Anda di halaman 1dari 22

1.

JUDUL
PEMANFAATAN LIMBAH BUAH UNTUK PEMBUATAN
PUPUK ORGANIK CAIR DENGAN PENAMBAHAN
BIOAKTIVATOR EM4.

2. LATAR BELAKANG
Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia menyebabkan berbagai
jenis timbulan sampah, kondisi eksiting sampah saat ini belum sepenuhnya
tertangani. Hermawati et al. (2014) menyatakan bahwa sampah yang tidak
ditangani dengan baik dapat mengandung berbagai kuman penyakit yang
berbahaya bagi kesehatan manusia dan terganggunya estetika. Dapat diketahui
dengan peningkatan jumlah penduduk yang dapat meningkatkan berbagai
jenis timbulan sampah. Timbulan sampah yang dihasilkan menyebabkan
adanya pencemaran air, pencemaran tanah dan pencemaran bau. Maka penting
untuk mengevaluasi sistem, program, dan rencana persampahan suatu
penanganan yang kepada pemanfaatan, daur ulang, pengomposan,
pembakaran dan lain-lain. Komposisi sampah dikelompokkan atas sampah
anorganik (kaca, kaleng, logam, dan lain-lain) dan sampah organik (sisa
makanan, kertas, plastik, kain (tekstil), karet, sampah kayu, dan lain-lain.
Sampah organik adalah sampah yang bersifat biodegradabel. Jenis
sampah ini tersusun oleh senyawa organik seperti sisa tanaman, hewan, atau
kotoran (Yuwono, 2016). Sampah organik dibagi menjadi 2 yaitu sampah
organik basah dan sampah organik kering. Sampah organik basah sampah
yang kadar airnya tinggi seperti sisa sayuran dan buah buahan. Sedangkan
sampah organik kering mempunyai kadar air yang rendah yaitu seperti kayu
dan daun kering (Cahaya, 2009). Besarnya komponen sampah yang dapat
didekomposisi merupakan sumber daya yang cukup potensial sebagai sumber
humus, unsur hara makro dan mikro. Sampah dapat juga sebagai faktor
pembatas karena kandungan logam-logam berat, senyawa organik beracun
dan patogen, pengomposan dapat menurunkan pengaruh senyawa organik
beracun dan patogen terhadap lingkungan.
Berdasarkan permasalahan yang dilakukan diatas Kabupaten Sidoarjo
mengalami hal serupa. Sampah di Kabupaten Sidoarjo sebesar 41,28%
dibuang ke TPA; 35,59% dibakar; 14,01% dibuang ke sungai; 7,97% dikubur
dan 1,15% diolah menjadi kompos (Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kabupaten Sidoarjo, 2013). Begitu juga sampah organik dan anorganik di
Kabupaten Sidoarjo, sampah organik 34,77% dan sampah anorganik 20,97%
(Luban et al, 2017).
Salah satu pemanfaatan sampah yang efektif adalah mengolahnya
sebagai pupuk organik cair karena dapat menyehatkan dan dapat membantu
menyuburkan lahan pertanian dan perkebunan. Untuk itu perlu adanya
penanganan yang tepat untuk mengatasi masalah sampah agar mengurangi
melalui pemanfaatan kembali, yaitu dengan salah satu cara pembuatan pupuk
organik cair. Diharapkan dapat memberikan sumber hara bagi tanaman
melalui pupuk organik cair.
Pupuk organik cair adalah pupuk yang kandungan bahan kimianya
rendah maksimal 5%, dapat memberikan hara yang sesuai dengan kebutuhan
tanaman pada tanah, karena bentuknya yang cair. Maka jika terjadi kelebihan
kapasitas pupuk pada tanah, dengan sendirinya tanaman akan mudah
mengatur penyerapan komposisi pupuk yang dibutuhkan. Pupuk organik cair
dalam pemupukan jelas lebih merata, tidak akan terjadi penumpukan
konsentrasi pupuk di satu tempat, hal ini disebabkan pupuk organik cair 100%
larut (Musnamar, 2006). Pupuk organik cair ini mempunyai kelebihan dapat
secara cepat mengatasi defesiensi hara dan tidak bermasalah dalam pencucian
hara begitu juga mampu menyediakan hara secara cepat. Dalam pembuatan
pupuk organik cair tidak perlu memerlukan waktu yang lebih lama di
bandingkan dengan pupuk organik padat. Pada umumnya pupuk organik cair
tidak merusak tanah atau tanaman walaupun dipakai hampir setiap hari.
Bioaktivator yang saat ini sering digunakan untuk
pembuatan pupuk organik cair adalah Effective Microorganisme.
Sucipto (2012) menyatakan bahwa EM4 merupakan kultur
campuran berbagai bakteri fotosintesis (Rhodopseudomonas
sp), bakteri asam laktat, actinomycetes, ragi ( Sacharomices
sp) dan jamur fermentasi. Menurut Nur (2014) menyatakan
bahwa dalam proses fermentasi berlangsung anaerob,
kandungan air sedang (30-40%), kadar gula tinggi, dan suhu
sekitar 40-50ºC.
Amalia (2018) melakukan pembuatan pupuk organik cair dari limbah
sayuran. Hasil penelitian diperoleh komposisi pupuk organik cair dengan
limbah sayur (bayam, kangkung, dan sawi) dengan penambahan EM4 50ml.
Kadar C-organik, N, P, K pupuk organik cair yang dihasilkan dari tiga variasi
limbah sayur pada usia 25 hari yaitu limbah sayur kangkung memiliki kadar
C-organik (9,50%), N (1.69%), P (2.45%), dan K (2.74%). Limbah sayur
bayam memiliki kadar Corganik (13.65%), N (3.06%), P (3.18%), dan K
(3.32%). Limbah sayur sawi memiliki kadar C-organik (16.21%), N (3.45%),
P (3.84%), dan K (4.44%). Rahmanigtyas (2017) juga melakukan
pembuatan pupuk organik cair dari limbah sayuran (wortel,
tomat, kubis, kangkung dan kacang panjang) dengan
penambahan bioaktivator EM4. Hasil penelitian menunjukkan
pada penambahan EM4 50 mL mempunyai kualitas yang lebih
tinggi yaitu kadar nitrogen (56,9%), phosphor (5,40%), kalium
(5,87%), dan C-organik (13,28%). Dari hal ini, yang perlu
diterapkan untuk mengatasi limbah tersebut maka perlu
dilakukan suatu teknologi pembuatan pupuk organik cair yang
bernilai guna tinggi dengan penambahan proses fermentasi
menggunakan EM4. Sehingga judul penelitian ini adalah “
Pemanfaatan Limbah Buah Untuk Pembuatan Pupuk Organik
Cair Dengan Penambahan Bioaktivator EM4”.

3. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah:

1. Bagaimana konsentrasi C, N, P, K yang dihasilkan pupuk


organik cair jika menggunakan baku limbah buah.
2. Bagaimana kualitas pupuk organik cair yang dihasilkan dari
bahan baku limbah buah berdasarkan standar Menteri
Pertanian Nomor 70 tahun 2011.

4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN


1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui konsentrasi C, N, P, K pupuk organik cair jika
menggunakan baku limbah buah pepaya dan pisang dalam pembuatan
pupuk organik cair.
b. Mengetahui hasil diantara limbah pepaya dan pisang
bahan baku mana yang memberikan standar Menteri
Pertanian Nomor 70 tahun 2011.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian bagi masyarakat:
a. Sebagai salah satu memberikan informasi tentang
konsentrasi C, N, P, K pupuk organik cair yang
menggunakan baku limbah buah pepaya dan pisang
dalam pembuatan pupuk organik cair.
b. Memberikan informasi hasil diantara limbah pepaya dan
pisang bahan baku mana yang sesuai standar Menteri
Pertanian Nomor 70 tahun 2011.
Manfaat bagi peneliti:
a. Sebagai salah satu teknologi alternatif dalam
mengatasi masalah lingkungan dengan melakukan
pemanfaatan limbah buah untuk pembuatan pupuk
organik cair.
b. Menambah pengalaman dan wawasan tentang
pembuatan pupuk organik cair dengan menggunakan
limbah buah.
5. RUANG LINGKUP PENELITIAN
1. Bahan baku yang digunakan berasal dari limbah buah yang
di ambil dari pasar tradisional Kabupaten Sidoarjo yaitu
berupa buah pepaya dan pisang yang sudah tidak layak
jual atau membusuk.
2. Parameter yang di ukur dalam penelitian ini adalah
konsentrasi C-organik, fospor (P), nitrogen (N), Kalium (K)
dan mengacu dengan standar Menteri Pertanian Nomor 70
tahun 2011.
3. Penelitian ini yang dilakukan yaitu penambahan
bioaktivator EM4 yang bermanfaat sebagai bakteri
pengurai pembusukan bahan organik. Adapun variasi
penambahan EM4 yaitu 40-50 mL.
4. Fermentasi pupuk organik cair dalam kondisi anaerob
menggunakan media jerigen plastik bertutup kapasitas 50
liter dengan dilengkapi alat bantu gelembung udara yang
membutuhkan waktu fermentasi 21 hari.
5. Penelitian
dilakukan di skala laboratorium Teknik
Lingkungan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.

6. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pupuk

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau


tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga
mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik
ataupun non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk
mengandung bahan baku yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon pertumbuhan
yaitu untuk membantu kelancaran proses metabolisme. Meskipun demikian,
sejumlah material suplemen dapat ditambahkan ke dalam pupuk, khususnya
pupuk buatan (Anonim, 2014).
Klasifikasi pupuk berdasarkan asalnya

1. Pupuk alam yaitu pupuk yang ada didalam alam atau yang dibuat
secara alami yang dibuat tanpa adanya campur tangan melalui proses
industri. Pupuk alam selalu disamakan dengan pupuk organik, karena
kebanyakan pupuk alam itu terdiri dari senyawa organik. Tetapi
sebenarnya pupuk alam itu tidak semuanya organik, misalnya pupuk
posfat alam yang kandungan senyawanya anorganik. Beberapa contoh
pupuk alam misalnya, pupuk kendang, pupuk kompos, pupuk hijau
dan guano.
2. Pupuk buatan adalah pupuk yang di olah menggunakan bahan buatan
atau di buat di pabrik dengan kandungan unsur hara tertentu. Pada
umumnya kandungan haranya lebih tinggi, mudah larut dan cepat
diserap oleh akar tanaman. Akan tetapi pupuk ini mempunyai
kelemahan jika penggunaannya berlebihan akan mengakibatkan
kerusakan lingkungan dan tanaman. Selain itu pupuk ini tidak
mengandung hara mikro dan hanya mengandung unsur hara tertentu
saja misalnya N.
Contoh pupuk buatan urea hanya mengandung hara nitrogen saja.

a. Pupuk berdasarkan senyawanya


1. Pupuk organik adalah pupuk dengan senyawa organik, yang
merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik dan biasanya
mempunyai kandungan hara yang rendah. Pupuk organik dipakai
kerena ia secara lambat dan graduil membebaskan N sepanjang
musim. Pupuk ini juga membantu untuk mempertahankan keadaan
fisik pupuk yang baik bila dicampurkan dengan pupuk lain, sehingga
memudahkan penyebaranya.
2. Pupuk anorganik adalah pupuk yang memiliki senyawa kimia
anorganik. Misalnya, pupuk anorganik ZA (NH4)2SO4.

b. Pupuk berdasarkan unsur hara


1. Pupuk tunggal adalah merupakan pupuk yang hanya bisa mengandung
satu unsur pupuk. Unsur pupuk tersebut ada tiga yaitu nitrogen, posfor,
dan kalium.
2. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung unsur pupuk lebih
dari satu. Pupuk majemuk yang mengandung dua unsur saja disebut
pupuk majemuk tak lengkap, sedangkan jika mengandung ketiganya
(N, P, dan K) disebut pupuk majemuk lengkap.
c. Pupuk berdasarkan reaksi fisiologisnya
1. Pupuk masam yaitu mempunyai reaksi fisiologis masam artinya bila
pupuk tersebut diberikan ke dalam tanah ada kecenderungan tanah
menjadi lebih masam (pH menjadi lebih rendah). Misalnya: Za dan
Urea.
2. Pupuk basis yaitu mempunyai reaksi fisiologis alkalisatau basis, ialah
pupuk yang bila diberikan ke dalam tanah menyebabkan pH tanah
cenderung naik misalnya: pupuk chili salpeter, calnitro, kalsium
sianida.
d. Pupuk berdasarkan bentuknya
1. Untuk pupuk padat dapat dibagi lagi berdasarkan ukurannya seperti
serbuk, kristal, butiran (granular) pelet, tablet atau khelat. Pupuk padat
dapat diaplikasikan melalui tanah atau daun, dengan memperhatikan
hal berikut: jika pupuk tersebut mudah larut dalam air, maka
pemberiannya dapat dilakukan melalui daun atau sebaliknya. Salah
satu contoh pupuk yang mudah larut dalam air adalah urea.
2. Pupuk cair terbagi dua yaitu pupuk yang berbentuk cairan ataupun
pupuk padat yang mudah larut dalam air. Pupuk padat yang mudah
larut dalam air disebut pupuk solution fertilizer.
e. Pupuk berdasarkan macam hara tanaman
1. Pupuk makro adalah pupuk yang mengandung hanya hara makro saja:
N, P, K, dan nitrophoska.
2. Pupuk mikro adalah pupuk yang hanya mengandung hara mikro saja
misalnya: mikrovet, mikroplek, metalik. Campuran makro dan mikro
misalnya pupuk gandasil, bayfolan, rustika. Sering juga ke dalam
pupuk campur makro dan mikro ditambahkan juga zat pengatur
tumbuh (hormon tumbuh).
B. Pengertian Pupuk Organik
Pupuk organik ialah pupuk yang berupa senyawa organik. Kebanyakan
pupuk alam tergolong pupuk organik ( pupuk kandang, kompos, guano ).
Pupuk alam yang tidak termasuk pupuk organik misalnya rock phosphat,
umumnya berasal dari batuan sejenis apatit (Ca3(PO4)2). Pupuk organik
merupakan pupuk yang berasal dari pelapukan sisa-sisa makhluk hidup seperti
tanaman, hewan dan manusia, serta kotoran hewan. Pupuk Organik umumnya
lebih unggul dibandingkan pupuk anorganik (Marsono, 2001).
Berdasarkan bentuknya, pupuk dapat dibedakan menjadi pupuk
organik dan anorganik. Pupuk organik yaitu pupuk yang terbuat dari bahan
organik atau makhluk hidup yang telah mati. Sedangkan, pupuk anorganik
yaitu pupuk yang berasal dari bahan kimia dan telah diproses melalui produksi
industri sehingga menajadi bahan kimia yang mudah diserap oleh tanaman.
Bahan organik akan mengalami pembusukan oleh mikroorganisme kemudian
sifat fisiknya berbeda dari semula. Pupuk organik merupakan pupuk majemuk
lengkap karena unsur haranya lebih dari satu unsur dan mengandung unsur
mikro. Pupuk organik dibedakan menjadi dua, yaitu pupuk organik cair dan
pupuk organik padat (Hadisuwito, 2012).
C. Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak
beredar di pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui
daun yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg,
B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Pupuk organik cair mempunyai
beberapa manfaat diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan
pembentukan klorofil daun sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis
tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor
tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya
tahan tanaman terhadap kekeringan, merangsang pertumbuhan cabang
produksi, meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, mengurangi
gugurnya dan, bunga, dan bakal buah (Huda, 2013).
Keuntungan menggunakan pupuk organik cair adalah mampu
menyediakan hara secara cepat. Jika dibandingkan dengan pupuk anorganik,
pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman meskipun
sudah digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk ini juga memilik bahan
pengikat sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah bisa
langsung dimanfaatkan oleh tanaman (Hadisuwito, 2012).
D. Manfaat Pupuk Organik
Pupuk mempunyai manfaat yaitu untuk menyediakan unsur hara yang
tidak tersedia sama sekali didalam tanah untuk mendukung tumbuhnya
tanaman. Pupuk organik cair juga mengandung beberapa mikroorganisme
seperti bakteri fotosintesis, bakteri asam laktat, jamur fermentasi (Aspergillus
sp). Mikroorganisme memiliki redisual affect yang positif, sehingga tanaman
yang ditanam pada musim berikutnya tetap memiliki pertumbuhan dan
produktivitasnya (Hadisuwito, 2012).
E. Karakteristik Pupuk Organik Cair
Pupuk cair bisa diaplikasiakn saat tinggkat kematangannya bagus atau
sempurna. Diketahui dengan keadaan fisik, apabila fermentasi itu berhasil di
tandai dengan adanya bercak-bercak putih pada permukaan cair. Cairan yang
didapat hasilnya berwarna kuning kecoklatan dengan bau yang menyengat
(Puwendro, 2007 dalam Rohanah, 2011).

F. Unsur Hara
Pengertian Unsur hara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
kandungan zat yang sangat dibutuhkan/diperlukan tumbuhan atau hewan
dalam pembentukan jaringan, pertumbuhan dan kegiatan hidup lainnya. Unsur
hara terbagi menjadi dua yaitu pupuk mikro dan pupuk makro.
1. Unsur Hara Mikro (Mg, Ca, S, B, Cu, Zn, Fe, Mn, Cl dan Mo)
Unsur hara mikro yaitu unsur kimia yang mempunyai peran dalam
proses pertumbuhan tanaman. Kadar dari unsur hara mikro antara lain:
a. Mangnesium (Mg)
Magnesium yaitu berfungsi untuk pembagi karbohidrat dalam proses
pembuangan dan memntuk inti sel molekul klorofil.
b. Kalsium (Ca)
Kalsium perperan untuk mengangtifkan pembentukan bulu-bulu akar
dan biji serta menguatkan batang tanaman. Kalsium juga bias dibuat untuk
menetralkan kondisi senyawa dan kondisi tanah yang merugikan.
c. Sulfur (S)
Sulfur bermanfaat untuk tanaman yang membantu pembentukan
protein dan membantu pembentukan bintil akar, membantu pertumbuhan
asam amino dan vitamin pada tanaman.
d. Boron (B)
berperanan penting dalam produksi biji-bijian, meningkatkan
transportasi karbohidrat dan menaikkan aktifitas enzim.
e. Tembaga (Cu)
Tembaga bermanfaat Sebagai enzyme dalam tanaman, meliputi asam
askorbik oksidase, fenolase, lokase dan lain-lain, meningkatkan
pembentukan vitamin A dalam tumbuh-tumbuhan.
f. Seng (Zn)
Manfaat seng yaitu membantu pembentukan chlorofil dan penting
dalam perbaikan tanah akali dan sebagai kofaktor berbagai enzim.
g. Besi (Fe)
Manfaat dari besi yaitu membantu proses fotosintesis tanaman dan
sebagai klorofil
h. Mangan (Mn)
Manfaat dari mangan yaitu untuk membantu tanaman proses
fotosintesis dan membentuk enzim.
i. Klor (Cl)
Manfaat klor yaitu membantu tanaman meningkatkan kualitas tanaman
dan membantu proses pembentukan hormon tanaman.
j. Molybdenum (Mo)
Manfaat dari molybdenum untuk tanaman adalah membantu
perkembangan bintil akar dan pembentukan protein.
2. Unsur Hara Makro ( N, P, K)
Unsur hara makro adalah unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah
besar. Kadar unsur Hara Makro antara lain:
a. Nitrogen (N)
Nitrogen adalah nitrogen bebas (N2) di atas atmosfer, yang takarannya
mencapai 78 %, dan sumber-sumber lainnya senyawa-senyawa nitrogen
yang tersimpan dalam tubuh jasad. Nitrogen sangat jarang ditemui
menjadi komponen oleh karena sifatnya yang mudah larut air. Nitrogen
atmosfir (N2) memasuki tanah melalui perantaraan jasad renik penambat-
N, hujan, dan kilat. Jasad renik penambat akan mengubah bentuk N 2
menjadi senyawa N-asam amino dan N-protein. Jika jasad renik itu mati,
bakteri pembusuk melepaskan asam amino dari protein, dan bakteri
amonifikasi melepaskan amonium dari gugus amino, yang selanjutnya
akan larut dalam tanah dan dapat diserap oleh tanaman dan sisa amonium
akan diubah menjadi nitrit, kemudian menjadi nitrat oleh bakteri
nitrifikasi, dan dapat langsung diserap tanaman. Nitrat dan nitrit yang
tidak termanfaatkan sebagian akan lenyap di dalam air dan sebagian
mengalami denitrifikasi menjadi gas N2 dan N2O akan memasuki sistem
atmosfir kembali (Poerwowidodo, 1992).
b. Phosphor (P)
Sumber dan cadangan fosfor (P) alam adalah kerak bumi yang
kandungannya mencapai 0,12 % P, dalam bentuk batuan fosfat, endapan
guano, dan endapan fosil tulang. fosfor alam memasuki sistem tanah
melalui penghancuran dan peruraian yang lambat oleh karena daya
larutnya yang rendah. Sebagian besar senyawa P dalam tanah berbentuk
senyawa organik. Bahan organik tanah cenderung meningkatkan
ketersediaan P. Asam nukleat merupakan sumber P dari kelompok
senyawa organik. Komponen organik tanah yang mengandung P antara
lain: asam nukleat, fosfolida, fosfoprotein, dan fosfat metabolik
(Poerwowidodo, 1992).
c. Kalium (K)
Takaran bahan potasium atau kalium (K) menempatkannya pada
urutan ke-7 di antara penyusun kerak bumi. Kalium pada umumnya cukup
banyak ditemui dalam tanah, namun kisaran kandungan K-total pada
umumnya berada dalam pelikan tanah liat dan pelikan yang mengandung
K. Kalium atau potasium di serap perakaran tanaman dalam bentuk K+ .
mekanisme penyerapan K mencakup: aliran masa, konveksi, difusi, dan
serapan langsung dari permukaan tanah. Laju pengambilan K banyak
diatur oleh kepekatan K dalam larutan tanah yang mengelilingi permukaan
akar. Kebutuhan K dan pola pengambilan K tergantung pada jenis
tanaman dan tingkat tanaman. Adanya saling tindak positif antara kalium
dan nitrogen pada keharaan tanaman. Keberadaan K yang meningkat,
meningkatkan keberadaan nitrogen dalam tanaman (Poerwowidodo,
1992).
F. Sampah Organik
Sampah organik adalah sampah yang bersifat biodegradabel
(Basriyanta, 2007). Jenis sampah ini tersusun oleh senyawa organik seperti
sisa tanaman, hewan, atau kotoran (Yuwono, 2016). Sampah organik di bagi
menjadi 2 yaitu sampah organik basah dan sampah organik kering. Sampah
organik basah sampah yang kadar airnya tinggi seperti sisa sayuran dan buah
buahan. Sedangkan sampah organik kering mempunyai kadar air yang rendah
yaitu seperti kayu dan daun kering (Cahaya, 2009). Sampah organik berjalan
secara alami yang dapat mengalami proses pembusukan mikroba seperti jamur
dan bakteri. Banyaknya buangan limbah dati pasar dapat memberi potensi
besar untuk dimanfaatkan. Limbah buah terdiri dari berbagai jenis seperti
buah papaya, buah pisang dan masih banyak limbah buah lainnya.
1. Pepaya
Pepaya (Carica papaya L) adalah salah satu jenis tanaman buah buahan
yang daerah penyebarannya berada di daerah tropis. Buah pepaya tergolong
buah yang populer dan umumnya digemari oleh sebagian besar penduduk
dunia. Hal ini disebabkan karena daging buahnya yang lunak dengan warna
merah atau kuning, rasanya manis dan menyegarkan serta banyak
mengandung air. Tanaman papaya merupakan tanaman tahunan sehingga buah
ini dapat tersedia setiap saat (Barus, 2008).

Disemua bagian mengandung getah. Daun papaya yang tersusun secara


spiral melingkari batang, lembar daun yang bercelah-celah menjari. Daunnya
yang bertingkai Panjang, berkelompak pada pucuk kanopi. Daun yang sudah
tua akan menguning dan bekadmeninggalkan gugur pada batangnya. Batang
lurus, berongga didalam, lunak, tidak bercabang bila pucuknya di potong akan
terbentuk cabang dan bisa mencapai tinggi hingga 10 m. Ada pohon yang
yang berbunga jantan, berbunga betina dan berbunga sempurna. Bunga
sempurna terdiri atas tiga jenis yaitu bunga sempurna elongate, bunga
sempurna petandria, dan bunga sempurna intermediet (Ashari, 2006).

Klasifikasi tanaman pepaya adalah sebagai berikut (Yuniarti, 2008):


Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Cistales
Family : Caricaceae
Genus : Carica
Species : Carica Papaya L
2. Pisang
Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna
raksasa berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya
(Musa acuminata, M. balbisiana, dan M. paradisiaca) menghasilkan buah
konsumsi yang dinamakan sama. Buah ini tersusun dalam tandan dengan
kelompokkelompok tersusun menjari, yang disebut sisir. Hampir semua buah
pisang memiliki kulit berwarna kuning ketika matang, meskipun ada beberapa
yang berwarna jingga, merah, hijau, ungu, atau bahkan hampir hitam. Buah
pisang sebagai bahan pangan merupakan sumber energi (karbohidrat) dan
mineral, terutama kalium.
Tanaman pisang dapat ditanam dan tumbuh dengan baik pada berbagai
macam topografi tanah, baik tanah datar atau pun tanah miring. Produktivitas
pisang yang optimum akan dihasilkan pisang yang ditanam pada tanah datar
pada ketinggian di bawah 500 m di atas permukaan laut (dpl) dan keasaman
tanah pada pH 4,5-7,5. Suhu harian berkisar antara 250C-280C dengan curah
hujan 2000-3000 mm/tahun. Pisang merupakan tanaman yang berbuah hanya
sekali, kemudian mati.
Kedudukan tanaman pisang dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan
adalah sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyta
Sub Devisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa
Paradisiaca L. (Tjitrosoepomo, 2000)

G. Aktivator Effective Mikroorganism (EM)


Aktivator pada dasarnya adalah mikroorganisme yang berada dalam
cairan bahan penumbuh, dan apabila cairan yang berisi mikroorganisme
dilarutkan didalam air dan dicampur ke dalam bahan yang akan
dikomposisikan maka mikroorganisme ini berkembang sehingga proses
pengomposan berlangsung dengan cepat (Isnaini, 2006). Effective
Microorganism4 (EM4) berisi sekitar 80 genus mikroorganisme fermentasi, di
antaranya bakteri fotositetik, Lactobacillus sp, Streptomyces sp,
Actinomycetes sp dan ragi (Redaksi Agro Media, 2007). Komposisi
Bioaktivator EM4 bisa dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Bioaktivator EM4
No Jenis Mikroba dan Unsur Hara Nilai
1 Lactobacillus 8,7 x 105
2 Bakteri Pelarut Fosfat 7,5 x 106
3 Ragi 8,5 x 106
4 Actinomycetes +
5 Bakteri Fotosintetik +
6 Ca (ppm) 1,675
7 Mg (ppm) 597
8 Fe (ppm) 5,54
9 Al (ppm) 0,1
10 Zn (ppm) 1,90
11 Cu (ppm) 0,01
12 Mn (ppm) 3,29
13 Na (ppm) 365
14 B (ppm) 20
15 N (ppm) 0,07
16 Ni (ppm) 0,92
17 K (ppm) 7,675
18 P (ppm) 3,22
19 Cl (ppm) 414,35
20 C (ppm) 27,05
21 Ph 3.9
Sumber: Lab. Fak. MIPA IPB Bogor, 2006; Lab.EMRO INC, JAPAN, 2007.

H. Baku Mutu Pupuk Organik Cair


Persyaratan minimal pupuk organik cair menurut peraturan Menteri Pertanian
Nomor 70/Permetan/SR.140/10/2011 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Baku Mutu Pupuk Organik Cair
No PARAMETER SATUAN STANDAR MUTU
1. C – Organik % Min 6
2. Bahan ikutan : % Maks 2
( Plastik, kaca, dan kerikil )
3. Logam Berat :
- As Ppm Maks 2,5
- Hg Ppm Maks 0,25
- Pb Ppm Maks 12,5
- Cd Ppm Maks 0,5
4. pH 4-9
5. Hara Makro
- N % 3–6
- P2O5 % 3–6
- K2O % 3–6
6. Mikroba Kontamina
- E.coli MPN/ml Maks 102
- Salmonella sp MPN/ml Maks 102
7. Hara Mikro
- Fe total atau ppm 90 – 900
- Fe tersedia ppm 5 – 50
- Mn ppm 250 – 5000
- Cu ppm 250 – 5000
- Zn ppm 250 – 5000
- B ppm 125 – 2500
- Co ppm 5 – 20
- Mo ppm 2-10
8. Unsur Lain :
- La ppm 0
- Ce ppm 0
Sumber : Permetan Nomor 70/permetan/SR.140/10/2011
7. METODOLOGI PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini limbah buah yang berasal di pasar daerah Sidoarjo. Yang
digunakan untuk bahan baku pembuatan pupuk organik cair karena limbah
buah sering dijumpai di pasar sekitar Sidoarjo belum ada pengolahan.

Rumusan Masalah

Tujuan Pustaka

Limbah Buah

Pencampuran Bahan
Reaktor 1. Reaktor 2. Reaktor 3. Reaktor 4.
Limbah buah Limbah buah Limbah buah Limbah buah
papaya 1500 gr, papaya 1500 gr, pisang 1500 gr, pisang 1500 gr,
larutan gula 500 larutan gula 500 larutan gula 500 larutan gula 500
ml, ragi 22 gr, ml, ragi 22 gr, ml, ragi 22 gr, ml, ragi 22 gr,
EM4 40 mL. EM4 50 mL. EM4 40 mL. EM4 50 mL.

Fermentasi
Fermentasi

Pengumpulan Data

Analisis Data

Kesimpulan
Gambar 1. Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini dilakukan dengan penambahan bioaktivator


EM4 dengan proses fermentasi dalam pembuatan pupuk organik cair. Ada
dua perlakuakn yaitu variasi buah sebagai berikut limbah buah papaya dan
limbah buah pisang. Penelitian yang dilakukan Amalia (2018) adalah
pemanfaatn limbah sayur (kangkung, bayam, sawi) dengan EM4 yang
variasinya 50 mL dan 60 mL dengan waktu fermentasi 25 hari mempunyai
kualitas bagus. Ini menjadikan acuan untuk refrensi pembuatan pupuk
organik cair dengan limbah buah yang berbeda dengan variasi
penambahan EM4 40 mL dan 50 mL dan fermentasi selama 21 hari.
Lokasi penelitian berada di laboratorium Universitas PGRI Adi Buana
Surabaya.

Proses ini dilakukan dengan proses anaerobik. Alat yang digunakaan


untuk pembuatan pupuk organik cair adalah drum (reaktor) yang
berkapasitas 40 liter yang tertutup kemudian di tambahkan dengan selang
sebagai gelembung udara. Selang fungsinya untuk penstabil suhu bahan.
Dengan menggunakan selang yang disambungkan ke dalam botol bekas
yang diisi air berfungsi untuk membuang gas yang dihasilkan berfungsi
menghambat udara dari luar yang akan masuk ke dalam reaktor.

Botol plastik di isi


dengan air

Gambar 2. Desain Reaktor

B. Variabel dan Definisi Operasional Variabel


1. Variabel
1. Variabel Bebas
a. Variabel bahan baku limbah buah pepaya dan buah pisang
b. Variasi penambahan EM4 40 dan EM4 50 mL
2. Variabel Terikat
a. Nitrogen (N)
b. Karbon (C)
c. Phosphor (P)
d. Kalium (K)
3. Variabel Kontrol
Ada 2 variasi yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu dengan
menambahkan EM4 sebanyak 40 mL dan 50 mL pada limbah
pepaya dan pisang.
2. Devinisi Oprasional Variabel
Definisi oprasional ini adalah:
1. Limbah buah yang berupa limbah buah papaya dan pisang
digunakan untuk bahan pembuatan pupuk organik cair.
2. Reaktor 1 terdiri dari limbah buah papaya 1500 gr, larutan gula
500 ml, ragi 22 gr, EM4 40 ML.
3. Reaktor 2 terdiri dari Limbah buah papaya 1500 gr, larutan gula
500 ml, ragi 22 gr, EM4 50 ML.
4. Reaktor 3 terdiri dari Limbah buah pisang 1500 gr, larutan gula
500 ml, ragi 22 gr, EM4 40 ML.
5. Reaktor 4 terdiri dari Limbah buah pisang 1500 gr, larutan gula
500 ml, ragi 22 gr, EM4 50 ML.
6. Lambang C-organik dan Nitrogen digunakan sebagai menunjukkan
kematangan pupuk cair.
7. P dan K digunakan untuk mengetahui kandungan senyawa yang
ada pada pupuk cair.
C. Populasi dan Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi yang diteliti yaitu limbah buah pepaya dan pisang.
2. Sampel
Sampel yang diteliti yaitu sampel limbah buah yang diambil dari pasar
baru Krian Sidoarjo kemudian dilakukan uji kualitas dan ditambahkan
bioaktivator EM4.
D. Metode Pengumpulan Data
D2. Analisis Parameter Kadar C-organik, N, P, K Dilakukan Pada Hari
Ke 21
D3. Analisis Penelitian Dilakukan Di Laboratorium Politeknik Kesehatan
Kemenkes Surabaya
D4. Prosedur Pengujian Kadar C-organik, N, P, K Yang Disajikan Pada
Lampiran A
E. Metode Analisis Data
Data diperoleh dianalisis dengan metode deskriftif dan kualitatif dan
grafik yang sesuai oleh peraturan Menteri Pertanian Nomor 70 tahun 2011
yaitu tentang persyaratan teknis Minimal Pupuk Organik Cair.

8. JADWAL PENELITIAN
Tabel 3. Jadwal Penelitian

NO Kegiatan Bulan
1 2 3 4
1 Proposal
2 Persiapan alat dan bahan
3 Pelaksanaan Penelitian
4 Analisis Data
5 Laporan
9. DAFTAR PUSTAKA
Agustina. (2017). Kajian Karakterisasi Tanaman Pepaya ( Carica

Papa L. ) di Kota Bandar Lampung [ Skripsi ]. Lampung,


Universitas Lampung.
Amalia, Siti.(2018). Pemanfaat Limbah Sayur Cair untuk Pembuatan Pupuk
Organik Cair [ Skiripsi ]. Surabaya, Universitas PGRI Adi Buana
Surabaya.
Ardiningtyas, Tri Rantna. (2013). Pengaruh Penggunaan Effective
Microorganism 4 (EM4) dan Molare Terhadap Kualitas Kompos
Dalam Pengomposan Sampah Organik RSUD DR. R. Soetrasno
Rembang [ Skripsi ]. Rembang, Universitas Negeri Semarang.
Badan Usaha Milik Negara.(2011). Pengertian, Fungsi, dan Macam – Macam
Pupuk.http://www.bumn.go.id/ptpn5/id/galeri/pengertian-fungsi-
dan-macam-macam-pupuk/. Tanggal mengunduh 15 Oktober 2018.
Cahaya, Andika.(2009). Pembuatan Kompos Dengan Limbah Padat Organik
(Sampah Sayuran dan Ampas Tebu).Tugas Akhir, Jurusan Teknik
Kimia UNDIP.Yogyakarta.
Gaol, Lumban Martha. IDA A Wamadewanthi.(2017).Prediksi Dampak
Lingkungan Pengelolaan Sampah di TPA Jabon, Kabupaten
Sidoarjo.ITS Jurnal Teknik Volume 06 Nomor 02 Halaman 2337-
3539.
Hadisuwito, Sukamto.(2012). Membuat Pupuk Kompos Cair. Jakarta: PT.
Agromedia Pustaka.
Haryanto,Guunk.http://ghunk-dhoank.blogspot.com/2011/09/tugas-plh-
sampah-organi-dan-organik-html. Diakses Tanggal 15 Oktober
2018.
Hermawati, Wati. et al. (2014). Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah Di
Perkotaan.Yogyakarta: Plantaxia.
Lab. Fak. MIPA IPB Bogor, (2006) : Lab EMRO INC, JAPAN, 2007,
Komposisi Bioaktivator EM-4.
Marjenah. Wawan Kustiawan. (2017) Pemanfaatan Limbah Kulit Buah –
Buahan Sebagai Bahan Baku Pembuatan Pupuk Organik Cair.
Universitas Mulawarman Volume 01 Nomor 02 Halaman 120 –
127.
Menteri Pertanian Republik Indonesia. (2006). Pupuk Organik dan Pembenah
Tanah.Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 02/pert/hk.060/2/2006.
Nur, Thayib. Ahmad Rizali Noor. (2016). Pembuatan Pupuk Organik Cair
dan Sampah Organik Rumah Tangga Dengan Bioaktivator EM4
(Effective Microorganisms). Universitas Lambung Mangkurat
Kalimantan Selatan Volume 05 Nomor 02 Halaman 05 – 12.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70, 2011, Persyaratan Teknis Minimal
Pupuk Organik Cair, Jakarta.
Rahmaningtyas P.D. (2017). Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) Dari
Limbah Sayuran Dengan Penambahan Bioaktivator EM4 [Skripsi].
Surabaya, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.
Rizkya, Roviatur. (2017). Pembuatan Pupuk Organik Cair Berbahan Baku
Limbah Ikan Bandeng dan Mengkudu [Skripsi]. Surabaya,
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.
Taufika, Rahmi. (2011). Pengujian Beberapa Dosis Pupuk Organik Cair
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman. Jurnal Tanaman
Holtikultura, 3(10):60 -70.

Anda mungkin juga menyukai