Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah AgrIBA No2 Edisi Maret Tahun 2014

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KOPI ROBUSTA (Coffea canephora L.)


TERHADAP DOSIS PUPUK N PADA BERBAGAI PERIODE PENGGENANGAN
Oleh :
Meihana* dan Purjiyanto**

*Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Sriwigama Palembang


** Staf Pada PT. Medco E &P Palembang
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk N sebelum
penggenangan terhadap kemampuan bertahan hidup bibit kopi robusta dalam keadaan
tergenang. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai dengan Juli 2012 di kebun
percobaan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Sriwigama Palembang. Percobaan menggunakan
metode Rancangan Petak Terbagi (Split Plot) dengan perlakuan penggenangan sebagai petak
utama dan dosis pupuk N sebagai anak petak yang masing-masing di ulang sebanyak 4 kali.
Perlakuan penggenangan terdiri dari 4 taraf yaitu : P0 = tanpa penggenangan, P1 =
Penggenangan selama 3 hari, P2 = Penggenangan selama 6 hari dan P3 = Penggenangan selama
9 hari. Sedangkan dosis pupuk N yang diberikan adalah N0 = tanpa pupuk, N1 = pupuk N 5
g/tanaman, N2 = pupuk N 10 g/tanaman. Peubah yang diamati adalah tinggi bibit, diameter
batang, berat kering batang dan berat kering akar. Hasil penelitian mununjukkan bahwa dosis
pupuk N berpengaruh sangat nyata terhadap semua peubah, sementara penggenangan
memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat kering batang tetapi berpengaruh tidak nyata
terhadap peubah yang lainnya. Berat kering batang bibit kopi robusta cenderung mengalami
penurunan dengan semakinn lamanya periode penggenangan. Respon pertumbuhan bibit kopi
robusta yang terbaik diperoleh pada perlakuan dosis pupuk N 5 g/tanaman.
Kata Kunci: Kopi robusta, pupuk N dan penggenangan
pada gilirannya dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
Perkembangan luas areal perkebunan
kopi Indonesia selama 10 tahun terakhir
menunjukkan kecenderungan meningkat,
terutama sektor perkebunan rakyat.
Peningkatan ini diikuti pula dengan
peningkatkan jumlah produksi,tetapi tingkat
produktivitas perkebunan rakyat masih jauh
di bawah produktivitas perakebunan negara
akibat cara pengusahaannya yang masih
sangat sederhana (Direktorat Standarisasi
Normalisasi dan Pengendalian Mutu, 2003).

PENDAHULUAN
Sektor perkebunan merupakan sektor
yang berperan sebagai penghasil devisa
negara. Salah satu komoditas perkebunan
penghasil devisa adalah komoditas kopi.
Kopi merupakan salah saatu komoditi
perkebunan nasional yang memegang
peranan penting dalam perekonomian
Indonesia. Peran tersebut dapat berupa
pembukaan kesempatan kerja serta sebagai
sumber pendapatan petani.
Menurut
Mubiyarto
(1997),
pembangunan
perkebunan dapat mengurangi jumlah
pengangguran
dan
urbanisasi,
meningkatkan pendapatan penduduk yang

Menurut
Direktorat
Jenderal
Perkebunan Kementerian Pertanian (2012),
produksi kopi Indonesia tahun 2011,
45
ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi Maret Tahun 2014

Tabel 1. Luas areal dan produksi


perkebunan kopi di Sumatera
Selatan (Dinas Perkebunan
Propinsi Sumatera Selatan, 2011)

mencapai 709 ribu ton. Meliputi produksi


kopi jenis Robusta sebanyak 554 ribu ton
dan Arabika sebesar 155 ribu ton.
Sementara volume ekspor biji kopi
Indonesia pada tahun yang sama sekitar 446
ribu ton. Produksi kopi Indonesia
diprediksikan akan mengalami peningkatan
dalam tahun 2012 yaitu dapat mencapai
sekitar 750.000 ton. Peningkatan tersebut
disebabkan karena cuaca yang mendukung
untuk pembungaan dan pembentukan buah
kopi. Pengaruh cuaca merupakan faktor
yang dominan dalam mempengaruhi tingkat
produksi kopi nasional.
Tanaman kopi tersebar di berbagai
wilayah di Indonesia dan menempati
berbagai kondisi lahan yang berbeda. Di
Sumatera Selatan pengusahaan tanaman
kopi dilakukan di daerah perbukitan dan di
lahan pasang surut. Pengusahaan tanaman
kopi di Sumatera Selatan 100 persen
dikembangkan oleh rakyat, dengan luas
areal tanaman 252.388 Ha yang terdiri dari
22.086 Ha tanaman belum menghasilkan,
208.321 Ha tanaman menghasilkan dan
21.981 Ha tanaman tua atau rusak dengan
total produksi sebesar 152.257 ton (Dinas
Perkebunan Propinsi Sumatera Selatan,
2011).

No.

Kabupaten

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

OKU
OKI
Muara Enim
Lahat
Musi Rawas
Musi Banyuasin
Banyuasin
OKU Selatan
OKU Timur
Prabumulih
Pagar Alam
Lubuk Linggau
Empat Lawang
Jumlah

Luas
Areal
(Ha)
21.858
1.217
23.495
51.275
4.223
315
5.136
70.779
2.318
8
8.323
1.463
61.978
152.257

Produksi
(Ton)
40.788
614
12.564
20.195
2.079
122
1.118
32.949
1.250
0
11.375
531
28.672
252.388

Lahan pasang surut merupakan daerah


rendahan yang secara teratur mengalami
genangan air dari pengaruh pasang surutnya
air dan air hujan (Subagio dan Adhi, 1998).
Luas areal pasang surut di Sumatera Selatan
berdasarkan tipe luapannya dapat dilihat
pada Tabel 2. Menurut tipe luapannya,
lahan pasang surut dibedakan menjadi
empat tipe sebagai beraikut:
1. Tipe A, merupakan lahan yang selalu
terluapi oleh air pasang baik itu pasang
besar maupun pasang kecil
2. Tipe B, merupakan lahan yang hanya
terluapi oleh pasang besar
3. Tipe C, merupakan lahan yang tidak
terluapi air pasang tetapi muka air
tanahnya kurang dari 50 cm dari
permukaan tanah
4. Tipe D, merupakan lahan yang tidak
terluapi air pasang dan muka air
tanahnya lebih dari 50 cm dari
permukaan tanah

Data luas areal dan produksi


perkebunan kopi di Sumatera Selatan pada
tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 1
berikut.
Lahan rawa merupakan salah satu
lahan yang belum dimanfaatkan secara
optimal untuk usaha pertanian. Luas lahan
rawa di Indonesia diperkirakan 33,4 juta
Ha.
Seluas 20,1 juta Ha diantaranya
merupakan lahan rawa pasang surut dan
sisanya merupakan rawa non pasang surut

46
ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi Maret Tahun 2014

Tabel 2. Luas areal pasang surut di


Sumatera Selatan berdasarkan tipe
luapannya (Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, 1997)
No.

Tipe Luapan

Luas (Ha)

1.
2.
3.
4.

Tipe A
Tipe B
Tipe C
Tipe D

8.442
21.646
29.186
12.687

Jumlah

71.972

Pengembangan lahan pasang surut


mempunyai beberapa kendala baik kendala
fisik maupun non fisik. Kendala fisik
berupa genangan air dan kemungkinan
timbulnya racun oleh aluminium, besi,
hidrogen sulfida, air garam, maupun
natrium. Sedangkan kendala non fisiknya
adalah keterbatasan finansial petani dan
kesulitan dalam pengadaan bibit sehingga
bibit yang digunakan berasal dari benih
asalan (Abdurrachman et al., 1997).
Hasil penelitian Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Sumatera Selatan
pada tahun 1997 di Karang Agung Ulu, Air
Sugihan Kanan, Air Sugihan Kiri, dan
Delta Saleh menunjukkan bahwa tanaman
kopi robusta dan excelsa masih mampu
tumbuh dan berproduksi dengan baik pada
lahan pasang surut. Namun demikian
tanaman kopi tidak tahan terhadap
genangan lebih dari satu minggu
(Pujiyanto, 1998).

Luas lahan pasang surut di provinsi


Sumatera Selatan yang telah direklamasi
adalah 329.987 Ha. Dari total areal lahan
yang telah di reklamasi ini, sebanyak
71.970 Ha telah disurvei oleh Badan
Litbang Pertanian dengan hasil 11.73
persen bertipe luapan A, 30.07 persen
bertipe luapan B, 40.57 persen bertipe
luapan C dan 17.63 persen bertipe luapan
D. Dari luasan tersebut sekitar 22.000 Ha
dialokasikan untuk pengembangan tanaman
perkebunan.
Pengembangan tanaman
perkebunan dilakukan di lahan bertipe
luapan C dan luapan D (Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian, 1997).

Selain faktor lahan, untuk tumbuh dan


berproduksi dengan baik, tanaman kopi
membutuhkan unsur hara yang dapat
diberikan melalui pemupukan. Tanaman
yang dipupuk secara optimal dan teratur
akan memiliki daya tahan yang lebih kuat,
sehingga tidak mudah dipengaruhi oleh
kondisi yang ekstrim (Gardner et al., 1993).
Salah satu kondisi ekstrim terserbut adalah
tergenang.

Usaha perkebunan kopi di lahan pasang


surut sebenarnya sangat menjanjikan bagi
peningkatan
kesejahteraan
petani.
Tanaman kopi yang dibudidayakan di lahan
pasang surut adalah jenis Robusta dan
Excelsa. Tanaman kopi robusta mempunyai
toleransi sedang terhadap salinitas tanah,
namun masih mampu tumbuh dan
berproduksi baik pada lahan pasang surut
(Pujiyanto, 1998).

Pemberian pupuk Nitrogen (N) pada


tanaman berperan dalam merangsang
pertumbuhan tanaman secara keseluruhan,
khususnya batang, cabang dan daun. Selain
itu nitrogen juga berperan penting dalam
pembentukan zat hijau daun yang sangat
berguna dalam proses fotosintesis.

47
ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi Maret Tahun 2014

tanpa pupuk, N1 = pupuk N 5 g/tanaman,


N2 = pupuk N 10 g/tanaman. Hasil
penelitian diuji lanjut dengan uji BNT.

Sementara fungsi lainnya adalah


membentuk protein, lemak dan berbagai
persenyawaan organik lainnya (Salisbury
dan Ross, 1995).

Bahan yang digunakan adalah bibit


kopi robusta berumur lima bulan, pupuk
Urea prill, tanah, pupuk kandang, pasir dan
air. Alat yang digunakan adalah polybag
ukuran 20 x 30 cm, bak plastik , cangkul,
timbangan analitis dan jangka sorong.

Tanaman yang kekurangan unsur N


akan mengalami pertumbuhan yang
terhambat dan kerdil. Daun tanaman akan
berwarna hijau muda, terutama daun yang
lebih tua, lalu berubah menjadi kuning dan
akhirnya mengering dari bagian bawah ke
bagian atas. Jaringan-jaringan tanaman
akan meranggas dan kering sehingga dapat
mengakibatkan tanaman mati (Lingga dan
Marsono, 2001).

Peubah yang diamati


terdiri dari
tinggi bibit, diameter batang, berat kering
batang dan berat kering akar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian

Menurut Muljana (1983) dosis untuk


pupuk urea yang umum diberikan adalah 50
gram per pohon per tahun. Sedangkan dosis
untuk pupuk N adalah 20 g per pohon per
tahun (Wachjar, 1984).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa


perlakuan dosis pupuk N berpengaruh
sangat nyata terhadap semua peubah,
sementara
perlakuan
periode
penggenangan berpengaruh nyata terhadap
berat kering batang tetapi berpengaruh tidak
nyata terhadap peubah lainnya (Tabel 3).

Sehubungan dengan hal ini maka perlu


dilakukan penelitian tentang dosis pupuk N
yang tebaik untuk bibit kopi robusta dan
bagaimana pengaruh pemberian pupuk N
tersebut terhadap kemampuan bertahan
hidup bibit kopi selama tergenang

Pertambahan Tinggi Bibit


Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pertambahan tinggi bibit memberikan
respon yang sangat nyata terhadap
perlakuan dosis pupuk N sedangkan
perlakuan periode penggenangan dan
interaksi berpengaruh tidak nyata. Hasil uji
lanjut disajikan pada Tabel 4. dan grafiknya
dapat dilihat pada Gambar 1.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada bulan
April 2012 sampai dengan Juli 2012 di
Kebun Percobaan Stiper Sriwigama.
Percobaan menggunakan Rancangan Petak
Terbagi (Split Plot) ) dengan perlakuan
periode penggenangan sebagai petak utama
dan dosis pupuk N sebagai anak petak yang
masing-masing di ulang sebanyak 4 kali.
Perlakuan penggenangan terdiri dari 4 taraf
yaitu : P0 = tanpa penggenangan, P1 =
Penggenangan selama 3 hari, P2 =
Penggenangan selama 6 hari dan P3 =
Penggenangan selama 9 hari. Sedangkan
dosis pupuk N yang diberikan adalah N0 =

48
ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi Maret Tahun 2014

Tabel 3. Analisi keragaman dosis pupuk N


dan periode penggenangan
Peubah yang diamati
Tinggi bibit
Diameter batang
Berat kering akar
Berat kering batang

Pupuk N (N)
6,76 sn
11,76 sn
15,40 sn
13,84 sn

F hitung
Penggenangan (P)
0,19 tn
0,17 tn
0,09 tn
8,58 n

F Tabel 5 %
2,34
5,41
Keterangan :
KK = Koefisien Keragaman, n = nyata, tn = tidak
nyata, sn = sangat nyata

KK (%)
Interaksi
1,38 tn
0,25 tn
2,20 tn
0,20 tn

N
24,71
10,47
19,44
7,86

P
7,36
15,18
28,84
19,26

2,44

Tabel 4. Respon pertambahan tinggi bibit


kopi robusta terhadap dosis
pupuk N pada berbagai periode
penggenangan
Dosis
Pupuk
N (g)
0
5
10
Rerata

Periode Penggenangan
0

9,16
8.47
8,29

8,75
9,78
8,49

9,46
9,16
8,45

8,61
8,91
7,94

9,00

9,05

8,49

8,64
BNT
0,05 =

Rerata
Gambar 1.
Respon pertambahan tinggi bibit kopi robusta
terhadap dosis pupuk N pada berbagai
periode penggenangan

8,99 b
9,08 b
8,18 a

Pertambahan Diameter Batang


Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pertambahan diameter batang memberikan
respon yang sangat nyata terhadap
perlakuan dosis pupuk N sedangkan
perlakuan periode penggenangan dan
interaksi berpengaruh tidak nyata. Hasil uji
lanjut disajikan pada Tabel 5. dan grafiknya
dapat dilihat pada Gambar 2.

0,540

Dari Tabel 4. terlihat bahwa pada perlakuan


periode penggenangan dan interaksi respon
yang ditunjukkan berbeda tidak nyata antar
perlakuan, tetapi pada perlakuan dosis
pupuk N respon yang ditunjukkan berbeda
nyata.
Perlakuan dosis pupuk N 5 g/tanaman
memberikan pertambahan tinggi yang
terbesar yaitu 9,08 cm berbeda nyata
dengan perlakuan dosis pupuk N 10
g/tanaman dan berbeda tidak nyata dengan
perlakuan tanpa pupuk N

49
ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi Maret Tahun 2014

Tabel 5. Respon pertambahan diameter


batang bibit kopi ribusta terhadap
dosis pupuk N pada berbagai
periode penggenangan
Dosis
Pupuk
N (g)
0
5

1,23
1,5

1,33
1,5

1,2
1,7

1,3
1,4

10

1,3

1,37 1,27

1,3

Rerata
BNT
0,05 =

1,34

1,37 1,32 1,36

terhadap perlakuan periode penggenangan


dan interaksi menunjukkan respon yang
tidak nyata. Hasil uji lanjut disajikan pada
Tabel 6. dan grafiknya dapat dilihat pada
Gambar 3.

Periode Penggenangan
Rerata

Tabel 6.

1,265 a
1,542 b
1,310
a

Dosis
Pupuk
N (g)
0
5
10
Rerata
BNT
0,05 =

0,102

Dari Tabel 5. terlihat bahwa pada


perlakuan periode penggenangan dan
interaksi respon yang ditunjukkan berbeda
tidak nyata antar perlakuan, tetapi pada
perlakuan dosis pupuk N respon yang
ditunjukkan
berbeda
sangat
nyata.
Perlakuan dosis pupuk N 5 g/tanaman
memberikan pertambahan diameter batang
yang terbesar yaitu 1,542 cm berbeda nyata
dengan perlakuan dosis pupuk N 10
g/tanaman dan perlakuan tanpa pupuk N

Respon berat kering akar bibit


kopi robusta terhadap dosis
pupuk N pada berbagai periode
penggenangan
Periode Penggenangan
0

1,025
1,190
0,990
1,060

1,020
1,800
1,070
1,290

1,002
1,360
1,060
1,160

0,960
1,270
1,910
1,130

Rerata
1,001 a
1,405 b
1,007 a

0,102

Dari Tabel 6. terlihat bahwa pada


perlakuan periode penggenangan dan
interaksi respon yang ditunjukkan berbeda
tidak nyata antar perlakuan, tetapi pada
perlakuan dosis pupuk N respon yang
ditunjukkan berbeda nyata. Perlakuan dosis
pupuk N 5 g/tanaman memberikan berat
kering akar yang tertinggi yaitu 1,405 gram
berbeda nyata dengan perlakuan dosis
pupuk N 10 g/tanaman dan perlakuan tanpa
pupuk N

Gambar 2.
Respon pertambahan diameter batang bibit kopi
robusta terhadap dosis pupuk N pada berbagai
periode penggenangan
Gambar 3.
Respon berat kering akar bibit kopi robusta
terhadap dosis pupuk N pada berbagai periode
penggenangan

Berat Kering Akar


Hasil analisis keragaman menunjukkan
bahwa berat kering akar memberikan
respon yang sangat nyata terhadap
perlakuan dosis pupuk N tetapi sebaliknya

50
ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi Maret Tahun 2014

Pembahasan

Berat Kering Batang


Dari hasil penelitian terlihat bahwa
berat kering batang memberikan respon
yang sangat nyata terhadap perlakuan dosis
pupuk N dan respon yang nyata terhadap
perlakuan periode penggenangan, tetapi
sebaliknya untuk interaksi menunjukkan
respon yang tidak nyata. Hasil uji lanjut
disajikan pada Tabel 7. dan grafiknya dapat
dilihat pada Gambar 4.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa


perlakuan periode penggenangan hanya
berpengaruh nyata terhadap berat kering
batang dan tidak berpengaruh nyata
terhadap semua peubah yang lain.
Berdasarkan hasil uji lanjut terhadap
peubah berat kering batang dapat dilihat
bahwa perlakuan tanpa penggenangan (P0)
memberikan berat batang yang lebih tinggi
dibandingkan
dengan
periode
penggenangan 3 hari, 6 hari dan 9 hari. Hal
ini menunjukkan bahwa penggenangan
menimbulkan
kelambatan
pada
pertumbuhan batang, karena penggenangan
tersebut mengakibatkan oksigen tidak
tersedia bagi tanaman. Seperti yang
dikemukakan oleh Nyakpa et al. (1988)
bahwa jika terjadi penggenangan atau
kejenuhan tanah yang besar, maka suplai O2
dan serapan unsur hara akan menurun.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Lakitan (1995)
pada kondisi defisiensi O2 laju serapan air
pun akan terhambat walaupun air tersedia
dalam jumlah yang berlebihan.

Tabel 7. Respon berat kering batang bibit


kopi robusta terhadap dosis
pupuk N pada berbagai periode
penggenangan
Dosis
Pupuk
N (g)
0
5
10
Rerata
BNT
0,05 =

Periode Penggenangan
0

1,600
1,775
1,575
1,65c

1,500
1,725
1,500
1,541b

1,475
1,600
1,450
1,508b

1,025
1,200
1,100
1,108a

Rerata
1,400 a
1,575 b
1,406 a

0,082

Dari Tabel 7. terlihat bahwa pada


perlakuan periode penggenangan dan
interaksi respon yang ditunjukkan berbeda
tidak nyata antar perlakuan, tetapi pada
perlakuan dosis pupuk N respon yang
ditunjukkan berbeda nyata. Perlakuan dosis
pupuk N 5 g/tanaman memberikan berat
kering batang yang tertinggi yaitu 1,575 g
berbeda nyata dengan perlakuan dosis
pupuk N 10 g/tanaman dan perlakuan tanpa
pupuk N

Selain
itu
penggenangan
juga
mengakibatkan
terbunuhnya
mikroorganisme aerob yang pada gilirannya
akan menghentikan aktifitas penyerapan
unsur hara oleh tanaman, karena
mikroorganisme aerob ini hanya dapat
hidup di lingkungan yang mengandung
oksigen. Disamping itu mikroorganisme
tersebut mempunyia peran yang sangat
penting yaitu menguraikan unsur-unsur
hara dalam tanah yang tidak tersedia
menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman
(Jumin, 1992).
Pada penelitian ini menunjukkan
adanya kecenderungan makin lama
tergenang
maka
makin
berkurang
kelancaran proses translokasi unsur-unsur
hara ke organ tanaman. Hal ini terlihat pada
peubah berat kering batang yang makin

Gambar 4.
Respon berat kering batang bibit kopi robusta
terhadap dosis pupuk N pada berbagai periode
penggenangan

51
ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi Maret Tahun 2014

Perlakuan dosis pupuk N memberikan


pengaruh yang sangat nyata terhadap
pertumbuhan
bibit
kopi
robusta.
Berdasarkan hasil uji lanjut didapatkan
bahwa pertambahan tinggi bibit yang
tertinggi diperoleh pada perlakuan N2
(dosis pupuk N 5 g/tanaman), begitu juga
pada pertambahan diameter batang, berat
kering akar dan berat kering batang.

berkurang seiring dengan makin lamanya


proses penggenangan (Gambar 4.). Makin
lama tergenang maka aktifitas dan
pertumbuhan akar akan terganggu. Gardner
et al. (1993) menyatakan bahwa jika poripori tanah jenuh oleh air maka pernafasan
akar akan terganggu dan serapan unsurunsur hara akan menurun. Selain itu
pengangkutan hara dari akar ke bagian atas
tanaman juga terhambat. Penurunan
aktifitas akar dan serapan unsur hara
tersebut berakibat juga pada menurunnya
berat kering batang bibit kopi yang
ditanam. Lebih lanjut dijelaskan oleh
Salisbury dan Ross (1995) bahwa
penggenangan yang terlalu lama akan
berhubungan dengan mekanisme sintesis
hormon Sitokinin yang disintesis dalam
akar. Hormon sitokinin berperan dalam
proses pembelahan sel dan translokasi
asimilat, dengan terganggunya mekanisme
tersebut aktifitas pembelahan sel pada
batang dan akar menurun. Hal ini dapat
dilihat pada berat kering batang yang lebih
rendah pada bibit kopi yang di genangi
dibandingkan bibit kopi yang tidak di
genangi.

Pada perlakuan tanpa pupuk N (N0)


respon pertumbuhan yang ditunjukkan
masih kurang. Pemberian pupuk N yang
dilakukan sebelum penggenangan bertujuan
untuk meningkatkana daya tahan hidup
bibit terhadap kondisi tak optimal. Dari
hasil penelitian Pujiyanto (1998) diketahui
bahwa tanaman kopi pada lahan pasang
surut di Sumatera Selatan yang pada
umumnya belum diberi pemupukan, tidak
tahan terhadap genangan lebih dari satu
minggu. Pada penelitian ini bibit kopi
robusta yang digenangi masih mampu
bertahan hingga periode penggenangan 9
hari. Hal ini membuktikan pemupukan yang
diberikan membuat bibit kopi memiliki
daya tahan yang tinggi terhadap kondisi
tergenang.
Sementara pada perlakuan
pupuk N dosis 10 g/tanaman pertumbuhan
bibit kopi robusta menjadi tidak optimal,
hal ini dapat dilihat pada semua peubah
yang diamati (Gambar 1,2,3,dan 4).
Pemupukan yang berlebihan menyebabkan
unsur N dalam tanah tergenang menjadi tak
tersedia bagi tanaman. Salisbury dan Ross
(1995) menyatakan bahwa ketersediaan N
pada tanah tergenang adalah dalam bentuk
amonium. Amonium tersebut bermuatan
positif dan terikat kuat pada liat dan partikel
humus. Amonium kemudian diolah menjadi
asam nitrit oleh bakteri Nitrosomonas.
Namun pada kondisi tergenang bakteri
Nitrosomonas lebih sedikit dan kurang
efektif sehingga sumber N yang ada adalah
amonium.

Menurut Gardner et al. (1993) peranan


air dalam tanaman sangat luas, diantaranya
sebagai media reaksi, stabilisator membran
dan sebagai penjaga tekanan turgor sel.
Turgor sel merupakan syarat utama bagi
pembesaran dan pembelahan sel, namun
jika tanaman berada pada kondisi tergenang
maka yang terjadi adalah sebaliknya, air
menjadi
berlebihan
sehingga
mengakibatkan kerusakan membran sel.
Seperti yang dikemukan oleh Lakitan
(1995) bahwa jika sel akar mengalami
kekurangan oksigen akibat kelebihan air
maka akan terjadi kerusakan pada membran
sel. Penyerapan unsur hara yang terhambat
dan terjadinya penurunan laju fotosintesis
akibat kondisi tersebut menyebabkan
pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
menjadi terhambat.

52
ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi Maret Tahun 2014

SIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrachman, A.I.G. Ismail dan Sarnita.
1997. Keterpaduan Penelitian dan
Pengembangan Lahan Pasang Surut.
Makalah RAKER Badan Penelitian
dan
Pengembangan
Pertanian.
Yogyakarta.

1. Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat ditarik beberapa simpulan
sebagai berikut:
a. Pertumbuhan bibit kopi robusta pada
kondisi tergenang menunjukkan respon
yang lebih baik terhadap perlakuan dosis
pupuk N 2 g/tanaman
b. Berat kering batang semakin menurun
dengan makinn lamanya periode
penggenangan, namun demikian bibit
kopi robusta mampu bertahan hidup dan
tumbuh selama periode penggenangan 9
hari

Badan Penelitian dan Pengembangan


Pertanian. 1997. Pengkajiann Sistem
Usaha Pertanian
Pasang surut
Sumatera Selatan. Badann Penelitian
dan
Pengembangan
Pertanian.
Jakarta.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumber Daya Lahan Pertanian. 2008.
Policy
Brief.
Potensi
dan
Ketersediaan Sumber Daya Lahan
untuk Perluasan Areal Pertanian.
BBSDLP. Bogor.

2. Saran
Untuk
mendapatkan
pertumbuhan bibit kopi robusta yang
optimal pada lahan tergenang disarankan
memberikan dosis pupuk N yang tepat
sehingga dapat meningkatkan daya tahan
tanaman terhadap kondisi yang tidak
optimal

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementrian


Pertanian. 2012. Kopi Berkelanjutan.
Direktorat
Pasca
Panen
dan
Pembinaan Usaha. Jakarta.
Direktorat Standarisasi Normalisasi dan
Pengendalian Mutu. 1990. Wajah
Kopi
Indonesia.
Departemen
Perdagangan dan Koperasi.
Gardner,
P.F.,
R.B.
Pearce
and
R.L.Mitchell. 1993.
Physiology of
Crop Plants. The Iowa State University
Press.
Hidayat , A. dan A. Mulyani. 2002. Lahan
Kering
untuk
Pertanian.
Buku
Teknologi. Pengelolaan Lahan Kering
Menuju Pertanian Produktif dan Ramah
Lingkungan. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat.
Bogor.

53
ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi Maret Tahun 2014

Jumin, H.B. 1992. Ekologi Tanaman.


Suatu Pendekatan Fisiologi. Rajawali
Pers. Jakarta
Lakitan, B. 1995. Fisiologi Pertumbuhan
dan Perkembangan Tanaman.
Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Lingga, P dan Marsono. 2001. Petunjuk
Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Mubiyarto, B.O.
1997.
Warta Pusat
Penenlitian Kopi dan Kakao. Jember.
Vol.3 (4): 124-127.
Nyakpa, M.Y., A.M. Lubis, M.A. Pulung,
A.G. Amrah, A. Munawar, G.B.
Hong dan
N. Hakim. 1988.
Kesuburan
Tanah.
Penerbit
Universitas Lampung.
Pujiyanto. 1998. Pengembangan Tanaman
kopi pada Lahan Pasang Surut di
Sumateran Selatan. Warta Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao. Jember.
Vol.IX (2) : 38 40.
Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995.
Fisiologi Tumbuhan. Penerbit ITB.
Bandung.
Subagjo, H dan I.P.G. Widjaja Adhi.
1998.
Peluang dan Kendala
Penggunaan Lahan Rawa untuk
Pengembangan
Pertanian
di
Indonesia. Kasus: Sumsel dan
Kalteng. Makalah Utama Pertemuan
Pembahasan dan Komunikasi Hasil
Penelitian Tanah dan Agroklimat.
Bogor.
Wachjar, A. 1984. Pengantar Budidaya
Kopi. Jurusan Agronomi. Fakultas
Agronomi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

54
ISSN : 2303 - 1158

Anda mungkin juga menyukai