Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat-Nya sehingga Jurnal
Agrokompleks volume 17 Nomor 1 Januari 2018 dapat terbit.
Tulisan ilmiah hasil-hasil penelitian yang dimuat dalam edisi ini meliputi budidaya
perikanan, teknologi hasil perikanan, pemanfaatan sumberdaya ikan dan bidang agribisnis
perikanan.
Inkorporasi tepung talas jepang dan tepung agar-agar pada pengolahan produk
pangan dapat meningkatkan sifat fungsional produk pangan tersebut. Penggunaan
konsentrasi optimum penambahan tepung talas jepang dan tepung agar-agar pada
pengolahan bahan pangan perlu dilakukan agar bahan pangan yang dihasilkan tetap
dapat diterima oleh konsumen, demikian kesimpulan Arham Rusli., dkk. Selanjutnya
Ahmad Daud, dkk., melaporkan Warna titik akhir titrasi dengan indikator secang, kulit buah
naga, ekstrak daun jati berturut-turut berwarna: sindur, tidak berwarna, merah tua.
Kombinasi perlakuan F2A1 (filtrat sampel di tambah indikator secang dan larutan
penampung asam borat 3% ditambah indikator tashiro) merupakan perlakuan yang dapat
dimanfaatkan sebagai alternatif penggunaan indikator alami pada analisa TVB
Nursyahran, dkk., menyimpulkan bahwa hasil penelitian perlakuan perbedaan
komposisi pakan yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap sintasan,
pertumbuhan panjang dan pertumbuhan berat benih ikan lele. Perlakuan pakan dengan
penambahan ampas kelapa sawit + tepung ikan menghasilkan sintasan, pertumbuhan
panjang dan pertumbuhan berat benih ikan lele. Parameter kualitas air yang didapatkan
selama penelitian tetap mendukung sintasan, pertumbuhan panjang dan pertumbuhan
berat benih ikan lele. Ovarium udang air tawar Macrobrachium idae berbentuk oval
dengan ukuran dan warna bervariasi sesuai dengan tingkat kematangannya. Berdasarkan
karakter morfologi, maka kematangan gonad udang betina dapat dibedakan atas empat
tingkat, yaitu: TKG I, TKG II, TKG III, dan TKG IV. Indeks kematangan gonad (IKG) udang
air tawar M. idae meningkat seiring dengan peningkatan Tingkat Kematangan Gonad
(TKG). Nilai IKG udang air tawar M. idae rata-rata berkisar 0,213 – 7,429 %. Berdasarkan
nilai IKG ini, menunjukkan bahwa udang air tawar M. idae dapat memijah lebih dari satu kali
dalam setahun demikian salah satu kesimpulan penelitian yang dilaksanakan Andi Yusuf,
dkk.,
Syatir Suaib, dkk., melaporkan Jenis ikan yang tertangkap pada terumbu karang
alami (coral reef) adalah ikan kaka tua (Scarus croicensis) famili Scaridae, ikan Triger
(Rhinecanthus verrucosus) famili Balistidae, ikan Titang (Acanthurus spp) famili
Acanturidae dan Ikan Lepu (Scorpaenopsis diabolus) famili Scorpaenidae. Selanjutnya
Hasri, dkk., dalam penelitiannya menyumpulkan bahwa Tepung ubi jalar ungu dapat
dijadikan sebagai bahan pengikat pada pembuatan nugget udang. Penggunaan ubi jalar
ungu sebagai substitusi tepung tapikoka pada pembuatan nugget udang dapat dilakukan
sampai konsentrasi 20%. Tingkat penerimaan konsumen terhadap produk nugget udang
yang menggunakan ubi jalar ungu sebagai bahan pengikat dengan konsentrasi 20%
berdasarkan uji organoleptik berada pada kisaran suka untuk semua parameter.
Rimal Hamal, dkk., melaporkan sintasan benur udang putih dengan perlakuan
substrat yang berbeda, sintasan tertinggi dicapai pada perlakuan B (Substrat pasir) yaitu
80%, disusul perlakuan A (Substrat tanah mangrove) yaitu 75% dan terendah pada
perlakuan C (Substrat plastik) yaitu 70%. Suhu air pada tiap perlakuan memperlihatkan
kisaran nilai sebesar 26,9°C-32°C. Rataan pH air pada tiap perlakuan memiliki kisaran nilai
8,2 – 8,77. kandungan oksigen terlarut pada tiap perlakuan menunjukkan rataan nilai yang
bervariasi antara 5,37 ppm – 7,28 ppm. Nilai salinitas air berkisar antara 30‰ – 34‰
Redaktur
Daftar Isi Halaman
Komposisi Kimia Terrine Yang Diinkorporasi Dengan Tepung Talas
Jepang Dan Agar-Agar
1 1-6
Arham Rusli, Syamsuar, A. Muh. Yuslim Patawari dan Fifi Arfini
ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji tentang penambahan tepung talas jepang dan agar-agar pada
pembuatan terrine. Penggabungan tepung talas jepang dan agar-agar pada pembuatan
terrine diharapkan dapat meningkatkan sifat fungsional produk terrine dengan tetap
mempertahankan stabilitas produk. Penelitian bertujuan untuk menganalisis komposisi
kimia terrine yang diinkorporasi dengan tepung talas jepang dan agar-agar. Penelitian
dilaksanakan menggunakan metode permukaan respon dengan rancangan faktorial
tingkat-3 (3-Level Factorial Design). Perlakuan yang diterapkan adalah konsentrasi tepung
talas jepang dan agar-agar. Batas bawah dan batas atas untuk masing-masing perlakuan
adalah 0 dan 5 % sehingga diperoleh perlakuan sebanyak 13 unit. Pengamatan dilakukan
terhadap komposisi kimia terrine meliputi kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar
karbohidrat, kadar abu, kadar kalsium, dan kadar serat kasar. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penambahan tepung talas dan agar-agar mempengaruhi komposisi
kimia dan meningkatkan kandungan gizi terrine. Penambahan tepung talas jepang dan
agar-agar dapat meningkatkan kadar serat terrine. Demikian pula kadar kalsium terrine
semakin meningkat dengan semakin tingginnya konsentrasi tepung agar-agar.
ABSTRACT
This study examined the addition of Japanese taro (satoimo) and agar-agar powder in the
making of terrine. The incorporation of satoimo and agar-agar powder in manufacture of
terrine was expected to improve the functional properties of terrine product while
maintaining product stability. The objective of the study was to analyze the chemical
composition of terrine incorporated with satoimo and agar-agar powder. The study was
conducted using a surface response method with 3-Level Factorial Design. satoimo and
agar-agar powder concentration were used as treatment material. The lower limit and
upper limit for each treatment were 0 and 5%, therefore, the treatment obtained by 13 units.
Observations were performed on the chemical composition of the terrine including
moisture, protein, lipid, carbohydrate, ash, calcium, and crude fiber content. The results
showed that the addition of satoimo and agar-agar powder affected the chemical
composition and increased the nutrient content of terrine. The addition of satoimo and agar-
agar powder could increase the crude fiber of terrine. Similarly, the calcium content of
terrine increased with increasing of agar-agar powder concentrations.
1
Arham Rusli, dkk., Komposisi Kimia Terrine Yang Diinkorporasi Dengan Tepung Talas
Jepang Dan Agar-Agar
3
Arham Rusli, dkk., Komposisi Kimia Terrine Yang Diinkorporasi Dengan Tepung Talas
Jepang Dan Agar-Agar
Chinnasarn, S dan Manyasi, R. 2010. Mergedus, A., Kristl, J., Ivancic, A., Sober,
Chemical and Physical Properties of A., Sustar, V., Krizan, T. dan Lebot, V.
Taro Flour and the Application of 2 0 1 5 . Va r i a t i o n o f m i n e r a l
Restructured Taro Strip Product. composition in different parts of taro
World Applied Science Journal Vol. (Colocasia esculenta) corms. Food
9(6): 600-604. Chemistry 170: 37-46.
Eliantosi dan Darius. 2015. Karakteristik Nurjanah, Suptijah, P. dan Rani, L. 2007.
fisik, kimia, dan organoleptik mie Pembuatan tepung puding instan
mosaf (modified satoimo flour) karagenan. Buletin Teknologi Hasil
(Colocasia esculenta). Agritepa Perikanan Vol. 10(1): 59-69.
1(2):188-194. Ramadhan, W dan Trilaksani, W. 2017.
Himeda, M., Yanou, N.N., Fombang, E., Formulasi hidrokolid-agar, sukrosa
Facho, B., Kitissou, P., Mbofung, dan acidulant pada pengembangan
C.M.F. dan Scher, J. 2014. Chemical produk selai lembaran. Jurnal
composition, functional and sensory Pengolahan Hasil Perikanan
characteristics of wheat-taro Indonesia Vol. 20(1): 95-108.
composite flours and biscuits. Journal Wang, J.K. dan Higa, S. 1983. Taro, a review
of Food Science and Technology Vol. of Colocasia esculanta and its
51(9): 1893–1901. potentials. University of Hawaii Press.
Hossain, M.B. 2016. Effect of taro flour Honolulu.
addition on the functional and Winarno, F. G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi.
physiochemical properties of wheat Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
flour and dough for the processing of
bread. Nutrition & Food Science
International Journal Vol. 1(2): 1-4.
James, E.O., Peter, I.A., Charles, N.I. dan
Joel, N. 2013. Chemical composition
and effect of processing and flour
particle size on physicochemical and
organoleptic properties of cocoyam
(Colocasia esculenta var. esculenta)
flour. Nigerian Food Journal 31(2):
113-122.
Jane, J., Shen, L., Chen, J., Lim, S.,
Kasemsuwan, T., dan Nip, W.K. 1992.
Physical and chemical studies of taro
starches and flours. Cereal Chemistry
69(5): 528-535.
Khairunnisa, A., Atmaka, W dan Widowati,
E. 2015. Pengaruh penambahan
hidrokoloid (CMC dan agar-agar
tepung) terhadap sifat fisik, kimia, dan
sensoris fruit leather semangka
(Citrullus lanatus (thunb.) Matsum. Et
Nakai). Jurnal Teknosains Pangan
Vol. 4(1): 1-9.
Khomsan, A dan Anwar, F. 2008. Sehat Itu
Mudah, Wujudkan Hidup Sehat
dengan Makanan Tepat. Penerbit
Hikmah (PT. Mizan Publika). Jakarta.
Mbofung, C.M.F., Aboubakar, Njintang, Y.N.,
Bouba, A.A. dan Balaam, F. 2006.
Physicochemical and functional
properties of six varieties of taro
(Colocasia esculanta L. Schott) flour.
Journal of Technology 4(2): 135-142.
6
PENGEMBANGAN PROSEDUR ANALISIS TOTAL VOLATIL BASES DENGAN
MENGGUNAKAN INDIKATOR ALAMI
ABSTRAK
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menemukan metode pengukuran tingkat kesegaran
ikan yang cepat dan dapat diandalkan. Berbagai metode telah digunakan untuk mengukur
perubahan postmortem pada kualitas sensori, kimia dan mikrobiologi ikan. Salah satu
metode analisis yang menggunakan indikator yaitu analisis Total Volatil Base Nitrogen
(TVB-N), sebagai salah satu analisis untuk menguji kemunduran mutu ikan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji pemanfaatan ekstrak secang, ekstrak daun jati, ekstrak kulit buah
naga sebagai indikator alami dalam analisis TVB-N. Penelitian ini bersifat eksperimental,
dengan subjek penelitian adalah indikator alami ; ekstrak kayu secang, ekstrak daun jati,
ekstrak kulit buah naga. Objek dalam penelitian ini adalah titik akhir titrasi pada analisa
TVB, ketepatan dan kecermatan penggunaannya dalam analisa TVB-N. Hasil penelitian
menunjukkan warna titik akhir titrasi dengan indikator secang, kulit buah naga, ekstrak
daun jati berturut-turut berwarna: kuning, tidak berwarna, merah tua. Kombinasi perlakuan
filtrat sampel di tambah indikator secang dan larutan penampung asam borat 3% ditambah
indikator tashiro merupakan perlakuan yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif
penggunaan indikator alami pada analisa TVB-N, dengan volume titrasi rata-rata 5,76 ml,
titik akhir titrasi berwarna kuning dan kadar TVB-N sebesar 31,12 mg%N. Standar deviasi
dari perlakuan tersebut sebesar 0,053 sehingga perlakuan tersebut cermat sebagai
indikator dalam analisa TVB-N.
Kata Kunci: Total Volatil Base, indikator alami, ekstrak secang, ekstrak daun jati,
ekstrak kulit buah naga.
ABSTRACT
Much attention has been given to find a rapid and reliable method of fish freshness
assessment. A variety of methods have been used to measure the postmortem changes in
sensory quality, chemistry and microbiology. One analysis to assess fish quality by using
indicators is total volatile base nitrogen (TVB-N). This study aimed to examine the
utilization of sappan wood (Biancaea sappan) extract, teak leaf extract, dragon fruit skin
extract as a natural indicator in TVB-N analysis. This study was experimental study which
subjected to natural indicator such as sappan wood extract, teak leaf extract, dragon fruit
skin extracts. The objective of this study was to obtain the endpoint of the titration on TVB
analysis, the precision and accuracy of TVB-N analysis. The result of this study showed that
the color of end point of titration with natural indicator was yellow, colorless to dark red. The
combination treatment filtrated sample added with sappan wood indicator, 3% of boric acid
and tashiro indicator can be utilized as an alternative for natural indicators on TVB analysis,
with an average titration volume of 5.76 ml, a yellow titration point end and a TVB level of
31.12 mg% N. The standard deviation of treatment was 0.053. It suggested that treatment
was accurate as an indicator on TVB-N analysis.
Keywords: Total Volatile Base, natural indicator, sappan wood extract, teak
leaf extract, dragon fruit skin extract.
7
Ahmad Daud, dkk., Pengembangan Prosedur Analisis Total Volatil Bases Dengan
Menggunakan Indikator Alami
etanol 96% (Army et al., 2016). Penelitian ini Uji Warna Indikator Pada pH 1 sampai
mengkaji tentang penggunaan indikator pH 14
alami dari ekstrak kayu secang, daun jati Untuk membuktikan perubahan
muda, dan kulit buah naga pada analisa warna pada indikator alami maka diperlukan
TVB. larutan uji dengan pH 1- 14. Larutan uji ini
dibuat dari dua larutan yaitu HCl dan NaOH.
TUJUAN PENELITIAN Larutan dengan pH 1 – 6 dibuat dari larutan
Penelitian ini bertujuan untuk HCl, pH 7 di buat dari aquadest, dan pH 8 –
mengetahui keakuratan dan kecermatan 14 dibuat dari larutan NaOH. Pembuatan
indikator alami dalam penggunaannya untuk larutan pada masing-masing pH dapat
analisa TVB. dilakukan berdasarkan ketepatan secara
teoritis seperti yang dilakukan oleh Cita
(2015).
BAHAN DAN METODE Untuk uji warna langkah kerjanya
Alat dan Bahan sebagai berikut: Bersihkan pelat tetes
Alat yang digunakan dalam penelitian kemudian keringkan, teteskan larutan uji pH
ini adalah blender, evaporator, toples
1 sebanyak 7 tetes pada satu lubang pelat
bertutup, neraca analitik, gelas ukur, tabung tetes, lakukan hal yang sama pada masing-
reaksi, rak tabung, pH meter, homogenizer, masing larutan uji sampai pH 14, teteskan
tabung destilasi, heating mantel, dan salah larutan indikator alami pada masing-
beberapa peralatan gelas lainnya. masing larutan uji, lakukan hal yang sama
Bahan yang digunakan dalam pada indikator lainnya, bandingkan warna
penelitian ini adalah kayu secang, pucuk yang terjadi dengan menggunakan indikator
daun jati, kulit buah naga, etanol 96%, HCl, PP dan indikator tashiro
NaOH, Aquades, asam perklorat 9%,
indikator PP, indikator tashiro, H3BO3 3%, Analisis Kadar Total Volatil Base (TVB)
sampel analisa berupa ikan cakalang. (SNI 2354.8:2009)
Metode analisis kadar TVB
Prosedur Penelitian berdasarkan pada SNI 2354.8:2009,
Ekstraksi Indikator Alami menggunakan indikator PP dan Indikator
Pembuatan ekstrak indikator alami Tashiro, penggunaan indikator tersebut
dilakukan seperti prosedur ekstraksi pada merupakan kontrol dalam penelitian ini,
kulit buah naga yang diterapkan oleh Army sebagai perlakuan penelitian, ke dua
(2016). Ketiga bahan dihaluskan kemudian indikator tersebut diganti mengunakan
masing-masing ditimbang sebanyak 100 indikator alami (indikator ekstrak secang,
ekstrak daun jati, dan ekstrak kulit buah
gram dengan menggunakan neraca analitik.
naga), perubahan warna pada metode
Menambahkan pelarut etanol 96% dengan analisa pada tahap destilasi dan titik akhir
perbandingan (1:2), kemudian dimaserasi titrasi disesuaikan dengan penunjukan
selama 24 jam untuk memperoleh ekstrak. warna masing-masing indikator pada pH
Hasil ekstrak disaring dengan kertas saring. yang telah ditentukan dan disesuaikan
Fraksi etanol yang diperoleh dipekatkan dengan penunjukan indikator PP dan
dengan rotary vacuum evaporator hingga indikator tashiro pada kondisi pH tersebut.
diperoleh ekstrak kental. Filtrat dituang ke Adapun prosedur kerja analisa kadar TVB
terbagi atas 3 tahap sebagai berikut:
dalam botol bertutup dan disimpan dalam
lemari pendingin hingga siap digunakan. Tahap Ekstraksi
Rendemen dihitung berdasarkan Pertama-tama sampel ditimbang
persamaan sebagai berikut: sebanyak 10 gram dengan gelas piala, lalu
ditambahkan 90 ml asam perklorat (PCA)
Massa bahan sebelum ekstraksi (gram) 6% . Sampel dihomogenkan menggunakan
Rendemen % = X 100% homogenizer selama 2 menit. Selanjutnya
Massa setelah ekstraksi (gram)
sampel disaring menggunakan kertas saring
kasar dan menghasilkan filtrat yang akan
digunakan pada tahap selanjutnya.
9
Ahmad Daud, dkk., Pengembangan Prosedur Analisis Total Volatil Bases Dengan
Menggunakan Indikator Alami
pelarut yang sesuai untuk ekstraksi yaitu buah telah mengalami proses pematangan
aquades dan etanol, ekstrak kayu secang (maturation) dan pemasakan (ripening)
dengan etanol relatif stabil dalam maksimal selama 4 hari dan kemudian akan
penyimpanan selama 8 hari dibanding
terjadi penurunan kondisi yang diikuti
ekstrak kayu secang dalam pelarut air
(Padmaningrum et al, 2012). Indikator alami dengan kerusakan pada masa penuaan
dalam etanol 96% dapat dilihat pada (senencence) yaitu selama penyimpanan 8
Gambar 1 di bawah ini hari. Semakin tinggi nilai absorbansi
semakin tinggi kadar antosianin. Selain hal
tersebut tidak terjadinya perubahan warna
pada ekstrak etanol kulit buah naga juga
kemungkinan disebabkan oleh asam
askorbat yang merupakan senyawa yang
lazim terdapat pada buah-buahan.
Keberadaannya mampu meningkatkan
kandungan nutrisi pada buah akan tetapi
Gambar 1. Indikator alami kulit buah naga, juga dapat mempengaruhi stabilitas dari
secang dan daun jati pigmen warna antosianin, menurut Rein
(2005), degradasi antosianin akan menjadi
Trayek pH Ekstrak Etanol Indikator Alami lebih cepat dengan keberadaan asam
Trayek pH diperoleh dari data
askorbat.
pengamatan perubahan warna dalam
berbagai variasi pH. Trayek pH adalah pH
yang menyatakan perubahan warna Aplikasi Indikator Alami Pada Analisis
menyolok. Ekstrak indikator alami TVB
ditambahkan pada larutan buffer pH 1-14. Pada dasarnya analisis TVB setelah
Ekstrak kayu secang dalam pelarut etanol proses destilasi dilakukan titrimetri dengan
96% (berwarna merah) ditambahkan pada prinsip asam basa, yaitu kelebihan basa dari
larutan buffer pH 1-6,5 berwarna kuning hasil destilasi dihitung berdasarkan jumlah
lemah, pH 7-7,5 berwarna merah, pH 8-11,5 hasil titrasi dengan menggunakan HCl.
berwarna orange dan pH 12-14 merah tua. Adapun warna titik akhir titrasi dari masing-
Sehingga trayek pH ada dua yaitu pH 6,5-7 masing indikator terlihat seperti Gambar 2
(kuning – merah ) dan pH 7,5 – 11,5 (merah yaitu indikator penambahan indikator PP
muda - orange). pada filtrat dan indikator tashiro pada
Uji trayek pH ekstrak daun jati pH 1- penampung destilat sebagai kontrol
14 menghasilkan pH 7-8 sebagai trayek pH memberikan warna abu-abu netral,
(merah pekat – merah). Hal ini sesuai penggunanaan indikator secang titik akhir
penelitian yang dilakukan oleh Pratama titrasi berwarna sindur, indikator daun jati titk
(2013). akhir titrasi berwarna merah, sementara
Uji trayek pH ekstrak etanol kulit indikator dari kulit buah naga tidak
buah naga tidak memberikan trayek pH berwarna.
karena dari pH 1 sampai 14 memberikan
warna kuning yang sangat lemah. Menurut
Mancheix et al. (1990) dan Geisman (1969),
intensitas warna dipengaruhi oleh keadaan
pigmen dan yang paling berpengaruh
adalah konsentrasi, pH dan suhu. Tidak
adanya perubahan warna pada ekstrak kulit
buah naga kemungkinan disebabkan oleh
masa simpan buah naga yang sudah lebih
dari empat hari, seperti yang dikemukakan Gambar 2. Titik akhir titrasi indikator alami
oleh Saati (2010), bahwa titik maksimal
absorbansi buah naga merah terjadi pada
masa simpan 4 hari karena
11
Ahmad Daud, dkk., Pengembangan Prosedur Analisis Total Volatil Bases Dengan
Menggunakan Indikator Alami
Ati, N.H., Puji, R., Soenarto, N. Dan Laismina, A.N., Montolalu, L.A.D.Y. dan
Leenawati, L. 2016. The Composition Mentang, F. 2014. Kajian Mutu Ikan
and the content of Pigment Some Tuna (Thunnus albacares) Segar Di
Dyeing Plant for Ikat Weaving in Pasar Bersehati Kelurahan Calaca
Timoresse Regency, Eas Nusa Manado. Jurnal Media Teknologi Hasil
Tenggara. Indo. J. Chem., 6 (3), 325 – P e r i k a n a n Vo l . 2 ( 2 ) : 1 5 - 1 9
3 3 1 . Te r s e d i a d i h t t p : / / Marulkar. V. S., Kavitake, S.S., Killedar, S.G.
pdm_mipa.ugm.ac.id/ojs/index.php/ijc/ dan Mali, D.P. 2013. Boerhavia Erecta
article/view/327 [Diakses 14-09-2012]. Linn. Stem Bark Extract A Natural
Aurand, L.W., Eoods, A.E. dan Wells, M.R. Acid-Base Indicator. Asian Journal of
1987. Food Composition and Analysis. Biomedical and Pharmaceutical
The Avi Published by Van Nostrand Sciences 3 (16) 2013, 10-13.
R e i n h o l d C o . N e w Yo r k . Mulyono, H.A.M. 2006. Kamus Kimia. PT
BSN 2009. SNI 2354.8: 2009. Analisa Kadar Bumi Aksara, Jakarta.
Total Volatile Base (TVB). Badan Munandar, A., Nurjanah, dan Nurilmala, M.
Standardisasi Nasional 2009. Kemunduran Mutu Ikan Nila
Cita, I. 2015. Pembuatan Indikator Asam (Oreochromis niloticus) Pada
Basa Karamunting. Jurnal Kaunia Vol Penyimpanan Suhu Rendah dengan
XI no.1ISSN 1829-5266 (print) ISSN Perlakuan Cara Kematian dan
2301-8550 (online). Penyiangan. Jurnal Teknologi
Citramukti, I. 2008. Ekstraksi dan Uji Pengolahan Hasil Perikanan
Kualitas Pigmen Antosianin Pada Kulit Indonesia Vol. 12(2):88-101.
Buah Naga Merah (Hylocereus Nurjanah, Setyaningsih, I., Sukarno dan
costaricensis). Skripsi. Jurusan Muldani, M. 2004. Kemunduran Mutu
Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Ikan Nila Merah (Orechomis sp)
Muhammadiyah Malang. 2008. Selama Penyimpanan Pada Suhu
Gupta, P., Jain P. dan Jain, P.K. 2012. Flower Ruang. Buletin Teknologi Hasil
Sap: A Natural Resource As Indicator Perikanan 7 (1) : 37-43
In Acidimetry And Alkalimetry. Pathade, K. S., Patil, S..B., Kondawar, M.S.,
International Journal of Chem Tech Naik Wade, N.S. dan Magdum, C.S.
Research. Vol.4 (4): 1619-1622 2009. Morus Alba Fruit-Herbal
Hadiwiyoto, S. 1993. Teknologi Pengolahan Alternative to Synthetic Acid Base
Hasil Perikanan. Jilid 1. Penerbit Indicators. International Journal of
Liberty. Yogyakarta. Chem Tech Research Vol.1(3): 549-
Hutabarat, F. R. 2010. Studi Pemanfaatan 551.
Ekstrak Kulit Ubi Jalar (Ipomoea Regina, T., P. dan Salirawati. 2007.
batatas poir) Sebagai Indikator Pada Pengembangan Prosedur Penentuan
Titrasi Asam Basa. Skripsi. Medan: Kadar Asam Cuka Secara Titrasi
FMIPA Universitas Sumatera Utara. Asam Basa dengan Berbagai
Igidi, J.O., Nwabue F.I. dan Omaka, O.N. Indikator Alami (Sebagai alternatif
2012. Physico Chemical Studies of Praktikum Titrasi Asam Basa di SMA),
Extracts From Napoleona Vogelli Laporan Penelitian. Fakultas MIPA,
Grown in Ebonyi State as A Source of Universitas Negeri Yogyakarta,
New Acid. Base Indicators. Research Yogyakarta.
Journal in Engineering and Aplied Regina, T., P., Siti, M. dan Antuni, W. 2012.
Scieces Vol. 1(2) 96-101. Karakter Ekstrak Zat Warna Kayu
Indah, S. 2016. Pengaruh Nilai pH Terhadap Secang (Caesalpinia Sappan L.)
Warna Dari Kayu Secang Sebagai Indikator Titrasi Asam Basa.
(Caesalpinia Sappan L.) Sebagai Prosiding Seminar Nasional
Indikator Alami Baru. Jurnal Media Penelitian, Pendidikan dan
Medika Muda Vol.2 (2): Penerapan MIPA, Fakultas MIPA,
Universitas Negeri Yogyakarta,
Yogyakarta.
13
PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN
UNTUK PERTUMBUHAN DAN SINTASAN
BENIH IKAN LELE
ABSTRAK
Pemanfaatan berbagai sumberdaya lokal sebagai sumber bahan pakan alternatif bagi ikan
seperti bungkil sawit perlu diupayakan karena tersedia secara kontinyu, melimpah, murah,
dan menguntungkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan
ampas kelapa sawit pada pakan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele.
Penelitian dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan
dan 3 ulangan yaitu tanpa penambahan ampas kelapa sawit, penambahan ampas kelapa
sawit + dedak halus, penambahan ampas kelapa sawit + tepung jagung dan penambahan
ampas kelapa sawit + tepung ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan yang
berbeda sangat berpengaruh terhadap sintasan, pertumbuhan panjang dan pertumbuhan
berat benih ikan lele. Sintasan benih ikan lele tertinggi pada penambahan ampas kelapa
sawit + tepung ikan sebesar 78,33% dan terendah pada penambahan ampas kelapa sawit
+ dedak halus sebesar 44,33%, pertumbuhan panjang benih ikan lele tertinggi pada
penambahan ampas kelapa sawit + tepung ikan sebesar 5,6 cm dan terendah pada
penambahan ampas kelapa sawit + dedak halus sebesar 4,3 cm dan pertumbuhan berat
mutlak benih ikan lele pada tertinggi pada penambahan ampas kelapa sawit + tepung ikan
sebesar 2,7 gram dan terendah pada penambahan ampas kelapa sawit + dedak halus
sebesar 1,1 gram. Kualitas air selama penelitian masih dalam kisaran yang mendukung.
Kata Kunci : Ampas kelapa sawit, Sintasan, Pertumbuhan, benih ikan lele
ABSTRACT
Utilization of local resources such as palm kernel cake as an alternative feed ingredient
should be done because it is available abundantly and sustainably, cost effective, and
profitable. This study aimed to determine the effect of feeding dietary based palm kernel
cake on the growth and survival of catfish. A Completely Randomized Design with 4
replicates was applied for experimental design; control (without treatment); palm waste
treatment; palm and fine bran treatment; palm kernel cake and cornmeal treatment;
coconut milk powder and fish meal treatment. The results showed that the different
formulated feed affected survival rate, the length-weight growth of catfish larvae. The
highest survival rate of catfish larvae obtained from the formulated feed with palm kernel
cake and fish meal treatment (78.33%) and the lowest survival rate was found in the
treatment of palm waste and fine bran by 44.33%. The highest length growth of catfish
larvae was recorded in the treatment of palm kernel cake with fish flour (5.6 cm) and the
lowest was found in the formulated diet of palm kernel cake with fine bran (4.3 cm). The
highest absolute growth of catfish larvae was palm kernel cake with fish meal powder
treatment (2.7 gr) and the lowest was obtained from the formulated feed with palm and fine
bran (1.1 gr). Water quality parameter during the study period was still within the optimum
range for growth.
15
Agrokompleks, Volume 17, Nomor 1, Januari 2018 ISSN : 1412-811X
16
Nursyahran, dkk., Pemanfaatan limbah ampas kelapa sawit sebagai bahan baku pakan
untuk pertumbuhan dan sintasan Benih ikan lele
No Parameter Alat
1 Suhu Thermometer
2 Ph pH meter
3 Oksigen DO meter
Gambar 3. Rata-rata Sintasan Benih Ikan
Analisis Data Lele pada semua perlakuan
Dalam hasil penelitian yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan
analisis ragam ( diolah dengan
menggunakan SPSS V.17 ). Jika hasil
penelitian menunjukkan pengaruh yang
17
Agrokompleks, Volume 17, Nomor 1, Januari 2018 ISSN : 1412-811X
18
Nursyahran, dkk., Pemanfaatan limbah ampas kelapa sawit sebagai bahan baku pakan
untuk pertumbuhan dan sintasan Benih ikan lele
mempengaruhi pertumbuhan ikan. Tinggi dapat hidup pada suhu air yang
rendahnya protein dalam pakan dipengaruhi berkisar antara 20-33 0C. Kualitas air yang
oleh kandungan energi non-protein yaitu dianggap baik untuk kehidupan lele adalah
yang berasal dari karbohidrat dan lemak suhu yang berkisar antara 20-30oC, akan
Hasil analisis ragam menunjukkan tetapi suhu optimalnya adalah 27 o C,
bahwa pemberian pakan yang berbeda kandungan oksigen terlarut > 3 ppm, pH 6.5-
berpengaruh nyata (P<0.01) terhadap 8 dan NH3 sebesar 0.05 ppm (Khairuman
pertumbuhan berat benih ikan lele dan Amri, 2002 dalam Aristya,2006).
(Lampiran 11). Menurut Rachman (2005) Meskipun ikan lele mampu bertahan
Selain faktor protein makanan yang hidup di lingkungan dengan kadar oksigen
dimakan, faktor daya tarik makanan diduga yang rendah, namun untuk menunjang agar
juga memainkan peran penting dalam ikan lele dapat tumbuh secara optimal
pertumbuhan dan kelangsungan hidup diperlukan lingkungan perairan dengan
larva. makanan yang memiliki daya tarik kadar oksigen yang cukup. Kadar oksigen
yang lebih baik akan dapat merangsang yang baik untuk menunjang pertumbuhan
nafsu makan larva ikan. Bila makanan yang ikan lele secara optimum adalah harus lebih
diberikan mengandung protein rendah, dari 3 ppm.
maka pertumbuhannya lambat. Suhu air optimal dalam
pertumbuhan ikan lele adalah 28ºC. Hal
Pengamatan Kualitas Air tersebut terkait dengan laju metebolismenya
Kualitas air didefinisikan sebagai (Tai et al., 1994). Suhu di luar batas tertentu
faktor kelayakan suatu perairan untuk akan mengurangi selera makan pada ikan.
menunjang kehidupan dan pertumbuhan Berdasarkan penelitian yang dilakukan Britz
organisme akuatik yang nilainya ditentukan dan Hecht (1987), untuk pembesaran benih
dalam kisaran tertentu (Safitri, 2007). ikan lele didapat bahwa laju pertumbuhan
Menurut Gustav (1998) dalam Rukmana ikan lele akan baik pada suhu 25º-33ºC dan
(2003), kualitas air memegang peranan suhu optimum 30ºC.
penting terutama dalam kegiatan budidaya. Keasaman (pH) yang rendah
Penurunan mutu air dapat mengakibatkan berakibat buruk pada spesies kultur dan
kematian, pertumbuhan terhambat dan menyebabkan ikan stress, mudah terserang
timbulnya hama penyakit. Faktor yang penyakit, produktivitas dan pertumbuhan
berhubungan dengan air perlu diperhatikan rendah. Batas toleransi ikan terhadap pH
antara lain : oksigen terlarut, suhu, pH, adalah bervariasi tergantung suhu, kadar
amoniak, dan lain-lain. oksigen terlarut, alkalinitas, adanya ion dan
Selama kegiatan penelitian kation, serta siklus hidup organisme
dilakukan juga pengukuran parameter tersebut (Pescond 1973, dalam Rohaedi,
kualitas air sebagai berikut : 2002). Selain itu keasaman (pH) memegang
peranan penting dalam bidang perikanan
Tabel 5. Data Hasil Pengukuran Kualitas Air karena berhubungan dengan kemampuan
Selama Penelitian. untuk tumbuh. Ikan lele dapat hidup pada
kisaran pH 4 dan diatas pH 11 akan mati
No Parameter Hasil Pengukuran (Suyanto, 1999). Nilai pH yang baik untuk
1 Suhu 28 - 33 0C lele berkisar antara 6,5-8,5. Tinggi
2 pH 6,5 – 8 rendahnya suatu pH dalam perairan salah
3 Oksigen 3,67 - 4,8 C satunya dipengaruhi oleh jumlah kotoran
dalam lingkungan perairan khususnya sisa
Hasil pengukuran suhu selama pakan dan hasil metabolisme (Arifin, 1991).
penelitian berlangsung telah sesuai dengan
suhu yang optimal bagi pertumbuhan benih KESIMPULAN
ikan lele yaitu bahwa suhu air berpengaruh Perlakuan perbedaan komposisi
terhadap pertumbuhan dan perkembangan pakan yang berbeda memberikan pengaruh
ikan. benih ikan lele nyata terhadap sintasan, pertumbuhan
panjang dan pertumbuhan berat benih ikan
lele. Perlakuan pakan dengan penambahan
ampas kelapa sawit + tepung ikan
20
Nursyahran, dkk., Pemanfaatan limbah ampas kelapa sawit sebagai bahan baku pakan
untuk pertumbuhan dan sintasan Benih ikan lele
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan gonad dan indeks
kematangan gonad udang air tawar Macrobrachium idae. Pengambilan sampel udang
dilakukan di Danau Tempe Kabupaten Wajo sekali dalam sebulan selama bulan Juni
hingga bulan Oktober 2017, sedangkan analisis sampel dilakukan di Laboratorium Biologi
Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. Sampel udang ditangkap menggunakan alat
tangkap serok dengan alat bantu panambe (scoop net with artificial bait) yang dioperasikan
oleh nelayan pada malam hari. Sampel udang dimasukkan ke dalam cool box untuk
dianalisis di laboratorium. Tingkat kematangan gonad diamati secara morfologi dan
dianalisis secara deskriptif. Penentuan indeks kematangan gonad dengan cara
membandingkan bobot gonad dengan bobot udang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ovarium udang air tawar M. idae berbentuk oval dengan ukuran dan warna bervariasi
sesuai dengan tingkat kematangannya. Berdasarkan karakter morfologi, kematangan
gonad udang dapat dibedakan atas empat tingkat, yaitu: TKG I, TKG II, TKG III, dan TKG IV.
Indeks kematangan gonad (IKG) udang air tawar M. idae meningkat seiring dengan
peningkatan Tingkat Kematangan Gonad (TKG). Nilai IKG udang air tawar M. idae rata-rata
berkisar 0,213–7,429 %. Berdasarkan nilai IKG ini, menunjukkan bahwa udang air tawar M.
idae dapat memijah lebih dari satu kali dalam setahun .
ABSTRACT
This research aimed to investigate gonad maturity level and gonad somatic index of
freshwater prawn Macrobrachium idae at Tempe Lake, Wajo Regency. Prawn sampling
was collected in Tempe Lake of Wajo Regency once a month during June to October 2017,
while the sample analysis was performed in the Laboratory of Biology of Pangkep State
Polytechnic of Agriculture. The prawn was captured using scoop net with artificial bait,
which operated by fisherman in the night. Captured prawn were immediately put into cool
box for laboratory analysis. Gonad maturity levels were observed morphologically and
analyzed descriptively. Determination of gonad somatic index by comparing gonad weight
with prawn weight. The result showed that ovary of freshwater prawns M. idae was oval
shaped with size and color varied according to the level of maturity. Based on morphological
characteristic, the gonad maturity of prawn were distinguished in four levels: gonad maturity
level I, gonad maturity level 2, gonad maturity level III, and gonad maturity level IV. The
gonad somatic index of freshwater prawn M. idae increased with increasing gonad maturity
levels. The mean value of gonad somatic index were around 0.213–7.429%. Based on this
GI value, the result suggested that freshwater prawn M. idae may spawn more than once a
year.
Key words : Macrobrachium idae, gonad maturity level, gonad somatic index, Tempe
lake
22
Andi Yusuf, dkk., Tingkat Kematangan Gonad Dan Indeks Kematangan Gonad Udang Air
Tawar Macrobrachium Idae Di Danau Tempe Kabupaten Wajo
TUJUAN PENELITIAN
23
Agrokompleks, Volume 17, Nomor 1, Januari 2018 ISSN : 1412-811X
dan TKG IV. Indeks kematangan gonad Raswin, M.M., Aziz, K.A., Hitam, M.S.,
(IKG) udang air tawar M. idae meningkat Silalahi, S. dan Boer, M. 1981. Studi
seiring dengan peningkatan Tingkat tentang beberapa aspek biologi
Kematangan Gonad (TKG). Nilai IKG udang udang Macrobrachium sintangense
air tawar M. idae rata-rata berkisar 0,213 – De Man di Bendung Curug Jatiluhur.
7,429 %. Berdasarkan nilai IKG ini, Laporan Penelitian. Fakultas
menunjukkan bahwa udang air tawar M. Perikanan, Institut Pertanian Bogor,
idae dapat memijah lebih dari satu kali Bogor. 113 hal.
dalam setahun. Tang, U.M. dan Affandi, R. 2001. Biologi
Reproduksi Ikan. Pusat Penelitian
DAFTAR PUSTAKA Kawasan Pantai dan Perairan
Universitas Riau, Pekanbaru. 153
Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi hal.
Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor. Utomo, A.D. 2002. Pertumbuhan dan biologi
112 hal. reproduksi udang galah
Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. (Macrobrachium rosenbergii) di
Yayasan Pustaka Nusatama, Sungai Lempuing, Sumatera
Yogyakarta. 163 hal. Selatan. Jurnal Penelitian Perikanan
Holthuis, L.B. 1980. Shrimps and Prawns of Indonesia 8(1): 15-26.
the World, An Annotated Catalogue
of Species of Interest to Fisheries.
FAO Fisheries Synopsis No. 125
Volume 1. Food and Agriculture
Organization of the United Nations,
Rome. 271 p.
Kusmini, I.I. dan Hadie, L.E. 2000. Status
keanekaragaman ikan di Danau
Tempe, hal. 49-53. Dalam Prosiding
Seminar Nasional Keanekaragaman
Hayati Ikan. Pusat Studi Ilmu Hayati
Institut Pertanian Bogor
Bekerjasama dengan Pusat
Penelitian dan Pengembangan
Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia, Bogor.
Nasution, S.H. 2004. Distribusi dan
Perkembangan Gonad Ikan
Endemik Rainbow Selebensis
( Te l m a t h e r i n a c e l e b e n s i s
Boulenger) di Danau Towuti
Sulawesi Selatan. Tesis. Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor, Bogor. 87 hal.
New, M.B. and Singholka, S. 1985.
Freshwater Prawn Farming, A
Manual for the Culture of
Macrobrachium rosenbergii. FAO
Fisheries Technical Paper 225
Revision I / Firi / T225. Food and
Agriculture Organization of the
United Nations, Rome. 118 p.
25
KAJIAN EKSPLOITASI IKAN HIAS LAUT DENGAN MEMANFAATKAN TERUMBU
BUATAN SEBAGAI SOLUSI REHABILITASI TERUMBU KARANG
DI KABUPATEN BARRU
ABSTRAK
Penelitian tentang kajian eksploitasi ikan hias laut dengan memanfaatkan terumbu buatan
sebagai solusi rehabilitasi terumbu karang di kabupaten Barru telah dilakukan dari bulan
Oktober hingga Desember 2017. Penelitin bertujuan untuk mengetahui keragaman jenis
ikan hias laut yang terdapat pada terumbu karang alami dan terumbu buatan. Hasil
penelitian menunjukkan jenis ikan yang terdapat pada terumbu karang alami; ikan kaka tua
(Scarus croicensis) famili Scaridae, ikan Triger (Rhinecanthus verrucosus) famili
Balistidae, ikan Titang (Acanthurus spp) famili Acanturidae dan Ikan Lepu (Scorpaenopsis
diabolus) famili Scorpaenidae adalah jenis-jenis ikan terumbu karang alami (coral reef).
Pada terumbu karang buatan ditemukan jenis ikan ; Giru gelang (Amphiprion percula)
famili Pomacentridae, Giru balong strip (Premnas biaculeatus) family Pomacentridae,
Bunga waru (Monadactylus argentius) family Monadactylidae, Sekar taji (Acanthurus
lineatus) family Acathuridae, Lencan (Lethrinus sp) family Lethrinidae, Peperek
(Leoignathus sp) family Leoignathidae, Tompel (Amphiprion ephipium) family
Pomacentridae, Betok sebra (Dascylus melanurus) family Pomacentridae dan Triger
(Balistoides spp) family Balistidae
ABSTRACT
Research on marine ornamental fish exploitation study using artificial reef as reef
rehabilitation solution in Barru regency has been conducted from October to December
2017. The study aims to determine the diversity of marine ornamental fish species found on
natural coral reefs and artificial reefs. The results showed fish species found on natural
coral reefs Saddled Parrotfish(Scarus croicensis) Scaridae family, Blackpatch Triggerfish
(Rhinecanthus verrucosus) Balistidae family, Surgeonfish(Acanthurus spp) Acanturidae
family and False Stonefish (Scorpaenopsis diabolus) Scorpaenidae family are species of
coral reef. On artificial reefs found species of fish; Barrier Reef Anemonefish
(Amphiprionpercula) family Pomacentridae, Spine-Cheek Anemonefish (Premnas
biaculeatus) family Pomacentridae, Diamond fish (Monadactylus argentius) family
Monadactylidae, Blue-Lined Surgeonfish (Acanthuruslineatus) family Acathuridae, Blue-
Lined Emperor (Lethrinus sp) family Lethrinidae, Ponyfishes (Leoignathus sp) family
Leoignathidae, Red Saddleback Anemonefish (Amphiprion ephipium) family
Pomacentridae, Black-Tailed Dascyllus (Dascylus melanurus) family Pomacentridae and
Blue-Finned Triggerfish(Balistoides spp) family Balistidae
26
Syatir Suaib, dkk., Kajian Eksploitasi Ikan Hias Laut Dengan Memanfaatkan Terumbu
Buatan Sebagai Solusi Rehabilitasi Terumbu Karang Di Kabupaten Barru
berikut: membuat cetakan beton yang Panjang jaring 80 meter, lebar/tinggi 1,2
berukuran panjang 30 cm, lebar 15 cm dan meter, ukuran mata jaring (mesh size) 1,5
tinggi 13 cm. Cetakan terbuat dari papan inch. Jaring insang digunakan untuk
kayu pada bagian dalam dilapisi aluminium menangkap ikan hias laut yang berukuran
plat; menyiapkan campuran beton yang besar, sedangkan ikan-ikan yang berukuran
terdiri dari semen, pasir, dan kerikil; kecil menggunakan scoop net.
campuran beton dituang ke dalam cetakan Pada saat pengambilan hasil
dan untuk membuat lubang (diameter tangkapan juga dilakukan pengukuran
lubang) sekitar 10 cm, pada balok beton parameter oseanografi (salinitas) dengan
maka diletakkan sementara botol kaca pada alat hand refractometer Atago salinity 0-
bagian tengah cetakan. Lubang dibuat 1000/00, (suhu, oksigen terlarut) dengan DO
sebanyak 2 buah; beton dibuka dari cetakan meter 12 D 100902 YSI 55044 dan
setelah 2-3 hari dan selanjutnya diletakkan (kecerahan) dengan seice dish (Tabel 1).
pada tempat teduh selama 15 hari supaya
kering sempurna; Jumlah beton yang akan Tabel 1. Hasil Pengukuran Parameter
dicetak sebanyak 150 buah. Oseanografi di Lokasi
Artificial reef yang telah dibuat Penelitian
dibiarkan beberapa hari (±15 hari) agar Waktu Parameter
materialnya tersusun lebih padat dan Pengukuran
Stasiun (T.alami Tinggi air 1,5 m Stasiun (T.Buatan) Tinggi Air 2 m
massif. Selanjutnya balok beton diangkut
menggunakan perahu motor yang Suhu Salinitas Oksigen Kecerahan Suhu Salinitas Oksigen Kecerahan
jumlahnya disesuaikan dengan kapasitas Pagi
0
28.5 C 33 /00
0
4,39 100% 28,5 C
0 0
33 /00 4,34mg/l 100%
a n g k u t p e r a h u m o t o r, p e n e n t u a n mg/l
posisi/letak artificial reef menggunakan
global positioning system (GPS). balok-
balok beton dengan cara mengulukan ke Siang
0
28,9 C 31 /00
0
5,95mg/l 100% 28,7 C
0 0
31 /00 5,03mg/l 100%
dasar perairan satu per satu menggunakan 0 0/ 0 0
Sore 28,7 C 31 5,11mg/l 90% 28,4 C 31 /00 5,09mg/l 100%
tali ulur, Setelah balok beton yang 00
Tabel 3. Jenis-jenis ikan hias yang Allen, G.1999. Marine Fishes of South-
tertangkap di artificial reef East Asia (A Field Guide for
No Jenis Ikan di Nama Latin Famili
Anglers Divers). Periplus
Terumbu. Buatan Edition (HK) Ltd. 292 hal.
1 Giru gelang Amphiprion percula Pomacentridae Anonim. 2011a. Potensi Bisnis Ikan Hias
Indonesia. Direktorat Jenderal
2 Giru balong strip Premnas biaculeatus Pomacentridae Perikanan Budidaya Kelautan
dan Perikanan. Jakarta
3 Bunga waru Monadactylus argentius Monodactylidae ________2011b. Kajian Keramahan Alat
Tangkap Ikan Hias Ramah
4 Sekar taji Acanthurus lineatus Acanthuridae L i n g k u n g a n .
https://www.slideshare.net/teran
5 Lencan Lethrinus sp Lethrinidae
gi2011/mkdk03-hu-kajian-
6 Peperek Leoignathus sp Leoignathidae
keramahan-alat-tangkap-ikan-
8 Tompel Amphiprion ephippium Pomacentridae
hias-ramah-lingkungan-2.
9 Betok sebra Dascylus melanurus Pomacentridae
Diakses 7 Maret 2017
________ _2014. Harian Fajar , Terbit 20
10 Triger Balistoides spp Balistoidae
Juni 2014. Terumbu Karang
Rusak Berat
Livengood, E.J dan Chapman, F.A. 2011.
KESIMPULAN The Ornamental F i s h
Jenis ikan yang tertangkap pada Trade: An Introduction with
terumbu karang alami (coral reef) adalah Perspectives for Responsible
ikan kaka tua (Scarus croicensis) famili Aquarium Fish Ownership.
Scaridae, ikan Triger (Rhinecanthus Department of Fisheries and
verrucosus) famili Balistidae, ikan Titang Aquatic Sciences, Florida
(Acanthurus spp) famili Acanturidae dan Cooperative Extension Service,
Institute of Food and
Ikan Lepu (Scorpaenopsis diabolus) famili
Agricultural Sciences,
Scorpaenidae. Jenis ikan yang tertangkap University of Florida.
pada terumbu karang buatan (artificial reef) L. Burke et al.,2001. Pilot Analysis of Global
adalah; Giru gelang (Amphiprion percula) Ecosystems: Coastal
famili Pomacentridae, Giru balong strip Ecosystems Washington, DC:
(Premnas biaculeatus) family WRI, .p.14;
P o m a c d e n t r i d a e , B u n g a w a r u Moosa, M.K., dan Suharsono, 1997.
(Monadactylus argentius) family Rehabilitasi dan Pengelolaan
Terumbu Karang. Suatu Usaha
Monadactylidae, Sekar taji (Acanthurus
Menuju ke Arah Pemanfaatan
lineatus) family Acathuridae, Lencan Sumberdaya Terumbu Karang
(Lethrinus sp) family Lethrinidae, Peperek Secara Lestari. Prosiding
(Leoignathus sp) family Leoignathidae, Seminar Nasional Pengelolaan
Tompel (Amphiprion ephipium) family Terumbu Karang. Lembaga
Pomacentridae, Betok sebra (Dascylus Ilmu Pengetahuan Indonesia.
melanurus) family Pomacentridae dan Hal. 89- 200, Jakarta.
Triger (Balistoides spp) family Balistoidae Wagiyo, K., dan Radiarta, I.N. 1997.
Teknologi Konservasi dan
Rehabilitasi Terurnbu Karang.
DAFTAR PUSTAKA Prosiding Seminar Nasional
Pengelolaan Terumbu Karang.
Alldredge A.L. dan King J.M. 1977. Lembaga Ilmu Pengetahuan
Distribution, Abundance and Indonesia. Jakarta
Substrate Preferences of
Demersal Reef Zooplankton at
Lizard Island Lagoon, Great
Barrier Reef. Mar. Biol. Vol. 41:
317-333.
30
SUBSTITUSI TEPUNG TAPIOKA
DENGAN TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie)
PADA PRODUK NUGGET UDANG
ABSTRAK
Dalam pembuatan nugget udang, karbohidrat diperlukan sebagai bahan pengikat agar
bahan saling terikat satu sama lain dan memperbaiki tekstur. Penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji proses pembuatan dan tingkat penerimaan konsumen terhadap nugget udang
yang menggunakan tepung ubi jalar ungu sebagai substitusi tepung tapioka. Perlakuan
yang diterapkan pada penelitian ini adalah konsentrasi tepung ubi jalar ungu yang
digunakan dalam pembuatan nugget udang yaitu 100%, 50% dan 20%. Responden
sebanyak 10 orang digunakan sebagai panelis uji organoleptik. Data hasil penelitian diuji
secara deskriptif menggunakan software SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
konsentrasi tepung ubi jalar ungu sebesar 20% memiliki tingkat penerimaan tertinggi atau
berada pada kisaran suka untuk semua parameter sensorik atau organoleptik.
ABSTRACT
31
Hasri, dkk., Substitusi Tepung Tapioka Dengan Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas
blackie) Pada Produk Nugget Udang
32
Agrokompleks, Volume 17, Nomor 1, Januari 2018 ISSN : 1412-811X
Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan
adalah dengan penentuan formula dengan Gambar 1. Tepung ubi jalar ungu
menggunakan konsentrasi 100 %, 50 % dan
20 % tepung ubi jalar ungu sebagai Pada tahap selanjutnya adalah
substansi tepung tapioka serta uji proses pembuatan nugget dimana udang
organoleptik manual atau secara langsung yang telah disiapkan dibersihkan lalu dicuci
kepada responden sebanyak 10 responden sampai bersih untuk menghilangkan kotoran
yang diwakili oleh kalangan masyarakat dan yang melekat pada udang, setelah itu
mahasiswa yang tersebar di seputaran ditiriskan sampai kering untuk mengurangi
tempat penelitian, dimana hasil yang kadar air pada udang. Proses selanjutnya
didapat akan di uji secara SPSS dan adalah penggilingan udang dengan
dijabarkan secara deskriptif. dicampur es batu untuk membuat adonan
menjadi kalis dan mengurangi terjadinya
HASIL DAN PEMBAHASAN pertumbuhan bakteri pada adonan. Proses
Penelitian diawali dengan pemilihan penggilingan bahan baku menggunakan
bahan baku yang baik yaitu udang putih alat food processor disajikan pada Gambar
segar serta bahan pensubstitusi yaitu 2 .
tepung ubi jalar ungu serta bumbu bumbu
yang berupa bawang putih telur dan lain lain.
Penggunaan bahan baku daging udang
33
Hasri, dkk., Substitusi Tepung Tapioka Dengan Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas
blackie) Pada Produk Nugget Udang
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Substrat dasar tambak adalah salah satu bagian penting yang menentukan efisiensi
produksi udang. Substrat dasar secara langsung dapat mempengaruhi kualitas air di
tambak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh substrat yang berbeda
terhadap sintasan udang putih P. merguiensis de Man. Penelitian ini dilakukan pada Bulan
Maret-Nopember 2017, di Hatchery Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. Perlakuan yang
diujicobakan dalam penelitian ini sebagai berikut: Perlakuan A : Substrat Tanah mangrove,
Perlakuan B : Substrat Pasir, Perlakuan C : lapisan substrat Plastik. Rancangan penelitian
yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan
sehingga terdapat 9 unit percobaan. Sintasan tertinggi dicapai pada perlakuan B (Substrat
pasir) yaitu 80%, disusul perlakuan A (Substrat tanah mangrove) yaitu 75% dan terendah
pada perlakuan C (Substrat plastik) yaitu 70%. Suhu air pada tiap perlakuan
memperlihatkan kisaran nilai sebesar 26,9°C-32°C. Rataan pH air pada tiap perlakuan
memiliki kisaran nilai 8,2 – 8,77. Kandungan oksigen terlarut pada tiap perlakuan
menunjukkan rataan nilai yang bervariasi antara 5,37 ppm – 7,28 ppm. Nilai salinitas air
berkisar antara 30‰ – 34‰
ABSTRACT
Pond bottom substrate is one of the important parts that determine the efficiency of shrimp
production. The bottom substrate can directly affect the water quality in the pond. The aim of
this study was to determine the effect of different substrates on the survival rate of the white
shrimp P. merguiensis de Man. This study was conducted from March to November 2017 at
the Hatchery of Agricultural Polytechnic State of Pangkep. The treatments were tested in
this study as follows: Treatment A: Substrate of mangrove soil, Treatment B: Sand
Substrate, Treatment C: Plastic substrate layer. The study used a completely randomized
design with three different treatments and 3 replicates for each treatment. The results
showed that the highest survival rate was obtained from treatment B (80%), while treatment
A and C were 75% and 70%, respectively. The water quality observed during the study
period was temperature (26.9°C-32 °C), pH (8.2 to 8.77), dissolved oxygen (5.37 ppm -7.28
ppm) and salinity (30 ‰ – 34).
36
Rimal Hamal, dkk., Pengaruh Substrat Yang Berbeda Terhadap Sintasan Udang Putih
Penaeus marguensis
37
Agrokompleks, Volume 17, Nomor 1, Januari 2018 ISSN : 1412-811X
Analisis Data
Dalam hasil penelitian yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan
a n a l i s i s r a g a m ( d i o l a h d e n g a n Gambar 1. Sintasan Benur Udang Putih
menggunakan SPSS V.17 ). Jika hasil pada Akhir Percobaan
penelitian menunjukkan pengaruh yang
nyata pada perlakuan yang dicobakan,
Tabel 2 dan Gambar 1. memperlihatkan
maka dilanjutkan dengan uji lanjut Tukey (
Stell dan Torrie, 1993 ). bahwa sintasan benur udang putih dengan
perlakuan substrat yang berbeda, sintasan
tertinggi dicapai pada perlakuan B (Substrat
pasir) yaitu 80%, disusul perlakuan A
(Substrat tanah mangrove) yaitu 75% dan
38
Rimal Hamal, dkk., Pengaruh Substrat Yang Berbeda Terhadap Sintasan Udang Putih
Penaeus marguensis
DAFTAR PUSTAKA
Suman, A dan Chairulwan. 2010., Dinamika
populasi udang putih (Penaeus
merguiensis De Man) di perairan
kotabaru, kalimantan selatan. jurnal
penelitian perikanan indonesia Vol
16 No 1.
Anggoro, S. 1992. Efek osmotik berbagai
tingkat salinitas media terhadap
daya tetas telur dan vitalitas larva
udang windu Penaeus monodon F
(Disertasi). Program Pascasarjana
IPB. Bogor.
Dall,W., Hill, B.J., Rothlisberg, P.C dan
Sharples, D.J. 1990. The biology af
the penaedae. Di dalam: Blaxer JHS,
Southward AJ. Eds): Marine Biology
27. Academic Press, London.
Diniah. 2001. Suatu Tinjauan Terhadap
Surat Keputusan Presiden Republik
Indonesia No. 39 Tahun 1980. Bogor:
Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan.
Yayasan Pustaka Nusatama.
Yogyakarta.
Hartnoll, R.G. 1982. Growth. in Bliss DE.
Editor. The Biology of Crustacea.
Vol. 2. Embryology, Morphology and
Genetics. Academic Press. A
subsidiary of Harcourt Brace
Jovanovich Publisher. New York.
Myers, P., Espinosa, R., Parr, C.S., Jones,
T., Hammond, G.S dan Dewey, T.A.
2008. The Animal Diversity.
University of Michigan Museum of
Zoology.
40