Anda di halaman 1dari 19

SEMINAR MAHASISWA

PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS TEKNOBIOLOGI


UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

Judul Seminar : Uji Kualitas Air Limbah Ikan Lele Sangkuriang


(Clarias gariepinus var), Daun Gamal (Gliricidia
sepium), Dan Kulit Pisang Kepok (Musa
paradisiaca L.)
Nama : Brian Andika Purba
NPM : 190802074
Konsentrasi Studi : Teknobio-Lingkungan
Dosen Pembimbing : 1. Drs. Wibowo Nugroho Jati, M. S.
2. Dra. L. Indah Murwani, M.Si.
Tempat dan Waktu : Ruang Kelas 2208A, Fakultas Teknobiologi
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Jumat, 10 November 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disetujui untuk diujikan dalam seminar


pada hari Jumat tanggal 10 November 2023
naskah proposal penelitian dengan judul:

Uji Kualitas Air Limbah Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus var), Daun
Gamal (Gliricidia sepium), Dan Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.)

Disusun Oleh:
Nama Mahasiswa : Brian Andika Purba
NPM : 190802074
Konsentrasi Studi : Teknobio-Lingkungan

Disetujui oleh:

Dosen Pembimbing Utama, Dosen Pembimbing Pendamping,

(Drs. Wibowo Nugroho Jati, M. S.) (Dra. L. Indah Murwani, M.Si.)

Dosen Penguji Seminar I, Dosen Penguji Seminar II,

(apt. Dr. Sendy Junedi, M.Sc) (Benediktus Yudo Leksono, S.T.P.,


M.Sc.)
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air limbah ikan lele merupakan salah satu masalah dalam berternak

ikan lele baik ikan lele yang dibudidayakan kolam beton, terpal, dan drum,

karena air limbah lele mengeluarkan bau tak sedap dan dibuang begitu saja

tanpa dimanfaatkan. Pembuangan Air limbah dari budidaya lele dapat

mempengaruhi kualitas perairan di lingkungan sekitarnya serta dapat

mengganggu kehidupan organisme akuatik. Air limbah budidaya ikan lele

adalah salah satu limbah yang berasal dari pakan buatan yang memiliki

kandungan protein tinggi untuk melangsungkan hidup atau pertumbuhan ikan.

Hasil dari sisa pakan yang tidak termakan, kotoran di kolam ikan lele

mengandung unsur hara makro dan mikro yang berupa kotoran, urine dan

makan tambahan dari dedaunan hijau, selain itu limbah cair budidaya lele

merupakan limbah organik yang berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah,

dan memperbaiki kehidupan mikroorganisme tanah (Akmal dkk. 2019).

Menurut Kesuma dkk. (2015) bahwa air limbah budidaya ikan lele

mengandungan unsur hara makro dan mikro dimana air limbah ikan lele yang

mengandung bahan organik tersebut dapat dimanfaatkan tanaman sebagai

sumber nutrisi untuk pertumbuhan tanaman. Sampel air limbah ikan lele

mengandung 6,81 mg/L untuk total Nitrogen, 0,03 mg/L untuk Phospor, 0,25

mg/L untuk Kalium, 0,71 mg/L untuk Kalsium, 0,07 mg/L untuk Magnesium,

0,03 mg/L untuk Besi, 0,005 mg/L. Pemanfaatan kotoran ikan juga dapat

memenuhi hara sebagai nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan

tanaman (Samsundari dan Ganjar, 2013). Menurut Adithya dkk. (2015)

kandungan pupuk organik padat dengan 4 kg limbah ikan memiliki kandungan


2

yang berkisar 2,26% N, 1,44% P dan 0,95% K, hal ini dapat dimanfaatkan

dengan penambahan bahan organik sebagai nutrisi tanaman.

Penggunaan pupuk organik cair mampu menjadi solusi dalam

mengurangi pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan. Namun kelemahan

pupuk organik cair pada umumnya kandungan unsur hara yang rendah dan

lambat tersedia bagi tanaman dan lambat tersedia bagi tanaman (Jusuf, 2006).

Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan organik yang

berasal dari sisa tanaman, limbah agroindustri dan kotoran hewan yang

memiliki kandungan lebih dari satu unsur hara (Rasmito dkk. 2019).

Salah satu jenis pupuk yang dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair

adalah bahan organik yang berasal dari sisa atau limbah ikan yang

dihancurkan. Bahan organik yang telah dihancurkan sampai halus nantinya

akan dikombinasikan dengan air limbah budidaya ikan lele sebagai media

tanam. Selanjutnya dilakukan proses penambahan EM4 dan molase pada air

limbah budidaya ikan lele dan bahan organik nantinya diolah terlebih dahulu

melalui proses fermentasi untuk kemudian dimanfaatkan.

Tanaman gamal merupakan tanaman golongan legum yang

memiliki kandungan hara esensial yang cukup tinggi. Menurut Qoniah

dan Umi (2019), kandungan daun gamal yaitu 3-6 % N, 0,31% P, 0,77%

K, 15-30% serat kasar, dan 10% abu K. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan dengan konsentrasi 0, 40, 80, dan 120 ml/liter air

menunjukkan bahwa pupuk cair daun gamal secara umum terdapat

pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan sawi.

Daun gamal memiliki kandungan nitrogen yang cukup tinggi dengan

C/N rendah, membuat biomassa tanaman ini mudah mengalami dekomposisi


3

(Jusuf, 2007). Kulit pisang ialah bahan organik yang mengandung unsur

kimia seperti magnesium, sodium, fosfor dan sulfur, Kandungan unsur

hara yang ada dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Berdasarkan

analisis yang dilakukan maka dapat diketahui bahwa kandungan unsur

hara yang terdapat di pupuk cair kulit pisang kepok yaitu, N-total 0,18%;

P2O5 0,043%; C-organik 0,55%; pH 4,5; C/N 3,06%; dan K2O 1,137%

(Nasution dkk. 2014).

Berdasarkan hasil penelitan terdahulu yang telah dilakukan oleh

Widyabudiningsih dkk., 2021 dengan menguji kualitas pupuk organik cair

kulit buah pisang, mangga dan nanas dan ditambah EM4. Rancangan

percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dilakukan 7 perlakuan

dengan pengambilan sampel pada hari ke-7, 14, 24 dan 34. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pupuk organik cair kualitas terbaik dengan kandungan C-

Organik, N-total, P2O5 dan K2O dengan masing-masing nilai sebesar 17,4%;

6,05%; 0,15%; dan 2,50% dengan fermentasi optimum selama 7-14 hari.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh

Gustiar dkk., 2020 dengan analisis pupuk organic cair air limbah ikan lele

dengan penambahan bahan dan EM 4 dengan metode mineralisasi aerobik dan

anaerobik. Rancangan percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu 3

perlakuan dengan 3 kali pengulangan dan 18 unit percobaan. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa kandungan hara nitrogen paling tinggi terdapat pada

perlakuan terdapat pada perlakuan penambahan daun gamal dan kulit pisang

pada kondisi aerob. Kadungan fosfor tertinggi terdapat pada penambahan air

limbah ikan, daun gamal dan kulit pisang dengan sistem mineralisasi anaerob.
4

Kandungan kalium tertinggi terdapat pada penambahan air limbah ikan,

gamal, dan kulit pisang dengan mineralisasi anaerobic.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis melakukan penelitian

untuk mengetahui uji kualitas pupuk organik cair dari air limbah ikan lele,

daun gamal, kulit pisang kapok.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kandungan nitrogen, phosfor, kalium pada POC dari air limbah
lele, daun gamal, dan kulit pisang kapok?
2. Berapa lama waktu fermentasi yang optimal pada pembuatan pupuk
organik cair limbah air ikan lele, daun gamal, dan kulit pisang kapok?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kandungan nitrogen, phosfor, kalium pada POC dari air limbah

lele, daun gamal, dan kulit pisang kepok.

2. Mengetahui waktu fermentasi yang optimal pada pembuatan pupuk organik

cair air limbah ikan lele, daun gamal, dan kulit pisang kapok.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat antara lain untuk

membantu peternak lele dalam meminimalisir pembuangan air limbah ikan

lele dengan memanfaatkan air limbah ikan lele sebagai pupuk organik cair,

juga diharapkan dapat memberikan sumber informasi bagi masyarakat dalam

penggunaan dan pembuatan pupuk organik cair dari air limbah ikan lele, daun

gamal, dan kulit pisang kepok.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair merupakan pupuk yang berasal dari bahan ogranik

tumbuhan dan hewan yang telah mengalami dekomposisi serta memiliki

bentuk produk berupa cairan. Pupuk organik cair dinilai lebih efektif dalam

meningkatkan pertumbuhan dan tanaman yang dihasilkan karena dapat

menjaga stabilitas unsur hara dalam tanah, dapat mengurangi dampak sampah

organik di lingkungan sekitar, mudah menyerap, serta dapat memupuk dan

menyiram tanaman secara bersamaan. Proses pembuatan pupuk organik cair

dapat melalui dekomposisi bahan organik yang memanfaatkan mikroba.

Pembuatan pupuk organik cair dari limbah budidaya ikan lele menggunakan

bioaktivator berupa Effective Microorganisme 4 (EM4) dan molase (Meriatna

dkk. 2019).

EM4 adalah teknologi kultur mikroorganisme yang menguntungkan

dan memiliki banyak kegunaan seperti meningkatkan bakteri pengurai bahan

ogranik, menekan pertumbuhan bakteri pathogen, dan menstimulasi enzim

pencernaan untuk menjaga kualitas perairan. EM4 juga dapat mempercepat

proses pembentukan pupuk dan meningkatkan kualitas pupuk yang dihasilkan.

Penambahan molase berfungsi sebagai sumber energi dan penyubur bagi

bakteri dalam proses dekomposisi untuk menghasilkan pupuk organik cair

(Meriatna dkk. 2019).

Tetes tebu atau molase adalah hasil samping industri gula yang

mengandung senyawa nitrogen dan merupakan sumber karbon serta nitrogen

bagi ragi yang terdapat di dalam EM4. Proses fermentasi dilakukan dengan
6

cara anaerobik, yaitu dilakukan dengan kondisi tanpa adanya oksigen dan sinar

matahari atau secara fermentasi. Sistem anaerobik merupakan penguraian

bahan organik tanpa menggunakan oksigen sehingga produk akhir dari

metabolis berupa metana, karbondioksida dan senyawa tertentu seperti asam

organik (Sundari dkk. 2014).

Berdasarkan pembuatan pupuk organik harus memenuhi kriteria

Standarisasi Nasional Indonesia pada kriteria mutu Pupuk Organik Cair (POC)

yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian untuk menjaga kualitas pupuk organik

cair sehingga dengan adanya SNI maka pupuk organik cair telah dihasilkan

dapat digunakan pada tanaman dengan baik dan hasil yang maksimal.

Persyaratan teknis pupuk organik cair (POC) yang telah ditetapkan diatur oleh

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 261/KPTS/SR.310/M/4/2019 adalah

sebagai berikut:

Tabel 1. Syarat Teknis POC


No. Parameter Satuan Standar
Mutu
1. C-Organik % (w/v) Minimum 10
2. Hara makro:
N + P2O5 + K2O % (w/v) 2-6

3. N-organik % (w/v) Minimum 0,5


4. Hara mikro**
Fe total ppm 90-900
Mn total ppm 25-500
Cu total ppm 25-500
Zn total ppm 25-500
B total ppm 12-250
Mo total ppm 2-10
5. pH - 4-9
6. E. coli cfu/mL atau < 1 x 102
MPN/mL
Salmonella sp. cfu/mL atau < 1 x 102
MPN/mL
7

Lanjutan Tabel 1. Syarat Teknik POC


7. Logam berat
As ppm Maksimum 5,0
Hg ppm Maksimum 0,2
Pb ppm Maksimum 5,0
Cd ppm Maksimum 1,0
Cr ppm Maksimum 40
Ni ppm Maksimum 10
8. Unsur/senyawa lain**
Na ppm Maksimum 2.000
Cl ppm Maksimum 2.000
Sumber: Menteri Pertanian Republik Indonesia
Keterangan:
*) Dalam prosesnya tidak boleh menambahkan bahan kimia sintetis.
**) Minimum 3 (tiga) unsur.
***) Khusus untuk pupu organik hasil ekstraksi rumput laut dan produk

lainnya

B. Air Limbah Lele

Ikan lele adalah salah satu jenis ikan yang hidup di air tawar yang di

budidayakan dengan metode intensif sehingga menghasilkan padat tebar

persatuan volum atau luas yang tinggi. Metode padat tebar akan mendorong

para pembudidaya menggunakan pakan buatan berprotein untuk mencukupi

kebutuhan pakan lele. Budidaya ikan lele yang dilakukan akan menghasilkan

air limbah yang di dalamnya dapat terakumulasi residu organik yang berasal

dari pemberian pakan ikan, kotoran, partikel sisa pakan ikan, bakteri, serta

alga (Gustiar et al., 2020).

Air limbah budidaya ikan lele adalah salah satu limbah yang berasal

dari pakan buatan yang memiliki kandungan protein tinggi untuk

melangsungkan hidup atau pertumbuhan ikan. Hasil dari sisa pakan yang tidak

termakan, kotoran di kolam ikan lele mengandung unsur hara makro dan
8

mikro yang berupa kotoran, urine dan makan tambahan dari dedaunan hijau,

selain itu limbah cair budidaya lele merupakan limbah organik yang berfungsi

untuk memperbaiki struktur tanah, dan memperbaiki kehidupan

mikroorganisme tanah (Akmal dkk. 2019).

C. Daun Gamal

Daun gamal merupakan salah satu tanaman leguminosa berupa pohon

perdu yang sering digunakan oleh peternak sebagai pakan ternak dimana

pohon gamal dapat tumbuh pada daerah kering dan mampu beradaptasi pada

musim kemarau. Tanaman gamal merupakan tanaman golongan legum

yang memiliki kandungan hara esensial yang cukup tinggi. Menurut

Qoniah dan Umi (2019), kandungan daun gamal yaitu 3-6 % N, 0,31% P,

0,77% K, 15-30% serat kasar, dan 10% abu K. Tanaman gamal memiliki

keunggulan dibandingkan dengan jenis legume lainnya yaitu, tanaman gamal

dapat dengan mudah dibudidayakan, pertumbuhannya cepat, produksi

biomassa yang tinggi. Daun gamal memiliki kandungan nitrogen yang cukup

tinggi dengan C/N rendah, membuat biomassa tanaman ini mudah mengalami

dekomposisi (Jusuf, 2007).

D. Kulit Pisang Kepok

Kulit pisang kepok adalah salah satu limbah dari hasil pertanian yang

belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Umumnya Masyarakat hanya

menggunakan buah dari pisang kapok untuk dijadikan olahan makanan dan

kulit buah akan dibuang dan menjadi limbah. Berdasarkan potensinya, kulit

pisang kapok dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk organik


9

cair (Setiawati dkk. 2013). Kulit pisang mengandung unsur kimia seperti

magnesium, sodium, fosfor dan sulfur, Kandungan unsur hara yang ada

dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Berdasarkan analisis yang

dilakukan maka dapat diketahui bahwa kandungan unsur hara yang

terdapat di pupuk cair kulit pisang kepok yaitu, N-total 0,18%; P2O5

0,043%; C-organik 0,55%; pH 4,5; C/N 3,06%; dan K2O 1,137% (Nasution

dkk. 2014).

E. Unsur Hara

Unsur hara merupakan suatu jenis unsur kimia tertentu yang

dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang juga memenuhi

kebutuhan fisiologisnya. Unsur hara dapat dibagi menjadi dua macam yaitu

unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro adalah zat yang

diperlukan tanaman dengan jumlah yang besar, sedangkan unsur hara mikro

adalah zat yang diperlukan tanaman dengan jumlah yang kecil. Unsur hara

utama yang dibutuhkan oleh tumbuhan yaitu unsur hara makro N, P, K

(Mpapa, 2016). Unsur hara makro bebas memiliki kandungan yaitu karbon

atau zat arang, hidrogen dan oksigen yang berfungsi sebagai pembentukan

jaringan pada tumbuhan berupa pembentukan karbohidrat, respirasi,

fotosintesis, kerja kimia dan kerja mekanis pada tumbuhan sehingga dapat

berlangsung lancar (Triadiawarman dkk., 2022).

Unsur hara nitrogen adalah unsur hara yang mutlak dan sangat

dibutuhkan oleh tanaman. Nitrogen berperan sebagai unsur yang membentuk

zat hijau daun atau klorofil yang sangat penting dalam proses fotosintesis.

Nitrogen juga berperan sebagai pembentukan protein, lemak dan berbagai


10

senyawa organik lainnya. Unsur hara makro nitrogen juga dapat merangsang

pertumbuhan vegetatif tanaman secara keseluruhan terkhusus pertumbuhan

akar, batang dan daun. Tanaman dengan kandung nitrogen tinggi ditandai

dengan warna daun yang lebih hijau dan sukar rapuh, sedangkan tanaman

yang kekurangan nitrogen ditandai dengan warna daun yang menguning dan

pucat hingga berwarna hijau kemerahan (Fitrianti dkk., 2021).

Unsur hara phosfor merupakan bahan mentah dalam proses

pembentukan sejumlah protein tertentu. Unsur hara phosfor berfungsi dalam

merangsang pertumbuhan akar terkhusus akar benih dan tanaman muda.

Phosfor juga berfungsi membantu tanaman dalam proses asmilasi dan

pernapasan tanaman dan mempercepat pembungaan serta proses pemasakan

biji dan buah. Tanaman dengan kandung phosfor tinggi ditandai perakaran

yang lebat yang membuat pertumbuhan tunas daun terhambat, dan buah yang

cepat matang sebelum waktunya (Frimansyah dkk., 2017).

Unsur hara kalium merupakan unsur yang menjadi sumber daya tahan

tanaman terhadap kekerigan dan penyakit. Kalium memiliki fungsi yaitu

membantu proses pembentukan protein dan karbohidrat tanaman. Unsur hara

kalium dapat memperkuat tanaman sehingga bunga, daun dan buah tidak

mudah gugur atau rontok (Frimansyah dkk., 2017).

F. Hipotesis

1. Kandungan unsur hara nitrogen, phosfor, dan kalium paling tinggi terdapat

pada perlakuan B3 (air limbah budidaya ikan + daun gamal + kulit pisang)

yaitu 0,22 ppm 53,2 ppm fosfor dan 1191,3 ppm kalium dengan

mineralisasi anaerob.
11

2. Lama waktu fermentasi pembuatan pupuk organik cair air limbah ikan lele,

daun gamal, dan kulit pisang kepok yaitu 14 sampai 21 hari.


III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian akan dilakukan di Fakultas Teknobiologi Universitas

Atmajaya Yogyakarta. Lokasi penelitian dilakukan di kebun percobaan

Fakultas Teknobiologi Atmajaya Yogyakarta. Waktu penelitian dilaksanakan

selama 4 bulan yang akan dimulai pada bulan Desember 2023 - april2024.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengolahan POC yaitu

ember 10 liter, pisau, gelas ukur, timbangan, sarung tangan, pengaduk dan

masker. Alat untuk analisis pengujian NPK yaitu pipet ukur, propipet, pipet

tetes, tabung reaksi, rak tabung reaksi, spektrofotometer, alat destruksi, alat

destilasi, alat titrasi, dan labu leher 3.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu air limbah ikan lele

sangkuriang (), daun gamal (), kulit pisang kepok(), EM4, akuades, indikator

PP, larutan H2SO2, selenium, NaOH 40%, HNO3, HClO4.

C. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan di bawah ini:

A0: Air limbah ikan lele 100% + EM4

A1: Air limbah ikan lele 6 L + daun gamal 350 gr + kulit pisang kepok 750 gr

+ EM4 250 ml

A2: Air limbah ikan lele 6 L + daun gamal 600 gr + kulit pisang kepok 1 kg +

EM4 250 ml
13

A3: Air limbah lele 6 L + daun gamal 850 gr + kulit pisang kepok 1,25 kg +

EM 4 250ml

Tabel 2. Rancangan Percobaan Pupuk Organik Cair Air Limbah Ikan Lele
Daun Gamal dan Kulit Pisang Kepok
No Perlakuan Fermentasi Keterangan

7 Hari 14 Hari 21 Hari

1 Air limbah ikan lele


100% + EM4

2 Air limbah ikan lele 6 L


+ daun gamal 350 gr +
kulit pisang kepok 750
gr + EM4 100 ml
3 Air limbah ikan lele 6 L
+ daun gamal 600 gr +
kulit pisang kepok 1 kg
+ EM4 100 ml
4 Air limbah lele 6 L +
daun gamal 850 gr +
kulit pisang kepok 1,25
kg + EM 4 100ml

D. Cara Kerja

1. Pembuatan Pupuk Organik Cair Air Limbah Ikan Lele, Daun Gamal,

dan Kulit Pisang Kepok

Pembuatan pupuk organik cair dilakukan dengan persiapan alat dan

bahan yang diperlukan. Pengumpulan air limbah ikan lele sebanyak 24

liter didapatkan dari budidaya ikan lele secara mandiri, daun gamal

sebanyak 1,8 kg diperoleh dari kebun milik warga, dan kulit pisang kepok

sebanyak 3 kg diperoleh di daerah Maguwoharjo. EM 4 diperoleh dari

toko pertanian yang berada di daerah Maguwoharjo, Daerah Istimewa

Yogyakarta.

Pembuatan pupuk organik cair selanjutnya siapkan wadah dengan

ukuran 10 L, lalu daun gamal dan kulit pisang kepok dipotong sekecil
14

mungkin agar daun gamal dan kulit pisang kepok mudah larut dengan air

limbah ikan lele yang di fermentasi. Perlakuan R0 dilakukan dengan 6 L

air limbah ikan lele dimasukkan ke dalam wadah ukuran 10 L, ditambah

EM4 sebanyak 100 ml dan ditutup rapat. Perlakuan R1 dilakukan dengan 6

L air limbah ikan lele dimasukkan ke dalam wadah ukuran 10 L, ditambah

daun gamal 350 gr, ditambah kulit pisang kepok 750 gr, ditambah EM4

sebanyak 100 ml dan ditutup rapat. Perlakuan R2 dilakukan dengan 6 L air

limbah ikan lele dimasukkan ke dalam wadah ukuran 10 L, ditambah daun

gamal 600 gr, ditambah kulit pisang kepok 1 kg, ditambah EM4 sebanyak

100 ml dan ditutup rapat. Perlakuan R3 dilakukan dengan 6 L air limbah

ikan lele dimasukkan ke dalam wadah ukuran 10 L, ditambah daun gamal

850 gr, ditambah kulit pisang kepok 1,25 kg, ditambah EM4 sebanyak 100

ml dan ditutup rapat.

2. Tahap Pengamatan

Pengamatan dilakukan dengan cara kadar N, P, dan K dianalisis

kandungannya dari hasil pembuatan air limbah ikan lele ditambah daun

gamal ditambah kulit pisang kepok yang sudah jadi POC. Hasil analisis

kemudian dibandingkan dengan Stndar mutu Keputusan Menteri Pertanian

Nomor 261/KPTS/SR.310/M/4/2019 tentang Persyaratan Teknis Minimal

Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan Pembenah Tanaman minimal 2-6%.

E. Analisis Data
15

Data yang akan diperoleh dilakukan secara statistic dengan Rancangan

Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan. Pengaruh perlakuan terhadap

parameter yang diukur maka dianalisis data menggunakan ragam (ANOVA).

Namun, jika perlakuan berbeda nyata maka analisis dilanjutkan dengan uji

Duncan untuk mengetahui perbedaan pengaruh antar tiap perlakuan (Gomez

dan Gomez, 2010).


DAFTAR PUSTAKA

Aditya, S., Suparmi., dan Edison. 2015. Study of manufacture solid organic
fertilizer from fisheries waste. Jomfaperika 2 (2): 1 – 11.

Akmal, Y., Muliari, H. R., Zulfahmi, I., dan Maulina. 2019. Pemanfaatan air
buangan budidaya ikan iele (Clarias sp.) sebagai media budidaya Daphnia
sp. Jurnal Biosains Dan Edukasi 1 (1), 22–27.

Firmansyah, I., Syakir, M. dan Lukman, L. 2017. Pengaruh kombinasi dosis


pupuk N, P, dan K terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung
(Solanum melongena L.).

Fitrianti., Masdar. dan Astiani. 2018. Respon pertumbuhan dan produksi tanaman
terung (Solanum melongena) pada berbagai jenis tanah dan penambahan
pupuk NPK phonska. Jurnal Ilmu Pertanian Universitas Al Asyariah 3 (2):
1-5.

Gomez, K. A. dan Gomez, A. A. 2010. Prosedur Statistika untuk Penelitian


Pertanian Edisi ke-2. UI Press, Jakarta.

Gustiar, F., Munandar, M., Qasanah, U., dan Handayani, R. S. 2020. Analisis
pupuk organik cair air limbah budidaya ikan dengan penambahan bahan
organik menggunakan metode Mineralisasi Aerobic dan Anerobic.
Komoditas Sumber Pangan Untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan Di
Era Pandemi Covid -19 356–363.

Jusuf, L. 2006. Potensi daun gamal sebagai bahan pupuk organik cair melalui
perlakuan fermentasi. Jurnal Agrisistem 2 (1): 5-16.

Kesuma, B. W., Budiyanto dan Bieng, B. 2015. Efektifitas pemberian probiotik


dalam pakan terhadap kualitas air dan laju pertumbuhan pemeliharaan lele
Sangkuriang (Clarias gariepinus) sistem terpal. Jurnal Penelitian
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan 4 (2): 21-27.

Meriatna, M., Suryati, S., dan Fahri, A. 2019. Pengaruh waktu fermentasi dan
volume Bioaktivator EM4 (Effective Microorganisme) pada pembuatan
pupuk organik cair (POC) dari limbah buah-buahan. Jurnal Teknologi
Kimia Unimal 7 (1), 13–29.

Mpapa, B. L. 2016. Analisis kesuburan tanah tempat tumbuh pohon jati (Tectona
gradis L.) pada ketinggian yang berbeda. Jurnal Agrista 20 (3): 135-139.

Nasution, F. J., Mawarni, L., dan Meirani, M. 2014. Aplikasi pupuk organik padat
dan cair dari kulit pisang kepok untuk pertumbuhan dan produksi sawi
(Brassica juncea L.). Jurnal Online Agroekoteknologi 2 (3): 1029-1037.

Qoniah, dan Umi. 2019. Pengaruh pemberian pupuk cair daun gamal (Gliricidia
sepium) terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman selada (Lactuca
17

sativa L.) dengan media Hidroponik. Skripsi S1. Universitas Islam Negeri
Raden Intan. Lampung.

Rasmito, A., Aryanto, H., dan Anjang P, H. 2019. Pembuatan pupuk organik cair
dengan cara fermentasi limbah cair tahu, Starter Filtrat kulit pisang dan
kubis, dan Bioaktivator EM14. Jurnal IPTEK 23 (1): 55-62.

Samsundari, S., dan Ganjar A, W. 2013.Analisis penerapan Biofilter dalam sistem


resirkulasi terhadap mutu air budidaya ikan sidat (Anguilla bicolor).
Jurnal, Gamma 8 (2): 86-97.

Setiawati, D. R., Sinaga, A. R. dan Dewi, T. K. 2013. Proses pembuatan Bioetanol


dari kulit pisang kepok. Jurnal Teknik Kimia 1 (19).

Sundari, I., Ruf, W., dan Dewi, E. 2014. Pengaruhpenggunaan Bioaktivator EM4
dan penambahan tepung ikan terhadap spesifikasi pupuk organik cair
rumput laut (Gracilaria Sp.). Jurnal Pengolahan Dan Bioteknologi Hasil
Perikanan 3 (3), 88–94.

Triadiawarman, D., Aryanto, D. dan Krisbiyantoro, J. 2022. Peran unsur hara


makro terhadap pertumbuhan hasil bawang merah (Allium cepa L.). Jurnal
Agrifor 21 (1): 27-32.

Widyabudiningsih, D., Troskialina, L., Fauziah, S., Shalihatunnisa., Riniati.,


Djenar, N. S., Hulupi, M., Indrawati, L., Fauzan, A. dan Abdilah, F. 2021.
Pembuatan dan pengujian pupuk organik cair dari limbah kulit buah-
buahan dengan penambahan bioaktivator EM4 dan variasi waktu
fermentasi. Indonesian Journal of Chemical Analysis 4 (1): 30-39.

Anda mungkin juga menyukai