Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN TANAH DAN IKLIM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL

KACANG HIJAU DI KABUPATEN MALAKA

Oleh
Delfrida Karlani Nahak
11190012

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TIMOR

KEFAMENANU

2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kacang hijau merupakan salah satu komoditi kacang-kacangan yang mempunyai arti
penting bagi masyarakat, baik dilihat dari nilai ekonominya yang tinggi maupun dari
kandungan gizinya. Menurut (Rukmana, 1997) tanaman ini mengandung zat-zat gizi, antara
lain amylum, protein, besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan, magnesium, niasin,
vitamin (B1, A dan E). kandungan gizi kacang hijau per 100 gram bahan adalah kalori (kal)
323 kal, protein 22 gr, lemak 1,5 gr, karbohidrat 56,8 gr, kalsium 223 mg, zat besi 7,5 mg,
fosfor 319 mg, vitamin A 157 SI, vitamin BI 0,46 mg, vitamin CI 10 mg, dan air 15,5 g.
Menurut data BPS Kabupaten Malaka (2015), pada tahun 2014 tanaman kacang hijau di
kecamatan wewiku sebesar 721 ton dengan luas panen sebesar 800 ha dan produktivitasnya
9,01 kw/ha. Hingga saat ini produksi kacang hijau belum mampu memenuhi kebutuhan
pangan dan pakan. Menurut Kementerian Pertanian, (2012), salah satu penyebabnya adalah
permintaan yang terus meningkat untuk konsumsi dan industri olahan. Di sisi lain
produktivitas kacang hijau masih rendah dan luas lahan produksi pun semakin terbatas.
Rendahnya produktivitas kacang hijau masih terkendala karena petani belum memahami
teknik budidaya yang tepat, terutama yang berhubungan dengan kondisi tanah yang berbeda-
beda di setiap tempat dan semakin sulit karena kondisi iklim di wilayah Kabupaten Malaka.
Hal ini memerlukan masukan inovasi dan teknologi yang tepat, terutama untuk memperbaiki
kondisi tanah yang lebih cepat kering karena temperatur yang tinggi dan dapat meningkatkan
kesuburannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah adalah hubungan
tanah dan iklim terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau di Kabupaten Malaka.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hubungan Tanah dan Iklim terhadap pertumbuhan kacang hijau.
Jenis tanah di Kabupaten Malaka didominasi oleh Aluvial Latosol dan Renzina. Jenis
tanah Aluvial seluas 46.,828,74 Ha, sebagian besar tersebar di Kecamatan Malaka Barat,
Wewiku, Malaka Tengah, Kobalima dan Kobalima Timur. Jenis tanah latosol seluas
39.194,82 Ha sebagian besar tersebar di Kecamatan Rinhat, Sasitamean, Laenmanen, Malaka
Timur dan Botin Leobele. Sementara jenis tanah Renzina seluas 21.829,18 Ha sebagian besar
tersebar di Kecamatan Weliman, Malaka Tengah dan Io Kufeu. Selain ketiga jenis tanah
tersebut, di Kabupaten Malaka terdapat pula jenis tanah Grumosol dan Mediteran, meskipun
luasannya hanya sedikit. Jenis tanah Grumosol terdapat di Kecamatan Laenmanen seluas
209.82 Ha, sementara Jenis tanah Mediteran terdapat di Kecamatan Io Kufeu dan Rinhat
seluas 1.690,66 Ha. (https://sippa.ciptakarya.pu.go.id)
Menurut (Bimasri,2014) Hal yang penting diperhatikan dalam pemilihan lokasi untuk
budidaya kacang hijau adalah tanah yang subur, gembur banyak mengandung bahan organik,
aerasi dan drainasenya baik, serta mempunyai pH tanah 5,5 sampai 6,5. Dalam proses
pertumbuhannya, tanaman kacang hijau memerlukan tanah yang tidak terlalu banyak
mengandung partikel liat. Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi sangat cocok untuk
tanaman kacang hijau. Tanah berpasir pun dapat digunakakan untuk menanam tanaman
kacang hijau. Asalkan kandung air tanahnya tetap terjaga dengan baik. Adapun, tanah yang
dianjurkan yaitu tanah latosol. Dengan kondisi letak tanah yaitu di daerah dataran rendah.
Kedua hal inilah yang menyebabkan wilayah kabupaten Malaka dikenal dengan produksi
kacang hijau terbanyak karena kondisi tanah yang mendukung untuk budidaya kacang hijau.
Kabupaten Malaka dan umumnya NTT dekat dengan Australia, arus angin yang banyak
mengandung uap air dari Asia dan Samudera Pasifik sampai di wilayah Kabupaten Malaka
kandungan uap airnya sudah berkurang yang mengakibatkan hari hujan di Kabupaten
Malaka lebih sedikit dibandingkan dengan wilayah yang lebih dekat dengan Asia. Kabupaten
Malaka memiliki iklim tropis dengan musim hujan yang sangat pendek (Desember-Maret)
dan musim kemarau yang panjang (April-November). (https://sippa.ciptakarya.pu.go.id)
Kondisi curah hujan rata-rata di Kabupaten Malaka bervariasi antara 16-172 mm/bulan
sehingga cocok untuk budidaya kacang
hijau(https://sippa.ciptakarya.pu.go.id.hasil.web.kabupaten.malaka,Provinsi.NusaTenggaraTi
mur.Indonesia). Mengapa demikian? Karena sesuai dengan syarat tumbuh, tanaman kacang
hijau dapat tumbuh apabila curah hujan optimal 50-200 mm/bulan. Adapun curah hujan rata-
rata per kecamatan di Kabupaten Malaka sebagai berikut : <1000 mm/tahun meliputi
sebagian Wilayah Kecamatan Kobalima. 1000 – 1500 mm/tahun meliputi wilayah
kecamatan Malaka Barat, Malaka Tengah, Malaka Timur, Sasitamean, dan sebagian wilayah
Kecamatan Kobalima. Antara 1500 – 2000 mm/tahun meliputi wilayah kecamatan Rinhat.
Kabupten Malaka sebagai wilayah yang tergolong kering di mana hanya 4 bulan (Januari
sampai dengan Maret, dan Desember) yang keadaannya relatif basah dan 8 bulan sisanya
relatif
kering(https://sippa.ciptakarya.pu.go.id.hasil.web.kabupaten.malaka,Provinsi.NusaTenggara
Timur.Indonesia). Wilayah kabupaten Malaka memiliki temperatur rata-rata 24-34o dengan
iklim tropis (https://poskupangwiki.tribunnews.com). Dengan kondisi temperatur yang
demikian maka tanaman kacang hijau dapat tumbuh subur karena berdasarkan syarat tumbuh,
kacang hijau dapat tumbuh optimal pada kisaran suhu atau temperatur 25oC – 27oC.
Data yang diperoleh dari http://diskominfo.simplesite.com produksi kacang hijau di
Kabupaten Malaka pada tahun 2014 menurut kecamatan yaitu Malaka Barat (12,0 ton),
Wewiku (800,0 ton), Sasitamean (24,0 ton), Io kufeu (11 ton), Laen Manen (65,0 ton),
Kobalima (45,0 ton), Kobalima Timur (278,9 ton).
Produksi kacang hijau di Kabupaten Malaka masih mengalami fluktuasi akibat petani
belum memahami teknik budidaya yang tepat, terutama yang berhubungan dengan kondisi
tanah yang berbeda-beda di setiap tempat. Salah satu teknologi pengelolaan lahan yang dapat
digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah adalah pemupukan
dengan bahan organik, seperti pupuk kandang sapi. Pupuk organik terutama pupuk kandang
sapi digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
(setyamidjaja,1986).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa tanah dan iklim
memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau di wilayah
Kabupaten Malaka, karena kondisi tanah setiap kecamatan di Kabupaten Malaka berbeda
sehingga hasil produksi yang diperoleh dari setiap kecamatan berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, 2015. Statistik Pertanian Belu, Atambua.


http://diskominfo.simplesite.com
https://sippa.ciptakarya.pu.go.id.hasil.web.kabupaten.malaka,Provinsi.NusaTenggaraTimur.Indo
nesia
https://poskupangwiki.tribunnews.com
https://sippa.ciptakarya.pu.go.id
Rukmana, R. 1997. Kacang Hijau, Budidaya dan Pasca Panen. Jakarta: Kanisius.
Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan pemupukan. Jakarta:CV.Simpleks.

Anda mungkin juga menyukai