Anda di halaman 1dari 6

Teknik budidaya kacang hijau

Kacang hijau (Vigna radiata) memiliki kelebihan dibandingkan tanaman pangan lainnya, yaitu:
(1) berumur genjah (55-65 hari), (2) lebih toleran kekeringan dengan kebutuhan air untuk
pertumbuhan kacang hijau relatif kecil, yakni 700-900 mm/tahun. Pada curah hujan yang lebih
rendah dari itu masih dapat tumbuh karena ia berakar dalam, (3) dapat ditanam pada lahan yang
kurang subur dan penyubur tanah karena bersimbiose dengan rhizobium dan menghasilkan
biomasa banyak (11-12 t/ha), (4) cara budidayanya mudah, cukup olah tanah minimal dan biji
disebar, (5) hama yang menyerang relatif sedikit dan (6) harga jual tinggi dan stabil, (Kasno.A
2007). Karena kelebihan tersebut kacang hijau dapat dipandang sebagai komoditas alternatif
untuk dikembangkan di lahan sawah dan lahan kering, khususnya yang memiliki indeks panen
rendah.

Peran strategis dari kacang hijau adalah komplementer dengan beras dapat diperkaya oleh
kacang hijau, sebab protein beras yang miskin lisin akan diperkaya oleh kacang hijau yang kaya
lisin. Asam amino kacang hijau yang miskin sulfur akan diperkaya oleh asam amino beras yang
kaya sulfur. Oleh karena itu kombinasi kacang hijau dan tepung beras merupakan kombinasi
yang serasi. Campuran tepung kacang hijau dan tepung beras masing-masing 50 % sangat baik
untuk konsumsi anak balita karena kandungan lisin dan asam amino-sulfur sangat serasi
(Kasno.A 2007).

Implikasi dari sosialisasi konsumsi kacang hijau hingga mencapai 2,5 kg/tahun/kapita, dengan
jumlah penduduk kurang lebih 225 juta jiwa maka hal ini memerlukan tambahan produksi
kacang hijau sekitar 200.000-215.000 ton. Tambahan produksi tersebut memerlukan tambahan
areal tanam. Pengembangan areal tanam dapat diarahkan pada lahan sawah maupun lahan kering.
Dampak dari pengembangan areal tersebut akan dapat menampung tenaga kerja yang besar.

Pulau Jawa merupakan penghasil utama kacang hijau di Indonesia, karena memberikan
kontribusi 61% terhadap produksi kacang hijau nasional. Sebaran daerah produksi kacang hijau
adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara,
Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Total kontribusi daerah
tersebut adalah 90 % terhadap produksi kacang hijau nasional dan 70 % berasal dari lahan sawah
(Kasno.A 2007)

Tantangan pengembangan tanaman kacang hijau adalah kesiapan teknologi dalam


pengembangan kacang hijau belum tersedia dengan baik, keterbatasan modal, anggapan petani
terhadap kacang hijau sebagai tanaman kedua, dan infrastruktur yang kurang memadai
merupakan faktor biofisik dan sosial ekonomi yang menghambat pengembangan kacang hijau.

Kacang hijau umumnya ditanam dilahan sawah pada musim kemarau setelah padi atau tanaman
palawija yang lain. Ditingkat petani, rata-rata produktivitas baru mencapai 0,9 ton/ha. Sedangkan
dari hasil percobaan dapat mencapai 1,60 ton/ha. Rendahnya hasil kacang hijau di tingkat petani
antara lain disebabkan oleh praktek budidaya yang kurang optimal. Untuk meningkatkan
produktivitas tanaman diperlukan teknik budidaya yang tepat.

TEKNIK BUDIDAYA

1. Varietas

Semua varietas kacang hijau yang telah dilepas cocok ditanam di lahan sawah maupun lahan
kering. Varietas terbaru tahan penyakit embun tepung dan bercak daun seperti sriti, kenari,
perkutut, murai dan kutilang dapat dianjurkan untuk ditanam di daerah endemik penyakit
tersebut. Kebutuhan benih sekitar 25-30 kg/ha dengan daya tumbuh 90%. Keunggulan beberapa
varietas unggul kacang hijau dapat dilihat pada tabel berikut:

No Varietas Keunggulan
Tipe determinet; produktivitas rata-rata 1,58 t/ha;
Sriti warna biji hijau kusam; ukuran biji besar (6,0-6,5
1
g/100 biji); toleran penyakit embun tepung dan
bercak daun; umur panen 60-65 hari.
Tipe determinet; produktivitas rata-rata 1,5 t/ha
Murai (rentang hasil 0,9-2,5 t/ha); warna biji hijau
2
kusam; ukuran biji besar (6 g/100 biji); tahan
penyakit bercak daun; umur panen 63 hari.
Tipe determinet; produktivitas rata-rata 1,5 t/ha
(rentang hasil 0,7-2,2 t/ha); warna biji hijau
Perkutut
3 mengkilat; ukuran biji sedang (5 g/100 biji);
tahan penyakit embun tepung dan agak tahan
penyakit bercak daun; umur panen 60 hari.
Tipe determinet; produktivitas rata-rata mencapai
Kutilang 2,0 t/ha; biji berwarna hijau mengkilat; ukuran
4
biji besar (6 g/100 biji); tahan penyakit embung
tepung; umur panen 60-67 hari.
Tipe tegak; determinet; produktivitas rata-rata
1,64 t/ha (rentang hasil 0,8-2,4 t/ha); warna biji
Kenari
5 hijau mengkilat; ukuran biji besar (6,7 g/100 biji);
agak tahan penyakit bercak daun dan toleran
penyakit karat; umur panen 60-65 hari.
Hasil pemurnian varietas lokal Samsik dari Nusa
Tenggara; ukuran biji sangat kecil (2,5-3,0 g/100
Sampeong
6 biji) sehingga sesuai untuk dibuat kecambah
(tauge); produktivitas rata-rata 1,0 t/ha; umur
panen 70-75 hari.

2. Penyiapan Lahan

Pada lahan sawah bekas tanaman padi, tidak perlu dilakukan pengolahan tanah (Tanpa Olah
Tanah = TOT). Tunggul padi perlu dipotong pendek dan jerami padi dibersihkan agar proses
penyiapan lahan berjalan lancar. Apabila tanah becek, perlu dibuat saluran drainase agar
persediaan air dalam tanah tidak melampaui kapasitas lapang. Pada lahan kering (tegalan)
pengolahan tanah dilakukan intensif dibersihkan dari rumput, dicangkul hingga gembur (untuk
tanah tegalan yang berat pembajakan dilakukan sedalam 15-20 cm), dibuat petakan 3-4 m.
Pemberian mulsa jerami sekitar 5 ton/ha agar dapat menekan pertumbuhan gulma, mencegah
penguapan air dan perbaikan struktur tanah.

3. Penanaman

Waktu penanaman kacang hijau pada lahan sawah pada musim kemarau setelah musim tanam
padi berakhir. Sedangkan dilahan tegalan dilakukan pada awal musim hujan. Hal dilakukan
berdasarkan pertimbangan bahwa pada lahan sawah,  persediaan air cukup banyak, sedangkan
pada lahan tegalan dilakukan pada awal musim hujan dengan pertimbangan lahan tegalan lebih
aman dari genangan air.

4. Cara Tanam
Benih ditanam dengan cara tugal, dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm untuk musim hujan,
sehingga populasinya sekitar mencapai 300-400 ribu tanaman/ha. Sedangkan untuk musim
kemarau digunakan jarak tanam 40 cm x 10 cm, tiap lubang diisi 2 biji. Sehingga populasinya
sekitar 400-500 ribu tanaman/ha. Kedalam tugal sekitar 3-5 cm kedalam permukaan tanah,
kemudian ditimbun rapat agar benih tidak rusak oleh serangan serangga dan terhambat
perkecambahannya karena pengaruh cahaya dan angin. Penyulaman dapat dilakukan sebelum
tanaman berumur 7 hari.

5. Pemupukan

Pada lahan sawah bekas tanaman padi yang subur, tanaman kacang hijau pada umumnya tidak
perlu dilakukan pemupukan. Pada lahan kering diperlukan pemupukan dengan NPK. Pada tanah
yang kurang subur dilakukan pemupukan 45 kg Urea, 45 - 90 kg TSP dan 50 kg KCL/ha yang
diberikan pada saat tanam secara larikan di sisi lubang tanam sepanjang barisan tanaman.
Penambahan pupuk organik seperti pupuk kompos, pupuk kandang dapat meningkat kapasitas
menahan air didalam tanah. Pupuk organik diberikan dengan sebanyak 15-20 ton/ha. Abu dapur
sangat baik digunakan sebagai penutup lobang tanam.

6. Penggunaan Mulsa Jerami

Penggunaan mulsa jerami yang ditebar pada hamparan pertanaman kacang hijau secara merata
dapat mengurangi serangan hama lalat bibit, menekan pertumbuh-an gulma, dan memperlambat
proses penguapan air tanah. Balitkabi (2005) dan Tim Prima Tani (2006) menganjurkan
penggunaan jerami dengan takaran sebanyak 5 t/ha. Penggunaan mulsa dapat menekan serangan
lalat bibit, pertumbuhan gulma dan penguapan air. Selain itu bisa berfungsi sebagai pupu organik
dan menghemat biaya produksi dengan menggunakan sumberdaya lokal disekitar lahan
persawahan.

7. Pengairan

Kacang hijau termasuk tanaman yang toleran terhadap kekurangan air, yang penting tanah cukup
kelembabannya. Namun, bila tanah pertanaman kacang hijau kekeringan sebaiknya segera diairi
terutama pada periode kritis, yaitu: saat tanam, saat berbunga (umur 25 hst), dan saat pengisian
polong (umur 45-50 hst) (Sunantara, 2000). Untuk kacang hijau yang ditanam di tanah bertekstur
ringan (berpasir), umumnya pengairan dilakukan dua kali yaitu umur 21 dan 38 hst, sedangkan
pertanaman di tanah bertekstur berat (lempung), biasanya diperlukan pengairan hanya satu kali
(Balitkabi, 2005).

8. Penyiangan
Penyiangan dilakukan seawal mungkin karena kacang hijau tidak tahan bersaing dengan gulma.
Penyiangan dilakukan 2 kali pada umur 2 dan 4 minggu. Penyiangan dapat dilakukan secara
mekanik dengan cara dibersihkan, dan cara kimia dengan penyemprotan herbisida yang selektif.

9. Pengendalian Hama Dan Penyakit

Serangan hama merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya hasil di tingkat petani.
Dilaporkan terdapat sebanyak 30 jenis serangga yang telah diketahui merupakan hama kacang
hijau dan 20 jenis digolongkan sebagai hama penting yang dapat menurunkan kualitas tanaman
kacang hijau. Hama ini menyerang seluruh bagian tanaman kacang hijau sejak tanaman tumbuh
sampai panen (Tengkano, 1986 cit LPTP, 2000). Diantara hama penting kacang hijau tersebut
adalah: lalat bibit Ophyomia phaseoli, ulat jengkal Plusia chalsites, kepik hijau Nezara viridula,
kepik coklat Riptortus linearis, penggerek polong (Maruca testulalis dan Etiella spp.) dan kutu
thrips (Hilman, et al., 2004). Menurut Nurdin (1994), di Sumatera Barat hama utama yang
menyerang tanaman kacang hijau adalah: lalat bibit Ophyomia phaseoli, Aphid sp, belalang, ulat
grayak Spodoptera litura, ulat penggulung daun Lamp rosema indicata, ulat jengkal Plusia
chalsites, kepik hijau Nezara viridula, kepik coklat Riptortus linearis, dab penggerek polong
Maruca testulalis.

Beberapa jenis hama tanaman kacang hijau antara lain : Lalat Kacang (Ophiomya phaseoli), Ulat
Jengkal Hijou (Phusia chalcites), Ulat Grayak (Prodanio litura), Penggerek Polong (Maruca
testulalis), Kutu Aphis (Aphis craccivora), Kepik Hijau (Nezara viridula), dan Kutu Thrips
(Benusia tabaci). Untuk pengendalian ulat daun maupun penggerek polong dapat digunakan
insektisida Marshal, Fastac, Decis, Matador dan Atabron. Untuk mengendalikan kutu dan kepik
yang menyerang daun maupun polong dapat digunakan insektisida diantaranya : Decis, Basso,
Kiltop, Ambush, Larvin.

Penyakit yang sering muncul pada tanaman kacang hijau antara lain jamur/cendowan seperti
bercak-bercak daun (Cercospora b.), Karat Daun (Uromycus sp), Kudis (Elismoe iwatae),
Embung Tepung (Erysipha p.) dan Rhizoctonia s. Pengendaliannya dengan cara menanam
varietas tahan seperti Walet, Nuri, Gelatik dan Kenari, membuat saluran drainase/bedengan,
menghindari tanah dan sisa tanaman yang terinfeksi jamur atau cendawan, aplikasi fungisida scat
tanam (mencampur pada benih) dan pada pertanaman dengan Benlate, Dithene M 45, Bayleton,
Bavistin, Topsin M, Cobox atau Cuprovit.

Penyakit Virus Belong (Blackgram mottle) dan Mosaik Kuning (Bean yellow) dapat
dikendalikan dengan cara penanaman varietas tahan dan bebas virus, mencabut dan membakar
tanaman terserang, menggunakan insektisida untuk memberantas serangga vektor di lapangan,
dan melakukan pergiliran tanaman.

10. Panen dan Pasca panen


Kacang hijau dipanen sesuai dengan umur varietas, Tanda-tanda lain bahwa kacang hijau telah
siap untuk di panen adalah berubahnya warna polong dari hijau menjadi hitam atau coklat dan
kering. Keterlambatan panen dapat mengakibatkan polong pecah saat dilapangan. Panen
dilakukan dengan cara dipetik. Panen dapat dilakukan satu, dua atau tiga kali tergantung varietas.
Jarak antar panen kesatu dan ke dua 3-5 hari.

Pengeringan polong dilakukan selama 2-3 hari dibawah sinar matahari. Pembijian dilakukan
secara manual yaitu dipukul-pukul didalam kantong plastik atau kain untuk menghindari
kehilangan hasil. Pembersihan biji dari kulit polong dilakukan dengan tampi. Sebelum disimpan
biji kacang hijau di jemur kembali sampai mencapai kering simpan yaitu kadar air 8 - 10 %.

PENUTUP

Kacang hijau merupakan salah satu komoditas kacang-kacangan yang banyak dimakan rakyat
Indonesia. Tanaman ini selain banyak mengandung zat-zat gizi juga bermanfaat untuk proses
pengobatan. Secara agronomis dan ekonomis, tanaman kacang hijau memiliki kelebihan
dibanding tanaman kacang-kacangan lainnya. Permasalahannya, adalah masih rendahnya
produktivitas hasil yaitu hanya 1,1 t/ha dibanding potensi hasilnya yang mencapai 1,6 t/ha dan
bahkan dapat mencapai 2 t/ha. Hal ini antara lain disebabkan oleh praktek budidaya yang kurang
optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus.2009.http://sulsel.litbang.deptan.go.id/index.php?
option=comcontent&task=view&id=207  &Itemid=217
Astanto Kasno. 2007. Kacang Hijau Alternatif yang Menguntungkan Ditanam di Lahan Kering.
Tabloid Sinar Tani, 23 Mei 2007. Jakarta
Balitkabi. 2005. Teknologi Produksi Kacang-kacangan dan umbi-umbian. Malang
I Made MS. 2000. Teknik Produksi Benih Kacang Hijau. Instalasi Penelitian dan
PengkajianTeknologi Pertanian Denpasar. Bali.

Anda mungkin juga menyukai