Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/355463849

PEMANFAATAN LIMBAH RUMPUT LAUT DAN CANGKANG KERANG SEBAGAI


PUPUK ORGANIK CAIR Arif Umami* 1 dan J. Suprijanto

Conference Paper · October 2021

CITATIONS READS

0 64

1 author:

Jusup Suprijanto

14 PUBLICATIONS   6 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Jusup Suprijanto on 21 October 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

PEMANFAATAN LIMBAH RUMPUT LAUT DAN CANGKANG KERANG SEBAGAI


PA-11
PUPUK ORGANIK CAIR
1 2
Arif Umami* dan J. Suprijanto
1
Mahasiswa Master penerima Beasiswa Unggulan BPKLN, Program studi PPSK Double-Degree
Manajemen Sumberdaya Pantai, FPIK Universitas Diponegoro.
2
Peneliti dan Dosen Program studi PPSK Double-Degree Manajemen Sumberdaya Pantai, FPIK
Universitas Diponegoro
*Penulis untuk korespondensi, E-mail: umamiarif@yahoo.co.id

Abstrak

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam lautan yang besar, sebagai contohnya
rumput laut Gracilaria sp dan kerang Amusium pleuronectes dimana industri pengolah rumput laut
memanfaatkan Gracilaria sp sebagai bahan baku Agar sedangkan A. pleuronectes dimanfaatkan
sebagai sumber pakan yang memiliki nilai nutrisi tinggi. Namun, pemanfaatan sumberdaya tersebut
masih menghasilkan limbah berupa ampas rumput laut dan cangkang yang dapat mencemari,
menurunkan nilai estetika lingkungan serta berbahaya bagi kesehatan manusia. Meskipun demikian,
kandungan bahan organik yang tinggi pada ampas rumput laut serta unsur kalsium pada cangkang
kerang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair yang bermanfaat bagi
pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu penelitian pemanfaatan limbah menjadi pupuk organik cair
dilakukan melalui serangkaian penelitian zero waste management dalam lingkup penelitian tim hibah
Pascasarjana Suprijanto et al (2012), Penelitian dilakukan pada bulan Juli – September 2012 di
Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan, Universitas Diponegoro, Semarang. Penelitian
ini bertujuan untuk menghasilkan produk pupuk organik cair berbahan dasar limbah rumput laut dan
cangkang kerang. Pupuk dibuat dengan menggunakan perbandingan ampas rumput laut dan
cangkang 1 : 1, kemudian didekomposisi dengan bantuan EM4 selama 1 bulan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pupuk organik cair mengandung Unsur Ca, P dan K berturut-turut sebesar 2,7
%; 0,05 % dan 0,1 %.

Kata kunci: ampas rumput laut, Amusium pleuronectes, Gracilaria sp., limbah cangkang,
pupuk organik cair

Pengantar

Indonesia merupakan negara kepulauan, memiliki laut yang luas dan terdiri dari pulau-pulau. Panjang
2
garis pantai di Indonesia mencapai 95.181 km dengan luas wilayah lautan 7,7 juta km ( KKP, 2009).
Potensi ini membuat Indonesia sebagai negara yang memiliki kekayaan alam lautan yang besar,
sebagai contohnya rumput laut Gracilaria sp dan kerang Amusium pleuronectes. Gracilaria sp
merupakan rumput laut merah yang sering dimanfaatkan sebagai bahan baku agar. Industri pengolah
rumput laut tersebut dalam melakukan aktivitasnya menghasilkan limbah 65-75 % dari bahan baku
yang masuk dengan kandungan selulosa mencapai 15-25 % (Kim et al., 2008). Kandungan tersebut
berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pupuk karena masih mengandung bahan organik. Sementara
itu disisi lain, penangkapan kerang jenis A. pleuronectes semakin meningkat karena spesies tersebut
berpotensi memiliki nilai ekonomis yang tinggi (Prasetya et al., 2010), namun pemanfaatannya masih
meninggalkan sampah cangkang yang terakumulasi di kawasan pantai. Hal ini dapat menurunkan
nilai estetika lingkungan dan berpotensi sebagai agen pencemar.

Pemanfaatan kulit kerang masih sangat kurang, yaitu sekitar 20% yang dimanfaatkan sebagai
kerajinan cinderamata, pakan ternak dan campuran kosmetik (Prasetya et al., 2010). Cangkang atau
kulit kerang mengandung Ca yang merupakan unsur hara Makro yang dibutuhkan oleh tanaman.
Oleh karena itu dalam penelitian ini, bersama dengan kandungan organik limbah ampas rumput laut
dan kandungan Ca dari cangkang kerang akan dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair.

Pupuk dapat diartikan sebagai bahan-bahan yang diberikan pada tanah agar dapat menambah unsur
hara atau zat makanan yang diperlukan tanah baik secara langsung maupun tidak langsung. Definisi
yang dikemukakan oleh Internasional Organization for Standarization (ISO), pupuk organik adalah
bahan organik yang umumnya berasal dari tumbuhan dan atau hewan, ditambahkan ke dalam tanah

Semnaskan_UGM/Pasca Panen A (PA-11) 1


Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

secara spesifik sebagai sumber hara, pada umumnya mengandung nitrogen yang berasal dari
tumbuhan dan hewan (Sutanto, 2002).

Menurut Peraturan Menteri Pertanian, No. 2/Pert/HK.060/2/2006, Pupuk organik adalah pupuk yang
sebagian besar atau seluruh-nya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, dan atau
hewan yang telah mengalami rekayasa berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memasok
bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mempunyai
kandungan unsur, terutama unsur N, P, dan K sangat sedikit, tetapi mempunyai peranan lain yang
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan, perkembangan dan kesuburan tanaman (Suriawiria,
2003).

Adanya perpaduan dari bahan ampas rumput laut dan cangkang kerang A. pleuronectes, diharapkan
dapat menghasilkan pupuk organik cair yang kaya akan kalsium. Pemanfaatan limbah tersebut juga
diharapkan dapat mengurangi permasalahan lingkungan serta menaikkan nilai ekonomis limbah
(Suprijanto et al., 2012).

Bahan dan Metode

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan jurusan Biologi FMIPA,
pada bulan Juli 2012 sampai September 2012. Bahan – bahan yang dipakai dalam penelitian meliputi
tepung ampas rumput laut, tepung cangkang A. pleuronectes, NaOH, H2SO4, Akuades, Aluminium
foil, Kapas, Kertas Saring, pH meter, EM4, dan gula pasir.

Cara Kerja

Pembuatan Fermentor sederhana

Ember plastik volume 6 liter lengkap dengan tutup disiapkan sebagai tempat untuk fermentasi. Tutup
dilubangi untuk akses keluarnya gas yang terbentuk saat proses fermentasi.

Persiapan Tepung Cangkang A. pleuronectes

Cangkang kerang simping didapatkan dari daerah Morodemak. Cangkang tersebut merupakan
limbah hasil buangan dari nelayan setempat. Langkah awal dalam pembuatan tepung cangkang yaitu
pencucian cangkang dari kotoran menggunakan air. Cangkang kemudian dikeringkan di bawah sinar
o
matahari dan di dalam oven pada suhu 60 C. Kemudian, cangkang dihancurkan sehingga berbentuk
tepung. Hasil yang didapat kemudian dipakai sebagai campuran pupuk organik cair dan sebagian
dianalisis untuk mengetahui kandungan proksimat dan unsur-unsur yang terkandung didalamnya.

Persiapan Tepung Ampas Rumput Laut

Tepung Ampas Rumput Laut merupakan hasil buangan limbah dari industri rumput laut penghasil
Agar. Sampel didapat di daerah Pandaan, Pasuruan Jawa Timur. Sampel dihidrolisis menggunakan
asam H2SO4, 0,2 molar selama 2 jam.

Pembuatan Pupuk Organik Cair

Pembuatan pupuk organik cair dilakukan melalui proses penguraian secara anaerob fakultatif.
Perlakuan berupa penambahan 750 g tepung rumput laut, 750 g tepung cangkang, serta
perbandingan gula : EM4 adalah 10 : 1 (penguraian berlangsung dengan adanya penambahan
inokulum bakteri dengan pH awal 7) serta penambahan air hingga volume 6 liter dan dibiarkan terurai
selama 4 minggu (Indriani,1999; Hadisuwito, 2012 dengan modifikasi).

Variabel Penelitian

Variabel yang diukur dalam penelitian ini yaitu : Kandungan proksimat tepung rumput laut dan
cangkang, Unsur N,P, K Ca dan Mg tepung rumput laut dan cangkang, N total (mg/l), Total C organik
(mg/l), Rasio C/N ,P tersedia (mg/l), K yang dapat dipertukarkan (mg/l) serta pH.

2 Semnaskan_UGM/Pasca Panen A (PA-11)


Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

Analisis Data

Data yang didapatkan dianalisis secara deskriptif.

Ampas rumput laut Limbah cangkang A.pleuronectes

Pengeringan dalam Analisis Proksimat


oven

penimbangan

Hidrolisis H2SO4 , 2 jam


(ampas RL)
dekomposisi (30 hari)

Analisis Proksimat
Pupuk organik cair

Gambar 1. Skema Alur Penelitian.

Hasil dan Pembahasan

Hasil

Analisis proksimat Ampas Rumput Laut dan Cangkang Kerang A.pleuronectes

Analisis proksimat telah dilakukan untuk mengetahui kandungan proksimat pada ampas RL dan
cangkang kerang, sehingga didapatkan data yang disajikan dalam table 01. Berdasarkan Tabel 01,
kandungan selulosa dan protein pada ampas RL berturut-turut 1.95, 1.2 dan 1.5 %. Kandungan Abu
sebesar 61.62 %, sehingga materi organik yang tersimpan berkisar 28.38 % dari berat kering.
Sementara itu pada cangkang kerang mengandung 21.37 % kalsium dan 4.12 % protein dengan
kandungan abu yang sangat tinggi yaitu 91.82 % yang dapat menunjukkan rendahnya kandungan
bahan organik( <10%).

Tabel 1. Kandungan Proksimat limbah rumput laut dan Cangkang Kerang.


Kandungan Cangkang kerang Ampas RL
(% berat kering)* (berat kering)**
Lemak 0,54 0,38
Protein 4,12 1,50
Karbohidrat 0,66 0,24
Nitrogen (N) 0.66 0,24
Fosfor(P) 0,21 0,06
Kalium 0,09 0,06
Selulosa - 1,2
Abu 91,82 61,62
Kalsium (Ca) 21,37 -

*Balai Besar Teknologi Penanggulangan Pencemaran Industri (BBTPPI) Jawa Tengah


** Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada

Semnaskan_UGM/Pasca Panen A (PA-11) 3


Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

Kandungan Pupuk Organik Cair dari campuran ampas RL dan cangkang kerang

Pupuk organik cair didapatkan setelah 30 hari fermentasi kemudian pupuk tersebut dilakukan analisis
proksimat yang dapat dilihat pada Tabel 02. Kandungan N yang dihasilkan relatif rendah yaitu 0,05 %
dengan C organik 6,04 %. Ph pupuk cenderung netral yaitu 6,4 dengan kandungan Ca sebesar 2,8
%. Secara umum apabila dibandingkan dengan pupuk organik komersial ( Tabel 02), nampaknya
kandungan pupuk organik cair berbasis limbah ampas RL dan cangkang kerang tidak jauh berbeda.
Lebih spesifik, kandungan yang lebih rendah ditunjukkan pupuk hasil penelitian yaitu pada N, P2O5
dan K2O.

Tabel 2. Kandungan Pupuk organik cair berbasis limbah rumput laut dan cangkang kerang
dibandingkan dengan pupuk komersial.
Satuan ( % )
Kandungan Pupuk organik Pupuk organik cair
berbasis limbah* komersial**
N 0,05 0,09
C organik 6,04 5,82
pH 6,4 4,47
P2O5 0,05 % 1,14
K2O5 0,1 % 0,37
Ca 2,8 % -
* Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada
** Analisis Lab.Balittanah DEPTAN (http://www.pupukorganikcair.net/)

Pembahasan

Hasil menunjukkan dalam limbah rumput laut terkandung materi organik dan unsur-unsur sebagai
contoh N, P, dan K. Kandungan materi organik pada ampas RL cukup tinggi sehingga masih
memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Namun sebaliknya, kandungan N, P dan
K relatif rendah berturut-turut sebesar 0,24%; 0,06 %; dan 0,06 %. Hal ini dikarenakan adanya proses
pengolahan dari industri contohnya ekstraksi. Limbah rumput laut merupakan limbah yang berasal
dari pengolahan rumput laut menjadi agar, sehingga kandungan unsur-unsurnya sudah sangat
berkurang.

Disisi lain, Cangkang kerang A.pleuronectes mengandung unsur kalsium yang cukup tinggi yaitu
21.37 %. Berbeda dengan hasil yang didapatkan Harjuno et al. (2011) yang menyebutkan kandungan
cangkang A. pleuronectes sebesar 35.38 % dengan perlakuan pemanasan. Meskipun lebih rendah,
hal ini tetap memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai campuran pupuk sehingga didapatkan
pupuk dengan kandungan kalsium tinggi.

Proses pembuatan pupuk berbasis limbah sama halnya dengan pembuatan kompos atau pupuk
organik lainnya yaitu melalui proses dekomposisi. Sebelum dekomposisi dilakukan, hidrolisis
dilakukan untuk memecah komponen selulosa yang terkandung dalam ampas rumput laut menjadi
komponen monosakarida atau disakarida (Wang et al., 2010). Hal ini dapat memudahkan mikroba
dalam proses dekomposisi.

Proses dekomposisi dalam penelitian ini memanfaatkan EM4 yang merupakan konsorsium mikroba.
Dekomposisi berlangsung di dalam fermentor bertujuan untuk menjaga agar proses tersebut terjadi
secara baik dengan persyaratan dekomposisi (suhu, oksigenasi dan kadar air) dapat terpenuhi.
Waktu dekomposisi berbeda-beda tergantung dari materi asal bahan organiknya (Hardjowigeno,
1997).

Adanya tepung cangkang kerang mampu memperkaya kandungan Ca dalam pupuk yaitu sebesar 2.8
%. Unsur Ca bagi tanaman berfungsi dalam memperkuat dinding sel, penyerapan hara, perpanjangan
dan pembelahan sel serta kesimbangan kation untuk transpor anion (Hardjowigeno, 1997). Aktivitas
mikroba dalam EM4 mengubah senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang tersedia bagi
tanaman. Teknologi EM (Effective Microorganisme 4) adalah teknologi fermentasi yang

4 Semnaskan_UGM/Pasca Panen A (PA-11)


Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

dikembangkan pertama kali oleh Prof Dr Teruo Higa dari University Of The Ryukyus, Okinawa
Jepang sejak tahun 1980. EM4 merupakan kultur campuran dari beberapa mikroorganisme yang
menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman yaitu bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas sp.),
jamur fermentasi (Saccharomyces sp.), bakteri asam laktat (Lactobacillus sp.), dan Actinomycetes.
EM4 mampu mempercepat dekomposisi bahan organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman,
dan menekan aktivitas mikroorganisme pathogen (Indriyani, 1999).

Berdasar hasil penelitian, didapatkan ph pupuk sebesar 6,4. Pada awal pengomposan derajat
keasaman (pH) akan mengalami penurunan karena sejumlah mikroorganisme yang terlibat dalam
pengomposan akan mengubah bahan organik menjadi asam organik, selanjutnya Mikroorganisme
yang lain akan mengkonversi asam organik sehingga derajat keasaman akan tinggi sehingga
mendekati netral (Djuarnani et al., 2005). Pupuk yang terlalu asam akan merusak perakaran dan
menghambat pertumbuhan mikroba tanah, sementara pupuk yang terlalu basa akan sulit diserap oleh
tanaman (Hardjowigeno, 1997). Berdasarkan baku mutu pupuk organik, pupuk berbasis campuran
ampas rumput laut dan limbah cangkang masih dalam kisaran kriteria ph yang diperbolehkan yaitu 4-
8.

Tabel 3. Persyaratan teknis minimal pupuk organik cair (Berdasarkan hasil pembahasan para pakar
lingkup Puslitbangtanak, Direktorat Pupuk dan Pestisida, IPB Jurusan Tanah, Depperindag,
serta Asosiasi Pengusaha Pupuk dan Pengguna).
No Paramater Kandungan

1. C-organik ( %) ≥ 4,5

2. C/N rasio -

3. Kadar air (%) -


-Granula
- Curah
4. Kadar logam berat -
As (ppm)
Hg (ppm)
Pb (ppm
Cd (ppm)

5. pH 4-8

6. Kadar total
P2O5 (%) <5
K2O (%) <5

Pupuk yang dihasilkan dalam penelitian memiliki kandungan P2O5 sebesar 0.05 %. Hal ini masih
sesuai dengan batas baku mutu pupuk organik (Tabel 03) meskipun jumlahnya relatif sangat rendah.
Fungsi unsur Phospat dalam tanaman adalah sebagai pemacu pemasakan buah, merangsang
pertumbuhan akar, meningkatkan daya kecambah biji, penting untuk pembentukan biji dan buah,
penting dalam cadangan dan transfer energi (ADP dan ATP) serta komponen asam nukleat (DNA
dan RNA) (Hardjowigeno, 1997). Kemudian, kandungan K2O dalam pupuk sebesar 0.1%. Kalium
berfungsi untuk katalisator berbagai reaksi; metabolisme karbohidrat, pati dan N, membantu
resistensi terhadap penyakit, meningkatkan kualitas buah dan sayuran, berperan dalam penyerapan
dan keseimbangan air serta berpengaruh terhadap kesimbangan kation untuk transpor anion
(Hardjowigeno, 1997).

Kesimpulan

Limbah rumput laut dan cangkang kerang berpotensi sebagai bahan baku pupuk organik cair. Pupuk
organik berbasis limbah ampas RL dan cangkang kerang memiliki kandungan Ca yang tinggi
meskipun pupuk yang dihasilkan memiliki kandungan N, P2O5 dan K2O yang lebih rendah
dibandingkan pupuk organik komersial.

Semnaskan_UGM/Pasca Panen A (PA-11) 5


Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

Saran

Pupuk perlu diujikan ke tanaman sehingga diketahui dosis yang sesuai untuk menunjang
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Penggunaan enzim atau mikroba dalam pemecahan selulosa ampas rumput laut dapat dilakukan
untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat penggunaan asam.

Ucapan Terima Kasih

Peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam merealisasikan


penelitian ini, yaitu kepada Tim Penelitian Hibah Pascasarjana TA 2012/2013 Universitas Diponegoro
– Semarang, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – UNDIP dan Beasiswa Unggulan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Daftar Pustaka

Djuarnani, N., Kristia, B.S., Setiawan, 2005. Cara Tepat Membuat Kompos. Agromedia Pustaka.
Jakarta

FAO, 2009. Algae-Based Biofuels: A Review of Challenges and Opportunities for Developing
Countries).www.fao.org/bioenergy/aquaticbiofuels. 27 September 2011

Hadisuwito, S. 2012. Membuat pupuk organik cair. Agromedia. Jakarta.

Hardjowigeno, S. 1997. Ilmu Tanah. Akapres, Jakarta

Harjuno, I., Agustini, T.W, Anggo A.D. 2011. Karakteristik Tepung Kalsium dari Cangkang Kerang
Simping (Amusium pleuronectes) Dengan Waktu Pemanasan Yang Berbeda.. Jurnal
Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan 2011. 3 (2). Abstrak

Indriani YH . 1999. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP). 2009. Garis Pantai Indonesia
Terpanjang Keempat di Dunia. http://www.kkp.go.id/. diakses pada 15 Juli 2013.

Kim, G.S. 2008. Method of Producing Biofuel Using Sea Algae. Patent Application Korea
PCT/KR2008/001102.

Peraturan Mentri Pertanian, No. 2/Pert/HK.060/2/2006

Prasetya, Johan. D., Jusup, Suprijanto., Johannes, Hutabarat. 2010. Potensi Kerang Simping
(Amusium pleuronectes) Di Kabupaten Brebes Jawa Tengah . Laporan Penelitian, UNDIP:
Semarang.

Suprijanto, J, I. Widowati, Waridin, 2012. Kaji tindak pemanfaatan potensi hasil laut menuju
pengelolaan sumberdaya berbasis ”Zero waste management”. Laporan Penelitian LPPM
UNDIP. Tidak dipublikasikan.

Suriawiria U. 2003. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan Buangan Secara Biologis. PT
Alumni. Bandung

Sutanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik Pemasyarakatan dan Pengembangannya.


Kanisius.Yogyakarta.

Wang, X., Xianhua. L., and Wang. G. 2010. Two-stage Hydrolysis of Invasive Algal Feedstock for
Ethanol Fermentation. Journal of Integrative Plant Biology 2011, 53 (3): 246–252.

Yuwono, D. 2005. Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.

6 Semnaskan_UGM/Pasca Panen A (PA-11)


Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

Tanya Jawab

1. Penanya : Heni susanti

Pertanyaan :

pada kerang, kandungan kalsium sebesar 21% sedangkan kandungan mineral sebesar 91%,
apakah Ca dari cangkang udang diekstraksi terlebih dahulu? Lalu apakah kandungan mineral
tidak mempengaruhi Ca content? Dan pupuk organic cair?

Jawaban :

proses pembuatanyya, limbah kerang dikurangi kadar keasaman terlebih dahulu baru
kemudian digiling menjadi tepung dan dicampurkan. Kadar Ca disini memang mengalami
penurunan.

2. Penanya : Bakti

Pertanyaan :

1. Hasil pemanfaatan limbah atau ampas rumput laut dan limbah cangkang kerang namun
dimanfaatkan menjadi pupuk cair, kemungkinan akan menghasilkan limbah padat
kembali jadi termanfaatkan juga sebagai pupuk padat

2. Apakah tujuan dari hidrolisi menggunakan asam pada proses pembuatan pupuk cair
organik

Jawaban :

1. Sebenarnya dibuat juga pupuk padatnya namun dilakukan penelitian yang berbeda.

2. Tujuan hidrolisis dengan EM4 untuk memecah selulosa.

Semnaskan_UGM/Pasca Panen A (PA-11) 7

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai