BERBAGAI AGROEKOLOGI
PENDAHULUAN
Kebutuhan jagung dunia dewasa ini semakin meningkat setiap tahunnya.
Dan di Indonesia peningkatan kebutuhan berkaitan erat dengan pesatnya
perkembangan industri pangan dan pakan seiring dengan makin
berkembangnya usaha peternakan, terutama unggas. Sementara
produksi jagung dalam negeri belum mampu memenuhi semua
kebutuhan, sehingga kekurangannya dipenuhi dari jagung impor. Untuk
menekan jumlah impor jagung, harus ada upaya yang dilakukan oleh
pemerintah dalam meningkatkan produktivitas jagung. Agar upaya ini
dapat terwujud maka diperlukan berbagai dukungan, terutama teknologi,
investasi dan kebijakan.
Pengertian PTT Jagung
2. Spesifik lokasi
Memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik,
sosial budaya, dan ekonomi petani setempat
3. Terpadu
Sumber daya tanaman, tanah, dan air dikelola dengan baik
secara terpadu.
4. Sinergis atau Serasi
Pemanfaatan teknologi terbaik, memperhatikan
keterkaitan antar komponen teknologi yang saling
mendukung.
5. Dinamis
Penerapan teknologi selalu disesuaikan dengan
perkembangan dan kemajuan IPTEK serta kondisi
sosial ekonomi setempat.
Sistem Produksi
Jagung umumnya ditanam di lahan kering (tegalan) secara
tumpangsari , campuran atau monokultur. Padi gogo, ubi kayu, dan
kacang-kacangan, seperti kedelai dan kacang tanah, merupakan
tanaman yang sering digunakan petani dalam tumpangsari atau
tanam campuran dengan jagung.
Tanaman Ganda ;
Jagung ditanam 2 atau 3 kali setahun pada tipe tanah, zone
iklim, dan ketinggian tempat yang beragam, sehingga
pertanaman ketiga sering mengalami kekeringan.
Produktivitas tanam nyata dipengaruhi oleh pemupukan dan
penggunaan varietas unggul.
Berdasarkan tingkat produktivitas, sistem ini terbagi ke dalam dua
subsistem yaitu subsistem produktivitas tinggi dan rendah. Pada
subsistem produktivitas tinggi, petani umumnya menggunakan
varietas unggul dengan takaran pupuk tinggi.
Bersari Bebas
1. Lagaligo 7,5 90 Tahan Toleran kekeringan
2. Gumarang 8 82 Agak tahan Umur Genjah
3. Kresna 7 90 Agak tahan Umur genjag
4. Lamuru 7,6 95 Agak tahan Toleran kekeringan
5. Palakka 8 95 Tahan -
6. Sukmaraga 8,4 105 Tahan Toleran tanah masam
7. Srikandi kuning 1 7,9 110 Rentan Mutu Protein tinggi
8. Srikandi putih 1 8,1 110 - Mutu protein tinggi
9. Anoman 1 7 95 - Toleran kekeringan dan pulen
Hibrida
10. Bima 1 9 97 Agak tahan Biomas tinggi
11. Bima 2 Bantimurung 11 95 Agak tahan Daun tetap hijau saat panen
12. Bima 3 Bantimurung 10 95 Tahan Daun tetap hijau saat panen
13. Bima 4 11,7 95 Agak tahan Sda
14. Bima 5 11,4 96 Agak tahan Sda
15. Bima 6 10,6 90 Tahan Sda
HHibrida Bima 2 Bantimurung
Komposit , Srikandi Kuning
Varietas Hibrida Sayang di
Komposit, Sukmaraga
Enrekang
Persiapan Lahan
Persiapan lahan meliputi pengolahan tanah dan pembuatan saluran
drainase. Pengolahan tanah bertujuan untuk memudahkan akar
tanaman dan mengabsorbsi hara dalam jumlah optimum.
Bahan organik dari kotoran ayam ternyata jauh lebih baik dari kotoran
sapi atau kompos dari ampas tebu.
Panen pada musim hujan biji jagung akan ditumbuhi jamur, sehingga
akan terkontaminasi aflatoksin, yaitu metabolit beracun yang dihasilkan
oleh cendawan Aspergillus flavus yang dapat meracuni manusia dan
hewan.
Panen Yang Tepat
Jagung siap panen ditandai dengan terbentuknya lapisan
hitam di ujung biji dan kulit tongkol (klobot) sudanh mengering.
Jika tidak segera dikomsumsi atau dijual, jagung sebaiknya
dipanen bersama klobotnyaagar biji tidak mudah rusak dan
dapat disimpan selama 3 – 4 bulan. Dalam hal ini diperlukan
tempat pengeringan/penyimpanan jagung berpa para-para
dalam jumlah yang cukup.
Pengeringan
Selain menurunkan kadar air biji, pengeringan juga
bertujuan untuk menghindari biji jagung dari kontaminasi
Aspergillus flavus. Ambang batas Aspergillus falavus di biji
jagung, menurut ketentuan FAO adalah 30 ppb. Pada saat
panen, kontaminasi jamur ini berkisar antara 0 – 14 ppb.
Hasil penelitian menunjukkan, penundaan waktu pengeringan
sampai 2 hari dapat meningkatkan kontaminasi Aspergellus
flavus pada biji jagung, dari 14 ppb (Paz et al. 1989). Untuk
mengatasi hal itu maka jagung perlu segera dikeringkan
setelah panen hingga kadar air biji mencapai 14 – 15 %
Untuk mempercepat laju pengeringan, penjemuran sebaiknya
menggunakan alas plastik kedap air. Lantai jemuran dapat dibuat dari
batu batah merah yang dilapisi semen dengan konstruksi
bergelombang untuk memudahkan air mengalir jika turun hujan
(Purwadaria 1988).
Selain alat pemipil Ramapil (tanpa mesin), juga ada alat pemipil
Senapil yang digerakkan oleh motor 7 pk. Kapasitas kerjanya pada
kadar air 20 – 24 % mencapai 3 – 4 ton/jam
Penyimpanan
Dalam penanganan pasca panen jagung, penyimpanan termasuk kegiatan
yang penting karena turut menentukan mutu biji dan mutu produk bila diolah
menjadi bahan pangan, pakan, atau produk olahan lainnya.
Apabila jagung yang akan disimpan dalam bentuk pipilan, kadar air biji jagung
perlu diturunkan hingga 13 %. Jika disimpan pada kadar air awal lebih dari
13 % maka biji akan dirusak oleh hama gudang atau terkontaminasi oleh
jamur Aspergellus flavus
Teknik penyimpanan jagung dalam karung plastik dan dibubuhi bahan nabati
berupa rimpang dringo (Acorus calamus) dapat dikembangkan di tingkat
petani maupun tingkat industri. Teknik penyimpanan ini relatif murah, mudah
dan tidak merusak biji dan aman dikonsumsi. Daya simpan jagung dapat
mencapai 5 bulan dengan kadar air jagung 13 %.Takaran pemakaian rimpang
dringo adalah 1 – 1,5 % bila berbentuk bubuk atau 2 – 2,5 % jika berbentuk
batangan (Paz et al. 1989)
Pengadaan Benih Bermutu
Mutu benih banyak ditentukan oleh kondisi tanaman di
lapangan serta penanganan pasca panen. Bila panen
dilakukan terlalu awal maka banyak biji yang keriput.
Sedangkan terlambat panen berpengaruh terhadap
penurunan mutu benih karena tanaman rebah dan biji
berkecambah, terutama pada musim hujan.