Anda di halaman 1dari 5

JURNAL AGROTEKNOS Nopember 2012

Vol.2. No.3. hal. 121-125


ISSN: 2087-7706

DAYA HASIL BEBERAPA KULTIVAR PADI GOGO LOKAL ASAL


SULAWESI TENGGARA PADA CEKAMAN KEKERINGAN
Yield ability of some local upland rice cultivars of from Southeast
Sulawesi to Drought Stress Condition
GUSTI RAY SADIMANTARA*), MUHIDIN
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari

Abstract
Demand for rice as a source of food continues to rise, while the capacity to produce a
rice paddy more limited. One effort is to develop upland rice tolerance to drought and high
production potential. The study was conducted at the Experimental Faculty of Agriculture
Unhalu. Character judgments production were observed between (1) the number of tillers at
harvest, (2) the number of productive tillers, (3) panicle length (cm), (4) the number of filled
grain / panicle and seed weight of 100 grains. The results showed that there are two
varieties that are very resistant to drought conditions, namely Bali and Wangkariri Sala.
While five local upland rice varieties are very sensitive to drought are varieties Paebiu
Sitoro, Wagamba, Paebiu Angata, Apolo, Wakawondu.
Keywords: drought resistance, drought stress, upland rice.
1PENDAHULUAN

Kebutuhan beras sebagai salah satu


sumber pangan utama penduduk Indonesia
terus meningkat, karena selain penduduk
terus bertambah dengan laju peningkatan
sekitar 2% per tahun, juga adanya perubahan
pola konsumsi penduduk dari non beras ke
beras. Masalah ketersediaan beras merupakan
masalah yang cukup memprihatinkan, karena
selain perubahan fungsi lahan pertanian
menjadi lahan non pertanian, juga akibat
timbulnya masalah baru pada beberapa tahun
terakhir ini seperti adanya musim kering yang
panjang, keterlambatan masa tanam dan
adanya krisis ekonomi yang menyebabkan
harga beras meningkat. Salah satu upaya
untuk mengatasi masalah ini, yaitu dengan
memperluas areal pertanaman padi pada
lahan kering di luar Jawa. Namun
pengembangan padi pada lahan kering
menghadapi berbagai kendala antara lain
karena ketersediaan air menjadi faktor dalam
pertumbuhan dan produksi tanaman.
Selama ini andalan produksi padi nasional
berfokus pada lahan sawah irigasi terutama di
*) Alamat

Korespondensi:
Email: gusti5@yahoo.com

pulau Jawa. Sedangkan sumbangan lahan


kering atau padi gogo yang tersebar di
berbagai pulau di Indonesia masih sangat
terbatas.
Data
terbaru,
menyebutkan
Indonesia memiliki lahan kering sekitar 148
juta ha (78%) dan lahan basah (wet lands)
seluas 40,20 juta ha (22%) dari 188,20 juta ha
total luas daratan. Keadaan ini merupakan
prospek untuk pengembangan padi lahan
kering yaitu padi gogo terutama padi gogo
lokal. Kontribusi padi gogo terhadap produksi
padi nasional masih relatif rendah, sehingga
pengembangannya masih terus diupayakan.
Produktivitas padi gogo pada tahun 2011
sebesar 3,091 ton ha-1, jauh lebih rendah
dibanding dengan produktivitas padi sawah
yang mencapai 5.179 ton ha-1 .
Padi gogo merupakan salah satu tanaman
padi yang dapat ditanam pada lahan kering.
Lahan kering mempunyai ketersediaan air
yang sedikit sehingga padi gogo yang ditanam
di lahan kering harus mempunyai sifat toleran
terhadap kekeringan (Purwono dan Purwanti,
2007; Rahayu dan Harjoso, 2010), Cekaman
kekeringan dapat mempengaruhi proses
fisiologi dan biokimia tanaman serta
menyebabkan terjadinya modifikasi anatomi
dan morfologi tanaman (Islami et al., 1995).

122 SADIMANTARA DAN MUHIDIN.


Kekeringan merupakan salah satu pembatas
utama dalam produksi padi (De Costa, 1998;
Mostajeran and V. Rahimi-Eichi. 2009. ) karena
dapat menurun jumlah gabah isi (Passioura,
1996,2007; Rang et al., 2011).
Tanaman yang toleran terhadap kondisi
cekaman kekeringan akan menunjukan respon
fisiologis yang berbeda dengan tanaman yang
peka dan tanggap tanaman terhadap cekaman
kekeringan dibedakan atas toleran dan peka
(Bohnet dan Jensen, 1996). Pada beberapa
varietas padi, kriteria ketahanan tanaman
terhadap kekeringan juga dapat dilihat dari
sifat perakaran yang dimiliki (Sudarmawan,
2010; Nio et al,
2010; Kadir, 2011,
Sadimantara dan Muhidin, 2012) atau melalui
uji daya tembus akar (Hanum, Swasti dan
Sutoyo, 2011). Karena respons genotipe
tanaman terhadap cekaman kekeringan pada
saat tersebut menjadi maksimum, sehingga
perbedaan keragaan
antar genotipe pun
menjadi maksimum (Kasno dan Jusuf, 1994).
Usaha
padi
gogo
relatif
kurang
berkembang, yang dicerminkan oleh luas
pertanaman padi gogo yang tidak signifikan
peningkatannya dari tahun ke tahun, dan
cenderung menurun sampai tahun 1995,
dengan rata-rata hasil 2,1 ton ha-1 (1,95-2,17
ton ha-1), sedangkan potensinya dapat
menghasilkan 4-5 ton ha-1. Dewasa ini,
sumbangan usaha tani padi gogo terhadap
peningkatan padi nasional baru mencapai 6%,
yaitu dengan produksi nasional hanya sekitar
2,8 juta ton (Prasetyo, 1999). Dibandingkan
dengan hasil padi sawah (rata-rata 4,6 ton ha1), hasil padi gogo jauh lebih rendah. Hal ini
disebabkan terbatasnya varietas unggul yang
dapat dibudidayakan pada lahan marginal,
sehingga masih banyak petani yang menanam
varietas lokal dengan tingkat produksi yang
rendah (< 1,5 ton ha-1).
Varietas unggul sebagai hasil kegiatan
pemuliiaan tanaman merupakan salah satu
teknologi kunci dalam peningkatan hasil padi.
Menurut Las (2002), peningkatan produksi
padi
didominasi
peran
peningkatan
produktivitas (teknologi) sebesar 56,1%,

J. AGROTEKNOS
perluasan areal 26,3%, dan 17,6% interaksi
antara keduanya. Sementara itu dalam
teknologi, peran varietas bersama pupuk dan
air terhadap peningkatan produktivitas padi
memberi kontribusi 75% dari total produksi.
Tingkat penggunaan varietas unggul padi
gogo yang ada sekarang masih sangat rendah,
karena kurangnya ketersediaan benih dan
kurangnya minat penangkar produksi benih.
Lahan pertanaman umumnya bereaksi masam
dengan kejenuhan Al tinggi, selain itu sering
terjadi kekeringan dan kahat hara. Sifat-sifat
padi gogo yang diinginkan untuk kondisi
genjah hingga sedang, anakan sedang, batang
agak tegak, tahan blast dan toleran Al,
kekeringan, dan naungan .Varietas unggul padi
gogo yang toleran kekeringan diperlukan
untuk mengatasi cekaman kekeringan dan
peningkatan produktivitas padi gogo.

BAHAN DAN METODE


Padi gogo hasil eksplorasi dan koleksi dari
berbagai daerah penanaman padi gogo di
Sulawesi Tenggara ditanam di Kebun
Percobaan Fakultas Pertanian Unhalu untuk
dilakukan karakterisasi potensi produksi,
didasarkan pada sifat-sifat khusus yang
dimiliki.
Koleksi plasma nutfah hasil
eksplorasi dideskripsikan
berdasarkan
karakter dan sifat-sifat khusus yang dimiliki.
Karakter produksi yang diamati antara laian
(1) jumlah anakan saat panen, (2) jumlah
anakan produktif, (3) panjang malai (cm), (4)
jumlah gabah isi/malai dan berat 100 butir
biji.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakterisasi Daya Hasil Kultivar Padi
Gogo Lokal yang Tercekam Kekeringan .
Rata-rata hasil pengamatan dari 24 kultivar
yang diuji ketahanannya terhadap cekaman
kekeringan berdasarkan komponen daya hasil
dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan hasil
analisis gerombol ditampilkan pada Gambar 1.

Vol. 2 No.3, 2012

Daya Hasil Beberapa Kultivar Padi Gogo Lokal 123

Tabel 1. Daya hasil beberapa kultivar padi lokal asal Sulawesi Tenggara yang tercekam kekeringan

No.

Daerah
Asal

Nama Kultivar

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Angata
Motaha
Puao
Benua
Angata
Aopa
Pewutaa
Mataiwoi
Kosebo
Angata
Angata
Kulisusu
Barat
Kulisusu
Barat
Kulisusu
Barat
Kulisusu
Barat
Kulisusu
Barat
Kulisusu
Kulisusu
Kulisusu
Ereke
Guali
Poleang
Timur
Bungi
Lapodidi

PaebiuKolopua
PaebiuSitoro
PaebiuSitoro
PaebiuSitoro

12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.

Tinggi
Tanaman
(cm)

Jumlah
Anakan
Produktif

Panjang
Malai

Jumlah
Gabah Isi
(butir)

126
125
115
122
PaebiuTamalaki 117
PaebiuKolopua 124
PaebiuTamalaki 123
PaebiuTamalaki 119
PaebiuKolopua 112
PaebiuSitoro
116
PaebiuAngata 114

7
5
8
9
5
9
6
7
5
8
7

27
26
30
29
26
31
25
28
26
29
30

262
258
297
295
260
301
233
313
225
293
298

Berat
100
butir
(g)
2,14
2,70
2,70
2,86
2,80
3,01
2,50
2,83
2,40
3,28
2,58

Hasil
Gabah/
rumpun (g)

Bulo-Bulo

135

39

323

3,70

11,95

Apolo

130

15

38

319

4,01

12,79

Wagamba

130

35

315

2,96

9,32

Sala Bali

140

34

315

3,02

9,51

Wangkoito

137

14

33

314

2,98

9,36

Wakawondu
WaMengkale
Wangkariri
Ereke-1
X-Guali

125
124
108
126
132

8
12
7
8
9

29
29
26
28
29

295
245
258
203
209

2,75
2,45
2,75
2,45
2,79

8,11
6,00
7,10
4,97
5,83

Celerang

108

25

23

195

2,44

4,76

Y-Bungi
Z-Lapodidi

130
127

7
4

30
26

296
228

2,89
2,90

8,55
6,61

5,61
6,97
8,02
8,44
7,28
9,06
5,83
8,86
5,40
9,61
7,69

124 SADIMANTARA DAN MUHIDIN.

J. AGROTEKNOS
1
2
9
18
7
24
3
11
8
10
13
4
6
17
19
12
14
5
15
23
16
20
21
22

0.99

0.99

0.99

1.00

1.00

Coefficient

Gambar 1.

Pengelompokan Kultivar Padi Gogo Lokal Asal Sulawesi Tenggara Berdasarkan Komponen
Produksi Pada Saat Panen

Panjang Akar dan Nisbah Akar/Pupus.


Hasil pengamatan dari 24 kultivar yang
diuji ketahanannya terhadap cekaman

kekeringan berdasarkan variabel panjang akar


dan nisbah akar/pupus dapat dilihat pada
Tabel
2.

Tabel 2. Tingkat Ketahanan Padi Gogo Lokal Asal Sulawesi Tenggara Terhadap Cekaman Kekeringan
Berdasarkan Variabel Panjang Akar dan Nisbah Akar/Pupus

No.
1.
2.

Tingkat Ketahanan
Sangat Tahan
Tahan

Nomor Kultivar
15, 19
1, 8, 16, 18

Nama Kultivar
Sala Bali, Wangkariri
Paebiu Kolopua, Paebiu Tamalaki,
Wangkoito, Wa Mengkale
3.
Sedang
2, 3, 6, 21, 22, 4, 9, Paebiu Sitoro, Paebiu Sitoro, Paebiu
12, 23, 7
Kolopua, X-Guali, Celerang, Paebiu Sitoro,
Paebiu Kolopua, Y-Bungi, Paebiu
Tamalaki
4.
Peka
20, 5, 24
Ereke-1, Paebiu Tamalaki, Z-Lapodidi
5.
Sangat Peka
10, 14, 11, 13, 17
Paebiu Sitoro, Wagamba, Paebiu Angata,
Apolo, Wakawondu
Tabel 2 menunjukkan bahwa kultivar yang yang dapat diserap, makin panjang dan dalam
sangat tahan adalah kultivar nomor 15 dan 19, akar menembus tanah makin banyak pula air
sedangkan yang termasuk dalam kelompok yang dapat diserap dibandingkan dengan
tahan adalah kultivar nomor 1, 8, 16, dan 18. perakaran yang pendek dan dangkal dalam
Kultivar padi gogo lokal yang akarnya panjang waktu yang sama. Selanjutnya Sitompul dan
dan banyak (panjang akar dan nisbah Guritno (1995) mengemukakan bahwa
akar/pupus tinggi) seperti yang diindikasikan pembentukan biomassa tanaman harus
oleh kultivar nomor 15 (Sala Bali) dan nomor diimbangi dengan aktivitas akar menyerap air
19 (Wangkariri) memiliki kapasitas yang lebih dan unsur hara dimana kondisi ini ditentukan
tinggi dalam menyerap air dan unsur hara dari oleh kualitas dan efisiensi akar dalam
dalam tanah, sehingga memperlihatkan menyerap bahan-bahan tersebut.
rendahnya derajat penggulungan daun dan
indeks kering pucuk serta kemampuan
SIMPULAN
penyembuhan yang tinggi dari kultivar
Berdasarkan
penelitian
yang
telah
tersebut. Menurut Jumin (1992), kedalaman
dilakukan disimplkan bahwa meskipun
perakaran sangat berpengaruh pada porsi air
tanaman padi gogo merupakan tanaman yang

Vol. 2 No.3, 2012

Daya Hasil Beberapa Kultivar Padi Gogo Lokal 125

dikembangkan di lahan kering, namun


memiliki toleransi yang berbeda-beda
terhadap cekaman kekeringan. Berdasarkan
uji potensi produksi ini diketahui bahwa
terdapat dua varietas yang sangat tahan
terhadap kondisi kekeringan yaitu Sala Bali
dan Wangkariri. Sementara lima varietas padi
gogo lokal sangat peka terhadap kekeringan
yaitu varietas Paebiu Sitoro, Wagamba, Paebiu
Angata, Apolo, Wakawondu.

DAFTAR PUSTAKA
Bohnert, H.J. and R.G. Jensen. 1996. Strategies for
engineering water stress tolerance in plants.
TIBTECH 14 : 89-97
De Costa. W.A.J.M. 1998. Prediction of The Effects
of soil Water Stress on Grain Yield and
Radiotion Use Eficiency of Rice (Oryza sativa L)
Using a Simulation Model. J. Natn. Sci. Coun. Sri
Lanka 1998 26 (2) : 101-123
Hanum, T., Swasti, E dan Sutoyo, 2010. Uji
Toleransi Beberapa Genotipe Padi Beras Merah
Lokal (Oryza Sativa L) Terhadap Kekeringan
Selama Fase Semai. Jurnal Jerami Universitas
Andalas Padang Volume 3 No. 3. Edisi
September 2010.
Islami, T. Utomo dan W. Hadi., 1995. Hubungan
Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press
Semarang.
Jumin,
H. B., 1989. Ekologi Tanaman Suatu
Pendekatan Fisiologi. Rajawali Press. Jakarta.
Kadir, A. 2011. Respons Genotipe Padi Mutan Hasil
Iradiasi Sinar Gamma Terhadap Cekaman
Kekeringan J. Agrivigor 10(3): 235-246, Mei
Agustus 2011
Kasno, A. Dan M. Jusuf. 1994. Evaluasi plasma
nutfah kedelai untuk daya adaptasi terhadap
kekeringan. J. II. Pert.Indon. vol. 4(1): 12-15.

Mostajeran. A. and V. Rahimi-Eichi. 2009. Effects of


Drought Stress on Growth and Yield of Rice
(Oryza sativa L.) Cultivars and Accumulation of
Proline and Soluble Sugars in Sheath and Blades
of Their Different Ages Leaves. AmericanEurasian J. Agric. & Environ. Sci., 5 (2): 264-272,
2009 ISSN 1818-6769 IDOSI Publications,
2009
Nio, S.A., Tondais, S.M dan R. Butarbutar. 2010.
Evaluasi
Indikator
Toleransi
Cekaman
Kekeringan Pada Fase Perkecambahan Padi.
Jurnal Biologi (2010) : (1) 50-54.
Passioura J.B. 1996. Drought and drought
tolerance. Plant Growth Regulation 20(2): 79
83.
Passioura J B. 2007. The drought environment:
Physical,
biological
and
agricultural
perspectives. Journal of Experimental Botany
58(2):113-117
Purwono dan Purwanti, H. 2007. Budidaya Delapan
Jenis Tanaman Pangan Unggul.
Penebar
Swadaya. Jakarta.
Rahayu, A. Y dan T. Harjoso. 2010. Aplikasi Abu
Sekam PAda Kondisi di Bawah Kapasitas
Lapang Pada Lim Varietas Padi Gogo : Hasil dan
Komponen Hasil. Jurnal Agrivigor 3 (2) : 118125.
Rang. Z.W, S.V.K. Jagadish., Q.M. Zhou., P.Q.
Craufurd., S. Heuer. 2011. Effect of high
temperature and water stress on pollen
germination and spikelet. fertility in rice.
Environmental and Experimental Botany. 70
(2011) 586
Sadimantara, G.R dan Muhidin. 2012. Karakterisasi
Morfologi Ketahanan Kekeringan Plasma
Nutfah Padi Gogo Lokal Asal Sulawesi Tenggara.
Jurnal Agroteknos Vol 2(2) : 81-92
Sudharmawan., A. 2010. Analisis Rerata Generasi
Hasil Persilangan Dua Varietas Padi Tahan
Terhadap Cekaman Kekeringan. Journal Crop
Agro Vol 3 No. 1 Tahun 2010.

Anda mungkin juga menyukai