Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PENGOMPOSAN

TEKNOLOGI PUPUK DAN PEMUPUKAN


PEMBUATAN KOMPOS BERBAHAN BAKU KOTORAN AYAM

Nama : Fitri Kinola Padang


NIM : 185040201111178
Kelas :G
Asisten Praktikum : Indah Permata Satuhuningrum

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021

i
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ iii
1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................. 2
2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3
2.1 Kotoran Ayam .................................................................................. 3
2.2 Proses Pengomposan ..................................................................... 4
3. METODOLOGI .................................................................................... 6
3.1 Waktu dan Tempat Pengomposan ................................................... 6
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................ 6
3.3 Prosedur Pengomposan .................................................................. 7
3.4 Timeline Kegiatan Pengomposan ................................................... 8

ii
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
Tabel 1. Alat beserta Fungsinya................................................................. 6
Tabel 2. Bahan beserta Fungsinya ............................................................ 6
Tabel 3. Timeline Pembuatan Kompos ...................................................... 8

iii
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pupuk organik mengandung unsur hara makro (N, P, K) dan mikro (Ca,
Mg, Fe, Mn, Bo, S, Zn dan Co) yang dapat memperbaiki struktur tanah.
Kompos merupakan bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang,
rumput- rumputan, serta kotoran hewan yang telah mengalami proses
dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan
untuk memperbaiki sifat- sifat tanah. Kompos mengandung hara-hara mineral
yang esensial bagi tanaman. Sisa tanaman, hewan, atau kotoran hewan, juga
sisa jutaan makhluk kecil yang berupa bakteri, dan jamur merupakan sumber
bahan organik yang sangat potensial bagi tanah, karena perannya yang
sangat penting terhadap perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah, namun
bila sisa hasil tanaman tidak dikelola dengan baik maka akan berdampak
negatif terhadap lingkungan, seperti mengakibatkan rendahnya keberhasilan
pertumbuhan benih dan sebagai tempat berkembangbiaknya patogen
tanaman (Kurnia et al., 2016).
Pembuatan kompos organik yang efektif merupakan salah satu strategi
yang dapat dilaksanakan dengan tujuan untuk menekan banyaknya limbah,
pengumpulan, dan biaya pengangkutan limbah organik. Pengaplikasian pupuk
kompos organik pada tanaman juga sangat menguntungkan. Hal tersebut
dikarenakan sifatnya lebih alami serta aman digunakan daripada pupuk kimia.
Pengaplikasiannya dapat menyuburkan tanah, menjaga kelembaban akar
tanaman sehingga proses pertumbuhan tanaman lebih stabil dan tahan
terhadap hama serta dapat memperbaiki kualitas tanah. Perbaikan kualitas
tanah tersebut tidak akan meninggalkan efek buruk di kemudian hari serta
tidak mencemari lingkungan (Saputera et al., 2013).
Limbah ternak merupakan salah satu sumber bahan baku yang dapat
dikomposkan. Limbah ternak adalah limbah dari kotoran hewan yang salah
satunya adalah kotoran ayam. Kotoran ayam memiliki kandungan N tiga kali
lipat lebih banyak dari jenis pupuk lain. Kotoran ayam yang dikomposkan
mengandung Nitrogen (N) 2,44%, Phospor (P) 0,67%, Kalium (K) 1,24%, dan
C-Organik 16,10% (Sari et al., 2016). Kotoran ayam merupakan salah satu
bahan organik yang berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan pertumbuhan
tanaman.
Pupuk organik dari kotoran ayam memiliki kandungan yang lebih
beragam dibandingkan pupuk kimia. Pupuk organik mengandung banyak
unsur hara baik makro maupun mikro. Selain mengandung unsur hara yang
banyak, biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan pupuk organik relatif lebih
murah dan bahan baku yang dibutuhkan mudah dijumpai. Kotoran ayam
sangatlah mudah ditemukan di kabupaten Pakpak Bharat karena keberadaan
peternakan ayam yang cukup banyak. Bau kotoran ayam selain berdampak
negatif terhadap kesehatan manusia yang tinggal di lingkungan sekitar
1
peternakan, juga berdampak negatif terhadap ternak dan menyebabkan
produktivitas ternak menurun. Oleh karena itu, pengolahan kotoran ayam
menjadi pupuk kompos merupakan solusi yang tepat. Selain bermanfaat untuk
menurunkan jumlah limbah peternakan, pupuk kompos dari kotoran ayam juga
diperjualbelikan untuk menambah nilai ekonomis.

1.2 Tujuan Pengomposan


Adapun tujuan pengomposan yaitu mahasiswa atau praktikan mampu
membuat kompos secara mandiri dengan memanfaatkan kotoran ayam dan
memahami ciri-ciri kompos yang sudah matang. Selain itu agar kotoran
ayam menjadi lebih bermanfaat dan mengurangi kerugian karena kotoran
ayam yang apabila dibiarkan akan menimbulkan bau busuk dan sumber
penyakit baik bagi manusia di sekitarnya atau pun ayam itu sendiri.

2
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kotoran Ayam

Pembuatan pupuk kompos menggunakan bahan baku kotoran ayam.


Bahan baku kotoran ayam memiliki berbagai kelebihan yaitu unsur hara yang
banyak dan bahan organik yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah. Bila dibandingkan dengan ternak lainnya kotoran ayam memiliki
karakteristik lebih padat karena tercampur dengan kotoran cair pada ayam
tersebut. Kotoran ayam banyak mengandung berbagai macam unsur hara
seperti nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan
sulfur (S). Dengan kandungan unsur hara yang lengkap pada kotoran ayam
tersebut, nantinya mampu menyuplai unsur hara yang cukup dan seimbang yang
sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk proses pertumbuhan dan perkembangan.
Kemudian pada kotoran ayam juga mampu meningkatkan pH tanah dan C-
organik. Dengan kebutuhan yang cukup pada kandungan kotoran ayam dan dari
beberapa analisis penelitian, kotoran ayam juga mampu meningkatkan hasil
produksi tanaman (Tufaila, 2014).
Kemudian selain kotoran ayam memiliki kelebihan dapat menambah unsur
hara yang baik untuk tanaman, kotoran ayam juga dapat memberikan kelebihan
pada tanah yaitu menurut Istiqomah (2013), di mana kotoran ayam juga memberi
pengaruh terhadap tanah. Hal tersebut dibuktikan dengan kotoran ayam dapat
memperbaiki struktur tanah sehingga tanah dapat lebih gembur dan
pertumbuhan yang terjadi pada tanaman tersebut berjalan dengan optimal.
Kemudian kotoran ayam juga dapat meningkatkan daya serap pada air,
sehingga tanaman dapat mencukupi ketersediaan air yang dibutuhkan oleh
tanaman tersebut.

 Dekomposer EM4
Efektif Mikroorganisme (EM4) meupakan bahan yang mengandung
beberapa mikroorganisme yang sangat bermanfaat dalam proses pengomposan.
Efektif Mikroorganisme (EM4) dapat meningkatkan fermentasi limbah sampah
organik, meningkatkan ketersediaan unsur hara untuk tanaman, serta menekan
aktivitas serangga, hama dan mikroorganisme patogen, bermanfaat bagi
kesuburan tanah dan tanaman. EM4 bukan pupuk tetapi merupakan bahan yang
dapat mempercepat proses pembuatan pupuk organik dan meningkatkan kualitas
pupuk (Cahaya,2009). EM4 mengandung 90% bakteri Lactobacillus sp (bakteri
penghasil asam laktat), pelarut posfat, bakteri fotosintetik, Streptomyces sp, jamur
pengurai selulosa dan ragi. EM4 merupakan suatu tambahan untuk
mengoptimalkan pemanfaatan zat-zat makanan karena bakteri yang terdapat
dalam EM4 dapat mencerna selulosa, pati, gula, protein dan lemak
(Sembiring,2014).
EM4 merupakan produk bioaktivator yang beredar di pasaran berupa Efektif
Mikroorganisme asli yang tidak langsung diaplikasikan pada media. Hal ini
3
disebabkan kandungan mikroorganisme dalam EM masih dalam kondisi tidur
(dorman) sehingga tidak akan memberikan pengaruh yang nyata. Untuk itu, EM
asli perlu dilarutkan menjadi EM aktif apabila ingin digunakan (Suryati, 2014).

 Molase
Adapun bahan pengkaya yang digunakan dalam proses pengomposan
adalah molase. Molase merupakan hasil dari pembuatan gula aren yang
berwarna coklat dan bersifat kental kemudian dicampurkan dengan air. Menurut
Suwatanti et al. (2017), molase mengandung banyak gula dan asam organik.
Kandungan gula terutama sukrosa dapat mencapai 40-55%. Molase memiliki
nutrisi yang cukup bagi bakteri untuk bertahan hidup. Maka dari itu penggunaan
molase pada proses pengomposan adalah sebagai sumber energi atau makanan
bagi bakteri-bakteri yang ada pada EM4.
Molase disertai dengan berbagai nutrien yang diperlukan mikroorganisme
dalam komposting. Penggunaan molase dapat meningkatkan kandungan C-
Organik dan N- Total dan mempertahankan N-Total selama proses komposting
aerob. Menurut Huda (2013), molase mengandung komponen karbon dan
nitrogen yang sangat diperlukan untuk menambah kandungan unsur hara agar
proses komposting berlangsung dengan sempurna. Penggunaan molase
sebanyak 60 ml meningkatkan kandungan C-Organik sebesar 10,10%.
Sementara itu pada penambahan molase 60 ml akan meningkatkan kandungan
Nitrogen dari 0,137% menjadi 0,362% dan besar peningkatannya yaitu 0,225%.

2.2 Proses Pengomposan


Proses pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami
penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang
memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Proses pengomposan
bisa terjadi dengan sendirinya. Proses tersebut bisa dipercepat oleh perlakuan
manusia, yaitu dengan menambahkan mikroorganisme pengurai sehingga dalam
waktu singkat akan diperoleh kompos yang berkualitas baik. Pengomposan
merupakan salah satu contoh proses pengolahan buangan (sampah) secara
aerobik dan anaerobik, dimana kedua proses tersebut akan berjalan saling
mendukung dan menghasilkan pupuk organik yang disebut kompos (Syaifull,
2011).
Pengomposan merupakan proses perombakan bahan organik oleh
dekomposer seperti bakteri,fungi dan organisme tanah. Menurut Amalia et al.
(2016), proses pengomposan melalui empat fase, yaitu fase mesofilik, termofilik,
pendinginan, dan pematangan. Fase mesofilik merupakan fase awal
dekomposisi. Fase ini berlangsung pada suhu 23-450C. Mikroba mesofilik
beraktivitas hingga meningkatkan suhu pada kompos. Fase termofilik
berlangsung pada suhu 45-65oC. Fase ini berlangsung pada suhu yang ekstrim
dan mikroba yang bekerja pada fase ini meningkatkan suhu kompos. Fase
pendinginan merupakan fase penurunan suhu hingga 10-22oC, hingga mikroba
4
pada kompos mengalami kematian. Fase terakhir adalah fase pematangan. Fase
ini merupakan fase akhir dari proses pengomposan, di mana kompos sudah siap
digunakan.
Metode pengomposan yang dilakukan pada praktikum mandiri kali ini ialah
secara terbuka atau aerob, ditunjukkan dengan adanya bantuan O2 saat proses
pengomposannya. Hasil akhir dari pengomposan aerob ialah bahan akan berubah
warna hitam dan kecoklatan yang menyerupai tanah dan bertekstur remah dan
gembur. Pembuatan pupuk kompos limbah dapur dilaksanakan pada tanggal 20
September 2021. Pada pengomposan juga diaplikasikan EM-4 yang berfungsi
sebagai dekomposer. Pada proses fermentasi menggunakan EM-4 sebagai stater
mikroorganisme yang memberi dampak positif bagi tanah karena dapat memberi
keuntungan bagi tanaman terhadap pertumbuhan dan perkembangannya. EM-4
berbentuk cairan yang berwarna coklat kekuning-kuningan, berbau asam karena
memiliki pH 3,5 dan mengandung 90% bakteri Lactobacillus sp serta bakteri
fotosintetik, Streptomyces sp dan yeast.
Keberhasilan pengomposan dapat terlihat dari ciri-ciri fisik berdasarkan
warna, aroma, dan teksturnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gunawan et al.
(2014) yang mengatakan bahwa ciri-ciri keberhasilan kompos yaitu pada saat
proses pengomposan tidak mengeluarkan aroma yang tidak sedap, kompos
berwarna cokelat kehitaman, dan tekstur kompos menyerupai tekstur tanah yang
remah atau hancur.

5
3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Pengomposan


Kegiatan pengomposan bertempat di Dusun Kuta Tengah, Kecamatan
Salak, Kabupaten Pakpak Bharat, Provinsi Sumatera Utara. Secara topografi
Kabupaten Pakpak Bharat terletak antara 96 o00’00”-98o31’00” Bujur Timur dan
02o15’00”- 03o32’00” Lintang Utara. Secara geografis, Kabupaten Pakpak Bharat
terletak pada garis 2°15'- 3°32' Lintang Utara dan 96°00' - 98°31' Bujur Timur.
Kabupaten Pakpak Bharat memiliki suhu yang rendah dan kelembaban yang
tinggi, memiliki iklim tropis, dengan ketinggian antara 700-1500 m di atas
permukaan laut. Kondisi geografis berbukit-bukit. Suhu udara rata-rata berkisar
antara 18o-28oC, kelembaban udara relatif berkisar 86-92% (DPMPPTSP Pakpak
Bharat, 2018).

3.2 Alat dan Bahan


Pada proses pembuatan pupuk kompos, dibutuhkan alat dan bahan yang
harus digunakan saat proses pembuatan. Berikut ini adalah alat dan bahan yang
digunakan dalam pembuatan pupuk kompos.
Tabel 1. Alat beserta Fungsinya
No Nama Alat Fungsi Alat

1. Timbangan Sebagai alat untuk menimbang bahan

2. Panci Sebagai tempat untuk melarutkan EM4 dengan air

3. Thermometer Sebagai alat untuk mengukur suhu kompos

4. Sendok Sebagai alat untuk mengaduk molase dan EM4

5. Karung Sebagai wadah untuk kompos

Tabel 2. Bahan beserta Fungsinya


No Nama Bahan Fungsi Bahan

1. Kotoran Ayam 7 Kg Bahan baku pembuatan kompos

2. EM4 5 ml Sebagai dekomposer/membantu mempercepat


proses pengomposan

3. Molase/ Air Gula Aren 50 ml Bioaktivator/sumber energi atau makananbagi


bakteri

4. Air 1 Liter Melarutkan EM-4 dan molase

6
3.3 Alur Kerja
 Pembuatan kompos padat berbahan baku kotoran ayam secara aerob

Mengumpulkan bahan baku utama berupa limbah


kotoran ayam sebanyak 7 kg

Bahan baku di cacah menggunakan pisau

Menyiapkan dekomposer berupa EM4 sebanyak


5ml, molase 50ml dan air 1liter

Memasukan bahan baku utama kedalam bak

Memasukan EM4, molase, dan air


Kemudian campur hingga rata

Setelah semua bahan tercampur, bahan baku


tersebut di masukkan ke dalam karung dan ujung
karung di ikat

Mengontrol suhu setiap 3 hari sekali


menggunakan termometer

Mengaduk bahan setiap 1 kali dalam


seminggu
7
Proses pengomposan ini terjadi kurang lebih 2-3
minggu

Kompos siap panen.


Kompos yang siap di panen memiliki ciri ciri sebagai
berikut:
 Terjadi penurunan suhu dan temperatur stabil
 Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan
tanah
 Tidak berbau
 Berubah bentuk, tidak seperti semula

3.4 Timeline Kegiatan Pengomposan


Kegiatan pengomposan dilakukan mulai bulan September hingga Oktober
2021. Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan selama proses pengomposan
dapat dilihat dari timeline.

Tabel 3. Timeline Kegiatan Pengomposan


Tanggal Kegiatan
Kegiatan September Oktober
17 18 19 20221 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Penentuan alat
dan bahan
kompos
Pengumpulan
alat dan bahan
kompos
Persiapan
pembuatan
kompos
Pembuatan
kompos
Pengecekan suhu
kompos
Pengadukan
kompos
8
Pemanenan
kompos yang
sudah jadi

9
4. DAFTAR PUSTAKA

Cahaya, 2009. Pembuatan Kompos dengan Menggunakan Limbah Padat


Organik Sampah Sayuran Dan Ampas Tebu) oleh TS Jurusan
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.
DPMPPTSP Pakpak Bharat. 2018. Profil Pakpak Bharat.
http://sppe.pakpakbharatkab.go.id/gambaran- umum-kabupaten-
Pakpak- Bharat
Gunawan, S. Maarif, dan Arkeman, Y. 2014. Inovasi Mesin Produksi
Pupuk Cair dari Jerami Berbasis Fermentasi dengan Pendekatan
Value Graph. Jurnal Teknik Industri. 4(1): 31-37.
Huda, M. 2013. Pembuatan Pupuk Organik dari Urin Sapi dengan Aditif
Tetes Tebu (Molase) Metode Fermentasi. Skripsi Program Studi
Kimia Universitas Negeri Semarang. Semarang
Istiqomah, N. 2013. Aplikasi Pupuk Kandang Kotoran Ayam pada
Penyetekan Kunyit Putih. Jurnal Ziraa’ah. 37(2): 6-13.
Sembiring, Daswati. 2014. Efektivitas Berbagai Jenis Aktivator dalam
Pembuatan Kompos dari Limbah Kol (Brassica OLeracea).
Skripsi. Fakultas kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Suryati, Teti. 2014. Bebas Sampah dari Rumah Cara Bijak Mengolah
Sampah Menjadi Kompos dan Pupuk Cair. PT.Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Suwatanti dan Widiyaningrum. 2017. Pemanfaatan MOL Limbah Sayur
pada Proses Pembuatan Kompos. Jurnal MIPA. 40(1): 1-6.
Syaifull, R. 2011. Pengelolaan Kompos dan Pengomposan. CV Gramedia.
Jakarta
Tufaila, M., Dewi D.L., dan Syamsu A. 2014. Aplikasi Kompos Kotoran
Ayam untuk Meningkatkan Hasil Tanaman Metimun (Cucumis
sativus L.) di Tanah Masam. Jurnal Agroekoteknos. Vol 4(2) : 120-
127.

10

Anda mungkin juga menyukai