PRAKTIKUM
PENGOLAHAN PUPUK CAIR
OLEH
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
PENDAHULUAN
Latar Belakang
peternakan sapi potong, sapi perah, ayam broiler, ayam petelur, dan lain-lainnya.
Akibat dari banyaknya usaha dalam bidang peternakan tersebut adalah adanya
limbah peternakan berupa fesesyang jika dalam jumlah banyak dan tidak diolah
perkembangbiakan penyakit.
Limbah yang berasal dari peternakan tersebut akan bernilai ekonomi tinggi
apabila diolah dengan perlakuan yang tepat. Ada banyak cara yang dapat
dengan cara yang lebih baik akan bernlai ekonomi tinggi seperti pemanfaatan
kotoran tersebut sebagai bahan pembuatan biogas, pupuk padat,dan pupuk cair.
Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas, pupuk padat ataupun pupuk cair akan
2015).
organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang
kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk cair organik
adalah dapat secara tepat mengatasi defesiensi hara dan mampu menyediakan hara
secara tepat. Pupuk cair organik umumnya tidak merusak tanah dan tanaman
tanaman yang berasal dari bahan-bahan organik dan berwujud cair selain
berfungsi sebagai pupuk, pupuk cair juga dapat dimanfaatkan sebagai aktivator
Hasil Ternak mengenai teknologi pengolahan feses ternak menjadi pupuk cair
adalah untuk mengetahui tentang pupuk organic cair, mengetahui analisis energi
mengetahui cara pembuatan pupuk organic cair, dan mengetahui setiap komponen
pupuk cair.
Hasil Ternak mengenai teknologi pengolahan feses ternak menjadi pupuk cair
pupuk organic cair, mengetahui analisis energi dan ekonominya, mengetahui cara
suatu ke-giatan usaha peternakan, baik berupa limbah padat dan cairan, gas,
ataupun sisa pakan. Limbah peternakan adalah semua buangan dari usaha
peternakan yang bersifat padat, cair dan gas (Hidayatullah, 2005). Pupuk organik
nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K), pupuk kandang pun mengandung unsur
mikro seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). Unsur fosfor dalam
pupuk kandang sebagian besar berasal dari kotoran padat, sedangkan nitrogen dan
organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang
kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk cair organik
adalah dapat secara tepat mengatasi defesiensi hara dan mampu menyediakan hara
secara tepat. Pupuk cair organik umumnya tidak merusak tanah dan tanaman
berfungsi sebagai pupuk, pupuk cair juga dapat dimanfaatkan sebagai aktivator
Pupuk organik cair adalah pupuk yang dapat memberikan hara yang sesuai
dengan kebutuhan tanaman pada tanah, karena bentuknya yang cair, maka jika
terjadi kelebihan kapasitas pupuk pada tanah maka dengan sendirinya tanaman
organik yang berbentuk cair dalam pemupukan jelas lebih merata, tidak akan
secara cepat mengatasi defisiensi hara dan mampu menyediakan hara secara cepat
(Parintak, 2018).
kondisi tidak membutuhkan oksigen) atau secara fermentasi tanpa bantuan sinar
matahari. Pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan organik.
Sumber bahan baku organik ini dapat diperoleh dari berbagai limbah. Biasanya
sebagai pupuk cair daun yang mengandung hara makro dan mikro esensial. Pupuk
dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman, sehingga
tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap
bunga dan bakal buah, serta mengurangi gugurnya daun, bunga, dan bakal buah
Pembuatan Pupuk Cair dilakukan pada hari Jumat, tanggal 15 Maret 2019 pukul
Materi Praktikum
Alat yang digunakan pada praktikum pembuatan Pupuk Cair adalah toples
feses sapi 3 kg, mollases 200 ml, air 4 liter, daun gamal dan Em4 5 ml.
Prosedur Kerja
yang telah ditentukan, yang pertama memisahkan daun dan tulang daun gamal
dan memotong daun sekecil mungin sampai terlihat halus dan mecampurkan
dengan air, lalu air campurannya diperas sehingga menghasilkan larutan air
gamal, kedua mencampur feses sapi dengan larutan air perasan daun gamal
sampai tercampur rata. Ketiga setelah tercampur merata saring larutan tersebut
hingga tidak ada feses dan daun gamal setelah itu memasukkan feses kedalam
dan menutup rapat toples tersebut. lalu mengamati peruabahan fisik (warna, dan
Ternak mengenai teknologi pengolahan feses ternak menjadi pupuk cair, diperoleh
Indikator Warna
Berdasarkan hasil uji perubahan fisik pupuk cair, dapat diketahui bahwa
warna pupuk cair sebelum fermentasi bernilai 5 berarti hijau gelap kemudian
berubah warna menjadi cokelat yang bernilai 3. Hal ini disebabkan karena bahan
terjadi perubahan warna. Hal ini sesuai dengan pendapat Endah, dkk (2015) yang
menyatakan bahwa awalnya bahan dasar berwarna hijau dengan tekstur yang
kecoklatan.
ditandai dengan adanya lapisan putih pada permukaan, bau yang khas, dan warna
berubah dari hijau menjadi coklat dan pupuk yang dihasilkan berwarna kuning
pupuk cair adalah larutan hasil pembusukan sisa tanaman, kotoran hewan
dan manusia yang memiliki kandungan unsur hara yang terkandung dalam pupuk
cair organik lebih mudah diserap oleh tanah dan tanaman (Sado, 2016)
Indikator Bau
Berdasarkan hasil uji perubahan fisik pupuk cair, dapat diketahui bahwa bau
pupuk cair sebelum fermentasi bernilai 1 berarti berbau feses sapi kemudian
berubah bau menjadi tape fermentasi dengan nilai 5. Hal ini sesuai dengan
pendapat Endah, dkk (2015) yang menyatakan bahwa Pupuk Organik Cair yang
berbau seperti tape yang artinya pupuk yang dihasilkan berkualitas baik. Proses
fermentasi pembuatan Pupuk Organik Cair dengan bahan dasar limbah organik
menunjukkan bahwa bahan dasar kotoran ternak, sampah organik serta kombinasi
sampah organik dan kotoran ternak menunjukkan hasil kualitas Pupuk Organik
Cair yang baik, karena menghasilkan aroma seperti tape yang sangat menyengat
menandakan telah terjadi proses dekomposisi. Bau yang dihasilkan semakin lama
akan semakin berkurang dan bau busuk pada awal pengomposan akan digantikan
oleh bau tanah yang mengindikasikan kompos telah matang (Supriyati, 2013)
mikroba yang berasal dari EM-4 yang membantu dalam pembusukan sampah
organik. Hal ini sesuai dengan pendapat Sado (2016) yang menyatakan bahwa
Indikator Suhu
Berdasarkan hasil uji perubahan fisik pupuk cair, dapat diketahui bahwa
suhu pupuk cair sebelum fermentasi yaitu 28ºC kemudian berubah menjadi 30ºC.
Hal ini disebabkan karena dipengaruhi oleh faktor penyinaran sinar matahari dan
proses dekomposisi. Hal ini sesuai dengan pendapat Putri (2018) yang
menyatakan bahwa suhu dipengaruhi oleh faktor penyinaran sinar matahari dan
proses dekomposisi yang terjadi pada tiap wadah plastik besar/toples. Suhu yang
hingga hari ke 19 yang mencapai 46 ºC. Temperatur kompos mulai naik dari hari
berada dalam kondisi stabil karena kisaran temperatur kompos yang paling baik
(Jannah, 2014).
peningkatan suhu disebabkan karena suhu ruangan yang berbeda dan
dengan yang diharapkan. Hal ini sesuai denga pendapat Sado (2016) yang
Kesimpulan
Ternak mengenai teknologi pengolahan feses ternak menjadi pupuk cair, dapat
disimpulkan bahwa warna pupuk cair yaitu warna cokelat, aroma yang dihasilkan
yaitu beraroma tape fermentasi, dan suhunya yaitu 30ºC. Faktor yang
pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari daun gamal dan feses sapi
Saran
digunakan. Jika saat pencampuran bahan dan pembuatan pupuk cair ada
kesalahan, maka pupuk cair tersebut tidak berhasil dengan tanda aromanya tidak
beraroma tape fermetasi tetapi lebih menyengat dari feses ternak yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Endah, A.S., Suyadi, A., Budi, G.P. 2015. Pengujian Beberapa Metode
Pembuatan Bioaktivator Guna Peningkatan Kualitas Pupuk Organik Cair.
Jurnal Agritech 17(2) : 122-128.
Fitriyanto, N.A., Triatmojo, S., Pertiwiningrum, A., Erwanto, Y., Abidin, M.Z.,
Baliarti, E., Suranindyah, Y.Y. 2015. Indonesian Journal of Community
Engagement 1(1) : 79-95.
Lepongbulan, W., Tiwow, V.M.A., Dlah, A.W.M. 2017. Analisis Unsur Hara
Pupuk Organik Cair Dari Limbah Ikan Mujair (Oreochromis mosambicus)
Danau Lindu Dengan Variasi Volume Mikroorganisme Lokal (Mol) Bonggol
Pisang. Jurnal Akademika Kimia 6(2) : 92-97.
Marpaung, A.E., Karo, B., Tarigan , R. 2014. Pemanfaatan Pupuk Organik Cair
dan Teknik Penanaman Dalam Peningkatan Pertumbuhan dan Hasil
Kentang. Jurnal Hort. 24(1) : 49-55.
Parintak, R. 2018. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair dari Limbah Buah
Pepaya dan Kulit Nanas terhadap Pertumbuhan Kangkung Darat. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Putri, N.A. Pegaruh Lama Fermentasi Pupuk Organik Cair Kombinasi Batang
Pisang, Kulit Pisang dan Buah Pare terhadap Uji Kandungan Unsur Hara
Makro Fosfor (P) dan Kalsium (Ca) Total dengan Penambahan Bioaktivator
EM4. Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Sado. 2016. Studi kelayakan kompos menggunakan variasi bioaktivator (EM4 dan
ragi). Universitas Hasanuddin. Makassar.
Sari, M.S. 2016. Pengaruh Pengunaan Pupuk Organik Cair Dari Limbah Kulit
Buah Pisang Kepok Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bayam (Amaranthus
tricolor L.). Skripsi. Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
Setiawan, A., Benito, Tb., Yuli, A.H. 2013. Pengelolaan Limbah Ternak pada
Kawasan Budidaya Ternak Sapi Potong di Kabupaten Majalengka. Jurnal
Ilmu Ternak 13(1) : 24-30.
Supriyati A. 2013. Rasio C/N, Fosfor (P), Warna, dan Tekstur Kompos Hasil
Pengomposan Sampah Organik Pasar dengan Starter Kotoran Ayam (Gallus
domestica) dalam Berbagai Dosis. FMIPA Program Studi Pendidikan
Biologi, IKIP PGRI Semarang.
Sebelum Penyimpanan
(5x4) 20
Warna = = =5
4 4 (Hijau Gelap)
(1x4) 4
Bau = = =1 (Feses Sapi)
4 4
Suhu = 280C
Setelah Penyimpanan
(3x3) 9
Warna = = =3
3 3 (Cklat)
(5x3) 15
Bau = = =5 (Tape Fermentasi)
3 3
Suhu = 300C
Ket: Menyiapkan Alat Dan Bahan Ket: Memisahkan Tulang Daun Gamal
Ket: Mencampurkan Semua Bahan Ket: Menyaring Bahan Sebelum
Dilakukan Penyimpanan