Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH PENAMBAHAN Trichoderma sp.

DAN LAMA FERMENTASI


TERHADAP KUALITAS PUPUK ORGANIK CAIR SABUT KELAPA SEBAGAI
SUMBER BELAJAR BIOLOGI

ARTIKEL ILMIAH

Oleh:

KARUNIA TRISTANTI

201610070311006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
Pengaruh Penambahan Trichoderma sp. Dan Lama Fermentasi Terhadap Kualitas
Pupuk Organik Cair Sabut Kelapa Sebagai Sumber Belajar Biologi

Effect Of The Addition Of Trichoderma sp. And The Duration of Fermentation On The
Quality of Coconut Coir Liquid Organic Fertilizer as A Source Of Biology Learning
Karunia Tristanti1, Elly Purwanti2, Lud Waluyo3
Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang No. Telp. 0341-464318
Email: niatristanti09@gmail.com

ABSTRAK

Limbah sabut kelapa dalam proses pengembahan manfaatannya masih sangat sedikit,
hal tersebut terlihat dari banyaknya serabut dan tempurung kelapa yang hanya ditumpuk dan
menjadi sampah sehingga dibuang ke sungai maupun di pembuangan sampah yang
menyebabkan banjir ketika air sungai meluap serta mencemari lingkungan. Padahal Sabut
kelapa dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair, sabut kelapa mengandung unsur hara
makro yakni Nitrogen (N), Phospat (P), Kalium (K). Unsur esensial tersebut merupakan
komponen penyusun pupuk organik. Penggunaan pupuk organic dapat meningkat kesuburan
tanah, struktur tanah, kapasitas menahan air, sifat fisik dan kimia, pH tanah, mikroba aktivitas
dan pertumbuhan serta produksi tanaman. Dalam proses pembuatan pupuk organik
mikroorganisme efektif sangat dibutuhkan dalam membantu mengurai dan mendegradasi
salah satunya yakni jamur Trichoderma sp. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penambahan banyaknya konsentrasi Trichoderma sp., lama fermentasi yang
berbeda, interaksi antara keduanya terhadap kualitas pupuk organic cair sabut kelapa,
mengetahui interaksi terbaik dan pemanfaatan sebagai sumber belajar Biologi. Pendekatan
dan jenis penelitian ini adalah kuantitatif dan eksperiment sesungguhnya. Sampel yang
digunakan adalah sabut kelapa tua yang diambil sebanyak ± 7 Kg yang diperoleh dari dari
penjual kelapa parut di Pasar Blimbing Paciran Lamongan. Kemudian lokasi analisis N, P, K
dan pH di Laboratorium Bioteknologi UMM dan Laboratorium Kimia Tanah UB. Penelitian
ini Terdapat 10 kelompok perlakuan dan 1 kelompok control dengan 3 kali pengulangan yang
berkonsentrasi Trichoderma sp. 15 ml, 20 ml, 25 ml, 30 ml, 35 ml dan lama fermentasi 7 dan
14 hari. Rancangan penelitian yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan two-way ANOVA. Hasil
menunjukkan bahwa adanya pengaruh perbedaan konstrasi starter terhadap kadar Kalium dan
pH, sedangkan variasi lama fermentasi berpengaruh terhadap kadar Kalium, Tidak ada
perbedaan interaksi penambahan konsentrasi Trichoderma sp dan lama fermentasi terhadap
kualitas (N, P, K dan pH) pupuk organik cair sabut kelapa, tidak adanya interaksi terbaik
dalam kedua variaabel dan kemudian proses dan hasil penelitian dijadikan sebagai sumber
belajar Biologi sesuai dengan 6 syarat.
Kata Kunci: Sabut kelapa, Trichoderma sp., Konsentrasi starter, Lama fermentasi,
Nitrogen, Phosphor, Kalium dan pH.
ABSTRACT
Coconut coir waste in the process of cultivating its utilization is still very little, this can
be seen from the large number of coconut fibers and coconut shell which are only piled up and
become garbage so that it is disposed of in rivers and in landfills which cause flooding when river
water overflows and pollutes the environment. Coconut coir can be used as a liquid organic
fertilizer, coconut coir contains macronutrients such as Nitrogen (N), phosphate (P), and
potassium (K). These essential elements are components of organic fertilizers. The use of organic
fertilizers can increase soil fertility, soil structure, water holding capacity, physical and chemical
properties, soil pH, microbial activity and plant growth and production. In the process of making
effective organic microorganism fertilizers are needed to help break down and degrade, one of
which is the fungus Trichoderma sp. This study aims to determine the effect of increasing the
number of concentrations of Trichoderma sp., Different fermentation time, the interaction
between the two on the quality of coconut husk liquid organic fertilizer, find out the best
interactions and its utilization as a source of learning biology. The approach and type of this
research is quantitative and actually experimental. The sample used was old coconut husk which
was taken as much as ± 7 kg which was obtained from the seller of grated coconut in Blimbing
Paciran Lamongan Market. Then the location of the analysis of N, P, K and pH in the Laboratory
of Biotechnology UMM and Laboratory of Soil Chemistry UB. This study consisted of 10
treatment groups and 1 control group with 3 repetitions that concentrated Trichoderma sp. 15 ml,
20 ml, 25 ml, 30 ml, 35 ml and fermentation time of 7 and 14 days. The research design used in
this experiment was a completely randomized design (CRD). The data obtained were analyzed
using two-way ANOVA. The results showed that there was an effect of differences in starter
construction on potassium and pH levels, while the variation of fermentation time had an effect
on potassium levels. There was no difference in the interaction between the addition
ofconcentration Trichoderma sp and fermentation time on the quality (N, P, K and pH) of
coconut husk liquid organic fertilizer, absence of the best interaction in the two variables and then
the research process and results are used as a learning resource for Biology according to the 6
requirements.

Keywords: Coconut coir, Trichoderma sp., Starter concentration, fermentation time,


Nitrogen, Phosphor, Potassium and pH.

PENDAHULUAN dari banyaknya serabut dan tempurung


Tanaman kelapa merupakan tanaman kelapa yang hanya ditumpuk dan menjadi
yang banyak dijumpai di seluruh pelosok sampah sehingga dibuang ke sungai
Nusantara, sehingga hasil alam berupa maupun di pembuangan sampah yang
kelapa di Indonesia sangat melimpah menyebabkan banjir ketika air sungai
(Amin & Samsudi, 2010). Menurut meluap serta mencemari lingkungan.
Trikarlina (2018) bahwa upaya Padahal serabut dan tempurung kelapa
pengembangan pemanfaatan limbah kelapa yang belum dimanfaatkan dengan baik
masih sangat sedikit, hal tersebut terlihat memiliki nilai guna yang tinggi yaitu
sebagai arang aktif, karbon aktif, keset
sabut kelapa, sapu, pembuat tali, karung, yang berbahan dasar dari hewan atau
sikat dan lain-lain (Hanum, 2015). tumbuhan yang sudah mengalami
Sabut kelapa memiliki kelebihan fermentasi dan bentuk produknya berupa
sebagai media tanam karena mampu cairan (Meriatna et al., 2018). Dalam
mengikat dan menyimpan air dengan kuat, proses pembuatan pupuk organik
serta mengandung unsur-unsur esensial mikroorganisme efektif sangat dibutuhkan
(Irawan & Hidayah, 2014; Ramadhan et al, dalam membantu mengurai dan
2018). Sabut kelapa mengandung mendegradasi bahan organik menjadi
komposisi kimia seperti protein, serat, air, nutrisi sederhana yang dibutuhkan oleh
dan abu (Mulyawan, Setyowati, & Wijaya, tanaman, salah satu mikroorganisme
2015), potasium, pyroligneous dan acid efektif yang berperan dalam mengurai
(Zaini, et al 2018). Selain komposisi kimia serta mendegradasi bahan organik adalah
sabut kelapa juga mengandung unsur hara Trichoderma sp. (Abror & Harjo, 2018).
makro pada sabut kelapa memiliki Cendawan Trichorderma sp.
Nitrogen (N), Phospat (P), Kalium (K) merupakan salah satu jamur yang banyak
(Ramadhan et al., 2018; Risnawati, 2016; dikembangkan sebagai agen hayati yang
Sabri, 2017; Zaini et al., 2018). Unsur bersifat saprofit yang secara alami
esensial tersebut merupakan komponen menyerang cendawan patogen dan bersifat
penyusun pupuk organic (Sahu et al., menguntungkan bagi tanaman (Juliana,
2017; Zahroh, Kusrinah, & Setyawati, Umrah, & Asrul, 2017). Trichoderma sp.
2018). dapat mengendalikan patogen pada
Pupuk organik merupakan bahan yang tanaman diantaranya Rhizoctonia oryzae
berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan, yang menyebabkan rebah kecambah pada
seperti pupuk kandang, kompos, pupuk tanaman padi, Phytopthora capsici
hijau, jerami, serta bahan lainnya yang penyebab membusuknya pangkal batang
dapat berperan memperbaiki sifat kimia, tanaman lada, dan dapat menekankan
fisika dan biologi tanah (Meriatna, Suryati, kehilangan hasil pada tanaman tomat
& Fahri, 2018). Penggunaan pupuk akibat Fusarium oxysporum (HS et all,
organic dapat meningkat kesuburan tanah, 2014). Trichoderma sp. dapat berperan
struktur tanah, kapasitas menahan air, sifat sebagai pendegradasi bahan organik dan
fisik dan kimia, pH tanah, mikroba pengkaya kompos (Abror & Harjo, 2018).
aktivitas dan pertumbuhan serta produksi Sedangkan menurut Juliana et al., (2017)
tanaman Pupuk cair organik adalah pupuk bahwa Trichoderma sp. disebut juga
sebagai mikroorganisme fungsional, yaitu 19- 7030-2004. Dalam hal ini peneliti
berfungsi sebagai organisme pengurai, mengkombinasikan sabut kelapa dan
stimulator pertumbuhan tanaman dan Trichoderma sp. sebagai pupuk organik
sebagai biodekomposer, mendekomposisi cair dengan membedakan konsentrasi pada
limbah organik menjadi kompos yang Trichoderma sp. dan lama fermentasinya
bermutu. Trichoderma sp. sebagai agen terhadap kualitas pupuk seperti kadar
hayati yang mampu mendekomposisi Nitrogen (N), Phosphor (P), Kalium (K)
bahan organik menjadi unsur hara yang yang tertinggi dan pH yang sesuai.
siap diserap oleh tanaman (Lehar, 2012). Penelitian ini dilakukan agar dapat
Penelitian ini relevan telah dilakukan mengatasi permasalahan pengelolaan
oleh beberapa peneliti yang dilakukan oleh limbah sabut kelapa, mengurangi
Meriatna et al., (2018) dalam penelitiannya pencemaran dalam lingkungan, dan dapat
memanfaatkan bio-aktivator EM-4 pada mendorong masyarakat melakukan suatu
pembuatan POC dari limbah buah-buahan yang dapat memanfaatkan serabut kelapa
menunjukkan hasil yakni waktu fermentasi sebagai komponen dasar pembuatan pupuk
dan volume sangat berpengaruh terhadap organik yang dapat diaplikasikan dalam
kandungan N, P, dan K. Pada penelitian tanaman. Pada proses belajar mengajar
Rahayu, (2018) meneliti limbah buah dan saat ini lebih menekankan peserta didik
sayuran dengan menggunakan starter EM- pada pengembangan diri, karena itu
4 dan Molase dalam hasil penelitian strategi yang harus digunakan menekankan
menunjukkan hasil konsentrasi dan lama pada pendekatan proses maka bentuk
fermentasi limbah buah dan sayuran dapat usaha yang dilakukan lebih mendekatkan
meningkatkan pertumbuhan dalam peserta didik terhadap persoalan pada
tanaman.Pada penelitian Trivana & objek biologi diantaranya dengan
Pradhana, (2017) tentang optimalisasi melakukan eksperimen lapang pada mata
watu dalam kualitas pupuk kandang dari pelajaran Biologi dengan materi pokok
kotoran kambing dan debu sabut kelapa tentang perubahan lingkungan dan
dengan menggunakan activator PROMI dampaknya. Berdasarkan hasil penelitian
dan Orgadec dan memberikan pengaruh ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai
signifikan dalam waktu lebih cepat sumber belajar biologi di kelas X pada KD
penggunaan bioaktifator Orgadeg dalam 3.11 yang berbunyi menganalisis data
mendekomposisi bahan organik dan perubahan lingkungan, penyebab, dan
menghasilkan pupuk yang memenuhi SNI dampaknya bagi kehidupan, serta KD 4.11
dengan Merumuskan gagasan pemecahan
masalah perubahan lingkungan yang yakni sabut kelapa tua yang diperoleh dari
terjadi di lingkungan sekitar. penjual kelapa parut di Pasar Blimbing
Penelitian ini memiliki tujuan untuk Paciran Lamongan. Dengan sampel yakni
mengetahui pengaruh penambahan pengambilan sabut kelapa sebesar 7 kg,
banyaknya konsentrasi Trichoderma sp. Teknik yang digunakan menggunakan
dan lama fermentasi yang berbeda Simple Random Sampling. Terdapat 10
terhadap kualitas pupuk organik cair sabut kelompok perlakuan dan 1 kelompok
kelapa, mengetahui Adanya interaksi sera control dengan 3 kali pengulangan yang
mgetahui interaksi terbaik antara berkonsentrasi Trichoderma sp. 15 ml, 20
perbandingan penambahan Trichoderma ml, 25 ml, 30 ml, 35 ml dan lama
sp. dan lama fermentasi yang berbeda fermentasi 7 dan 14 hari. Alat dan bahan
terhadap kualitas pupuk organik cair sabut yang digunakan adalah Timbangan digital
kelapa, selanjutnya digunakan sebagai 1 buah, Botol 200 ml 30 buah, Ember
sumber belajar biologi. plastic diameter 30cm 11 buah, Kertas
label sedang 5 lembar, Gunting 1 buah,
METODE PENELITIAN Spatula kayu 1 buah, Gelas ukur 2 buah,
Penelitian ini menggunakan pendekatan Gayung 1 buah, Pisau 1 buah, Tali raffia 1
penelitian kuantitatif dengan jenis gulung, Plastik bening 10meter, Sabut
eksperimental. Rancangan penelitian yang kelapa tua 7Kg, Trichoderma sp. 1 Lt dan
digunakan dalam penelitian ini adalah The Air 22 Lt. Pembuatan pupuk organik sabut
Postest Only Control Group Design. kelapa dimulai dengan meyiapkan alat dan
Penelitian ini dilaksanakan di Halaman bahan, memisahkan sabut kelapa dengan
Rumah Jl. Tirto Rahayu No. 3 batok kelapa, memotong sabut kelapa
Landungsari Dau Malang untuk dengan ukuran kira-kira 5-15 cm
pembuatan sampel yakni pupuk organik menggunakan gunting dan pisau, mencuci
sabut kelapa dan penelitian di bersih sabut kelapa hingga busa dalam air
Laboratorium Plant Improvement itu hilang. Merendam sabut kelapa
Universitas Muhammadiyah Malang dan menggunakan air biasa kurang lebih 3 jam,
Laboratorium Tanah Universitas setelah direndam dengan air biasa sabut
Brawijaya Malang yang beralamat untuk kelapa direndam lagi dengan air panas
pengujian N, P, K dan pH. Penelitian ini selama 2jam untuk menghilangkan
dilakukan pada bulan November 2019 – kandungan tanin. Setelah itu dikeringkan
Januari 2020. Populasi yang digunakan sabut tersebut dibawah sinar matahari
kurang lebih 1 hari, kemudian menimbang
dengan berat per 500 gr untuk 1 sampel, mengetahui ada tidaknya perbedaan antar
memasukan kedalam ember untuk proses tiap individu perlakuan.
frementasi dengan menambahkan
Trichoderma sp. sesuai konsentrasi yang
telah diencerkan dengan air setelah itu HASIL DAN PEMBAHASAN
menambahkan air 1 lt kedalam ember
Penelitian ini bertujuan untuk
kemudian mengaduk rata kemudian
membuat sekaligus mengetahui proses
ditutup rapat dengan plastik. Setiap 2 hari
yang efektif dalam pembuatan pupuk
sekali dibuka agar mikroorganisme tidak
organik cair dengan memanfaatkan limbah
mati. Fermentasi berlangsung selama 7
sabut kelapa dari pasar sebagai bahan
hari dan 14 hari. Setelah proses pembuatan
bakunya dan dengan menambahkan
pupuk, sampel kemudian dibawa ke
mikroorganisme Trichoderma sp. Adapun
Laboratorium Plant Improvement UMM
untuk mengetahui efektif atau tidaknya
dan Laboratorium Kimia Tanah UB untuk
proses tersebut dengan membandungkan
dianalaisis kandungan N, P, K dalam
kandungan N,P,K dan pH dari masing-
pupuk tersebut. Instumen yang digunakan
masing sampel yang dihasilkan pada
dalam penelitian ini adalah lembar
variasi lamanya proses pengomposan
observasi pengamatan kandungan N, P, K,
yakni hari ke 7 dan ke 14 dengan
dan pH. Lembar observasi ini digunakan
menvariasikan penambahan volume
untuk mencatat hasil dari N, P, K dan pH
Tricoderma sp. sebanyak 15, 20, 25, 30,
pada pupuk organic cair sabut kelapa. Data
dan 35 ml, kemudian membandingkan
yang diperoleh dianalisis menggunakan
dengan standar baku dari penerintah
two-way ANOVA. Data terlebih dahulu di
berdasarkan SNI: 19-7030-2004
analisis menggunakan statistik deskriptif
Penyajian data
analitik yang terdiri atas rerata dan Standar
deviasi yakni diuji menggunakan uji Hasil penelitian mengenai pengaruh

normalitas Kolmogorov Smirnov dan uji penambahan Trichoderma sp. dan lama

homogenitas Levene Test. Jika data normal fermentasi terhadap terdapat kualitas

dan homogen maka dilanjutkan dengan uji pupuk organik cair sabut kelapa. Data

Two-way ANOVA untuk mengetahui ada yang diperoleh meliputi kadar nilai N total,

tidaknya pengaruh variable bebas terhadap P, K dan pH pupuk organik cair yang

variable terikat. Apabila ada pengaruh diperoleh data rata rata sebagai berikut :

yang nyata diantara perlakuan, maka Rata - Rata


dilanjutkan dengan uji Duncan’s 5% untuk Perlakuan Unsur
Nitrogen Phosphor Kalium pH dengan lama fermentasi 14 hari) dan rerata
A1B1 0,3746 0,0055 0,0473 6,9
pH pupuk cair yang terendah terdapat pada
A1B2 0,8767 0,0072 0,0851 7,4
A3B1 (25 ml Trichoderma sp. dengan
A2B1 0,8172 0,0048 0,0484 7,1

A2B2 1,0400 0,0033 0,0498 7,5


lama fermentasi 7 hari).

A3B1 0,5375 0,0036 0,0477 6,7 Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Dan


A3B2 0,7933 0,0033 0,0860 7,3
Lama Fermentasi Terhadap Kualitas
A4B1 0,6081 0,0038 0,0443 7,1 Pupuk Organik Sabut Kelapa
A4B2 0,6067 0,0081 0,0635 7,0
Berikut ini masing-masing pembahasan
A5B1 0,6078 0,0066 0,0514 7,1
untuk setiap parameter tentang pengaruh
A5B2 0,7700 0,0021 0,1581 7,5
penambahan Trichoderma sp. dan lama
A0B0 0,7000 0,0067 0,0532 7,2
Tabel Rata-rata Kadar N, P, K dan pH Pupuk Organik Cair fermentasi terhadap unsur Nitrogen (N),
Sabut Kelapa
Phospor (P), Kalium (K) dan nilai pH.
Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan Nitrogen
bahwa rata-rata kadar Nitrogen pupuk cair
Rerata Kadar Nitrogen
sabut kelapa yang tertinggi terdapat pada 1.2
0.8
A2B2 (20 ml Trichoderma sp. dengan
0.4
lama fermentasi 14 hari) dan rerata yang 0
B0 B1 B2 B1 B2 B1 B2 B1 B2 B1 B 2
terendah yakni A1B1 (15 ml Trichoderma A0 A1 A1 A2 A2 A3 A3 A4 A4 A5 A5

sp. dengan lama fermentasi 7 hari). Rerata Rerata

kadar Phosphor yang tertinggi terdapat Gambar Diagram Batang Hasil Rata-rata
Kadar Nitrogen
pada A4B2 (30 ml Trichoderma sp.
dengan lama fermentasi 14 hari) dan rerata Berdasarkan hasil penelitian

yang terendah yakni A5B5 (35 ml menunjukan bahwa kadar nitrogen pada

Trichoderma sp. dengan lama fermentasi sabut kelapa tanpa perlakuan sebesar

14 hari). Rerata kadar Kalium yang 0,70%. Nilai kadar nitrogen tersebut sudah

tertinggi terdapat pada A5B2 (35 ml memenuhi SNI pupuk organik cair: 19-

Trichoderma sp. dengan lama fermentasi 7030-2004 dengan minimal nilai 0,40%.

14 hari) dan rerata yang terendah yakni Hasil analisis varians menunjukkan bahwa

A4B1 (30 ml Trichoderma sp. dengan tidak ada pengaruh konsentrasi

lama fermentasi 7 hari). Rerata nilai pH Trichoderma sp., lama fermentasi dan

yang tertinggi terdapat pada A2B2 (20 ml konsentrasi Trichoderma sp.*Lama

Trichoderma sp. dengan lama fermentasi fermentasi terhadap kadar nitrogen dalam

14 hari) dan A5B2 (35 ml Trichoderma sp. pupuk organik cair sabut kelapa. Rata-rata
nilai kandungan Nitrogen pupuk organik
cair sabut kelapa dengan penambahan yang merubah Ammonia (NH3) dan
Trichoderma sp. menghasilkan kadar Ammonium (NH4+) menjadi Nitrat dalam
nitrogen rata-rata tertinggi, yaitu pada reaksi Nitrifikasi oleh mikroorganisme
konsentrasi A2B2 sebesar 1,0400% pada akhir proses fermentasi. Selain itu
dengan perlakuan 20 penambahan mikroorganisme juga menyumbang
Trichoderma sp. dengan lama fermentasi sejumlah protein sel tunggal yang
hari ke 14. Sedangkan pada rata-rata kadar diperoleh pada saat proses fermentasi,
nitrogen terendah yakni A1B1 sebesar setelah selesai proses pembusukan,
0,3746% dengan perlakuan 15 ml Nitrogen akan dilepaskan kembali sebagai
penambahan Trichoderma sp. dengan lama salah satu komponen yang terkandung
fermentasi hari ke 7. Semua rerata kadar dalam pupuk. Sedangkan pada perlakuan
nitrogen pada pupuk organik cair sabut A5B2 terjadinya penurunan kadar
kelapa dengan penambahan Trichoderma Nitrogen yang disebabkan oleh reaksinya
sp. sudah memenuhi SNI pupuk organik Nitrogen dengan air yang membentuk
cair: 19-7030-2004 dengan minimal nilai NO3- dan H+. Senyawa NO3- bersifat
0,40%. mobile, larut air, dan tidak dapat dipegang
oleh koloid serta akan terjadi kehilangan N
Kadar Nitrogen pada fermentasi hari
dalam bentuk gas, dimana reaksi NO3-
ke 14 reratanya lebih besar dibandingkan
menjadi N2 dan N2O. Nilai Nitrogen yang
dengan kadar Nitroden pada fermentasi
rendah pada perlakuan A1B1 bisa di picu
hari ke 7 yang mana kadar N mengalami
dengan kurang nya aktifitas
peningkatan dan penurunan selama proses
mikroorganisme pada awal fermentasi,
pengomposan hal ini dikarenakan Nitrogen
menurut Meriatna et al., (2018) bahwa
(N) yang bersifat fluktuatif. Menurut et al,
pertumbuhan mikroorganisme pada fase
(2020) menyatakan bahwa sabut kelapa
awal merupakan fase adaptasi sehingga
mengandung kadar air 5,43%, abu 3,95%,
mikroorganisme belum bekerja secara
serat 30,34% dan protein 3,13%. Kadar
maksimal, karena fase awal ini masa sel
Protein tersebut dapat di degradasi menjadi
dapat berubah tanpa adanya perubahan
Asam Amino melalui reaksi Aminisasi.
jumlah sel.
Menurut Joshi, (2018) menyatakan bahwa
peningkatan kadar Nitrogen diakibatkan Phosphor
karena adanya perombakan bahan organik
(Asam Amino) dalam sabut kelapa oleh
mikroorganisme dalam proses Nitrifikasi
kelapa dengan penambahan Trichoderma
Rerata Kadar Phosphor
sp. belum memenuhi SNI pupuk organik
0.01
cair: 19-7030-2004 dengan minimal nilai
0
0 0,10%.
b0 b1 b2 b1 b2 b1 b2 b1 b2 b1 b2
a0 a1 a1 a2 a2 a3 a3 a4 a4 a5 a5
Berdasarkan hasil penelitian Kadar
Rata-rata
Phosphor dalam pupuk cair menghasilkan
Gambar Diagram Batang Hasil Rata-rata
hasil yang beragam setelah adanya
Kadar Phosphor
penambahan Trichoderma sp. ada yang
Berdasarkan hasil penelitian melebihi dari perlakuan control dan ada
menunjukan bahwa kadar phosphor pada yang kurang dari perlakuan control. Hal ini
sabut kelapa tanpa perlakuan sebesar disebabkan bahwa adanya aktifitas
0,0067%. Nilai kadar phospor tersebut mikroorganisme yang mempengaruhi hasil
belum memenuhi SNI pupuk organik cair: presentase phosphor. Dalam hasil tersebut
19-7030-2004 dengan minimal nilai dapat dikategorikan kadar Phosphor pada
0,10%. Hasil analisis varians menunjukkan penelitian ini rendah, dikarenakan
bahwa tidak ada pengaruh konsentrasi kandungan starter pupuk organik cair
Trichoderma sp., lama fermentasi dan hanya Trichoderma sp. yang tidak
konsentrasi Trichoderma sp.*Lama mengandung bakteri maupun enzin pelarut
fermentasi terhadap kadar phosphor dalam Phosphor sehingga dalam pengkomposan
pupuk organik cair sabut kelapa. Rata-rata tidak dapat bekerja dengan maksimal
nilai kandungan phosphor pupuk organik dalam melarutkan Phosphor. Nilai
cair sabut kelapa dengan penambahan Phosphor yang rendah pada perlakuan
Trichoderma sp. menghasilkan kadar A5B5 dipicu dengan penambahan air pada
phosphor rata-rata tertinggi, yaitu pada pengenceran mikroorganisme
konsentrasi A4B2 sebesar 0,0081% Trichoderma sp. dibanding dengan
dengan perlakuan 30 ml penambahan perlakuan A4B2 sehingga dalam
Trichoderma sp. dengan lama fermentasi pendegradasian itu tidak maksimal dan
hari ke 14. Sedangkan pada rata-rata kadar Trichoderma sp. merupakan
Phospor terendah yakni A5B2 sebesar mikroorganisme tunggal yang tidak
0,0021% dengan perlakuan 35 ml memiliki enzim pelarut phosphor. Dalam
penambahan Trichoderma sp. dengan lama penelitian Syafri, et al., (2017) menyatakan
fermentasi hari ke 14. Semua rerata kadar bahwa aktivitas bakteri proteolitik yang
Phosphor pada pupuk organik cair sabut mengandung enzim fosfatase yang mampu
melarutkan ion fosfat, yang terikat dalam berpengaruh terhadap kadar kalium dalam
rantai panjang akan larut dalam asam pupuk organik cair sabut kelapa. Perlakuan
organik yang dihasilkan bakteri pelarut konsentrasi Trichoderma sp. dan lama
fosfor. Dharma et al., (2018) fermentasi terbaik yakni a5b2 (Trichoderma
mengemukakan faktor lingkungan yang sp. 35 ml dan lama fermentasi hari ke 14)
mempengaruhi proses tersedianya Phospor menghasilkan rerata kadar kalium tertinggi
adalah temperatur, kelembaban, aerasi, pH yakni 158133. Rata-rata nilai kandungan
dan kualitas bahan organik. kalium pupuk organik cair sabut kelapa
dengan penambahan Trichoderma sp.
menghasilkan kadar kalium rata-rata
tertinggi, yaitu pada konsentrasi a5b2

Kalium sebesar 0,1581% dengan perlakuan 35 ml


penambahan Trichoderma sp. dengan lama
fermentasi hari ke 14. Sedangkan pada
rata-rata kadar Kalium terendah yakni a4b1
sebesar 0,0443% dengan perlakuan 30 ml
Rerata Kadar Kalium
0.2000 penambahan Trichoderma sp. dengan lama
0.1500
0.1000 fermentasi hari ke 7. Semua rerata kadar
0.0500
0.0000 nitrogen pada pupuk organik cair sabut
B 0 B1 B2 B1 B 2 B 1 B 2 B1 B2 B1 B2
A0 A1 A1 A2 A2 A3 A3 A4 A4 A5 A5 kelapa dengan penambahan Trichoderma
Rata-rata sp. belum memenuhi SNI pupuk organik
Gambar Diagram Batang Hasil Rata-rata cair: 19-7030-2004 dengan minimal nilai
Kadar Nitrogen 0,20%.
Berdasarkan hasil penelitian
Berdasarkan hasil dari analisis data
menunjukan bahwa kadar kalium pada
penelitian bahwa kadar Kalium pada
sabut kelapa tanpa perlakuan sebesar
pupuk organik sabut kelapa semakin tinggi
0,0532%. Nilai kadar kalium tersebut
konsentrasi Trichoderma sp. dan lama
belum memenuhi SNI pupuk organik cair:
waktu fermentasi maka rerata Kadar
19-7030-2004 dengan minimal nilai
kalium akan semakin tinggi pula.
0,20%. Hasil analisis varians menunjukkan
Penyataan tersebut sejalan dengan
bahwa adanya pengaruh konsentrasi
pendapat Kurniawan et al., (2017) dan
Trichoderma sp., lama fermentasi terhadap
(Syafri et al., 2017), semakin banyaknya
kadar kalium. Sedangkan konsentrasi
volume penambahan starter maka semakin
Trichoderma sp.*Lama fermentasi tidak
banyak pula mikroorganisme dalam proses
pendagradasi yang menyebabkan rantai penelitian Meriatna et al., (2018)
karbon terputus menjadi rantai karbon pertumbuhan mikroorganisme pada fase
yang lebih sederhana, sehingga awal merupakan fase adaptasi sehingga
menyebabkan unsur Kalium meningkat. mikroorganisme belum bekerja secara
Menurut Rahma, Rasyid, & Jayadi, (2019) maksimal, karena fase awal ini masa sel
mengemukakan bahwa dalam proses dapat berubah tanpa adanya perubahan
fermentasi (perendaman) sabut kelapa, jumlah sel.
Kalium dalam sabut dapat larut dalam air
sehingga menghasilkan air rendaman yang
mengandung unsur Kalium. Peningkatan Nilai pH
Kalium dalam perlakuan A5B2 disebabkan
oleh aktivitas dekomposisi oleh
mikroorganisme yang ada di dalam pupuk.
Dengan adanya penambahan aktifator yang Rerata Nilai pH
8
lebih banyak maka mikroorganisme di
7
dalam kompos juga semakin banyak. Hal 6
b0 b1 b2 b1 b2 b1 b2 b1 b2 b1 b2
ini sesuai dengan pendapat Dharma et al., a0 a1 a1 a2 a2 a3 a3 a4 a4 a5 a5

(2018) bahwa kandungan Kalium Rerata

meningkat setelah fermentasi karena hasil


Gambar Diagram Batang Hasil Rata-rata
pelapukan melepaskan K+. Menurut Kadar Nitrogen
Ratrinia, Uju, & Suptijah (2016) Kalium Berdasarkan hasil penelitian
digunakan oleh mikroorganisme dalam menunjukan bahwa nialai pH pada sabut
bahan substrat sebagai katalisator, dengan kelapa tanpa perlakuan memiliki rata-rata
kehadiran mikroorganisme sangat sebesar 7,2 (Netral). Nilai pH tersebut
berpengaruh terhadap peningkatan kalium sudah memenuhi SNI pupuk organik cair:
karena dalam pendegradasian ataupun 19-7030-2004 dengan minimal nilai pH
+
pelepasan ion K lebih maksimal dan lebih 6,8 dan maksimal 7,49. Hasil analisis
maksimal dari perlakuan tanpa varians menunjukkan bahwa adanya
mikroorganisme. Sedangkan dalam pengaruh konsentrasi Trichoderma sp. dan
perlakuan A4B1 menunjukkan rerata interaksi konsentrasi Trichoderma
paling rendah dapat disebabkan oleh dalam sp.*Lama fermentasi terhadap nilai pH
pengomposan ukuran bahan kurang kecil sedangkan lama fermentasi tidak
serta fermentasi pada perlakuan tersebut berpengaruh terhadap nilai pH dalam
kurang lama hal ini sepedapat dengan
pupuk organik cair sabut kelapa. Rata-rata kehilangan nitrogen akibat volatilisasi.
nilai pH pupuk organik cair sabut kelapa Pengaruh pH terhadap pupuk organik itu
dengan penambahan Trichoderma sp. sangat penting gunanya untuk menentukan
menghasilkan nilai pH rata-rata tertinggi, penyerapan ion-ion unsur hara oleh
yaitu pada konsentrasi a5b2 (Trichoderma tanaman. Umumnya unsur hara akan
sp. 35 ml dan lama fermentasi hari ke 14) mudah diserap tanaman pada pH 6-7,
dan a2b2 (Trichoderma sp. 20 ml dan lama karena pada pH tersebut sebagian besar
fermentasi hari ke 14) menghasilkan rerata unsur hara akan mudah larut dalam air.
nilai pH sebesar 7,5. Sedangkan pada rata- Kondisi pH juga menentukan
rata kadar nitrogen terendah yakni a3b1 perkembangan mikroorganisme.
sebesar 6,7 dengan perlakuan 25 ml
Perbedaan Interaksi Konsentrasi
penambahan Trichoderma sp. dengan lama Trichoderma sp. Dan Lama Fermentasi
fermentasi hari ke 7. Semua rerata nilai Terhadap Kualitas Pupuk Organik
Sabut Kelapa
pH pada pupuk organik cair sabut kelapa
dengan penambahan Trichoderma sp. Hasil penelitian menunjukkan

sudah memenuhi SNI pupuk organik cair: bahwa pengaruh interaksi antara

19-7030-2004 dengan minimal nilai pH penambahan Trichoderma sp dan lama

6,8 dan maksimal 7,49. fermentasi berbeda tidak nyata terhadap

Rerata nilai pH pada pupuk organik kualitas pupuk organik cair (N, P, K)
kecuali dalam parameter nilai pH. Keadaan
cair sabut kelapa dengan penambahan
ini menunjukkan bahwa antara
Trichoderma sp. memiliki pH yang
penambahan Trichoderma sp dan lama
beragam dari nilai pH 6,7 dan nilai pH 7,5
fermentasi tidak mempengaruhi kadar nilai
yang merupakan dalam kondisi netral.
N, P dan K. Hal ini diduga karena
Menurut Widarti et al., (2015) derajat
perlakuan jenis dan konsentrasi
keasaman (pH) opimum yang dibutuhkan
Trichoderma sp terhadap kualitas pupuk
dalam pengomposan anaerob yakni 6,5 -
organik cair tidak terdapat hubungan yang
7,5 pH tersebut harus tetap dalam kondisi
saling mempengaruhi, sehingga masing-
optimum atau netral. Nilai pH pada
masing berpengaruh secara terpisah antara
pengomposan pengaruh terhadap
satu sama lainnya. Hal ini sesuai pendapat
pertumbuhan bakteri dan disebabkan
Aminah, et al (2020) bahwa bila pengaruh
karena terjadinya penguraian protein
interaksi berbeda tidak nyata, maka
menjadi ammonia (NH3) sedangkan
disimpulkan diantara faktor-faktor
menurut Rahma, Rasyid, & Jayadi, (2019)
perlakuan tersebut bertindak bebas satu.
bahwa pada pH yang tinggi, terjadi
Faktor lain yang dapat menyebabkan tidak Trichoderma sp 35 ml dengan lama
adanya interaksi antara kedua variable fermentasi hari ke 14 untuk mendapatkan
pada kadar N, P, dan K yakni Perubahan hasil kualitas kalium yang tertinggi pada
suhu lingkungan yang tidak diinginkan pupuk organik cair sabut kelapa.
dapat merubah kerja Trichoderma sp. saat
Unsur hara makro yang terdapat
melakukan perombakan. Pada lingkungan
dalam pupuk organik dari sabut kelapa
yang tidak sesuai maka dapat
dengan penambaham Trichoderma sp.
mengakibatkan Trichoderma sp. tidak bisa
adalah kadar N termasuk kategori tinggi, P
bekerja secara optimal serta pengemasan
termasuk kategori rendah, sedangkan K
pembuatan pupuk kurang maksimal
termasuk kategori sedang. Umumnya
sehingga dapat udara yang masuk dalam
kandungan hara kompos/pupuk organik
proses fermentasi. Proses pencampuran
sangat tergantung dari jenis dan kualitas
yang tidak merata dalam proses pembuatan
bahan baku yang digunakan. Apabila
serta kurang lamanya proses fermentasi
pupuk organik ini akan di uji coba pada
dikarenakan Trichoderma sp. merupakan
tanaman, sebaiknya kandungan unsur hara
jamur tunggal sehingga membutuhkan
ditingkatkan terlebih dahulu dengan cara
merombak dengan waktu yang lebih lama
menambahkan bahan-bahan organik
untuk mensintesis bahan isian yang berupa
lainnya.
sabut kelapa agar dapat mendegradasi
lebih sempurna. Pada proses fermentasi Pemanfaatan Penelitian Sebagai

anaerobik, reaksi yang terjadi selama Sumber Belajar Biologi

degradasi bahan organik tidak memberikan Berdasarkan hasil penelitian


pengaruh yang besar terhadap peningkatan tentang pengaruh pengaruh penambahan
suhu digester, karena energi yang Trichoderma sp. dan lama fermentasi
dihasilkan oleh fermentasi anaerobik terhadap kualitas (N, P, K dan pH)
sangat kecil (Fitrianti, 2016). Meskipun pupuk organik cair sabut kelapa,
hasil berbeda tidak nyata pada N, P dan K diharapkan bisa dimanfaatkan sebagai
namun hasil penelitian dalam penambahan sumber belajar bagi peserta didik.
Trichoderma sp hanya memberikan Pemanfaatan hasil penelitian ini dapat
pengaruh nyata terhadap kadar Kalium dan
dipertimbangkan dari segi proses
nilai pH sedangkan lama fermentasi
maupun produk penelitian yang
memberikan pengaruh yang nyata terhadap
dihasilkan. Menurut penjelasan
kadar Kalium saja. Perlakuan terbaik
Suratsih, (2010) bahwa syarat hasil
dalam penelitian ini adalah konsentrasi
penelitian dapat dimanfaatkan sebagai 2. Ada pengaruh lama fermentasi terhadap
sumber belajar meliputi potensi yang kadar Kalium pada pupuk organik cair
jelas, tujuan pembelajaran yang sesuai, sabut kelapa. Sedangkan pada kadar
ketepatan sasaran yang benar, informasi Nitrogen, Phosphor, dan pH tidak ada
yang diperoleh jelas, dan pedoman pengaruh dalam variasi lama fermentasi
eksplorasi yang diperoleh jelas, serta pada pupuk organik cair sabut kelapa
perolehan yang dihasilkan jelas. Dari yang dapat disebabkan oleh pada saat
keenam syarat tersebut apabila sudah proses fermentasi pembelahan
terpenuhi maka hasil penelitian bisa mikroorganisme yang merombak
dimanfaatkan sebagai sumber belajar membutuhkan waktu yang lebih lama
biologi. Suatu hasil penelitian harus untuk mensintesis bahan isian yang
diidentifikasi terlebih dahulu baik berupa sabut kelapa agar dapat
proses maupun produk yang dihasilkan. mendegradasi lebih sempurna.
Hal tersebut bertujuan untuk 3. Adanya perbedaan interaksi
memastikan bahwa hasil penelitian penambahan konsentrasi Trichoderma
dapat dimanfaatkan sebagai sumber sp dan lama fermentasi terhadap nilai
belajar bagi peserta didik dengan bentuk pH pada pupuk organik cair sabut
buku pedoman praktikum tentang kelapa, sedangkan pada kualitas
penanggulangan dalam pencemaran (N,P,K) Tidak ada perbedaan interaksi
penambahan konsentrasi Trichoderma
KESIMPULAN DAN SARAN
sp dan lama fermentasi hal tersebut
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dapat dipengaruhi beberapa faktor yang
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan anatara lain yakni perubahan suhu
sebagai berikut: lingkungan yang terjadi pada saat

1. Ada pengaruh penambahan konsterasi penelitian, pengemasan pembuatan

Trichoderma sp. terhadap kadar Kalium pupuk kurang maksimal sehingga dapat

dan nilai pH pupuk organik cair sabut udara yang masuk dalam proses

kelapa. Sedangkan pada kadar Nitrogen fermentasi dan proses fermentasi yang

dan Phosphor, tidak ada pengaruh kurang lama.

penambahan banyaknya konsentrasi 4. Tidak ada interaksi terbaik dalam

Trichoderma sp. terhadap kadar penelitian penambahan konsentrasi

Nitrogen, Phosphor pada pupuk organik Trichoderma sp. dan lama fermentasi

cair sabut kelapa. terhadap kualitas pupuk organik cair


sabut kelapa, akan tetapi dalam
perlakuan terbaik pada penelitian ini menggunakan starter Trichoderma sp.
adalah konsentrasi Trichoderma sp. 35 yang dapat merombak bahan lignin,
ml dengan lama 14 hari untuk selulosa dan hemiselulsa dalam sabut
mendapatkan kualitas Kalium yang kelapa dijadikan sebagai bahan pakan kaya
tertinggi pada pupuk organik cair sabut serat.
kelapa.
5. Proses dan hasil penelitian ini dapat DAFTAR PUSTAKA
dijadikan sebagai suber informasi Abror, M., & Harjo, R. P. (2018).
EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK
pembelajaran Biologi yang sudah sesuai
CAIR LIMBAH IKAN DAN
dengan syarat-syarat sumber belajar Trichoderma sp . TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL.
meliputi kejelasan potensi proses
Jurnal Agrosains Dan Teknologi,
penambahan Trichoderma sp. dan lama 3(1), 1–12.
Amin, M., & Samsudi, R. (2010).
fermentasi terhadap kualitas (N,P,K dan
Pemanfaatan Limbah Serat Sabut
pH) pupuk organik cair sabut kelapa KelapaSsebagai Bahan Pembuat
Helm Pengendara Kendaraan Roda
sebagai sumber belajar, keseuaian
Dua. Prosiding Seminar Nasional
dengan tujuan pembelajaran, kejelasan UNIMUS 2010, (ISBN :
978.979.704.883.9), 314–318.
sasaran materi, kejelasan informasi
Retrieved from
tentang proses dan hasil dalam http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/p
sn12012010/article/view/96
penelitian, kejelasan pedoman
Aminah, S., Nuswantara, L. K.,
eksplorasi dan perolehan yang Tampoebolon, B. I. M., & Sunarso, S.
(2020). Peningkatan Kualitas Sabut
diharapkan bagi peserta didik.
Kelapa Melalui Teknologi Fermentasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Menggunakan Mikroba Pencerna
Serat Terseleksi dari Cairan Rumen
dilakukan, maka penulis memberi saran
Kerbau. Sains Peternakan, 18(1), 44.
yakni Berdasarkan hasil penelitian yang https://doi.org/10.20961/sainspet.v18i
1.35976
sudah dilakukan, pupuk organik cair sabut
Dharma, P. A. W., Suwastika, A. A. N. G.,
kelapa ini belum layak untuk dijadikan & Sutari, N. W. S. (2018). Kajian
Pemanfaatan Limbah Sabut Kelapa
pupuk organik yang di aplikasikan
Menjadi Larutan Mikroorganisme
ketanaman karena belum sesuai dengan Lokal. E-Jurnal Agroteknologi
Tropika, 7(2), 200–210. Retrieved
SNI: 19-7030-2004. Penulis menyarankan
from
agar peneliti selanjutnya sebaiknya sabut https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT
Fitrianti. (2016). Efektivitas Isolat Jamur
kelapa dijadikan sebagai bahan utama
Pelapuk Dan Mikroorganisme Lokal
sebagai pakan ternak ruminansia dengan Dalam Menguraikan Limbah Kulit
Kakao. Jurnal Agrovital, 1(1), 9–11.
melalui teknologi fermentasi
Hanum, M. S. (2015). Eksplorasi Limbah
menggunakan mikroba pencerna serat, bisa Sabut Kelapa ( Studi Kasus : Desa
Handapherang Kecamatan Cijeunjing Teknologi Kimia Unimal, 7(1), 13–
Kabupaten Ciamis ) The Exploration 29.
Of Coconut Fiber Waste ( Case Mulyawan, M., Setyowati, E., & Wijaya,
Study : Desa Handapherang A. (2015). Surfaktan Sodium Ligno
Kecamatan Cijeunjing Kabupaten Sulfonat ( SLS ) dari Debu Sabut
Ciamis ). Jurnal E-Proceeding Of Art Kelapa. Jurnal Teknik ITS, 4(1), 1–3.
& Design, 2(2), 930–938. Rahayu, S., Armaini, & Dini, I. R. (2018).
HS, G., Taufik, M., Triana, L., & Asniah. Pengaruh Konsentrasi Dan Lama
(2014). Karakterisasi morfologis Fermentasi Limbah Buah Dan
Trichoderma spp. indigenus Sulawesi Sayuran Terhadap Pertumbuhan Dan
Tenggara. Jurnal Agroteknos, 4(2), Pembungaan Mawar (Rosa Sp)
88–94. Varietas Baby Rose Effect. Jurnal
Irawan, A., & Hidayah, H. N. (2014). UNRI, 5(1), 1–14.
Kesesuaian penggunaan cocopeat Rahma, S., Rasyid, B., & Jayadi, M.
sebagai media sapih pada politube (2019). Peningkatan Unsur Hara
dalam pembibitan cempaka Kalium Dalam Tanah Melalui
(Magnolia elegans (Blume.) H.Keng). Aplikasi POC Batang Pisang Dan
Jurnal Wasian, 1(2), 73–76. Sabut Kelapa. Jurnal Ecosolum, 8(2),
Joshi, R. (2018). Biosynthesis of protein in 74–85.
plants under different environmental Ramadhan, D., Riniarti, M., & Santoso, T.
factors. Journal of Medicinal Plants (2018). Pemanfaatan Cocopeat
Studies, 6(2d), 261–264. sebagai Media Tumbuh Sengon Laut
https://doi.org/10.22271/plants.2018. (Paraserianthes falcataria) dan
v6.i2d.08 Merbau Darat (Intsia palembanica).
Juliana, Umrah, & Asrul. (2017). Jurnal Sylva Lestari, 6(2), 22.
Pertumbuhan Miselium Trichoderma https://doi.org/10.23960/jsl2622-31
Sp. Pada Limbah Cair Tempe Dan Ratrinia, P. W., Uju, & Suptijah, P. (2016).
Limbah Air Kelapa. Biocelebes, Efektifitas Penambahan Bioaktivator
12(2), 52–59. Laut dan Limbah Cair Surimi Pada
Kurniawan, E., Ginting, Z., & Nurjannah, Karakteristik Pupuk Organik Cair
P. (2017). Pemanfaatan urine Dari Sargassum sp. JPHPI, 19(3),
kambing pada pembuatan pupuk 309–320.
organik cair terhadap kualitas unsur https://doi.org/10.17844/jphpi.2016.1
hara makro. Seminar Nasional Sains 9.3.309
Dan Teknologi, 23(12), 1–10. Risnawati, B. (2016). Pengaruh
Retrieved from Penambahan Serbuk Sabut Kelapa
jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek (Cocopeat) Pada Media Arang
Lehar, L. (2012). Pengujian Pupuk Sekam Terhadap Pertumbuhan
Organik Agen Hayati (Trichoderma Tanaman Sawi Hijau (Brassica
sp) terhadap Pertumbuhan Kentang Juncea L.) Secara Hidroponik. UIN
(Solanum tuberosum L) The ALAUDDIN MAKASSAR.
Experiment of The Use Of Organic Sabri, Y. (2017). Pengaruh pemberian
Fertilizer. Jurnal Pertanian Terapan, pupuk organik cair dari sabut kelapa
12(2), 115–124. dan bokashi cair dari kotoran ayam
Meriatna, Suryati, & Fahri, A. (2018). terhadap pertumbuhan tanaman sawi
Pengaruh Waktu Fermentasi Dan caisim (Brassica juncea L.). Jurnal
Volume Bio Aktivator EM4 Pertanian Fapeta UMSB, 1(1), 35–
(Effective Microorganisme Pada 42. Retrieved from
Pembuatan Pupuk Organik Cair (Poc) http://joernal.umsb.ac.id/index.php/ag
Dari Limbah Buah-Buahan. Jurnal riculture/article/download/265/222
Sahu, B. B., Barik, N. K., Agnibesh, A., Zaini, H., Fachraniah, F., Zaimahwati, Z.,
Paikaray, A., Mohapatra, S., Senapati, & Yunus, M. (2018). Pelatihan
S., … Sundaray, J. K. (2017). Pembuatan Pupuk Kalium Cair Dari
Recycled fish processing waste for Sabut Kelapa Untuk Pertumbuhan
welfare of aquaculture industry : A dan Perkembangan Tanaman
review. 2(2), 37–42. Hortikultura di Desa Mesjid Punteut
https://doi.org/10.3141/2434-13 Kecamatan Blang Mangat Kota
Suratsih. (2010). Pengembangan Modul Lhokseumawe. Jurnal Vokasi -
Pembelajaran Biologi Berbasis Politeknik Negeri Lhokseumawe,
Potensi Lokal dalam Kerangka 2(1).
Implementasi KTSP SMA di https://doi.org/10.30811/vokasi.v2i1.
Yogyakarta. Penelitian Unggulan 672
UNY (Multitahun), 10. Yogyakarta:
Lembaga Penelitian UNY.
Syafri, R., Chairil, & Simamora, D.
(2017). Analisa Unsur Hara Makro
Pupuk Organik Cair (Poc) Dari
Limbah Industri Keripik Nenas Dan
Nangka Desa Kualu Nenas Dengan
Penambahan Urin Sapi dan EM4.
Jurnal Photon, 8(1), 4–9.
Trikarlina, E., Sigalingging, R., & Munir,
A. P. (2018). Pemanfaatan Abu Sabut
Kelapa (Cocos nucifera L.) Dan
Pengaruh Penambahan Sikacim
Concrete Additive Pada Pembuatan
Batako. J. Rekayasa Pangan Dan
Pert., 6(1), 38–43.
Trivana, L., & Pradhana, A. Y. (2017).
Optimalisasi Waktu Pengomposan
dan Kualitas Pupuk Kandang dari
Kotoran Kambing dan Debu Sabut
Kelapa dengan Bioaktivator PROMI
dan Orgadec. Jurnal Sain Veteriner,
35(1), 136–144.
https://doi.org/10.22146/jsv.29301
Widarti, B. N., Wardhini, W. K., &
Sarwono, E. (2015). Pengaruh Rasio
C / N Bahan Baku Pada Pembuatan
Kompos Dari Kubis Dan Kulit
Pisang. Jurnal Integrasi Proses, 5(2),
75–80.
Zahroh, F., Kusrinah, & Setyawati, S. M.
(2018). Perbandingan Variasi
Konsentrasi Pupuk Organik Cair dari
Limbah Ikan terhadap Pertumbuhan
Tanaman Cabai Merah. Journal of
Biology and Applied Biology Al-
Hayat, 1(1), 50–57.
https://doi.org/10.21580/ah.v1i1.2687

Anda mungkin juga menyukai