Anda di halaman 1dari 5

Observasi Produksi Nira Aren (Arenga pinnata)

di Kecamatan Langowan, Kabupaten Minahasa Induk,


Provinsi Sulawesi Utara
Palm NeeraProduction of Sugar Palm (Arenga pinnata) at
Langowan Sub District, Minahasa Induk District,
North Sulawesi Province
Engelbert Manaroinsong, R.B. Maliangkay, dan Yulius R. Matana
Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain, Manado
Indonesian Coconut and Palmae Research Institute

RINGKASAN

Aren (Arenga pinnata) merupakan tanaman yang potensial untuk dikembangkan karena
memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai
Nopember tahun 2005. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dengan metode survei. Peubah
yang diamati adalah produksi nira pada tandan pertama dan data curah hujan dari statison
klimatologi Kecamatan Langowan pada 3 lokasi, yaitu Desa Manembo, Desa Atep dan Desa
Palamba, Kecamatan Langowan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa didesa Atep didapatkan
produksi nira tertinggi sedangkan produksi nira terendah terdapat didesa Manembo, berturut
turut jumlah produksi nira adalah 18 l/hari, 13.6 l/hari. Pada saat pengamatan curah hujan
pada bulan sebesar 393 mm.

Kata kunci : Aren, nira aren, curah hujan

ABSTRACT
Sugar palm (Arenga pinnata) is a potential plant which can be developed because of the high
economic value. The research was the conducted on July until November 2005 with survey
method. The parameter observed were production of toddy per palm per month and rainfall
data in three different locations i.e. Manembo village, Atep village and Palamba village, sub
district of Langowan. Result of research shown that the high production of toddy was found in
Atep village, whereas the lower production of toddy in Manembo village i.e. 18 liter/day and
13.6 liter/day, respectively. The maximum rain fall was and 393 mm at that time.

Key words : sugar palm, toddy, rain fall

PENDAHULUAN

Tanaman aren terdapat diberbagai daerah dengan kondisi iklim dan lahan serta
sistem pengusahaan yang beragam, dan umumnya tumbuh alamiah. Pertumbuhan
dan perkembangan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor genetik, iklim dan tanah.
Faktor genetik bersifat pembawa dari tanaman tersebut (Yustika 1983 dalam Bachri
et al., 1999). Kondisi agroklimat merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan

Buletin Palma No. 31, Desember 2006 111


Engelbert Manaroinsong, et. al.

produktivitas nira per pohon bervariasi, demikian juga pengusahaan aren yang
dilakukan pada daerah kering dan basah juga mempengaruhi produksi.
Nira aren diperoleh dengan cara menyadap tangkai tandan bunga jantan. Miller,
(1964) menyatakan bahwa penyadapan dapat dilakukan setelah 70 hari bunga jantan
muncul dari ketiak daun. Pohon aren siap disadap pada umur 7 sampai 12 tahun
tergantung jenis aren dan waktu penyadapan yang terbaik apabila aren berumur 8
tahun sampai 9 tahun
Salah satu produk penting yang dihasilkan dari aren adalah nira yang
kegunaannya selain untuk diminum, juga dapat diproses menjadi cuka, gula dan
alkohol (Sagala et al., 1978). Produksi nira berbeda berdasarkan lokasi, varietas dan
tinggi tempat. Produksi nira akan mengalami penurunan dengan meningkatnya
ketinggian tempat sampai 1100 m diatas permukaan laut (Akuba, 1997 dalam Rumokoi
2004). Nira aren mengandung bahan karbohidrat (11.3%), protein (0.2%), abu/mineral
(0.2%), air (87%), dan sukrosa 13.2-14.1% (Maskar et al., 2004). Kadar sukrosa nira aren
berbeda menurut musim, pada musim hujan kadar sukrosa lebih rendah
dibandingkan musim kemarau ( Rumokoi et al., 1991).
Semua bagian tanaman aren, mulai dari daun sampai keakar dapat bermanfaat
bagi manusia, baik sebagai sumber pangan, alat kerajinan, dan bahan bangunan.
Pemanfaatan aren pada umumnya masih terbatas untuk kebutuhan secara tradisional
sehingga nilai tambah yang diperoleh belum optimal. Meskipun demikian, produk
produk konvensional ini telah memberikan sumbangan yang berarti bagi pendapatan
dan kelangsungan hidup bagi sebagian masyarakat tani.
Data akurat tentang luas dan jumlah tanaman aren belum tersedia tetapi dari
hasil survei yang dilakukan pada beberapa provinsi dapat memberikan gambaran
potensi aren yang ada. Di Maluku, jumlah aren berumur produktif sekitar 250.000
pohon, sedangkan di Sulawesi Utara sekitar 1.55 juta pohon. Di Sulawesi Utara dari
total tanaman aren, sekitar 28% atau 443.868 pohon merupakan tanaman yang
produktif dan tersebar pada 44 desa dari 7 kecamatan (Balitka, 1991 dan Tooy, 2004).
Di Jawa Barat, diperkirakan terdapat 13.656 ha tanaman aren. Jika dalam 1 ha terdapat
240 pohon, maka jumlah tanaman aren di Indonesia adalah sekitar 3.28 juta pohon.
Dari jumlah tanaman tersebut, 1.77 juta pohon tanaman menghasilkan dan sekitar
1.64 juta pohon aren terdapat di Sumatera Utara.
Jumlah nira yang dihasilkan setiap pohon tergantung dari jumlah mayang
jantan yang keluar dalam setiap pohon dan hasilnya juga berbeda untuk setiap
tandan. Tandan atau mayang jantan pertama kemungkinan memiliki kemampuan
untuk menghasilkan nira lebih banyak dibandingkan tandan kedua atau tandan yang
keluar berikutnya. Berdasarkan hal itu, dilakukan penelitianm untuk melihat
pengaruh curah hujan terhadap produksi nira aren yang dihasilkan pada mayang
pertama.

METODE PENELITIAN

Kegiatan penelitian dilaksanakan dari bulan juli sampai Nopember 2005.


Penelitian dilaksanakan dengan survei pada tiga lokasi, yaitu Desa Manembo, desa

112 Observasi Produksi Nira Aren (Arenga pinnata) di Kecamatan Langowan, Kabupaten Minahasa Induk, Provinsi Sulut
Observasi Produksi Nira Aren (Arenga pinnata) di Kecamatan Langowan, Kabupaten Minahasa Induk, Provinsi Sulut

Atep dan desa Palmaba, Kecamatan Langowan, Kabupaten Minahasa. Dalam


pelaksanaan penelitian digunakan pohon aren produktif, galon, altimeter dan alat tulis
menulis. Pada setiap lokasi dipilih 3 pohon aren yang baru keluar Madang atau
tandan pertama. Pohon aren dipilih untuk disadap tandan pertamanya seragam.
Peubah yang diamati adalah jumlah nira yang dihasilkan pada mayang pertama
selama satu siklus dan data curah hujan dari klimatologi terdekat (Kematan
Langowan).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi nira

Hasil pengukuran produksi nira aren pada masing-masing lokasi menunjukkan


perbedaan nira yang dihasilkan (Tabel 1). Pada lokasi desa Manembo, rata-rata
produksi nira aren tertinggi pada bulan september, yaitu 16.27 liter/hari. Dari tiga
pohon yang diamati, waktu membutuhkan untuk penyadapan satu siklus mayang
pertama 83-131 hari dengan jumlah nira yang dihasilkan sebanyak 1094-1700 liter nira
Pada lokasi desa Atep, rata-rata produksi nira aren yang tertinggi pada bulan oktober,
yaitu 18 liter/hari. Waktu penyadapan 29-93 hari dengan jumlah nira yang dihasilkan
sebanyak 269-1335 liter, sedangkan pada lokasi desa Palamba menghasilkan nira rata-
rata yang tertinggi pada bulan Oktober sebanyak 15.63 liter/hari, dengan waktu
penyadapan 75-98 hari jumlah nira yang dihasilkan sebanyak 1074-1565 liter.
Perbedaan jumlah nira yang dihasilkan dan lamanya penyadapan diduga karena
perbedaan iklim dan varitas tanaman aren. Di daerah Tomohon pada ketinggian
700-800 meter dpl dapat mengahasilkan nira aren 12-15 liter/hari dengan kadar gula
12-15%, periode penyadapan dapat mencapai satu tahun untuk setiap mayang
(Dalibard, 2004).

Tabel. 1. Rata-rata produksi nira harian untuk tandan pertama pada 3 lokasi
ketinggian yang berbeda.

Bulan
Lokasi
Juli Agustus September Oktober Nopember
Manembo 9.83 13.84 16.27 13.6 6.47
Atep 12.86 13.82 12.43 18 12.8
Palamba 12.36 15.57 14.88 15.63 8

Curah Hujan

Salah satu unsur iklim yang diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan


dan produksi tanaman adalah curah hujan. Jumlah curah hujan yang kurang atau
melebihi akan mempengaruhi jumlah air yang dikomsumsi oleh tanaman aren pada
fase vegetatif dan generatif (Trojer, 1976). Tanaman aren membutuhkan curah hujan
antara 1000- 2250 mm/thn dengan suhu optimum 270C (Anonim, 1993).

Buletin Palma No. 31, Desember 2006 113


Engelbert Manaroinsong, et. al.

Dari data curah hujan dari stasiun klimatologi di Langowan menunjukkan


bahwa selama tahun 2005 curah hujan mencapai 2322 mm dan curah hujan yang
tertinggi pada bulan bulan oktober yang mencapai 393 mm.

Tabel 2. Curah hujan di kecamatan Langowan pada tahun 2005.

Tahun Jan. Peb. Maret April Mei Juni Juli Agst. Sept. Okt. Nop. Des.

2005 158 224 276 196 145 125 135 86 46 393 262 276

Sumber : Stasiun klimatologi Langowan

Hubungan curah hujan dengan produksi nira

Hasil penelitian menunjukkan bahwa curah hujan mempengaruhi nira aren


yang dihasilkan. Curah hujan rendah menyebabkan gangguan ketersediaan air dan
dapat mengakibatkan tanaman menjadi stress sehingga mempengaruhi proses
fisiologi tanaman termasuk produksi nira (FAO, 1983). Peranan air bagi pertumbuhan
vegetatif dan generatif tanaman berfungsi sebagai pelarut dan pengangkut mineral,
unsur-unsur hara dalam tanah serta hasil metabolisme
Hubungan curah hujan terhadap produksi nira dari tandan pertama tanaman
aren dapat dilihat pada kurva berikut.

20
18
15 .5 7 16 .2 7 15 .6 3
15 14 .8 8
13 .8 2
4 13 .6
12
12 .8
.3 6
6 12 .4 3 12 .8 M a ne m bo
10 9 .8 3 A tep
8
6 .4 7 P a la m ba
5

0
J uli A gs t . S e pt . Okt. N o p.
c ura h huja n

Dari gambar diatas menunjukkan produksi nira tertinggi di desa Atep


(18 liter/hari), desa Palamba (15.63 liter/hari) dan produksi nira yang terendah di
desa Manembo (13.6 liter/hari) pada bulan Oktober 2005. Hal ini disebabkan pada
bulan tersebut intensitas curah hujannya tinggi (393 mm). Pada bulan Nopember
dengan curah hujan (262 mm) terjadi penurunan produksi nira aren, pada desa
Manembo (6.47 liter/hari), desa Palamba (8 liter/hari) dan desa Atep (12.8 liter/hari).
Bila terjadi kekurangan air, maka proses transportasi terhambat sehingga
mengakibatkan proses fisiologi tanaman terganggu, termasuk produksi nira. Curah
hujan yang terjadi akan mempengaruhi larutan tanah dimana didalam larutan tanah
tersebut mengandung ion-ion terlarut yang mengandung unsur hara yang akan
diserap oleh tanaman (Soepardi, 1983). Salah satu faktor yang mempengaruhi
kemampuan tanaman aren untuk menghasilkan nira adalah curah hujan.

114 Observasi Produksi Nira Aren (Arenga pinnata) di Kecamatan Langowan, Kabupaten Minahasa Induk, Provinsi Sulut
Observasi Produksi Nira Aren (Arenga pinnata) di Kecamatan Langowan, Kabupaten Minahasa Induk, Provinsi Sulut

KESIMPULAN

- Produksi nira yang tertinggi (18 liter/hari) di desa atep pada bulan Oktober dan
produksi terendah (6.47 liter/hari) di desa Manembo pada bulan Nopember
- Curah hujan mempengaruhi produksi jumlah nira yang dihasilkan, makin tinggi
curah hujan produksi aren meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1993. Tanaman aren. Petunjuk Teknis Kegiatan Pokok Pembangunan


Perkebunan Rakyat. Dinas Perkebunan Sumatera Utara.
Bachri, S., dan D. Djaenudin. 1999. Iklim sebagai salah satu faktor penentu kesesuaian
lahan untuk pengembangan tanaman pangan lahan kering didaerah Pantura
Jawa Barat bagian timur. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol. 18
no.1. Badan Litbang Pertanian.
Balitka, 1991. Potensi dan Pemasaran produk aren di Provinsi Sulawesi Utara. Balitka
Manado FAO, 1983. Guidelines land evaluation for rainfall agricultural. Soil
Bulletin No. 52, FAO Resources Management and Conservation Survive Land
Water Development Division.
Dalibard C. 1999. Overal view on the tradition of tapping palm trees and prospects for
animal production. Livestock research for rural development, volume 11,
number 1.
Fitter, A.H. and R.K.M. Hay, 1981. Environmental physiology of plant. Academic Press
London.
Maskar dan I.G.P. Sarashutah. 2004. potensi dan masalah pengembangan tanaman
aren di Sulawesi Tengah. Prosiding seminar nasional aren Tondano, 9 Juni 2004
Miller. R.H. 1964. The versatile sugar palm. Principle. The Palm Society 8 (4) p. 115-146
Rumokoi, M.M.M, R.B. Maliangkay dan R.H.Akuba. 1991. Produksi nira kelapa
Genjah kuning Nias dan pengaruh bahan pengawet alami. Buletin Balitka
14 : 9-14.
Rumokoi, M.M.M. 2004. Aren, kelapa dan lontar sebagai alternatif pemenuhan
kebutuhan gula nasional. Prosiding seminar nasional aren. Tondano, 9 Juni 2004.
hal. 22.
Sagala, M.D. Panjaitan, Naksar, Rudijanto dan Musmuretti, 1978. Penyempurnaan dan
penelitian gula aren. komunikasi Balai Penelitian Kimia Medan, No. 12 Juli.
Medan.
Soepardi, G. 1983. Ilmu Tanah. Penerbit Institut Pertanian Bogor.
Tooy. M. 2004. Potensi pengembangan aren di Sulawesi Utara. Prosiding Seminar
Nasional Aren. Tondano, 9 Juni 2004. hal. 77.
Trojer, H. 1976. Weather classification and weather relationship. Food and Agricultural
Organization. Working paper no. 11. Soil Research Institute, Bogor.

Buletin Palma No. 31, Desember 2006 115

Anda mungkin juga menyukai