Anda di halaman 1dari 14

1

PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) AIR KELAPA


DAN IBA PADA BEBERAPA KONSENTRASI TERHADAP PERTUMBUHAN
STEK PUCUK KAYU PUTIH (Melaleuca cajuputi)
Oleh
Mega Tri Utami(1, Irwan Mahakam Lesmono Aji (2, Dwi Sukma Rini(3
Mahasiswa(1, Dosen Pembimbing Utama(2, Dosen Pembimbing Pendamping(3
Universitas Mataram, Jalan Majapahit No. 62, Mataram
E-mail:

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Pengaruh pemberian konsentrasi zat
pengatur tumbuh air kelapa terhadap pertumbuhan stek pucuk Melaleuca cajuputi. (2)
Pengaruh pemberian konsentrasi zat pengatur tumbuh IBA terhadap pertumbuhan stek
pucuk Melaleuca cajuputi.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2019 di
green house Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode eksperimental. Rancangan digunakan yaitu rancangan acak
lengkap (RAL) perlakuan konsentrasi air kelapa dan IBA yaitu: untuk onsentrasi ZPT
Air Kelapa ZA0 (Tanpa perlakuan ZPT), ZA1 (Perendaman dengan air kelapa 25 %),
ZA2 (Perendaman dengan air kelapa 50 %), ZA3 (Perendaman dengan air kelapa 75 %),
ZA4 (Perendaman dengan air kelapa 100 %) dan untuk konsentrasi ZPT IBA (Indole
Butyric Acid) ZI0 (Tanpa perlakuan ZPT), ZI1 (Perendaman dengan IBA 100 ppm), ZI2
(Perendaman dengan IBA 300 ppm), ZI3 (Perendaman dengan IBA 600 ppm), ZI4
(Perendaman dengan IBA 900 ppm). Masing-masing kombinasi perlakuan diulang
sebanyak 3 kali sehingga total keseluruhan unit penelitian 30 sampel penelitian. Data
dianalisis menggunakan Analisis Keragaman (Analysis of Variance (ANOVA)) dan uji
Ducan’s Multiple Range Test (DMRT) pada jenjang nyata 5%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perlakuan komposisi zat pengatur tumbuh air kelapa dan iba
terhadap pertumbuhan stek pucuk kayu putih tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap semua parameter pengamatan yang terdiri dari tinggi, diameter, jumlah daun,
diameter, berat brangkas kering dan persentase stek hidup.
Kata kunci: kayu putih , zat pengatur tumbuh air kelapa, zat pengatur tumbuh IBA

LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara penghasil minyak atsiri yang telah menjadi bagian
dari kehidupan masyarakat Indonesia dan menjadi bagian dari budaya Indonesia
(Rimbawanto, 2017). Salah satu minyak atsiri yakni minyak kayu putih yang berasal
dari tumbuhan Melaleuca cajuputi powell subsp. Cajuputi (Rimbawanto, 2017 cit
Craven & Barlow 1997; Doran & Turnbull, 1997; dan Brophy, Craven, & Doran, 2013).
Tanaman ini kaya akan minyak atsiri yang sangat penting untuk farmakologi karena
mengandung senyawa pokok berupa 1,8 cineol yang tinggi (Kartikawati etal., 2014 cit
Doran et al.,1997). Selain itu, tanaman kayu putih cukup potensial untuk upaya
rehabilitasi lahan marginal menjadi lahan produktif (Kartikawati et al., 2014). Menurut
2

Kartikawati et al., (2014 cit Brophy & Doran, 1996) Kayu putih atau Melalauca
cajuputi mampu tumbuh baik pada lahan-lahan marginal di daerah rawa-rawa dan
genangan air. Kayu putih tumbuh pada berbagai kondisi lahan, baik di dataran tinggi
maupun rendah, dan tahan terhadap kebakaran maupun terhadap tanah dengan kadar
garam rendah sampai tinggi. Hingga kini total luas tanaman kayuputih di Indonesia
telah mencapai lebih dari 248.756 hektar (Sunanto, 2003) yang sebagian besar berada di
wilayah Perum Perhutani dengan produksi tahunan mencapai 300 ton. Angka ini adalah
separuh dari perkiraan total produksi seluruh dunia.

Pada peroses perbanyakan kayu putih dengan cara vegetatif seperti stek pucuk
dapat diberikan perlakuan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) yang merupakan senyawa
organik bukan nutrisi pada konsentrasi yang rendah dapat mendorong, menghambat,
atau secara kualitatif merubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman, seperti
kandungan yang ada pada bahan untuk membuat ZPT yaitu Auksin, Sitokinin,
Giberelin, Gas Etilen, Triakontanol, Inhibitor dan Paclobutrazol. Zat pengatur tumbuh
yang diberikan ke tanaman ada yang alami dan ada yang tidak alami.Zat pengatur
tumbuh alami didapat dari jaringan muda tanaman diantaranya air kelapa muda, ekstrak
kecambah kacang hijau (touge), bonggol pisang, bawang merah. Sedangkan zat
pengatur tumbuh yang tidak alami seperti IBA, IAA, NAA, BNOA. Air kelapa muda
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman (Muvidah et al., 2017
cit arif,2016)..

Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian tentang “Pengaruh


Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (Zpt) Air Kelapa Dan Iba Pada Beberapa
Konsentrasi Terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Kayu Putih (Melaleuca
Cajuputi).
3

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan model Rancangan
Acak Lengkap (RAL) perlakuan konsentrasi air kelapa dan IBA yaitu: untuk onsentrasi
ZPT Air Kelapa ZA0 (Tanpa perlakuan ZPT), ZA1 (Perendaman dengan air kelapa 25
%), ZA2 (Perendaman dengan air kelapa 50 %), ZA3 (Perendaman dengan air kelapa 75
%), ZA4 (Perendaman dengan air kelapa 100 %) dan untuk konsentrasi ZPT IBA
(Indole Butyric Acid) ZI0 (Tanpa perlakuan ZPT), ZI1 (Perendaman dengan IBA 100
ppm), ZI2 (Perendaman dengan IBA 300 ppm), ZI3 (Perendaman dengan IBA 600 ppm),
ZI4 (Perendaman dengan IBA 900 ppm). Masing-masing kombinasi perlakuan diulang
sebanyak 3 kali sehingga total keseluruhan unit penelitian 30 sampel penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2019 di green house
Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Variabel penelitian yang diamati terdiri dari
Pertumbuhan Tinggi tanaman, Jumlah daun, Diameter batang, Berat Brangkas kering
tanaman dan Persentase Stek Hidup. Data Hasil pengamatan kemudian dianalisis
menggunakan Analisis Sidik Ragam (Analysis of Variance (ANOVA)) dan uji Ducan’s
Multiple Range Test (DMRT) pada jenjang nyata 5% sebagai uji lanjut apabila terdapat
pengaruh beda nyata.
4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Media Tanam


Media tanam dan Biourin sapi yang digunakan dalam penelitian ini dianalisa di Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nusa Tenggara Barat untuk mengetahui sifat
fisik dan kimia media tanam serta unsur hara yang terkandung dalam biourin sapi. Hasil
analisis dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1 Hasil Analisis Media Tanam


Hasil Pengujian
No Parameter Satuan Harkat
Tanah Pasir
1 Tekstur Tanah (Pasir, Debu, Liat) % 96; 3; 1 Pasir berlempung
2 Kadar Air % 15,21 Rendah
3 pH-H2O - 7,36 Netral
4 N-Total % 0,03 Sangat rendah
5 P-Total % 0,18 Sangat rendah
6 K-Total % 0,08 Sangat rendah
7 C-Organik % 0,46 Sangat rendah
Keterangan : * Balai Penelitian Tanah (2009)
Dari tabel 4.1 diketahui bahwa, tanah yang digunakan pada penelitian ini
bertekstur pasir berlempung, dimana tekstur tanah berkaitan dengan banyaknya air di
dalam tanah. Tanah dengan tekstur pasir berlempung memiliki sedikit air, dikarenakan
tanah bersifat porous atau mudah dalam meloloskan air. Hanafiah (2014) menjelaskan
bahwa dominansi pasir dalam tanah menyebabkan terbentuknya pori-pori makro dan
luas permukaan menjadi sempit, sehingga daya pegang terhadap air sangat lemah.

Hasil analisis tanah menunjukkan nilai kadar air yang diperoleh sebesar 15,21 %
memiliki harkat rendah. Air dibutuhkan tanaman untuk sintesa karbohidrat dan sebagai
sarana pengangkut hara yang dibutuhkan tanaman. Kekurangan air dalam jaringan
tanaman mengakibatkan berkurangnya pembelahan sel dan perkembangan sel, yang
pada akhirnya dapat menurunkan pertumbuhan tanaman. Sementara itu, jika suplai air
berlebihan (tanah menjadi tergenang) pada waktu yang lama, akan berdampak buruk
terhadap aerasi tanah, sehingga respirasi akar dan aktifitas mikrobia aerobik seperti
bakteri amonifikasi dan nitrifikasi akan terhenti sama sekali Hanafiah (2010).
5

Dari hasil analisis tanah, diketahui bahwa tanah memiliki harkat netral (pH 7,36).
Meskipun pH tanah bereaksi agak masam, tetapi kondisi ini masih tergolong baik untuk
membudidayakan tanaman kayu putih.

Kandungan nilai N (nitrogen), hara P (fosfor), dan nilai K (kalium) memiliki


harkat sangat rendah. Dimana nilai N (nitrogen) yang diperoleh yaitu sebesar 0,08%,
nilai P (fosfor) yang di peroleh yaitu 0,18%, dan nilai K (kalium) total yang diperoleh
dari hasil analisis tanah yaitu 0,03%. Unsur NPK adalah unsur hara yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah besar (Budi & Sasmita, 2015). Hanafiah 2014 menambahkan
unsur hara N, P dan K termasuk dalam unsur hara yang mobile (mudah berpindah),
ketiga unur hara tersebut apa bila diberikan pada tanaman dalam jumlah yang kurang
akan berdampak pada pertumbuhan tanaman yamg gejalanya dapat dilihat secara
langsung pada fisik tanaman. Kandungan unsur hara nitrogen dalam media berfungsi
dalam pertumbuhan vegetatif (batang dan daun) dan pembentukan klorofil, sehingga
pertumbuhan daun juga baik (Febriani, 2015). Hanafiah (2014) menambahkan bahwa
senyawa P berperan penting dalam perubahan-perubahan karbohidrat dan senyawa-
senyawa terkait, glikolisis, metabolisme asam-asam amino, lemak dan belerang,
oksidasi bioligis dan reaksi-reaksi metabolisme lainnya, yang terutama terkait dengan
fungsi utamanya sebagai pembawa energi kimia dan sebagai aktivator dalam mengatur
reaksi-reaksi enzimatik, berperan dalam pembentukan biji dan buah. Fungsi kalium
secara fisiologis adalah (1) Metabolime karbohidrat, yakni pembentukan, pemecahan
dan translokasi pati, (2) Metabolisme nitrogen dan sintesis protein, (3) Mengawasi dan
mengatur kegiatan berbagai unsur mineral utama, (4) Netralisasi asam-asam organik
penting secara fisiologis, (5) Mengaktifkan berbagai enzim, (6) Mempercepat
pertumbuhan jaringan meristematik, (7) Mengatur pergerakan stomata dan hal yang
berhubungan dengan air (Budy & Sasmita, 2015).

C-organik menunjukkan nilai 1,71% dari total bahan organik tanah yaitu 5%,
jumlah tersebut masuk dalam kategori rendah. Bahan organik memegang peranan yang
sangat penting dalam kesuburan tanah baik secara fisik, kimiawi maupun secara
biologis (Hanafiah, 2014). Bahan organik berfungsi sebagai buffer (penyangga) hara,
buffer pH dan buffer air, sehingga keberadaan bahan organik sangat penting bagi
kesuburan tanah.
6

Analisis Pertumbuhan Tanaman


Berdasarkan perlakuan media tanam dan perlakuan biourin serta interaksi
diantara keduanya terhadap pertumbuhan tanaman jati putih, diperoleh data hasil
analisis sidik ragam (Anova) sebagaimana yang ditunjukkan Tabel 1.3 berikut:
Tabel 1.2 Hasil Analisis Sidik Ragam Parameter Penelitian
No Parameter Pertumbuhan ZPT Air Kelapa ZPT IBA
1 Jumlah Daun Ns Ns
2 Tinggi Tanaman ns ns
3 Diameter ns ns
4 Panjang Akar ns ns
5 Berangkas Kering ns ns
6 Persentase Stek Hidup ns ns
Keterangan: ns = tidak beda nyata

Berdasarkan Tabel 4.3, dapat diketahui bahwa ZPT tidak memberikan pengaruh
signifikan pada seluruh parameter pertumbuhan, meliputi jumlah daun, tinggi tanaman,
diameter batang, panjang akar, dan berat berangkasan kering.
Pada perlakuan pemberian ZPT Air Kelapa dan IBA terdapat masing-masing
tiga tanaman yang mati dimana penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada sub bab di
bawah ini yaitu :

Hasil Analiais ZPT Air Kelapa

Tabel 1.3 hasil analisis zat pengatur tumbuh air kelapa

No Parameter Pertumbuhan Konsentrasi

0% 25% 50% 75% 100%


(ZA0) (ZA1) (ZA2) (ZA3) (ZA4)
1 Tinggi Tanaman 10,67 7,23 11 7,07 7,07

2 Jumlah Daun 7,33 3,67 13,33 3 3

3 Diameter 1,65 1,72 1,63 1,18 1,3


4 Panjang Akar 4,67 7,17 6,5 4,33 5,53

5 Berat Berangkas Kering 0,81 0,99 1,36 0,21 0,23


6 Persentase Stek Hidup 0,67 1 0,67 0,67 1
7

Tinggi

Rata-rata tinggi tanaman tertinggi yaitu 11,00 cm pada perlakuan ZA2 dengan
konsentrasi 50% sedangkan rata-rata tanaman terendah yaitu 7,07 pada perlakuan ZA4
dengan konsentrasi 100%. Ini disebabkan karena pada konsentrasi 50% terdapat
cadangan auksin dan sitokinin yang lebih baik. Kandungan auksin dan sitokinin yang
terdapat didalam air kelapa mempunyai peran penting dalam proses pembelahan sel
sehingga membantu proses pembentukan tunas dan memanjangkan batang. Arif (2016),
menyatakan bahwa auksin berperan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Peran fisiologis auksin adalah mendorong perpanjangan sel, pembelahan sel,
diferensiasi jaringan xylem dan floem, pembentukana akar, dominan apikal, respon
tropis beserta menghambat pengguguran daun.

Jumlah Daun

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa hasil rata-rata jumlah daun tertinggi yaitu
13,33 lembar pada perlakuan ZA2 dengan konsentrasi 50% sedangkan rata-rata jumlah
daun terendah yaitu 3,00 lembar pada perlakuan ZA4 konsentrasi 100%. Menurut
Lawalata (2011) air kelapa mengandung hormon auksin dan sitokinin. Kedua hormon
tersebut digunakan untuk mendukung pembelahan sel embrio kelapa. Air kelapa
memiliki kandungan kalium cukup tinggi sampai mencapai 17%. Menurut Kristina dan
Syahid (2012) bahwa air kelapa mengandung vitamin dan mineral. Vitamin dan mineral
akan mendukung pembentukan dan pengisian umbi. Auksin berfungsi untuk membantu
dalam proses mempercepat pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun
pertumbuhan batang, membantu dalam proses pembelahan sel dan mempercepat
pemasakan buah.

Diameter Tanaman

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa hasil rata-rata diameter tanaman tertinggi
yaitu 1,72 cm pada perlakuam ZA1 dengan konsentrasi 25% sedangkan rata-rata
diameter tanaman terendah yaitu 0,18 pada perlakuan ZA3 dengan konsentrasi 75%.
Menurut pendapat Mayura (2014), Auksin yang terkandung dalam air kelapa dapat
mendukung peningkatan permeabilitas masuknya air ke dalam sel, mempertinggi
penye-rapan unsur N, Mg, Fe, Cu serta dapat menaikkan tekanan osmotik,
8

menyebabkan pengurangan tekanan pada dinding sel, meningkatkan sintesis protein,


meningkatkan plastisitas dan pengem-bangan dinding sel.

Panjang Akar

Pada tabel diatas menunjukkan hasil rata-rata panjang akar tertinggi yaitu 7,17cm
pada perlakuan ZA1 konsentrasi 25% sedangkan rata-rata tinggi tanaman terendah yaitu
4,33cm pada perlakuan ZA3 dengan konsentrasi 75%. Panjang akar erat kaitannya
dengan jumlah akar yang terbentuk yang akan menentukan besarnya volume akar.
Apabila jumlah akar yang terbentuk banyak, maka kemampuan akar untuk menyerap
unsur hara juga semakin tinggi, dan proses fotosintesis berjalan baik sehingga fotosintat
yang dihasilkan dan dialokasikan keseluruh bagian tanaman termasuk untuk
pertumbuhan akar juga meningkat sehingga meningkatkan jumlah akar dan volume akar
(Fodhil, 2014).

Berat Berangkas Kering

Dapat dilihat pada tabel diatas menunjukkan hasil rata-rata berat berangkas kering
tertinggi yaitu 1,36 cm pada perlakuan ZA2 konsentrasi 50% sedangkan rata-rata berat
berangkas kering terendah yaitu 0,21 pada perlakuan ZA3 dengan konsentrasi 75%.
Bobot kering tanaman merupakan hasil akumulasi karbohidrat yang tersedia untuk
pertumbuhan tanaman selama masa hidupnya. Sehingga apabila proses fisiologis yang
terjadi pada tanaman berjalan dengan baik dan didukung dengan penerapan pemupukan
yang efisien mampu meningatkan bobot kering tanaman (Desiana et al, 2013).

Dalam memproduksi biomasa banyak air yang dibutuhkan, tergantung dari jenis
tanaman. Untuk setiap kg bobot kering biomasa yang diproduksi akan ditranspirasikan
air sebanyak 500 kg (Hanafiah, 2014). Oleh karena itu ketersediaan air sangat penting
untuk menghasilkan berat berangkasan kering, terlepas dari ketersediaan unsur hara
esensial yang penting juga.

Persentase Stek Hidup

Dapat dilihat pada tabel diatas menunjukkan bahwa hasil rata-rata persentase stek
hidup tertinggi yaitu 1,00 % pada perlakuan ZA1 konsentrasi 25% dan ZA4 dengan
konsenrtasi 100% sedangkan rata-rata persentase stek hisup terendah yaitu 0,67 pada
9

perlakuan ZA0 dengan konsentrasi 0%, ZA2 dengan konsentrasi 50% dan ZA3 dengan
konsentrasi 75%. Persentase stek hidup tanaman kayu putih tidak dipengaruhi oleh
perlakuan konsentrasi air kelapa. Hasil pengamatan menunjukkan kemampuan stek
untuk bertahan hidup cukup baik. Hal ini diduga penggunaan bahan stek dari bagian
pucuk yang berumur muda dan memiliki daun mampu menginisiasi pembentukan akar
stek. Menurut Saptaji 2015 pembentukan akar stek dapat dirangsang oleh adanya pucuk
dan daun, karena diketahui pucuk dan daun merupakan sumber penghasil hormon
auksin alami (endogen). Hormon auksin yang dihasilkan dari pucuk akan
ditranslokasikan kebagian bawah stek melalui jaringan floem. Terakumalasinya hormon
di dasar bagian stek (luka bekas potongan) maka sel kabium akan lebih cepat membelah
sel membentuk kalus yang selanjutnya berkembang menjadi akar.

Hasil Analilis ZPT IBA


Tabel 1.4 hasil analisis zat pengatur tumbuh IBA
No Parameter Pertumbuhan Konsentrasi
0ppm 100ppm 300ppm 600ppm 900ppm
(ZI0) (ZI1) (ZI2) (ZI3) (ZI4)
1 Tinggi Tanaman 10,67 17 12,17 7,33 21
2 Jumlah Daun 7,33 20,33 12,33 2 30
3 Diameter 1,65 1,63 1,48 1,28 1,53
4 Panjang Akar 4,67 11,83 5,83 3,67 16,5
5 Berat Berangkas Kering 0,81 0,75 0,7 0,23 2,59
6 Persentase Stek Hidup 0,67 0,67 1 0,67 1

Tinggi Tanaman

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa konsentrasi 0 ppm, 100 ppm, 300 ppm, 600
ppm dan 900 ppm memberikan respon hasil rata-rata berbeda-beda. Rata-rata tinggi
tanaman tertinggi yaitu 21,00cm pada perlakuan ZI4 dengan konsentrasi 900ppm
sedangkan rata-rata tinggi tanaman terendah yaitu 7,33cm pada perlakuan ZI3 600ppm.
Menurut Irwanto (2001) bahwa IBA memiliki kandungan auksin unuk meningkatan
pertumbuhan tanaman, tergantung pada tinggi rendahnya pemberian hormon atau yang
akan menghambat, meracuni ataupun mematikan tanaman.

Jumlah Daun
10

Dari Tabel diatas menunjukkan bahwa konsentrasi perendaman 0ppm 100 ppm
300 ppm 600 ppm dan 900 ppm memberikan respon hasil rata-rata jumlah daun
tertinggi yaitu 30,00 lembar pada perlakuan ZI4 dengan konsentrasi 900ppm sedangkan
rata-rata jumlah daun terendah yaitu 2,00 lembar pada perlakuan ZA3 konsentrasi
600ppm.

Pemunculan tunas tunas lebih awal dapat menyebabkan pertumbuhan stek lebih
baik. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan daun dari stek kayu putih
rata-rata dapat membentuk satu helai setelah satu minggu muncul tunas, setelah itu daun
stek kayu putih rata-rata tumbuh 5 helai setiap pekan.

Hormon IBA digunakan karena perbanyakan stek mempunyai beberapa kendala,


yaitu zat tumbuh tidak tersebar merata sehingga pertumbuhan stek tidak seragam. IBA
memiliki kandungan kimia yang lebih stabil dan daya kerjanya lebih lama sehingga
dapat memacu pembentukan akar. IBA yang diberikan pada stek akan tetap berada pada
tempat pemberiannya sehingga tidak menghambat pertumbuhan dan perkembangan
tunas (Hamzah, 2016).

Diameter Batang

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa konsentrasi 0ppm, 100 ppm, 300 ppm, 600
ppm dan 900 ppm untuk IBA memberikan respon hasil yang tidak jauh berbeda. Rata-
rata diameter tanaman tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan ZI0 dengan rata-rata
diameter sebesar 1,65 mm, sedangkan rata-rata diameter tanaman terendah adalah 1,28
mm yaitu pada perlakuan ZI3 (Perendaman menggunakkan air kelapa dengan
konsentrasi 600 ppm). Meski demikian baik perlakuan ZI4 maupun ZI3 tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter stek pucuk kayu
putih. Pertumbuhan diameter dari perlakuan zpt tidak berbeda jauh satu sama lain. Hal
tersebut diduga karena pemberian IBA 0-300 ppm dengan cara perendaman hanya
merangsang pembentukan dan pembesaran akar radikel saja, namun pembentukan tunas
dan akar sejati terhambat sehingga pertumbuhan bibit kurang optimal (Anisha, 2015).
11

Panjang Akar

Dapat dilihat pada diatas menunjukkan bahwa konsentrasi 0ppm 100 ppm 300
ppm 600 ppm dan 900 ppm untuk IBA memberikan respon hasil rata-rata panjang akar
tertinggi yaitu 16,50cm pada perlakuan ZI4 dengan konsentrasi 900 ppm sedangkan
rata-rata tinggi tanaman terendah yaitu 3,67 pada perlakuan ZI3 dengan konsentrasi 600
ppm. Auksin biasanya memiliki pengaruh pada peningkatan jumlah dan panjang akar.
Selain itu pemberian IBA pada konsentrasi 900ppm yang tepat pada penelitian ini.
Karena ZPT yang diberikan dengan kebutuhan yang tepat akan direspon dengan baik
oleh tanaman dalam pembentukan akar. Hal ini sesuai dengan penelitan Salim (2010)
yang mengemukakan bahwa manfaan dari hormon sangat tergantung dari konsentrasi
dengan diberikan, jika konsentrasinya tepat akan sangat membantu dan didapatkan
sistem perakaran yang baik dalam waktu yang relatif singkat. Selain memacu
pemanjangan sel yang menyebabkan pertumbuhan akar pada dasarnya pemberian ZPT
dimaksudkan untuk mempercepat proses fisiologi pada akar yang memungkinkan
tersedianya bahan pembentuk akar dengan segera sehingga dapat meningkatkan
pemanfaatan zat hara.

Panjang akar juga sangat dipengaruhi oleh kondisi bahan stek yang digunakan,
karena proses pertumbuhan awal akar, energi yang digunakan untuk tumbuh berasal dari
stek pucuk yang digunakan. Hal tersebut diduga karena semakin banyak jumlah ruas
bahan stek maka kandungan karbohidrat dan nitrogennya juga semakin banyak sehingga
dapat memacu pertumbuhan tunas dan akar.

Berat Berangkas Kering

Pada konsentrasi 0ppm 100 ppm 300 ppm 600 ppm dan 900 ppm memberikan
respon hasil rata-rata berat berangkas kering tertinggi yaitu 2,59 cm pada perlakuan ZI4
konsentrasi 900 ppm sedangkan rata-rata tinggi tanaman terendah yaitu 0,23 pada
perlakuan ZI3 dengan konsentrasi 600ppm. Pada tanaman yang memiliki nilai berat
kering terbesar, fungsi fisiologinya berjalan dengan baik dan tanaman mampu
beradaptasi dengan baik pada lingkungan. Hal ini berarti tanaman tersebut mampu
menyerap unsur hara yang tersedia dan menjadikannya sumber nutrisi untuk
melaksanakan dan meningkatkan aktivitas dalam tubuhnya. (Riyanto et al, 2013).
12

Persentase Stek Hisup

Pada konsentrasi 0ppm 100 ppm 300 ppm 600 ppm dan 900 ppm memberikan
respon hasil rata-rata persentase stek hidup tertinggi yaitu 1,00 % pada perlakuan ZI2
konsentrasi 300 ppm dan ZI4 konsentrasi 900 ppm sedangkan persentase hidup tanaman
terendah yaitu 0,67 % pada perlakuan ZI0 konsentrasi 0 ppm, ZI1 konsentrasi 100 ppm
dan ZI3 dengan konsentrasi 600ppm.

Pemberian IBA dengan berbagai konsentrasi pada penelitian ini tidak memberikan
pengaruh. Hilmi (2015) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa ZPT yang diberikan
pada tanaman bermanfaat dalam merangsang pembentukan akar pada stek yang dapat
meningkatkan persen hidup stek tanaman kayu putih. Auri & Dimara (2016)
menambahkan bahwa pemberian zpt iba pada konsentrasi 300 ppm cukup memadai
untuk memberikan persentase hidup. Manfaat dari ZPT yang diberikan pada tanaman
akan sangat membantu dalam mendapatkan sistim perakaran yang baik dalam waktu
relatif singkat bila diberikan pada konsentrasi yang tepat.
13

KESIMPULAN DAN SARAN


1. Pemberian konsentrasi zat pengatur tumbuh air kelapa tidak berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan stek pucuk Melaleuca cajuputi.
2. Pemberian konsentrasi zat pengatur tumbuh IBA tidak berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan stek pucuk Melaleuca cajuputi.

Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai stek pucuk kayu putih dengan
menggunakan konsentrasi zat pengatur tumbuh jenis lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Anisha. 2015. Pengaruh konsentrasi Indole-3-Butyric Acid (IBA) dan pembelahan biji
terhadap perkecambahan dan pertumbuhan seedling manggis (Garcinia
mangostana L.). (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 124 hlm.
Arif., M, Murniati,. Ardian. 2016.Uji Beberapa Zat Pengatur Tumbuh Alami Terhadap
Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea Brasiliensis Muell Arg) Stum Mata Tidur. Jom
Faperta Vol 3 No 1.
Auri, A., & Dimara, P.A.,Respon Pertumbuhan Stek Gyrinops Verstegii Terhadap
Pemberian Berbagai Tingkat Konsentrasi Hormon Iba (Indole Butyric Acid).
Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 06 No. 2, Hal 133-136.
Budi S., Sari S. 2015. Ilmu dan Implementasi Kesuburan Tanah. UMM Press. Malang.
Desiana, C. Banuwa, I.S. Evizal, R. & Yusnaini, S., 2013. Pengaruh Pupuk Organik
Cair Urin Sapi Dan Limbah Tahu Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao
(Theobroma Cacao L.) J. Agrotek Tropika. Vol. 1, No. 1: 113 – 119.
Febriani, F., Linda, R., Lovadi, I., 2015. Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap
Pertumbuhan Stek Batang Kantong Semar (Nepenthes gracilis Korth.). Jurnal
Protobiont (2015) Vol. 4 (2) : 63-68.
Fodhil, M., 2014 Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa Pada Pembibitan Tanaman Buah
Naga (Hylocereus Costaricencis). Jomfaperta vol 1, No 1, halaman 6-7.
Hamzah, Tamin,. R.P., Napisah, S. 2016.Pengaruh Konsentrasi Indole Butyric Acid
(Iba) Dan Lama Perendaman Terhadap Pertumbuhan Setek Tembesu (Fagraea
Fragransroxb.) Volume 18, Nomor 1, Hal. 69-80.
Hanafiah, K.A., 2014. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi Edisi Ketiga.
Hilmi, N., H., Sutriono, R., Aji, I.M.L., 2015. Pengaruh Pemberian Hormon Iba (Indole
Butyric Acid) Dan Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Ekaliptus
(Eucalyptus Camaldulensis). Universitas Mataram.
Irwanto. 2001. Pengaruh Hormon IBA (Indole Butyric Acid) Terhadap Persen Jadi
Setek Pucuk Meranti Putih (Shorea montigena). Skripsi Fakultas Pertanian
Universitas Pattimura, Ambon.
Kartikawati, N.K., dan Rimbawanto, A. 2014. Potensi Pengembangan IndustriMinyak
Kayu Putih. Pusat Penelitian dan Pengembangan HutanTanaman. Departemen
Kehutanan.
14

Kartikawati, N.K., Rimbawanto, A., Susanto, M., Baskorowati, L., dan Prastyono. 2014.
Budidaya dan Prospek Pengembangan Kayu Putih (Melaleucacajuputi). Jakarta :
IPB Press.
Kristina, N.N & Syahid, S.F.2012.Pengaruh Air Kelapa Terhadap Multiplikasi Tunas In
Vitro, Produksi Rimpang, Dan Kandungan Xanthorrhizol Temulawak Di
Lapangan. Jurnal Littri 18(3), 125-134.
Mayura, E Yudarfis H.I., & Ireng D. 2016 Pengaruh Pemberian Air Kelapa Dan
Frekuensi Pemberian Terhadap Pertumbuhan Benih Cengkeh. Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor.
Rimbawanto, A., Susanto, M., Khosmah, M.K., Adinugraha, H.A., dan Utomo,P.M.
2014. Buku Seri Iptek V Kehutanan Topik 1 Kayu Putih. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Kementerian Kehutanan Republik Indonesia.
Riyanto, A.B. Patola, E. Siswadi. 2013. Uji Dosis Dan Frekuensi Aplikasi Pupuk Urea
Terhadap Pertumbuhan Bibit Jati Putih (Gmelina Arborea Roxb.)
Jurnal Inovasi Vol. 12,
Salim, H., Nyimas M.E.F Dan Yulia A. 2010 Pertumbuhan Bibit Manggis Asal
Seedling(Garcinia Mangostana L.) Pada Berbagai Konsentrasi Iba Volume 12,
Hal. 19-24 Universitas Jamb.
Saptajia, Setyono, & Rochman, N., 2015. Pengaruh Air Kelapa Dan Media Tanam
Terhadap Pertumbuhan Stek Stevia(Stevia Rebaudiana
Bertoni).Universitas Djuanda Bogor Jurnal Agronida Volume 1 Nomor 2,

Anda mungkin juga menyukai