 Penerimaan kayu
Penerimaan kayu dilakukan oleh mandor bongkar dengan
mengecek dan menyesuaikan jumlah kayu yang ada di blangko DK 304
dengan jumlah kayu yang ada di truk.
 Pengujian kayu
Dalam pengujian kayu ada 2 kegiatan yang dilakukan yaitu :
1. Pengukuran ulang kayu
Kayu yang sudah dibongkar dari truk dilakukan pengukuran
ulang dari diameter dan panjang log, kemudian dicocokkan dengan
DK 304. Untuk pengukuran diameter log dilakukan pada diameter
terkecil atau bontos ujung saja tanpa kulit menggunakan Phi band.
Apabila hasil pengukuran tidak sesuai dengan DK 304 dapat
dilakukan koreksi langsung pada blangko.
2. Pengujian cacat dan penetapan mutu
Penguji melakukan penilaian terhadap cacat-cacat yang ada
di badan log kayu untuk menetukan mutu kayu. Penguji melihat
cacat yang paling mendominasi untuk menentukan mutu kayu. Cacat
kayu dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Cacat bontos
- Kunus
- Pakah
- Gubal tebal
b. Cacat badan kayu
- Pecah banting
- Buncak-buncak
- Gerowong
- Mata kayu
- Inger-inger
- Lubang gerek besar
c. Cacat bentuk
- Kelurusan
- Arah serat
- Alur
Kayu yang telah diberi tanda mutu diangkut oleh regu
penerimaan untuk di taruh dalam satu kapling. Satu kapling memiliki

26
kelas diameter, kelas sortimen, kelas panjang dan kelas mutu yang
sama. Adapun mutu-mutu yang terdapat pada kayu jati yaitu:
 Mutu sortimen AI dan AII
1. P (Mutu Pertama)
2. D (Mutu Kedua)
3. T (Mutu Ketiga)
4. M (Mutu Keempat)
 Mutu sortimen AIII
1. U (Mutu Utama)
2. P (Mutu Pertama)
3. D (Mutu Kedua)
4. T (Mutu Ketiga)
5. M (Mutu Keempat)
6. L (Mutu Kelima)
7. KBP (Kebutuhan Bahan Parket)
 Entry DKB dan Approval DKB
Dokumen net DKB dientry dalam system ERP Produksi oleh
operator entry DKB untuk datanya di approval oleh Ganis PHPL-PKB
dan dikirim kepada KPH.
 Pembuatan LHP (Lembar Hasil Produksi)
LHP dibuat oleh operator KPH melalui aplikasi ERP Produksi
berdasarkan hasil net DKB yang telah diperiksa dan disetujui oleh Ganis
PHPL-PKB. Satu LHP dari DKB dengan tujuan pengangkutan ke TPK
yang sama, jenis kayu yang sama dan berasal dari bentuk tebangan
yang sama. LHP merupakan hasil verifikasi dan validasi data dengan
rencana penebangan pada dokumen RTT. LHP pada ERP Produksi
diinterkoneksikan dengan SIPUHH dan SIPNBP Kementrian LHK.
 Pembayaran PSDH
Berdasarkan data LHP yang telah terinterkoneksi pada SIPNBP
(System Informasi Penerimaan Negara Bukan Pajak), operator
melakukan perhitungan kewajiban pembayaran PSDH secara self
assessment, order kode billing serta penerbitan tagihan PSDH. KSS
produksi dan TUHH membuat rekapitulasi daftar tagihan pembayaran
PSDH untuk dilaporkan ke Administratur. Proses pembayaran dan
pelunasan PSDH wajib dilaksanakan selambat-lambatnya dua puluh
hari kerja sejak tanggal pembuatan LHP. Apabila proses pembayaran
dan pelunasan PSDH sudah dilakukan, pada SIPNBP secara otomatis
akan muncul NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara) atas LHP
yang telah dibayarkan. Penandaan lunas PSDH pada fisik kayu
dilakukan oleh Ganis PHPL-PKB dengan cat hijau berdasarkan
dokumen LHP yang telah lunas PSDH.
 Penyerahan KHP menjadi persediaan TPK
Kayu yang telah dilakukan pelunasan PSDH diserahkan kepada
kepala TPK untuk menjadi persediaan TPK dengan cara melakukan
27
entry NTPN dan tanggal pembayaran LHP pada ERP Produksi oleh
KSS produksi, TUHH dan pembinaan TPK. Kepala TPK melakukan
verifikasi terhadap KHP, kemudian melakukan approval untuk bisa
menjadi persediaan TPK.
 Pengaplingan
KHP siap kapling yang telah lunas PSDH, selanjutnya disortir
dan ditumpuk berdasarkan jenis, sortimen, kelas panjang, diameter,
mutu dan status di tempat-tempat penumpukan yang telah disediakan.
Pada fisik kayu tumpukan kapling dilakukan penandaan dan penomeran
dengan cat warna putih yaitu nomor kapling, tanda sabuk kapling, dan
tanda laku. Berdasarkan konsep kapling yang telah dibuat oleh mandor
kapling, operator ERP pemasaran melakukan entry daftar kapling (DK
308) di ERP sar. Setiap daftar kapling diberi nomer urut untuk masing-
masing TPK yang berlaku dalam satu tahun takwin. Kepala TPK
melakukan koreksi terhadap hasil entry kapling operator ERP sar. Daftar
kapling yang telah dikoreksi kemudian dilakukan approval oleh kepala
TPK untuk selanjutnya bisa dilakukan penjualan oleh KBM penjualan.
Ada 3 bentuk penjualan dalam KBM yaitu penjualan secara langsung,
penjualan kontrak dan penjualan secara lelang. Penjualan secara
langsung yaitu pembeli datang langsung ke TPK dan diarahkan oleh
petugas untuk melakukan pembelin secara online melalui SIPUHH.
Penjualan secara kontrak yaitu pihak ke 3 melakukan pembelian kayu
setiap tahunnya sedangkan penjualan lelang dilakukan pada kayu-kayu
illegal seperti kayu hasil keamanan dan lain-lain.
 Pelayanan pihak ke 3
Pembeli yang sudah membeli secara online akan mendapatkan
kode booking dan kwitansi yang wajib dibawa ke TPK apabila akan
melakukan pengangkutan kayu. Setiap pengangkutan KHP dari TPK ke
semua tujuan wajib dilengkapi bersama dokumen SKSHHK (Surat
Keterangan Sahnya Hasil Hutan Kayu) yang dilampiri D-KHP (Daftar
Kayu Hasil Produksi) berasal dari daftar kapling kayu yang akan
diangkut. Sebelumnya, pembeli harus menunjukkan kwitansi pembelian
pada operator ERP untuk selanjutnya dicocokkan dengan data
pembelian kayu yang sudah tertera pada SIPUHH. Operator ERP
menyerahkan kembali kwitansi yang disertai DKPH kepada mandor
kapling untuk menandai kaplingan kayu yang terjual. KHP yang diangkut
dari TPK harus diterakan palu tok PHT pada ujung bontos kayu. Setelah
menandai fisik kayu yang sudah terjual, mandor kapling menyerahkan
kembali DKPH tersebut pada operator ERP yang bertujuan untuk
pembuatan SKSHHK dan pernyataan lunas. Selanjutnya pembeli
mematikan data kayu yang sudah dibelinya atau terjual melalui akun
pihak ke 3 (pembeli) tersebut.

28
4.5 PENYADAPAN GETAH PINUS
Kegiatan pemanenan getah pinus dilakukan yaitu dengan cara
penyadapan. Terdapat beberapa metode atau teknik dalam penyadapan
getah pinus, diantaranya bentuk koakan, bentuk riil atau bentuk V, dan
dengan bor. Dari ketiga teknik penyadapan tersebut yang paling bagus
adalah teknik riil dan bor karena menghasilkan kualitas getah yang baik
dan tidak banyak merusak pohon pinus sehingga kelestarian pohon
pinus tetap terjaga namun sedikit menghasilkan getah sehingga tidak
cocok diterapkan di hutan produksi. Oleh karena itu teknik tersebut
cocok diterapkan pada hutan lindung. Sedangkan untuk saat ini sistem
penyadapan getah pinus yang diterapkan di Perum Perhutani yaitu
menggunakan bentuk koakan karena dapat menghasilkan getah dalam
jumlah banyak.
Beberapa ulasan tentang proses penyadapan getah pinus yang
dilaksanakan oleh mahasiswa PKL UNRAM di petak 7A hutan pinus
Karangharjo diantaranya adalah sebelum melakukan penyadapan
terlebih dahulu melakukan persiapan atau prasadap, kemudian
pelaksanaan penyadapan dan pemungutan getah.
A. Persiapan/ Prasadap
Prasadap merupakan kegiatan persiapan sadapan pada areal
yang belum pernah disadap yang dilakukan pada triwulan III dalam
tahun sebelum sadap buka (T-1) agar sadapan dalam dimulai pada awal
tahun kerja setelah SPK (Surat Perintah Kerja) keluar. Adapun tahap
prasadap diantaranya:
 Pelaksanaan sensus dan pemberian nomor pohon yang telah
berumur 10 tahun
Sensus dilakukan dengan mengukur keliling pada tiap-tiap
pohon dengan ketinggian setara DBH (Diameter Breast High).
Sedangkan untuk pemberian nomor pohon menggunakan plat seng
yang berukuran 5x5 cm pada ketinggian 180 cm. Hasil dari sensus
dibuatkan BAP dan laporannya. Tujuan dari penomoran pohon adalah
agar memudahkan dalam penaksiran produksi getah serta memudahkan
pengawasan terutama jumlah quare pada tiap pohon.
 Pembersihan areal sadapan
Tujuan pembersihan areal sadapan dari semak atau tumbuhan
lain adalah agar tidak mengganggu pertumbuhan pohon pinus dan sinar
matahari langsung menyinari pohon pinus serta dengan adanya
pembersihan area sadapan dapat mempermudah para pekerja dalam
melaksanakan monitoring/pengawasan.
 Pembersihan kulit pohon
Kulit batang pohon pinus yang akan disadap terlebih dahulu
dibersihkan dengan cara di kerok tanpa melukai kayunya. Tebal batang
yang akan dikerok adalah 3 mm dengan lebar 15 cm dan tinggi 60 cm.

29
Pembersihan kulit batang dilakukan setiap tahun dengan tujuan
mempermudah pekerja dalam membuat koakan pada saat di sadap.
 Pembuatan rencana mal sadap
Mal sadap atau bagan quare diletakkan secara vertikal pada
bagian tengah pohon yang telah dibersihkan. Bagan quare terdiri dari 13
kotak (12 kotak berukuran 5 cm, 1 kotak berukuran 10 cm khusus untuk
sadap buka) dan lebar 6 cm.
 Persiapan perlengkapan sadapan
Pada proses pelaksanaan penyadapan dibutuhkan alat
penunjang diantaranya adalah talang seng ( berbentuk curve/cekung
yang terbuat dari tinplat berukuran 8x6 cm), tempurung, petel sadap,
keruk getah, paku penyanggah tempurung, parang, cat, stimulant, serta
perlengkapan K3 (masker, sarung tangan, helm, dan sepatu boots)
sesuai SNI.
 Pelaksanaan Penyadapan
 Sadap Buka
Umur pohon pinus di Perhutani yang sudah bisa di sadap buka
yaitu berkisar antara 10-11 tahun. Bila mengacu pada pedoman, maka
umur pohon yang disarankan untuk di sadap buka adalah pohon pinus
yang berumur 14 tahun. Namun tidak jadi masalah apabila penyadapan
dimulai pada umur 10 tahun dikarenakan sudah menghasilkan getah.
Sadap buka merupakan kegiatan pembuatan quare permulaan setinggi
20 cm dari tanah. Selanjutnya di tandai quare permulaan pada bagian
pohon dengan ukuran lebar maksimal 6 cm, tinggi 10 cm menggunakan
petel sadap dengan kedalaman quare 1.5 cm hingga menyentuh kayu
bagian dalam. Pembuatan quare melebihi batas yang telah di tentukan
akan menurunkan produktivitas getah serta dapat merusak pohon pinus.
Untuk meningkatkan produksi getah pinus maka setelah saluran
sadap dibuat, stimulansia harus disemprotkan pada saluran sadap.
Untuk mendapatkan semprotan yang baik, botol semprotan harus
dipegang dengan sudut 450 terhadap pohon dan jarak antara ujung
semprotan dengan pohon atau saluran sadap ± 15 cm. Penyemprotan
stimulansia pada setiap luka sadap baru sebanyak ± 1 cc. Stimulan
yang digunakan adalah Stimulan 8 (musim panas), SR 4 (musim hujan),
dan green one. Setelah penyemprotan, selanjutnya pemasangan talang
dilakukan dengan cara ditancapkan pada bagian batas bawah quare
menggunakan palu agar menempel kuat sehingga tidak menghambat
aliran getah. Getah akan keluar dari kayu lunak bagian atas, samping
dan bawah, sehingga harus di pasangkan tempurung berjarak 5 cm di
bawah talang getah yang berfungsi untuk menampung getah pinus.
 Sadap Lanjut/ pembaharuan quare
Pembaharuan quare harus dilakukan tepat waktu yaitu 3 hari
sekali setelah menggunakan CAS (Cairan Asam Stimulantia) yang
dilakukan diatas luka dengan demikian luka sadapan dalam 1 bulan
30
terdapat maksimal 5 cm. Dengan demikian dalam setahun terdapat 60
cm. Setelah pembaharuan quare mencapai 20 cm, talang dan
tempurung harus dinaikkan. Selanjutnya dilakukan kegiatan penyadapan
pada pohon yang sama pada bidang lain yang tetap diawali dengan
pembersihan kulit dan pembuatan mal sadap baru dengan jumlah quare
yang diperkenankan. Apabila keliling 125-175 cm dibuat quare sebanyak
2 quare hidup, sedangkan apabila keliling pohon 175 up maksimal quare
yang dibuat sebanyak 4 quare hidup. Untuk menghindari kotoran air
hujan, sebaiknya tempurung ditutup agar kualitas getah tetap terjaga.
 Pemungutan Getah
Sebelum dipungut, getah yang berada dalam tempurung harus
dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang menempel seperti tatal,
daun, tanah,dll. Sedangkan getah yang menempel pada saluran koakan
berupa getah kering akan dikerok dan disimpan pada wadah tersendiri.
Pengumpulan getah harus menggunakan alat keruk, selanjutnya getah
dikumpulkan dalam ember plastik. Pada akhir proses pengerukan, agar
dilakukan pembersihan tempurung dari sisa kotoran. Hal ini dilakukan
untuk menghindari pencampuran getah lama dan baru yang nantinya
akan berpengaruh pada kualitas getah. Selanjutnya getah di angkut ke
TPG (Tempat Pengumpulan Getah) dan tidak diperkenankan untuk
disimpan ditempat lain. Dari TPG akan diangkut dengan drum ke PGT
(produk Gondorukem Terpentin) dan dalam satu drum dapat
menampung getah 125 L.

31
4.6 POTENSI WISATA
4.6.1 Potensi Wisata Alam Pulau Merah
Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur,sejak lama dikenal
sebagai salah satu daerah yang memiliki potensi wisata alam yang
begitu indah,dan memiliki kesenian tradisioanal yang enerjik dan
mengoda.Beberapa objek wisata alam yang banyak diminati wisatawan
mancanegara dan lokal,salah satu wisata yang menjadi daya tarik
wisatawan adalah pantai Pulau Merah yang merupakan salah satu objek
wisata yang terletak di kawasan patai selatan dengan kondisi yang
masih alami.
Pulau Merah adalah sebuah pantai dan objek wisata yang
terletak didusun Pencer,Desa Sumberagung,Kecamatan Pesangaran
Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur.Pantai ini dikenal karena sebuah
bukit hijau bertanah merah yang terletak di pantai.Bukit ini dapat
dikunjung dengan berjalan kaki saat air laut surut dan juga terdapat Pura
di mana warga yang beragama Hindu disana melaksanakan Upacara
Mekiyis. Kawasan Wisata ini dikelola oleh Perum Perhutani Jawa
Timur,KPH Banyuwangi Selatan.
 Letak dan Aksesibilitas Pulau Merah
Pantai Pulau Merah berada di desa Sumberagung,Kecamatan
Pesangaran.Harga tiket masuk ke pantai ini sebesar RP.8000 perorang
dan untuk biaya parkiran kendaraan beroda 2 (Sepeda Motor) RP.200O
dan kendaraan beroda 4 (Mobil) RP.5000 dan parkir kendaraan Bus
20.000.Untuk menuju ke tempat wisata ini anda dapat menggunakan
transportasi publik maupun pribadi.
 Keunikan Wisata
A. Bukit Pulau Merah
Nama pulau Merah merunjuk pada sebuah bukit kecil
ditepi pantai yang memiliki tinggi sekitar 200 meter.Bukit tersebut
memiliki tanah berwarnah merah dan ditutupi oleh vegetasi hijau
sehingga tidak terlalu tampak warna aslinya.
B. Wisata Pantai
Pantai Pulau Merah berpasir putih terbentang sepanjang
tiga kilometer dan memiliki ombak yang cukup tinggi sehingga tidak
terlalu sesuai uantuk digunakan berenang,terutama bagi anak kecil.
C. Selancar
Ombak dikawasan Pulau Merah cukup tinggi dan menjadi
salah satu tempat ideal untuk penggemar olahraga selancar.
D. Sunset
Kawasan pantai Pulau Merah dilengkapi dengan fasilitasi
memadai,diantaranya payung dan tempat berjemur yang
disewakan oleh pihak pengelola.Wisatawan dapat bersantai
dipantai sambil menikmati tiupan angin pantai dan menyaksikan
keindahan pantai tersebut.Dan pada sore hari,pengunjung dapat
32
menyaksikan keindahan sunset di pantai pulau merah yang akan
menjadi momen bagi siapa saja yang memandangnya.
 Pola Kemitraan Dalam Pengelolaan Wisata Pulau Merah
Pola Kemitraan yang digunakan dalam pengelolaan objek
wisata Pulau Merah antara perhutani,Pemda Kabupaten dan
Masyarakat adalah berbentuk perjanjiaan kerja sama yang
ditandatangani oleh Perhutani dan Pemda Kabupaten Banyuwngi untuk
bekerjasama dengan perhutani dalam pengelolaan wisata Pantai Pulau
Merah. Dalam hal pembagiaan hasil usaha,Perhutani mendapatkan
50%,Pemda Kabupaten Banyuwangi mendapatkan 20% sedangkan
masyarakat mendapatkan 30%. Pengelolaan Objek Wisata Pulau Merah
dikelola oleh Perhutani dan masyarakat dengan bekerjasama antara
KPH Banyuwangi Selatan dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan
(LMDH) Desa Sumber Agung Kecamatan Pesangaran dengan sistem
bagi hasil.
Pengelolaan Objek Wisata Pulau Merah setelah adanya
kerjasama antara Perhutani,Pemda Kabupaten Banyuwangi dengan
masyarakat menghasilkan pembagian tugas dan tanggun jawab dari
masing-masing pihak yang bersangkutan.Perhutani sebagai pemilik
lahan yang berperang dalam bidang perencanaan dan pengawasan
dalam pengelolaan objek wisata pulau merah.Pemda Kabupaten
Banyuwangi bertugas dalam mempromosikan keberadaan Pulau Merah
kepada dunia sehingga nantinya banyak wisatawan yang berkunjung ke
pulau merah.Dan masyarakat bertugas dan bertanggun sebagai
pelaksana dilapangan.
Dampak dari Kemitraan dalam Pengelolaan Objek Wisata Pulau
Merah antara Perhutani,Pemda Kabupaten Banyuwangi dengan
masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah
dampak Positif yang terima masyarakat seperti bertambahnya
pengunjung yang menghabiskan waktu di Pulau Merah maupun
menikmati keindahan pantai pulau merah dan fasilitas yang disediakan
oleh Pokmas(Pokja Masyarakat) maupun wisatawan yang bernilai
ekonomis bagi penyedia fasilitas.Sedangkan dampak negatif bagi
masyarakat adalah berkurangnya pendapatan setelah adanya
kerjasama dengan Pemda Kabupaten sehingga masyarakat merasa
kurang diuntungkan.

33
 Penilaian Potensi Wisata Pulau Merah
Unsur / Nilai
sub unsur
Keunikan Ada > 5 Ada 4 unsur Ada 3 Unsur Ada 2 unsur Ada1 unsur
dan Keindahan : unsur
a. Obyek jarang
ditemukan di
tempat lain
b. Variasi
Pandangan
Pulau/Gunung di
laut
c. Keindahan
Pantai 30 25 20 15 10
d. Keserasian
Pandangan
Pantai dan
sekitarnya
e. Ada keunikan
f. Kombinasi Jenis
dan warnanya
yang beragam
Keutuhan Ada > 5 Ada 4 unsur Ada 3 Unsur Ada 2 unsur Ada 1 unsur
dan keaslian unsur
a. Terdapat Flora
(lebih dari 10
jenis)
b. Terdapat Fauna
c. Kondisi masih
alami 30 25 20 15 10
d. Batuan alam
yang menarik
e. Kondisi
Lingkungan
mendukung
Keselamat Ada > 5 Ada 4 unsur Ada 3 Unsur Ada 2 unsur Ada 1 unsur
an/ Keamanan unsur
Pantai
a. Tidak ada arus
balik berbahaya
b. Tidak ada
kecuraman dasar
c. Bebas ganguan
binatang
30 25 20 15 10
berbahaya
d. Tidak ada
kepercayaan
yang menggangu
e. Tidak ada
gangguan
manusia

34
Pasir Merah Pasir Putih Pasir Pasir Tidak atau
hitam/coklat berkeruh sedikit
Pasir berpasir
30 25 20 15 10
Vaiasi Ada>5 unsur Ada 4 unsur Ada 3 Unsur Ada 2 unsur Ada 1 unsur
kegiatan
a. Berjemur
b. Selancar
c. Berenang
d. Menikmati
30 25 20 15 10
pemandangan
e. Olahraga
f. Bersampan
g. Piknik
h. Memancing
Kebersiha Ada>5 unsur Ada 4 unsur Ada 3 Unsur Ada 2 unsur Ada 1 unsur
n
a. tidak ada
pengaruh
pelabuhan
b. tidak ada
pengaruh
pemukiman
c. tidak ada
pengaruh
sungai
d. tidak ada
30 25 20 15 10
pengaruh
pelelangan
ikan/pabrik/pas
ar
e. tidak ada
sumber
pencemaran
lain
f. tidak ada
pengaruh
musim
Kenyaman Ada>5 unsur Ada 4 unsur Ada 3 Unsur Ada 2 unsur Ada 1 unsur
an
a. Tidak ada
sampah (bebas
bau)
b. Tidak ada coret
coret (vandal)
c. Bebas 30 25 20 15 10
kebisingan
d. Tidak banyak
gangguan
binatang
e. Tidak ada
gangguan
35
manusia

Sumber : Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik


Wisata Alam (2003), yang dimodifikasi oleh peneliti

Sarana dan Prasarana Penunjang di Kawasan


Macam
> 4 3 Macam 2 macam 1 macam Tidak ada
Unsur/Subunsur Macam
Nilai
Prasarana
a. Kantor pos
b. Telepon umum
c.Puskesmas/klinik
d. Jalan
e. Jembatan
f. Areal pabrik
g. Jaringan Listrik
h. Jaringan air
minum 30 25 20 15 10
i. Jaringan
drainase/saluran
j. Dermaga/pelabu
han tambat
k. Heliped
Sarana penunjang:
a. Rumah makan
b.Pusat
Pembelanjaan
c. Bank 30 25 20 15 10
d. Toko souvenir
e.Sarana Wisata
Budaya
f. Sarana
Angkutan umum
Fasilitas khusus
a.Untuk anak-anak
b.Untuk orang
30 25 20 15 10
lanjut usia
c.Untuk orang
berkebutuhan
khusus
36
d. Pos pemantau
keselamatan
Fasilitas Umum
a. Tempat ibadah
b. Pendopo 30 25 20 15 10
c. WC umum
d. Tong sampah
Fasilitas kegiatan: 8 Macam 7-8 5-6 3-4 3 Macam
(minimal untuk 10 macam macam macam
orang, bila kurang
dianggap tidak
ada)
2
30 20 15 10
5
Sumber : Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam
(2003) , yang dimodifikasi oleh peneliti.

Aksesibilitas
Unsur/Sub-unsur Nilai
Jarak yang
ditempuh dari < 2 Km 3-5 Km 6-8 Km >8 Km
ibukota Kabupaten
(dalam KM) 30 20 15 10

Waktu tempuh dari < 2 jam 3-5 jam 6-8 jam >8 jam
ibukota kabupaten
(dalam jam ) 30 20 15 10
Kondisi jalan darat Baik Cukup Sedang Buruk
dari ibu kota 30 20 15 10
provinsi

Kondisi jalan darat Baik Cukup Sedang Buruk


dari ibu kota 30 20 15 10
kabupaten
Alat transportasi
yang digunakan > 3 macam 2 macam 1 macam Tidak ada

37
menuju obyek dari
ibu kota provinsi :
- Transportas
Udara 30 20 15 10
- Transportasi
Laut
- Transportasi
darat
- Transportasi
lokal (seperti
andong, becak)
dll
Alat
transportasi yang > 3 macam 2 macam 1 macam Tidak ada
digunakan menuju
obyek dari ibu kota
kabupaten :

- Kapal motor 30 20 15 10
- Mobil
- Motor
- Transportasi
lokal (seperti
andong, becak)
dll
frekuensi
kendaraan dari 30 20-29 10-19 < 10
pusat informasi ke
obyek wisata
(buah/hari)
30 20 15 10
Sumber : Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam
(2003), yang dimodifikasi oleh peneliti.

38
Perhitungan Penilaian Potensi Wisata Pulau Merah.
Daya Tarik Potesi Wisata Pulau Merah
Unsur/Sub Uraian Bobot Nilai Skor
Unsur Tinggi
Keunikan dan Obyek jarang ditemukan di 6 30 180
keindahan. tempat lain, variasi
Pandangan Pulau/Gunung
di laut, keindahan Pantai,
keserasian Pandangan
Pantai dan sekitarnya, ada
keunikan Kombinasi Jenis
dan warnanya yang
beragam
Keutuhan dan Terdapat flora(lebih dari 10 6 30 180
keasliaan jenis), terdapat fauna,
kondisi masih alami, atuan
alam yang menarik, kondisi
lingkungan mendukung
Tidak ada arus balik 6 30 180
berbahaya, Tidak ada
kecuraman dasar, Bebas
Keselamatan/
ganguan binatang
Keamanan
berbahaya, Tidak ada
Pantai
kepercayaan yang
menggangu, tidak ada
gangguan manusia
Pasir Pasir putih 6 25 150

39
Variasi Berjemur, Selancar, 6 30 180
kegiatan Berenang, Menikmati
pemandangan, Olahraga,
Bersampan, Piknik,
Memancing
Kebersihan Tidak ada pengaruh 6 25 180
pelabuhan, tidak ada
pengaruh pelelangan ikan
udang, tidak ada sumber
pencemaran lain, tidak ada
pengaruh musim
Kenyaman Bebas kebisingan, Tidak 6 20 120
banyak gangguan
binatang, Tidak ada
gangguan manusia
Skor Daya 190 1170
Tarik Wisata

Hasil Penilaian terhadap komponen aksesibilitas menuju


kawasan wisata Pulau Merah
Unsur/Sub Unsur Uraian Bobot Nilai Skor Tinggi
Kondisi Jalan Cukup 5 10 50
Jarak dari pusat kabupaten >8 km 5 20 100
Waktu tempuh dari pusat kota 3-5 Jam 5 20 100

Cukup 5 20 100
Kondisi jalan dari kota
Transportasi darat 2 macam 5 20 100
Transportasi lokal (seperti
andong, becak) dll

40
Alat transportasi yang 2 macam 5 20 100
digunakan menuju obyek dari
ibu kota kabupaten
a. Mobil
b. Motor
frekuensi kendaraan dari pusat >30 5 30 150
informasi ke obyek wisata
(buah/hari)
Skor Aksesibilitas 140 700

Hasil penilaian terhadap komponen sarana dan prasarana


di Wisata Pulau Merah
Unsur/Sub Unsur Uraian Bobot Nilai Skor Tinggi
Prasarana Jalan, jembatan, Jaringan 3 30 90
listrik, Dermaga atau
pelabuhan tambat, Area
parkir

Sarana Penunjang Rumah makan, Toko 3 25 75


souvenir, Sarana Wisata
Budaya

Fasilitas Khusus Pos pemantauan 3 15 45

Fasilitas Umum Tempat ibadah, Pendopo, 3 30 90


WC umum Tong sampah
Fasilitas kegiatan: Tidak ada 3 10 30
(minimal untuk 10
orang)
Skor sarana dan 1 330
41
prasara 10

Hasil Penilaian Objek dan Daya Tarik Kawasan Wisata


Pulau Merah
Kriteria Bobot Nilai Skor Skor Indeks Keterangan
Maksimal
Daya Tarik 6 190 1170 1260 92,86 Layak
Wisata
Aksesibilitas 5 140 700 1050 66,67 Layak
Sarana dan 3 110 330 450 73,33 Layak
Prasarana
Tingkat 77,62 Layak
Kelayakan

Analisis SWOT Potensi Kawasan Wisata Pulau Merah


FAKTOR INTERNAL STRENGTH WEAKNESS
- Keadaan alam yang - Adanya pemukiman
masih indah didalam kawasan
- Pantai dengan ombak - Belum ada penata
yang tinggi ruangan yang baik
- Terdapat musholla - Jalan yang belum bagus
yang unik ke tempat wisata
- Terdapat pohon jambu - Harga makanan dan
hutan yang berumur minuman yang tinggi
tua dan tertata rapi - Tingginya harga tiket
- Kerja sama antara masuk
pihak pengelola
dengan masyarakat
setempat.
FAKTOR EKSTERNAL

42
OPPORTUNITIES ₋ Menambahkan tempat ₋ Pembangunan dan
– tempat untuk aktifitas Penataan wilayah yang
- Adanya investor
pengunjung seperti lebih baik
yang mau
tempat foto, ₋ Adanya subsidi dari
menanamkan
watersport, surving, dll pemerintah terhadap
modal
pengelola wisata
- Peningkatan
atraksi pantai
seperti watersport
dan surving
- Adanya even
nasional
- Semakin tingginya
minat masyarakat
terhadap wisata
- Adanya dukungan
dari pemerintah

THREATS - Sosialisasi tentang - Terpenuhinya hak-


pentingnya menjaga hak masyarakat
- Penguasaan lahan
lingkungan sekitar kawasan
oleh investor
- Mensejahterakan
- Munculnya banyak
masyarakat setempat
pesaing wisata
pantai
- Kerusakan
lingkungan akibat
aktivitas wisata

 Strategi dan arahan pengelolaan


1. Menambahkan tempat – tempat untuk aktifitas pengunjung seperti
tempat foto, watersport, surving, dll dengan arahan pengelolaan
sebagai berikut ;
a. Membuat spot spot foto dengan view mengarah ke pulau merah,
sunset, dan pantai yang lebih menarik
b. Menambahkan atraksi – atraksi pantai seperti surving, dan
watersport lainnya.
2. Melakukan pembangunan dan Penataan wilayah yang lebih baik
dengan arahan pengelolaan sebagai berikut ;
a. Melakukan perbaikan jalan menuju lokasi wisata
b. Menata ulang tempat parkir, kios kios, dan menertibkan bangunan
bangunan liar

43
3. Meminta bantuan dari pemerintah dalam pengembangan wisata
dengan arahan pengelolaan sebagia berikut ;
a. Mengajukan proposal bantuan dana untuk pengembangan wisata
4. Melakukan sosialisasi tentang pentingnya menjaga lingkungan
dengan arahan pengelolaan sebagia berikut ;
a. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan pihak – pihak yang
berkepentingan tentang pentingnya menjaga lingkungan untuk
keberlanjutan ekosistem
b. Menambahkan tempat – tempat pembuangan sampah yang
strategis
5. Mensejahterakan masyarakat setempat dengan arahan
pengelolaan sebagia berikut ;
a. Memberikan peluang untuk masyarakat khususnya masyarakat
sekitar kawasan membuka usaha di dalam kawasan wisata.
6. Terpenuhinya hak-hak masyarakat sekitar kawasan dengan arahan
pengelolaan sebagia berikut ;
a. Memberikan keterbukaan keuangan hasil pengelolaan kawasan
kepada masyarakat
b. Memberikan hak akses gratis bagi masyarakat sekitar kawasan
untuk masuk kawasan.

44
4.7 KEAMANAN HUTAN KOMUNIKASI SOSIAL
4.7.1 Kerusakan hutan akibat faktor hama
Persoalan hama dan penyakit bukanlah melulu persoalan
entomologi atau mikologi, tetapi merupakan persoalan yang cukup
kompleks yang menyangkut semua faktor-faktor yang ikut membentuk
masyarakat hutan. Semua faktor baik faktor organic maupun faktor non
organik, mempunyai kedudukan yang sama dan harus mendapat
perlakuan yang sama pula. Dalam hutan alam dimana kedudukan
biologis masih terdapat seluruh faktor yang membentuk masyarakat
hutan baik faktor organik maupun yang bukan organik berada dalam
kekuatan yang seimbang.
Perlindungan hutan dari hama dan penyakit dalam pasal 17
a. Menyelenggarakan penelitian hamadan penyakit tumbuhan dan
satwa;
b. Menyelenggarakan karantina tumbuhan dan satwa;
c. Mengendalikan populasi tumbuhan dan satvla beserta habitatnya;
dan atau
d. Mengendalikan hama dan penyakit dengan metode biologis,
mekanis, kimiawi dan atau terpadu.
4.7.2 Kerusakan Hutan Akibat Faktor Ternak
Kerusakan akibat penggembalaan ternak dalam hutan dapat
menyebabkan seluruh pohon mati, bahkan dapat menimbulkan erosi
tanah. Derajat kerusakan yang diderita hutan tergantung pada jenis
serta jumlah ternak, intensitas penggembalaan dan jenis pohon
penyusun hutan. Jenis berdaun lebar akan lebih disukai ternak daripada
yang berdaun jarum. Intinya, spesies yang berbeda dapat memberikan
reaksi yang berbeda terhadap penggembalaan (Hartanto, 2003).
 Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penggembalaan di hutan
menurut Sumardi, 2007 yaitu:
1. Populasi ternak disekitar kawasan hutan : Semakin besar populasi
ternak yang hidup di sekitar hutan maka akan semakin banyak
pakan ternak yang dibutuhkan sehingga semakin besar
kemungkinan ternak digembalakan di hutan untuk memenuhi
kebutuhan pakannya.
2. Jumlah hijauan ternak yang mampu dihasilkan di desa sekitar
hutan : Tidak adanya lahan di pedesaan sekitar hutan yang dapat
digunakan untuk penyediaan ternak guna memenuhi kebutuhan
ternak, akan menyebabkan masuknya pemilik ternak, baik sendiri
maupun bersama ternaknya, ke hutan untuk mencari pakan ternak.
3. Teknik memelihara ternak yang dilakukan oleh masyarakat :
Peternakan sistem lepas menyebabkan penggembalaan ternak di
hutan.
4. Intensitas pengawasan oleh pengelola kawasan hutan : Kurangnya
pengawasan memungkinkan masuknya ternak di hutan.
45
 Perlindungan Hutan dari Gangguan Ternak dalam Pasal 15
1) Untuk mencegah dan membatasi kerusakan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 6 huruf a dari gangguan ternak, dalam
kawasan hutan produksi dapat ditetapkan lokasi pengge mbalaan
ternak.
2) Penetapan lokasi penggembalaan ternak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh Kepala Unit Pengelolaan Hutan.
3) Untuk kepentingan konservasi dan rehabillitasi hutan, tanah dan
air, Kepa l a Unit Pengelolaan Hutan dapat menutup lokasi
penggembalaan ternak sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
4) Ketentuan lebih lanjut tentang, penetapan lokasi penggembalaan
ternak dalam kawasan hutan produ ksi sebagaimana dimaksud,
pada ayat (1), diatur dengan Keputusan Menteri.

46
4.7.3 Perlindungan Hutan dari Daya - Daya Alam
A . Untuk mencegah dan membatasi kerusakan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 6 huruf a yang, disebabkan oleh daya - daya
alam yang berupa :
 Letusan gunung berapi dengan :
1. Mengadakan kerjasama dengan instansi yang terkait dalam rangka
pemantauan gunung ,berapi, peramalan perusakan yang mungkin
terjadi dan usaha- usaha untuk menguranginya;
2. Melindungi dan memantau proses- proses alami yang menunjang
rehabilitasi hutan yang rusak oleh letusan gunung berapi;
3. Normalisasi saluran/ aliran lahar dingin.
 Tanah longsor dengan :
1. Membuat teras permanen atau semi permanen pada lahan - lahan
yang miring atau curam;
2. Menanam jenis- jenis poho n yang mempunyai daya transpirasi
yang tinggi dan mempunyai perakaran yang dalam dan melebar
pada lahan - lahan yang miring atau curam.
 Banjir dengan :
1. Mengadakan kerjasama antar instansi yang berwenang dalam
penanganan masalah sumber daya air terutama dalam hal
pemantauan perilaku air sungai, peramalan banjir dan kerusakan
yang diakibatkannya serta normalisasi aliran sungai;
2. Melaksanakan penghijauan dan reboisasi tanah - tanah yang
hidroologis kritis dengan jenis- jenis tanaman atau pohon yang
cepat tumbuh dengan memperhatikan kesesuaian antara jenis
dengan tempat tumbuh.
 Kekeringan, dengan :
1. Melindungi sumber- sumber air dan daerah tangkapan air;
2. Membuat cek dam, embung air, waduk;
3. Membuat ilaran api pada huta11 yang rawan kebakaran.
4.7.4 Kerusakan Hutan Akibat Faktor Kebakaran
Kebakaran hutan adalah merupakan sumber kerusakan utama
pada hutan produksi, tetapii pada keadaan-keadaan tertentu kebakaran
hutan juga memberi manfaat. Perbedaan antara pentingnya kerusakan
dan manfaat dari suatu kebakaran hutan sangat luas dan seringkalii
dibesar-besarkan. Di bawah ini secara khusus akan dibicarakan
pengaruh kebakaran hutan dan kerusakan yang ditimbulkannya
sedangkan manfaat kebakaran hutan juga akan dibicarakan pada judul
tersendiri (Sutisna, 1998). Kebakaran hutan biasanya disebabkan oleh
aktivitas manusia baik yang disengaja maupun tidak disengaja dan
daya-daya alam seperti petir, gunung berapi dan reaksi sumberdaya
alam. Adapun tingkatan-tingkatan dalam kebakaran hutan yaitu tingkat
internasional, nasional, provinsi, kabupaten, unit atau kesatuan
pengelolaan hutan. Jika terjadi kebakaran hutan, langkah yang
47
dilakukan yaitu membuat sekat bakar dan dilakukan pemadaman api
menggunakan air. Cara yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya kebakaran yang dapat menyebar luas dengan cepat ialah
membuat pola tanaman padai hutan produksi dengan pengisian
tanaman sela menggunakan jenis pohon tertentu.

48
5. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan ini adalah
1. Perencanaan dalam pengelolaan hutan di kph Banyuwangi Selatan di
lakukan di PHWV dengan pembuatan dokumen perencanaan berupa
RPKH yang di turunkan menjadi RTT untuk perencanaan ditiap
tahunnya oleh administratur dan bagian perencanaan KPH
2.kegiatan rehabilitasi hutan KPH Banyuwangi Selatan meliputi
pembibitan,persemaian,penanaman dan pemeliharaan yang di lakukan
dengan pembuatan PCP atau petak coba penjarangan.
3.pemanfaatan hutan perum perhutani kph Banyuwangi Selatan meliputi
pemanfaatan hasil hutan kayu dan non kayu berupa getah pinus yang di
gunakan sebagai bahan baku pembuatan gondorukem dan terpentin.
4. perlindungan hutan dilakukan dengan cara patroli rutin oleh polhut
dan juga pengendalian kebakaran hutan baik pada kelas perusahaan
jati,mahoni dan pinus.
5. pengelolaan k3 di perum perhutani kph Banyuwangi Selatan berupa
safety costume meliputi helm,sarung tangan,kacamata dan sepatu boot .
6. pemberdayaan masyarakat kph Banyuwangi Selatan yakni berupa
pembentukan LMDH atau lembaga masyarakat desa hutan yang
berfungsi sebagai perantara antara pihak pkh dengan masyarakat desa.

5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan dari kegiatan program PKL ini
adalah sebagai berikut;
1. Sebaiknya didahulukan kegiatan perencanaan terlebih dahulu
agar dalam proses belajar dilapngan lebih paham dan
singkrondengan materi disampaikan

49
DAFTAR PUSTAKA

Awang SA. 2001. Pengembangan Hutan Rakyat di Indonesia. Jurnal


Hutan Rakyat Volume IV No. 1. Pustaka Hutan Rakyat. Hal 23–33.
Awang, S, Afri, dkk. 2002. Manajemen Publik. Jakarta (ID): Grasindo
Awang, S, Afri. 2008. PanduanPemberdayaan Lembaga Masyarakat
Desa Hutan. Jakarta, HarapanPrima.
Brunijinzeel, L.A. 2004. Perencanaan Pengelolaan Hutan dalam
Panduan PraktikUmum Kehutanan (PUK) 2004. Medan (ID): Jurusan
Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
ILO (International Labour Organization). 1998.Kode Praktis ILO
Keselamatan danKesehatan Kerja di Kehutanan.Yandri Z, Yusuf M,
Ernawati AW, penerjemah; Elias, editor. Geneva: ILO. Terjemahan
dari: Safety and Health in Forestry Work.
Mappatoba Sila dan Sitti Nuerani, Perlindungan Dan Pengamanan
Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin, 2009.
Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan.
PK-SMPHT.0210 Pembuatan Tanaman Jati.
Surakarta (ID): Harapan Press. Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja.
Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada.
Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta (ID):
Harapan Press.
Hanum. C. 2008. Mikroorganisme tanah dan pertumbuhan
tanaman.Edisi Kedua. Penerbit UniversitasIndonesia.
Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.

50

Anda mungkin juga menyukai