ARTIKEL ILMIAH
Oleh:
KARUNIA TRISTANTI
201610070311006
Effect Of The Addition Of Trichoderma sp. And The Duration of Fermentation On The
Quality of Coconut Coir Liquid Organic Fertilizer as A Source Of Biology Learning
Karunia Tristanti1, Elly Purwanti2, Lud Waluyo3
Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang No. Telp. 0341-464318
Email: niatristanti09@gmail.com
ABSTRAK
Limbah sabut kelapa dalam proses pengembahan manfaatannya masih sangat sedikit,
hal tersebut terlihat dari banyaknya serabut dan tempurung kelapa yang hanya ditumpuk dan
menjadi sampah sehingga dibuang ke sungai maupun di pembuangan sampah yang
menyebabkan banjir ketika air sungai meluap serta mencemari lingkungan. Padahal Sabut
kelapa dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair, sabut kelapa mengandung unsur hara
makro yakni Nitrogen (N), Phospat (P), Kalium (K). Unsur esensial tersebut merupakan
komponen penyusun pupuk organik. Penggunaan pupuk organic dapat meningkat kesuburan
tanah, struktur tanah, kapasitas menahan air, sifat fisik dan kimia, pH tanah, mikroba aktivitas
dan pertumbuhan serta produksi tanaman. Dalam proses pembuatan pupuk organik
mikroorganisme efektif sangat dibutuhkan dalam membantu mengurai dan mendegradasi
salah satunya yakni jamur Trichoderma sp. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penambahan banyaknya konsentrasi Trichoderma sp., lama fermentasi yang
berbeda, interaksi antara keduanya terhadap kualitas pupuk organic cair sabut kelapa,
mengetahui interaksi terbaik dan pemanfaatan sebagai sumber belajar Biologi. Pendekatan
dan jenis penelitian ini adalah kuantitatif dan eksperiment sesungguhnya. Sampel yang
digunakan adalah sabut kelapa tua yang diambil sebanyak ± 7 Kg yang diperoleh dari dari
penjual kelapa parut di Pasar Blimbing Paciran Lamongan. Kemudian lokasi analisis N, P, K
dan pH di Laboratorium Bioteknologi UMM dan Laboratorium Kimia Tanah UB. Penelitian
ini Terdapat 10 kelompok perlakuan dan 1 kelompok control dengan 3 kali pengulangan yang
berkonsentrasi Trichoderma sp. 15 ml, 20 ml, 25 ml, 30 ml, 35 ml dan lama fermentasi 7 dan
14 hari. Rancangan penelitian yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan two-way ANOVA. Hasil
menunjukkan bahwa adanya pengaruh perbedaan konstrasi starter terhadap kadar Kalium dan
pH, sedangkan variasi lama fermentasi berpengaruh terhadap kadar Kalium, Tidak ada
perbedaan interaksi penambahan konsentrasi Trichoderma sp dan lama fermentasi terhadap
kualitas (N, P, K dan pH) pupuk organik cair sabut kelapa, tidak adanya interaksi terbaik
dalam kedua variaabel dan kemudian proses dan hasil penelitian dijadikan sebagai sumber
belajar Biologi sesuai dengan 6 syarat.
Kata Kunci: Sabut kelapa, Trichoderma sp., Konsentrasi starter, Lama fermentasi,
Nitrogen, Phosphor, Kalium dan pH.
ABSTRACT
Coconut coir waste in the process of cultivating its utilization is still very little, this can
be seen from the large number of coconut fibers and coconut shell which are only piled up and
become garbage so that it is disposed of in rivers and in landfills which cause flooding when river
water overflows and pollutes the environment. Coconut coir can be used as a liquid organic
fertilizer, coconut coir contains macronutrients such as Nitrogen (N), phosphate (P), and
potassium (K). These essential elements are components of organic fertilizers. The use of organic
fertilizers can increase soil fertility, soil structure, water holding capacity, physical and chemical
properties, soil pH, microbial activity and plant growth and production. In the process of making
effective organic microorganism fertilizers are needed to help break down and degrade, one of
which is the fungus Trichoderma sp. This study aims to determine the effect of increasing the
number of concentrations of Trichoderma sp., Different fermentation time, the interaction
between the two on the quality of coconut husk liquid organic fertilizer, find out the best
interactions and its utilization as a source of learning biology. The approach and type of this
research is quantitative and actually experimental. The sample used was old coconut husk which
was taken as much as ± 7 kg which was obtained from the seller of grated coconut in Blimbing
Paciran Lamongan Market. Then the location of the analysis of N, P, K and pH in the Laboratory
of Biotechnology UMM and Laboratory of Soil Chemistry UB. This study consisted of 10
treatment groups and 1 control group with 3 repetitions that concentrated Trichoderma sp. 15 ml,
20 ml, 25 ml, 30 ml, 35 ml and fermentation time of 7 and 14 days. The research design used in
this experiment was a completely randomized design (CRD). The data obtained were analyzed
using two-way ANOVA. The results showed that there was an effect of differences in starter
construction on potassium and pH levels, while the variation of fermentation time had an effect
on potassium levels. There was no difference in the interaction between the addition
ofconcentration Trichoderma sp and fermentation time on the quality (N, P, K and pH) of
coconut husk liquid organic fertilizer, absence of the best interaction in the two variables and then
the research process and results are used as a learning resource for Biology according to the 6
requirements.
normalitas Kolmogorov Smirnov dan uji penambahan Trichoderma sp. dan lama
homogenitas Levene Test. Jika data normal fermentasi terhadap terdapat kualitas
dan homogen maka dilanjutkan dengan uji pupuk organik cair sabut kelapa. Data
Two-way ANOVA untuk mengetahui ada yang diperoleh meliputi kadar nilai N total,
tidaknya pengaruh variable bebas terhadap P, K dan pH pupuk organik cair yang
variable terikat. Apabila ada pengaruh diperoleh data rata rata sebagai berikut :
kadar Phosphor yang tertinggi terdapat Gambar Diagram Batang Hasil Rata-rata
Kadar Nitrogen
pada A4B2 (30 ml Trichoderma sp.
dengan lama fermentasi 14 hari) dan rerata Berdasarkan hasil penelitian
yang terendah yakni A5B5 (35 ml menunjukan bahwa kadar nitrogen pada
Trichoderma sp. dengan lama fermentasi sabut kelapa tanpa perlakuan sebesar
14 hari). Rerata kadar Kalium yang 0,70%. Nilai kadar nitrogen tersebut sudah
tertinggi terdapat pada A5B2 (35 ml memenuhi SNI pupuk organik cair: 19-
Trichoderma sp. dengan lama fermentasi 7030-2004 dengan minimal nilai 0,40%.
14 hari) dan rerata yang terendah yakni Hasil analisis varians menunjukkan bahwa
lama fermentasi 7 hari). Rerata nilai pH Trichoderma sp., lama fermentasi dan
Trichoderma sp. dengan lama fermentasi fermentasi terhadap kadar nitrogen dalam
14 hari) dan A5B2 (35 ml Trichoderma sp. pupuk organik cair sabut kelapa. Rata-rata
nilai kandungan Nitrogen pupuk organik
cair sabut kelapa dengan penambahan yang merubah Ammonia (NH3) dan
Trichoderma sp. menghasilkan kadar Ammonium (NH4+) menjadi Nitrat dalam
nitrogen rata-rata tertinggi, yaitu pada reaksi Nitrifikasi oleh mikroorganisme
konsentrasi A2B2 sebesar 1,0400% pada akhir proses fermentasi. Selain itu
dengan perlakuan 20 penambahan mikroorganisme juga menyumbang
Trichoderma sp. dengan lama fermentasi sejumlah protein sel tunggal yang
hari ke 14. Sedangkan pada rata-rata kadar diperoleh pada saat proses fermentasi,
nitrogen terendah yakni A1B1 sebesar setelah selesai proses pembusukan,
0,3746% dengan perlakuan 15 ml Nitrogen akan dilepaskan kembali sebagai
penambahan Trichoderma sp. dengan lama salah satu komponen yang terkandung
fermentasi hari ke 7. Semua rerata kadar dalam pupuk. Sedangkan pada perlakuan
nitrogen pada pupuk organik cair sabut A5B2 terjadinya penurunan kadar
kelapa dengan penambahan Trichoderma Nitrogen yang disebabkan oleh reaksinya
sp. sudah memenuhi SNI pupuk organik Nitrogen dengan air yang membentuk
cair: 19-7030-2004 dengan minimal nilai NO3- dan H+. Senyawa NO3- bersifat
0,40%. mobile, larut air, dan tidak dapat dipegang
oleh koloid serta akan terjadi kehilangan N
Kadar Nitrogen pada fermentasi hari
dalam bentuk gas, dimana reaksi NO3-
ke 14 reratanya lebih besar dibandingkan
menjadi N2 dan N2O. Nilai Nitrogen yang
dengan kadar Nitroden pada fermentasi
rendah pada perlakuan A1B1 bisa di picu
hari ke 7 yang mana kadar N mengalami
dengan kurang nya aktifitas
peningkatan dan penurunan selama proses
mikroorganisme pada awal fermentasi,
pengomposan hal ini dikarenakan Nitrogen
menurut Meriatna et al., (2018) bahwa
(N) yang bersifat fluktuatif. Menurut et al,
pertumbuhan mikroorganisme pada fase
(2020) menyatakan bahwa sabut kelapa
awal merupakan fase adaptasi sehingga
mengandung kadar air 5,43%, abu 3,95%,
mikroorganisme belum bekerja secara
serat 30,34% dan protein 3,13%. Kadar
maksimal, karena fase awal ini masa sel
Protein tersebut dapat di degradasi menjadi
dapat berubah tanpa adanya perubahan
Asam Amino melalui reaksi Aminisasi.
jumlah sel.
Menurut Joshi, (2018) menyatakan bahwa
peningkatan kadar Nitrogen diakibatkan Phosphor
karena adanya perombakan bahan organik
(Asam Amino) dalam sabut kelapa oleh
mikroorganisme dalam proses Nitrifikasi
kelapa dengan penambahan Trichoderma
Rerata Kadar Phosphor
sp. belum memenuhi SNI pupuk organik
0.01
cair: 19-7030-2004 dengan minimal nilai
0
0 0,10%.
b0 b1 b2 b1 b2 b1 b2 b1 b2 b1 b2
a0 a1 a1 a2 a2 a3 a3 a4 a4 a5 a5
Berdasarkan hasil penelitian Kadar
Rata-rata
Phosphor dalam pupuk cair menghasilkan
Gambar Diagram Batang Hasil Rata-rata
hasil yang beragam setelah adanya
Kadar Phosphor
penambahan Trichoderma sp. ada yang
Berdasarkan hasil penelitian melebihi dari perlakuan control dan ada
menunjukan bahwa kadar phosphor pada yang kurang dari perlakuan control. Hal ini
sabut kelapa tanpa perlakuan sebesar disebabkan bahwa adanya aktifitas
0,0067%. Nilai kadar phospor tersebut mikroorganisme yang mempengaruhi hasil
belum memenuhi SNI pupuk organik cair: presentase phosphor. Dalam hasil tersebut
19-7030-2004 dengan minimal nilai dapat dikategorikan kadar Phosphor pada
0,10%. Hasil analisis varians menunjukkan penelitian ini rendah, dikarenakan
bahwa tidak ada pengaruh konsentrasi kandungan starter pupuk organik cair
Trichoderma sp., lama fermentasi dan hanya Trichoderma sp. yang tidak
konsentrasi Trichoderma sp.*Lama mengandung bakteri maupun enzin pelarut
fermentasi terhadap kadar phosphor dalam Phosphor sehingga dalam pengkomposan
pupuk organik cair sabut kelapa. Rata-rata tidak dapat bekerja dengan maksimal
nilai kandungan phosphor pupuk organik dalam melarutkan Phosphor. Nilai
cair sabut kelapa dengan penambahan Phosphor yang rendah pada perlakuan
Trichoderma sp. menghasilkan kadar A5B5 dipicu dengan penambahan air pada
phosphor rata-rata tertinggi, yaitu pada pengenceran mikroorganisme
konsentrasi A4B2 sebesar 0,0081% Trichoderma sp. dibanding dengan
dengan perlakuan 30 ml penambahan perlakuan A4B2 sehingga dalam
Trichoderma sp. dengan lama fermentasi pendegradasian itu tidak maksimal dan
hari ke 14. Sedangkan pada rata-rata kadar Trichoderma sp. merupakan
Phospor terendah yakni A5B2 sebesar mikroorganisme tunggal yang tidak
0,0021% dengan perlakuan 35 ml memiliki enzim pelarut phosphor. Dalam
penambahan Trichoderma sp. dengan lama penelitian Syafri, et al., (2017) menyatakan
fermentasi hari ke 14. Semua rerata kadar bahwa aktivitas bakteri proteolitik yang
Phosphor pada pupuk organik cair sabut mengandung enzim fosfatase yang mampu
melarutkan ion fosfat, yang terikat dalam berpengaruh terhadap kadar kalium dalam
rantai panjang akan larut dalam asam pupuk organik cair sabut kelapa. Perlakuan
organik yang dihasilkan bakteri pelarut konsentrasi Trichoderma sp. dan lama
fosfor. Dharma et al., (2018) fermentasi terbaik yakni a5b2 (Trichoderma
mengemukakan faktor lingkungan yang sp. 35 ml dan lama fermentasi hari ke 14)
mempengaruhi proses tersedianya Phospor menghasilkan rerata kadar kalium tertinggi
adalah temperatur, kelembaban, aerasi, pH yakni 158133. Rata-rata nilai kandungan
dan kualitas bahan organik. kalium pupuk organik cair sabut kelapa
dengan penambahan Trichoderma sp.
menghasilkan kadar kalium rata-rata
tertinggi, yaitu pada konsentrasi a5b2
sudah memenuhi SNI pupuk organik cair: bahwa pengaruh interaksi antara
Rerata nilai pH pada pupuk organik kualitas pupuk organik cair (N, P, K)
kecuali dalam parameter nilai pH. Keadaan
cair sabut kelapa dengan penambahan
ini menunjukkan bahwa antara
Trichoderma sp. memiliki pH yang
penambahan Trichoderma sp dan lama
beragam dari nilai pH 6,7 dan nilai pH 7,5
fermentasi tidak mempengaruhi kadar nilai
yang merupakan dalam kondisi netral.
N, P dan K. Hal ini diduga karena
Menurut Widarti et al., (2015) derajat
perlakuan jenis dan konsentrasi
keasaman (pH) opimum yang dibutuhkan
Trichoderma sp terhadap kualitas pupuk
dalam pengomposan anaerob yakni 6,5 -
organik cair tidak terdapat hubungan yang
7,5 pH tersebut harus tetap dalam kondisi
saling mempengaruhi, sehingga masing-
optimum atau netral. Nilai pH pada
masing berpengaruh secara terpisah antara
pengomposan pengaruh terhadap
satu sama lainnya. Hal ini sesuai pendapat
pertumbuhan bakteri dan disebabkan
Aminah, et al (2020) bahwa bila pengaruh
karena terjadinya penguraian protein
interaksi berbeda tidak nyata, maka
menjadi ammonia (NH3) sedangkan
disimpulkan diantara faktor-faktor
menurut Rahma, Rasyid, & Jayadi, (2019)
perlakuan tersebut bertindak bebas satu.
bahwa pada pH yang tinggi, terjadi
Faktor lain yang dapat menyebabkan tidak Trichoderma sp 35 ml dengan lama
adanya interaksi antara kedua variable fermentasi hari ke 14 untuk mendapatkan
pada kadar N, P, dan K yakni Perubahan hasil kualitas kalium yang tertinggi pada
suhu lingkungan yang tidak diinginkan pupuk organik cair sabut kelapa.
dapat merubah kerja Trichoderma sp. saat
Unsur hara makro yang terdapat
melakukan perombakan. Pada lingkungan
dalam pupuk organik dari sabut kelapa
yang tidak sesuai maka dapat
dengan penambaham Trichoderma sp.
mengakibatkan Trichoderma sp. tidak bisa
adalah kadar N termasuk kategori tinggi, P
bekerja secara optimal serta pengemasan
termasuk kategori rendah, sedangkan K
pembuatan pupuk kurang maksimal
termasuk kategori sedang. Umumnya
sehingga dapat udara yang masuk dalam
kandungan hara kompos/pupuk organik
proses fermentasi. Proses pencampuran
sangat tergantung dari jenis dan kualitas
yang tidak merata dalam proses pembuatan
bahan baku yang digunakan. Apabila
serta kurang lamanya proses fermentasi
pupuk organik ini akan di uji coba pada
dikarenakan Trichoderma sp. merupakan
tanaman, sebaiknya kandungan unsur hara
jamur tunggal sehingga membutuhkan
ditingkatkan terlebih dahulu dengan cara
merombak dengan waktu yang lebih lama
menambahkan bahan-bahan organik
untuk mensintesis bahan isian yang berupa
lainnya.
sabut kelapa agar dapat mendegradasi
lebih sempurna. Pada proses fermentasi Pemanfaatan Penelitian Sebagai
Trichoderma sp. terhadap kadar Kalium pupuk kurang maksimal sehingga dapat
dan nilai pH pupuk organik cair sabut udara yang masuk dalam proses
kelapa. Sedangkan pada kadar Nitrogen fermentasi dan proses fermentasi yang
Nitrogen, Phosphor pada pupuk organik Trichoderma sp. dan lama fermentasi