JUDUL
PEMANFAATAN LIMBAH BUAH UNTUK PEMBUATAN
PUPUK ORGANIK CAIR DENGAN PENAMBAHAN
BIOAKTIVATOR EM4.
2. LATAR BELAKANG
Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia menyebabkan berbagai
jenis timbulan sampah, kondisi eksiting sampah saat ini belum sepenuhnya
tertangani. Hermawati et al. (2014) menyatakan bahwa sampah yang tidak
ditangani dengan baik dapat mengandung berbagai kuman penyakit yang
berbahaya bagi kesehatan manusia dan terganggunya estetika. Dapat diketahui
dengan peningkatan jumlah penduduk yang dapat meningkatkan berbagai
jenis timbulan sampah. Timbulan sampah yang dihasilkan menyebabkan
adanya pencemaran air, pencemaran tanah dan pencemaran bau. Maka penting
untuk mengevaluasi sistem, program, dan rencana persampahan suatu
penanganan yang kepada pemanfaatan, daur ulang, pengomposan,
pembakaran dan lain-lain. Komposisi sampah dikelompokkan atas sampah
anorganik (kaca, kaleng, logam, dan lain-lain) dan sampah organik (sisa
makanan, kertas, plastik, kain (tekstil), karet, sampah kayu, dan lain-lain.
Sampah organik adalah sampah yang bersifat biodegradabel. Jenis
sampah ini tersusun oleh senyawa organik seperti sisa tanaman, hewan, atau
kotoran (Yuwono, 2016). Sampah organik dibagi menjadi 2 yaitu sampah
organik basah dan sampah organik kering. Sampah organik basah sampah
yang kadar airnya tinggi seperti sisa sayuran dan buah buahan. Sedangkan
sampah organik kering mempunyai kadar air yang rendah yaitu seperti kayu
dan daun kering (Cahaya, 2009). Besarnya komponen sampah yang dapat
didekomposisi merupakan sumber daya yang cukup potensial sebagai sumber
humus, unsur hara makro dan mikro. Sampah dapat juga sebagai faktor
pembatas karena kandungan logam-logam berat, senyawa organik beracun
dan patogen, pengomposan dapat menurunkan pengaruh senyawa organik
beracun dan patogen terhadap lingkungan.
Berdasarkan permasalahan yang dilakukan diatas Kabupaten Sidoarjo
mengalami hal serupa. Sampah di Kabupaten Sidoarjo sebesar 41,28%
dibuang ke TPA; 35,59% dibakar; 14,01% dibuang ke sungai; 7,97% dikubur
dan 1,15% diolah menjadi kompos (Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kabupaten Sidoarjo, 2013). Begitu juga sampah organik dan anorganik di
Kabupaten Sidoarjo, sampah organik 34,77% dan sampah anorganik 20,97%
(Luban et al, 2017).
Salah satu pemanfaatan sampah yang efektif adalah mengolahnya
sebagai pupuk organik cair karena dapat menyehatkan dan dapat membantu
menyuburkan lahan pertanian dan perkebunan. Untuk itu perlu adanya
penanganan yang tepat untuk mengatasi masalah sampah agar mengurangi
melalui pemanfaatan kembali, yaitu dengan salah satu cara pembuatan pupuk
organik cair. Diharapkan dapat memberikan sumber hara bagi tanaman
melalui pupuk organik cair.
Pupuk organik cair adalah pupuk yang kandungan bahan kimianya
rendah maksimal 5%, dapat memberikan hara yang sesuai dengan kebutuhan
tanaman pada tanah, karena bentuknya yang cair. Maka jika terjadi kelebihan
kapasitas pupuk pada tanah, dengan sendirinya tanaman akan mudah
mengatur penyerapan komposisi pupuk yang dibutuhkan. Pupuk organik cair
dalam pemupukan jelas lebih merata, tidak akan terjadi penumpukan
konsentrasi pupuk di satu tempat, hal ini disebabkan pupuk organik cair 100%
larut (Musnamar, 2006). Pupuk organik cair ini mempunyai kelebihan dapat
secara cepat mengatasi defesiensi hara dan tidak bermasalah dalam pencucian
hara begitu juga mampu menyediakan hara secara cepat. Dalam pembuatan
pupuk organik cair tidak perlu memerlukan waktu yang lebih lama di
bandingkan dengan pupuk organik padat. Pada umumnya pupuk organik cair
tidak merusak tanah atau tanaman walaupun dipakai hampir setiap hari.
Bioaktivator yang saat ini sering digunakan untuk
pembuatan pupuk organik cair adalah Effective Microorganisme.
Sucipto (2012) menyatakan bahwa EM4 merupakan kultur
campuran berbagai bakteri fotosintesis (Rhodopseudomonas
sp), bakteri asam laktat, actinomycetes, ragi ( Sacharomices
sp) dan jamur fermentasi. Menurut Nur (2014) menyatakan
bahwa dalam proses fermentasi berlangsung anaerob,
kandungan air sedang (30-40%), kadar gula tinggi, dan suhu
sekitar 40-50ºC.
Amalia (2018) melakukan pembuatan pupuk organik cair dari limbah
sayuran. Hasil penelitian diperoleh komposisi pupuk organik cair dengan
limbah sayur (bayam, kangkung, dan sawi) dengan penambahan EM4 50ml.
Kadar C-organik, N, P, K pupuk organik cair yang dihasilkan dari tiga variasi
limbah sayur pada usia 25 hari yaitu limbah sayur kangkung memiliki kadar
C-organik (9,50%), N (1.69%), P (2.45%), dan K (2.74%). Limbah sayur
bayam memiliki kadar Corganik (13.65%), N (3.06%), P (3.18%), dan K
(3.32%). Limbah sayur sawi memiliki kadar C-organik (16.21%), N (3.45%),
P (3.84%), dan K (4.44%). Rahmanigtyas (2017) juga melakukan
pembuatan pupuk organik cair dari limbah sayuran (wortel,
tomat, kubis, kangkung dan kacang panjang) dengan
penambahan bioaktivator EM4. Hasil penelitian menunjukkan
pada penambahan EM4 50 mL mempunyai kualitas yang lebih
tinggi yaitu kadar nitrogen (56,9%), phosphor (5,40%), kalium
(5,87%), dan C-organik (13,28%). Dari hal ini, yang perlu
diterapkan untuk mengatasi limbah tersebut maka perlu
dilakukan suatu teknologi pembuatan pupuk organik cair yang
bernilai guna tinggi dengan penambahan proses fermentasi
menggunakan EM4. Sehingga judul penelitian ini adalah “
Pemanfaatan Limbah Buah Untuk Pembuatan Pupuk Organik
Cair Dengan Penambahan Bioaktivator EM4”.
3. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah:
6. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pupuk
1. Pupuk alam yaitu pupuk yang ada didalam alam atau yang dibuat
secara alami yang dibuat tanpa adanya campur tangan melalui proses
industri. Pupuk alam selalu disamakan dengan pupuk organik, karena
kebanyakan pupuk alam itu terdiri dari senyawa organik. Tetapi
sebenarnya pupuk alam itu tidak semuanya organik, misalnya pupuk
posfat alam yang kandungan senyawanya anorganik. Beberapa contoh
pupuk alam misalnya, pupuk kendang, pupuk kompos, pupuk hijau
dan guano.
2. Pupuk buatan adalah pupuk yang di olah menggunakan bahan buatan
atau di buat di pabrik dengan kandungan unsur hara tertentu. Pada
umumnya kandungan haranya lebih tinggi, mudah larut dan cepat
diserap oleh akar tanaman. Akan tetapi pupuk ini mempunyai
kelemahan jika penggunaannya berlebihan akan mengakibatkan
kerusakan lingkungan dan tanaman. Selain itu pupuk ini tidak
mengandung hara mikro dan hanya mengandung unsur hara tertentu
saja misalnya N.
Contoh pupuk buatan urea hanya mengandung hara nitrogen saja.
F. Unsur Hara
Pengertian Unsur hara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
kandungan zat yang sangat dibutuhkan/diperlukan tumbuhan atau hewan
dalam pembentukan jaringan, pertumbuhan dan kegiatan hidup lainnya. Unsur
hara terbagi menjadi dua yaitu pupuk mikro dan pupuk makro.
1. Unsur Hara Mikro (Mg, Ca, S, B, Cu, Zn, Fe, Mn, Cl dan Mo)
Unsur hara mikro yaitu unsur kimia yang mempunyai peran dalam
proses pertumbuhan tanaman. Kadar dari unsur hara mikro antara lain:
a. Mangnesium (Mg)
Magnesium yaitu berfungsi untuk pembagi karbohidrat dalam proses
pembuangan dan memntuk inti sel molekul klorofil.
b. Kalsium (Ca)
Kalsium perperan untuk mengangtifkan pembentukan bulu-bulu akar
dan biji serta menguatkan batang tanaman. Kalsium juga bias dibuat untuk
menetralkan kondisi senyawa dan kondisi tanah yang merugikan.
c. Sulfur (S)
Sulfur bermanfaat untuk tanaman yang membantu pembentukan
protein dan membantu pembentukan bintil akar, membantu pertumbuhan
asam amino dan vitamin pada tanaman.
d. Boron (B)
berperanan penting dalam produksi biji-bijian, meningkatkan
transportasi karbohidrat dan menaikkan aktifitas enzim.
e. Tembaga (Cu)
Tembaga bermanfaat Sebagai enzyme dalam tanaman, meliputi asam
askorbik oksidase, fenolase, lokase dan lain-lain, meningkatkan
pembentukan vitamin A dalam tumbuh-tumbuhan.
f. Seng (Zn)
Manfaat seng yaitu membantu pembentukan chlorofil dan penting
dalam perbaikan tanah akali dan sebagai kofaktor berbagai enzim.
g. Besi (Fe)
Manfaat dari besi yaitu membantu proses fotosintesis tanaman dan
sebagai klorofil
h. Mangan (Mn)
Manfaat dari mangan yaitu untuk membantu tanaman proses
fotosintesis dan membentuk enzim.
i. Klor (Cl)
Manfaat klor yaitu membantu tanaman meningkatkan kualitas tanaman
dan membantu proses pembentukan hormon tanaman.
j. Molybdenum (Mo)
Manfaat dari molybdenum untuk tanaman adalah membantu
perkembangan bintil akar dan pembentukan protein.
2. Unsur Hara Makro ( N, P, K)
Unsur hara makro adalah unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah
besar. Kadar unsur Hara Makro antara lain:
a. Nitrogen (N)
Nitrogen adalah nitrogen bebas (N2) di atas atmosfer, yang takarannya
mencapai 78 %, dan sumber-sumber lainnya senyawa-senyawa nitrogen
yang tersimpan dalam tubuh jasad. Nitrogen sangat jarang ditemui
menjadi komponen oleh karena sifatnya yang mudah larut air. Nitrogen
atmosfir (N2) memasuki tanah melalui perantaraan jasad renik penambat-
N, hujan, dan kilat. Jasad renik penambat akan mengubah bentuk N 2
menjadi senyawa N-asam amino dan N-protein. Jika jasad renik itu mati,
bakteri pembusuk melepaskan asam amino dari protein, dan bakteri
amonifikasi melepaskan amonium dari gugus amino, yang selanjutnya
akan larut dalam tanah dan dapat diserap oleh tanaman dan sisa amonium
akan diubah menjadi nitrit, kemudian menjadi nitrat oleh bakteri
nitrifikasi, dan dapat langsung diserap tanaman. Nitrat dan nitrit yang
tidak termanfaatkan sebagian akan lenyap di dalam air dan sebagian
mengalami denitrifikasi menjadi gas N2 dan N2O akan memasuki sistem
atmosfir kembali (Poerwowidodo, 1992).
b. Phosphor (P)
Sumber dan cadangan fosfor (P) alam adalah kerak bumi yang
kandungannya mencapai 0,12 % P, dalam bentuk batuan fosfat, endapan
guano, dan endapan fosil tulang. fosfor alam memasuki sistem tanah
melalui penghancuran dan peruraian yang lambat oleh karena daya
larutnya yang rendah. Sebagian besar senyawa P dalam tanah berbentuk
senyawa organik. Bahan organik tanah cenderung meningkatkan
ketersediaan P. Asam nukleat merupakan sumber P dari kelompok
senyawa organik. Komponen organik tanah yang mengandung P antara
lain: asam nukleat, fosfolida, fosfoprotein, dan fosfat metabolik
(Poerwowidodo, 1992).
c. Kalium (K)
Takaran bahan potasium atau kalium (K) menempatkannya pada
urutan ke-7 di antara penyusun kerak bumi. Kalium pada umumnya cukup
banyak ditemui dalam tanah, namun kisaran kandungan K-total pada
umumnya berada dalam pelikan tanah liat dan pelikan yang mengandung
K. Kalium atau potasium di serap perakaran tanaman dalam bentuk K+ .
mekanisme penyerapan K mencakup: aliran masa, konveksi, difusi, dan
serapan langsung dari permukaan tanah. Laju pengambilan K banyak
diatur oleh kepekatan K dalam larutan tanah yang mengelilingi permukaan
akar. Kebutuhan K dan pola pengambilan K tergantung pada jenis
tanaman dan tingkat tanaman. Adanya saling tindak positif antara kalium
dan nitrogen pada keharaan tanaman. Keberadaan K yang meningkat,
meningkatkan keberadaan nitrogen dalam tanaman (Poerwowidodo,
1992).
F. Sampah Organik
Sampah organik adalah sampah yang bersifat biodegradabel
(Basriyanta, 2007). Jenis sampah ini tersusun oleh senyawa organik seperti
sisa tanaman, hewan, atau kotoran (Yuwono, 2016). Sampah organik di bagi
menjadi 2 yaitu sampah organik basah dan sampah organik kering. Sampah
organik basah sampah yang kadar airnya tinggi seperti sisa sayuran dan buah
buahan. Sedangkan sampah organik kering mempunyai kadar air yang rendah
yaitu seperti kayu dan daun kering (Cahaya, 2009). Sampah organik berjalan
secara alami yang dapat mengalami proses pembusukan mikroba seperti jamur
dan bakteri. Banyaknya buangan limbah dati pasar dapat memberi potensi
besar untuk dimanfaatkan. Limbah buah terdiri dari berbagai jenis seperti
buah papaya, buah pisang dan masih banyak limbah buah lainnya.
1. Pepaya
Pepaya (Carica papaya L) adalah salah satu jenis tanaman buah buahan
yang daerah penyebarannya berada di daerah tropis. Buah pepaya tergolong
buah yang populer dan umumnya digemari oleh sebagian besar penduduk
dunia. Hal ini disebabkan karena daging buahnya yang lunak dengan warna
merah atau kuning, rasanya manis dan menyegarkan serta banyak
mengandung air. Tanaman papaya merupakan tanaman tahunan sehingga buah
ini dapat tersedia setiap saat (Barus, 2008).
Rumusan Masalah
Tujuan Pustaka
Limbah Buah
Pencampuran Bahan
Reaktor 1. Reaktor 2. Reaktor 3. Reaktor 4.
Limbah buah Limbah buah Limbah buah Limbah buah
papaya 1500 gr, papaya 1500 gr, pisang 1500 gr, pisang 1500 gr,
larutan gula 500 larutan gula 500 larutan gula 500 larutan gula 500
ml, ragi 22 gr, ml, ragi 22 gr, ml, ragi 22 gr, ml, ragi 22 gr,
EM4 40 mL. EM4 50 mL. EM4 40 mL. EM4 50 mL.
Fermentasi
Fermentasi
Pengumpulan Data
Analisis Data
Kesimpulan
Gambar 1. Rancangan Penelitian
8. JADWAL PENELITIAN
Tabel 3. Jadwal Penelitian
NO Kegiatan Bulan
1 2 3 4
1 Proposal
2 Persiapan alat dan bahan
3 Pelaksanaan Penelitian
4 Analisis Data
5 Laporan
9. DAFTAR PUSTAKA
Agustina. (2017). Kajian Karakterisasi Tanaman Pepaya ( Carica