Anda di halaman 1dari 23

PENGARUH MULSA DAN DOSIS PUPUKORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN

TANAMAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT(Lycopersicum esculentum Mill.) DI


DESA TESBATAN KECAMATAN AMARASI KABUPATEN KUPANG

SKRIPSI

OLEH

FLORENSIANA OKTAVIANA RINA

1904060246

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG 2021
PENGARUH MULSA DAN DOSIS PUPUKORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN HASILTANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) DI DESA
TESBATAN KECAMATAN AMARASI KABUPATEN KUPANG

SKRIPSI

OLEH

FLORENSIANA OKTAVIANA RINA

1904060246

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana Kupang

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG 2021
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL

Judul: PENGARUH MULSA DAN DOSIS PUPUKORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN


TANAMAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT(Lycopersicum esculentum Mill.) DI DESA
TESBATAN KECAMATAN AMARASI KABUPATEN KUPANG

Penulis: Florensiana O.Rina

NPM: 1904060246

Disetujuai Oleh

Pembimbing I Pembimbing II

……………..

Diketahui Oleh:Dekan fakultas pertanian Ketua prodi agroteknologi

Dr. Ir. Damianus Adar, M.Ec Ir. Agnes V. Simamora, MCP., Ph.D
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


A. Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) termasuk family solanaceae yang
berasal dari daratan Amerika latin tepatnya di sekitar Peru dan Akuador (Wiryanta,
2002). Tomat merupakan tanaman asli Benua Amerika yang tersebar dari Amerika
Tengah hingga Amerika Selatan, tanaman tomat pertama kali dibudidayakan oleh suku
Inca dan suku Aztec pada tahun 700 SM. Pada mulanya penyebaran tomat terkonsentrasi
di Amerika Selatan dan beberapa Negara di Eropa, Afrika dan Asia, terutama di kawasan
India bagian Barat. sampai tahun 1974, FAO melaporkan bahwa tanaman tomat
berkembang pesat di beberapa Negara yang sedang berkembang, tetapi rata-rata
produksinya bervariasi dan masih rendah (Rukmana, 1994). Penyebaran tomat di
Indonesia dimulai dari Filipina dan Negara –negara Asia lainnya pada abad ke -18. Di
Indonesia pengembangan budidaya tanaman tomat mendapat prioritas perhatian sejak
tahun 1961. Terbukti pada periode tahun 1961-1965 sudah di budidayakan rata-rata
seluas 41.000 hektar/tahun, dan periode tahun 1973-1977 naik menjadi 59.000 hektar.
Dari areal seluas itu sebagian besar masih berpusat di Pulau Jawa, terutama di daerah
dataran tinggi diatas 1000 meter dari permukaan laut (dpl). Pusat pertama yang di duga
sebagai daerah penyebaran tanaman tomat di Indonesia antara lain: Lembang,
Pangalengan, Salatiga, Bondowoso, Malang, dan Tanah karo (Rukmana,1994). Dari rata-
rata hasil per hektar tomat di Indonesia, relatif masih sangat rendah, yakni pada kisaran
5,0-6,30 ton ha-1 . Pesatnya perkembangan berbagai varietas unggul tomat dibelahan
dunia, mengakibatkan potensi hasil hingga 40 ton ha-1 . Jenis tomat yang dikembangkan
di berbagai Negara maju sudah beragam, termasuk tomat. sementara di Indonesia
umumnya baru terbatas tomat kelompok Lycopersicum esculentum, dikalangan petani
tertentu saja. Selain di konsumsi segar buah tomat juga dimanfaatkan untuk berbagai
industri misalnya sambal, saus, minuman, jamu dan kosmetik ( Bernadinus, 2002).
Produksi buah tomat persatuan lahan bervariasi, tergantung varietasnya. Pada pertanaman
yang baik dan di pelihara secara intensif, dapat berproduksi antara 10-60 ton ha-1 .
Bahkan potensi produksi tomat hibrida seperti precious 375 dan new kingkong yang
produktivitasnya antara 5-8 kg/tanaman, dapat menghasilkan minimal 80 ton ha-1 bila
populasinya antara 16000 - 18000 tanaman. Sementara produktivitas tomat hibrida
seperti santa rata-rata 500 butir buah/tanaman dan beratnya ± 4 gram/buah, dapat
berproduksi antara 32-36 ton ha1 . Sekalipun potensi produksi tomat varietas unggul
cukup tinggi, tetapi produksi rata-rata tomat nasional masih rendah karena berbagai
hambatan, antara lain teknik budidayanya belum memadai secara intensif, adanya
serangan penyakit yang berbahaya, dan masih terbatasnya varietas tomat yang tahan
(toleran) terhadap suhu panas di daerah tropis (Rukmana, 1994). Rendahnya produksi
tomat di Indonesia kemungkinan disebabkan varietas yang ditanam tidak cocok, kultur
teknis yang kurang baik atau pemberantasan hama/penyakit kurang efesien (Kartapradja
dan Djuariah, 1992). Oleh karena itu, perbaikan system budidaya perlu terus dilakukan
dalam upaya meningkatkan produktivitas tomat. Salah satu aspek budidaya dalam upaya
meningkatkan produksivitas tanaman tomat adalah dengan pemberian mulsa. Mulsa
adalah bahan yang sengaja dihamparkan ke permukaan tanah untuk penutup tanah,
pemberian mulsa dapat membantu pertumbuhan tanaman yang lebih baik, manfaat mulsa
antara lain dapat menghemat penggunaan air yang menekan laju evaporasi dari
permukaan lahan, memperkecil fluktuasi suhu tanah sehingga menguntungkan
pertumbuhan akar dan mikro organisme tanah, memperkecil laju erosi dan menghambat
pertumbuhan gulma (Lakitan, 1995). Keuntungan pemberian mulsa antara lain dapat
menjaga suhu tanah, cadangan air tanah serta dapat menjaga kerusakan struktur tanah
akibat dari air hujan. Selain itu pemberian mulsa juga dapat mempercepat dekomposisi
bahan organik dan dapat menambah unsur hara dari bahan mulsa alami (Indradana,
1986). Selain pemberian mulsa dalam upaya meningkatkan produksivitas tanaman tomat,
pemberian pupuk juga perlu dilakukan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi
tanah. Pemberian pupuk dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman yang
lebih baik (Moenandir, 2004). Pemupukan organik merupakan salah satu usaha untuk
menambah hara makro dan mikro bagi tanaman sekaligus memperbaiki struktur tanah
(Musmanar, 2006). Kandungan unsur hara bahan organik sangat penting dalam
menyediakan hara makro dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, Ca, Mg dan Si.
Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, serta dapat bereaksi dengan ion logam
untuk membentuk senyawa kompleks, sehingga ion logam yang meracuni tanaman atau 4
menghambat penyediaan hara seperti Al, Fe dan Mn dapat
dikurangi (Setyorini, 2005). Pupuk organik merupakan hasil akhir atau hasil dari
perubahan peruraian bagian dari sisa tanaman dan hewan misalnya bungkil, guano dan
tepung tulang. Pupuk organik berasal dari bahan organik yang mengandung berbagai
macam unsur meskipun ketersedian dalam jumlah sedikit (Samekto, 2006 ). Dari
permasalah yang telah diuraikan diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui jenis mulsa dan dosis pupuk organik yang tepat agar diperoleh pertumbuhan
dan hasil tanaman tomat yang optimal.
Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan daerah yang beriklim kering yang
mempunyai bulan kering berkisar antara 6-7 bulan. Kondisi bulan basah 5-6 bulan,
diperburuk dengan distribusi curah hujan yang tidak merata sepanjang tahun, padahal air
merupakan komponen yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Kondisi alam yang seperti ini sering menyebabkan terjadinya gagal panen dari
kegiatan usahatani hortikultura. Oleh karena itu alternatif usahatani lainnya yang
diusahakan oleh petani harus disesuaikan dengan kondisi dan keadaan alam. Menurunnya
produktivitas lahan akan berpengaruh pada produksi dan produktivitas hasil usahatani
yang tentu memiliki implikasi terhadap pendapatan petani. Berdasarkan data dari Badan
Pusat Statistik Provinsi NTT tahun 2015, jumlah produksi tomat pada tahun 2014
sebanyak 4.030,9 Ton dengan luas panen 948 Ha. Dengan demikian produktivitas
usahatani tomat sebesar 42,52 Ton/ha. Kabupaten Kupang merupakan salah satu wilayah
atau daerah penghasil tomat di NTT dan sangat potensial untuk pengembangan tanaman
hortikultura, terutama sayuran dan buah-buahan. Selain mempunyai prospek pemasaran
yang baik, tanaman hortikultura telah diusahakan oleh seluruh masyarakat pedesaan di
Kabupaten Kupang. Kecamatan Amarasi adalah salah satu daerah sentra pengembangan
tanaman hortikultura di Kabupaten Kupang, dalam hal ini sayur-sayuran terutama tomat
yang diusahakan di Kecamatan Amarasi pada tahun 2015 mencapai 2.543 Kw (BPS
Kupang, Kecamatan Amarasi Dalam Angka 2016). Petani Desa Tesbatan mengusahakan
tomat sudah sejak lama atau sudah sejak tiga generasi lalu. Dewasa ini usahatani tomat
semakin digemari oleh petani di Desa Tesbatan. Jumlah petani yang mengusahakan tomat
bertambah, kendala-kendala seperti tidak menentunya harga jual, terus meningkatnya
biaya usahatani nampaknya kurang berpengaruh terhadap minat petani untuk
berusahatani
tomat karena kendalakendala ini sangat berpengaruh terhadap besar pendapatan yang
diterima.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh mulsa dan pemberian dosis pupuk organik terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman tomat serta nyata tidaknya interaksi kedua faktor
tersebut
1.3 Hipotesis
1) Mulsa berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat
2) Dosis pupuk organik berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
tomat
3) Terdapat interaksi antara jenis mulsa dan dosis pupuk organik terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.
II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Botani Tanaman Tomat

2.1.1. Sistematika

Menurut Tugiyono (1999), kedudukan tanaman tomat dalam sistematika tanaman dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiosspermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Family : Solanaceae
Genus : Lycopersicum
Spesies : Lycopersicum esculentum Mill

2.1.2. Morfologi

a) Akar
Tanaman tomat berakar pancar, namun relatif tidak dalam akar datarnya halus dan
cukup tebal.Tanaman tomat memiliki akar tunggang yang tumbuh menembus ke dalam
tanah dan akar-akar cabang yang tumbuh menyebar kesemua arah pada kedalaman 60-
70 cm (Rukmana,1999 ).Akar tanaman tomat berbentuk serabut yang menyebar ke
segala arah (Wiryanta,2002).
b) Batang
Batang tanaman tomat berbentuk bulat dan membengkak pada buku- buku. Bagian yang
masih muda berambut biasa dan ada yang bekelenjar. Mudah patah, dapat naik
bersandar pada turus atau merambat pada tali, namun harus 6 dibantu dengan beberapa
ikatan dibiarkan melata cukup rimbun dan menutupi tanah(Rukmana 1994). Batang
tanaman tomat berbentuk bulat,bercabang banyak sehingga secara keseluruhannya
berbentuk perdu dan teksturnya lunak,tetapi setelah tua batangnya berubah menjadi
bersudut berstektur keras dan berkayu. Tinggi tanaman tomat mencapai 2-3 m
(Wiryanta,2002). Batang tanaman tomat berfungsi sebagai organ lintasan air dan
mineral dari akar ke daun dan lintasan zat makanan hasil fotosintesis dari daun
keseluruh bagian tumbuhan (Purwati, 2007).
c) Daun
Daun tomat berwarna hijau dan berbulu. Panjangnya sekitar 20-30 cm. Daun tomat ini
tumbuh didekat ujung dahan atau cabang. Sementara itu tangkai daunnya berbentuk
bulat memanjang sekitar 7-10 cm dan ketebalan 0,3-0,5 cm (Wiryanta,2002). Daun
merupakan organ pada tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat fotosintesis, transpirasi
dan sebagai alat pernapasan. Hasil fotosintesis berupa gula (glukosa) dan oksigen.
Glukosa hasil-hasil fotosintesis akan diangkut oleh pembuluh tapis dan diedarkan
keseluruh bagian tumbuhan. Oksigen dikeluarkan melalui stomata daun dan sebagian
digunakan untuk respirasi sel-sel didaun. Daun juga berperan penting dalam transpirasi
yang merupakan peristiwa penguapan pada tumbuhan. Transpirasi dapat pula melalui
batang, tetapi umumnya berlangsung melalui daun. Melalui transpirasi, air dari
tumbuhan dalam bentuk uap air akan dikeluarkan melalui stomata ke udara. Adanya
transpirasi menyebabkan aliran dan mineral dari akar, batang dan tangkai daun terjadi
secara terus-menerus (Purwati, 2007). 7
d) Bunga
Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan tersusun dalam dompolan dengan jumlah 5-
10 bunga perdompolan atau tergantung varietasnya. Kuntum bunganya terdiri dari lima
helai daun kelopak dan lima helai mahkota. Pada serbuk sari bunga terdapat kantong
yang letaknya menjadi satu dan membentuk bumbung yang mengelilingi tangkai kepala
putik.Bunga tomat dapat melakukan penyerbukan sendiri karena tipe bunganya berumah
satu. meskipun demikian tidak menutup kemungkinan terjadi penyerbukan silang
(Wiryanta, 2002).Bunga tumbuh dari batang (cabang) yang masih muda membentuk
jurai yang terdiri atas dua baris bunga.Mahkota bunganya berwarna kuning muda,
bentuk bakal buahnya ada yang bulat panjang berbentuk bola atau jorong melintang,
(Rismundar, 1995)
e) Buah Buah tomat berbentuk bulat,bulat lonjong,bulat pipih atau oval. Buah yang masih
muda berwarna hijau muda sampai hijau tua. Sementara itu buah yang sudah tua
berwarna merah cerah atau merah gelap, merah kekuning-kuningan atau merah
kehitaman. Buah tomat ada juga berwarna kuning tergantung jenis dan varietasnya
(Wiryanta,2002).

2.2. Syarat tumbuh Tanaman Tomat

1) Iklim Tanaman Tomat dapat tumbuh dalam musim hujan ataupun musim kemarau
namun dalam musim yang basah tidak akan terjamin baik hasilnya, iklim yang basah
akan membentuk tanaman yang rimbun, tetapi bunganya berkurang. Musim kemarau
yang terik dengan angin yang kencang akan menghambat pertumbuhan bunga
(Mengering dan Berguguran). walaupun tomat tahan terhadap 8 kekeringan namun tidak
berarti tomat dapat tumbuh dengan subur dalam keadaan kering tanpa pengairan oleh
karena itu didataran tinggi maupun dataran rendah pada musim kemarau tomat
memerlukan penyiraman atau pengairan demi kelangsungan hidup dan produksinya.
Untuk pertumbuhan tanaman tomat yang memuaskan dalam bentuk vegetatif
maupun generatif diperlukan :
 Curah hujan yang cukup tidak deras dalam masa pertumbuhan bunga dan
buahnya.
 Suhu udara rata-rata 20-300 C pada siang hari, 10-200 C pada malam hari untuk
menjamin perairan yang baik
 Angin yang tidak kering dan kecepatan yang sedang.

Persyaratan iklim lain yang dikehendaki tanaman tomat adalah memerlukan sinar
matahari minimal 8 jam perhari dan curah hujan pada kisaran 750 - 1,250 mm
pertahun.

2) Tanah
Tanaman tomat dapat tumbuh dan berproduksi baik pada berbagai jenis tanah tetapi
paling baik adalah pada tanah liat yang mengandung pasir, hal yang paling penting
keadaan tanah tersebut subur, gembur banyak mengandung bahan organik (Humus)
sirkulasi udara dan tata air dalam tanah baik serta memiliki pH antara 3-6 dan dapat
menahan air dengan baik.
Kesesuaian tanah untuk bercocok tanam tomat ditentukan oleh sifat-sifat fisik tanah,
kimia tanah dan biologi tanah.

a) Sifat-sifat fisik tanah.


Keadaan fisis tanah yang baik akan meningkatkan peredaran oksigen dan
menjamin ketersediaan oksigen di dalam tanah. dengan demikian, aktivitas mikro
organisme tanah dalam menguraikan bahan-bahan organik tanah menjadi zat
yang dapat diserap oleh tanaman juga meningkat (Silvi dan Rian, 2008).
Ketersedian oksigen didalam tanah sangat penting untuk pernapasan akar
tanaman dan meningkatkan drainase, sehingga dapat mencegah pengenangan air
yang dapat merugikan kehidupan tanaman tomat. Pertumbuhan tanaman tomat
akan baik pada tanah yang mempunyai drainase yang baik, tanah gembur, subur,
permeabilitas. Tanah yang baik bagi pertumbuhan juga harus mampu menahan
air yang cukup dan hara yang tinggi secara alamiah maupun hara tambahan (Silvi
dan Rian, 2008).

b) Sifat kimia tanah


Sifat kimia tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Sifat
kimia yang sangat berpengaruh tersebut adalah derajat keasaman tanah (pH) dan
keadaan sanilitas (kadar garam) dalam tanah. Tanaman tomat dapat tumbuh
optimal pada tanah dengan pH 5,5 – 6,8. Namun, tanaman tomat masih toleran
pada derajad keasaman hingga dengan pH 5 hingga 7 (Pracaya, 1998).

c) Sifat biologis tanah.


Sifat biologis tanah sangat dipengaruhi oleh sifat fisis tanah yang akan
berpengaruh baik terhadap sifat biologis tanah. Sifat biologis tanah yang baik
membantu melarutkan unsur-unsur hara yang tidak larut, dan dapat menyimpan
kelebihan unsur hara. selain itu juga dapat membantu proses nutrifikasi, dapat 10
menyuburkan tanah dan membantu melancarkan peredaran udara didalam tanah
(aerasi) (Pracaya, 1998).
2.3 Mulsa
Mulsa merupakan material penutup tanaman budidayayang dimaksudkan untuk menjaga
kelembabantanah serta menekan pertumbuhan gulma danpenyakit sehingga membuat
tanaman tersebuttumbuh dengan baik dan optimal (Lesmana, 2010). Mulsa adalah bahan
yang dipakai pada permukaan tanah yang berfungsi untuk menhindari kehilangan air melalui
penguapan dan menekan pertumbuhan gulma (Adisarwanto 1999).
Fungsi mulsa jerami adalah untuk menekan pertumbuhan gulma,mempertahankan agregat
tanah dari hantamam air hujan,memperkecil erosi permukaan tanah,mencegah penguapan
airdan melindungi tanah dari terpaan sinar matahari. juga dapat membantu memperbaiki sifat
fisik tanah terutama struktur tanah sehingga memperbaiki stabilitas agregat tanah.Umboh
(2000) menyatakan bahwa pemberian mulsa pada permukaan tanah dapat mengurangi air,
mengontrol tanaman pengganggu, mengatasi perbedaan suhu, memperbaiki dan mencegah
erosi. Keuntungan pemberian mulsa antara lain suhu tanah rendah, cadangan air tanah lebih
besar, kerusakan struktur tanah akibat dari air hujan dan penyiraman berkurang, dekomposisi
bahan organik tanah tidak terlalu cepat dan bahkan menambah unsur hara dalam bahan mulsa
alami (Indradana, 1986).
Mulsa jerami sesuai digunakan untuk tanaman semusim atau non-semusim yang
tidak terlalu tinggi dan memiliki struktur tajuk berdaun lebat dengan sistem perakaran
dangkal. Tanaman-tanaman yang selama ini sukses diberi mulsa jerami antara lain kentang,
kedelai, bawang putih dataran rendah, semangka dan melon. dengan adanya mulsa jerami
yang memilki efek menurunkan suhu tanah, kentang pada dataran medium sampai rendah
dapat menghasilkan umbi.Rata-rata kandungan unsur hara yang terkandung dalam jerami
adalah 0,4 % N, 0,02 % P, 1,4 %K dan 5,6 % Si. Dengan adanya bahan mulsa di atas
permukaan tanah, benih gulma akan sangat terhalang. akibatnya tanaman yang ditanam akan
bebas tumbuh tanpa kompetisi dengan gulma dalam penyerapan hara mineral tanah. tidak
adanya kompetisi dengan gulma tersebut merupakan salah satu penyebab keuntungan yaitu
meningkatnya produksi tanaman budidaya. Noorhadi (2003) menambahkan bahwa mulsa
jerami padi merupakan mulsa yang bersifat sarang dan dapat menahan suhu dan kelembaban
tanah, memperkecil penguapan air tanah sehingga tanaman yang tumbuh pada tanah tersebut
dapat tumbuh dengan baik. Mulsa jerami manpu mengurangi pertumbuhan gulma dan dapat
menjaga kestabilan kelembaban dalam tanah sehingga mendorong aktifitas mikro organisme
tanah tetap aktif dalam mendekomposisi untuk mengsuplai kebutuhan unsur hara yang
dibutuhkan pada pertumbuhan organ vegetatif tanaman (Ramli, 2009). Nurhayati (1986) juga
menjelaskan bahwa salah satu tujuan pemberian mulsa jerami padi adalah untuk menghambat
penguapan yang cukup tinggi khususnya pada daerah- daerah tropis.

2.4 Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan bahan yang ditambahkan kedalam tanah untuk memenuhi
tersedianya unsur hara bagi pertubuhan dan produksi tanaman sehingga sangat jelas lahan yang
tidak menggunakan pupuk organik akan mengalami kerusakan yang hebat. jadi pupuk organik
merupakan satu-satunya jawaban pertanian kita kedepan.

Pupuk organik merupakan hasil akhir atau hasil dari perubahan peruraian bagian dari
sisa tanaman dan hewan misalnya bungkil, guano dan tepung tulang. Pupuk organik berasal dari
bahan organik yang mengandung berbagai macam unsur meskipun ketersedian dalam jumlah
sedikit (Samekto,2006 ).Pupuk organik tidak lain adalah bahan yang dihasilkan dari pelapukan
sisa-sisa tanaman,hewan,dan manusia.Ada beberapa macam kelebihan dari pupuk organik ini
sehingga ia sangat disukai petani, diantaranya sebagai berikut.

Memperbaiki struktur tanah.ini dapat terjadi karena organisme tanah saat penguraian bahan
organik dalam pupuk bersifat sebagai perekat dan dapat mengikat butir-butir tanah menjadi
butiran yang lebih besar.Menaikkan daya serap tanah terhadap air.Bahan organik memiliki daya
serap yang besar terhadap air tanah. itulah sebabnya pupuk organik sering berpengaruh positif
terhadap hasil tanaman,terutama pada musim kering.Menaikkan kondisi kehidupan di dalam
tanah. Hal ini terutama disebabkan oleh organisme dalam tanah yang memanfaatkan bahan
organik menjadi makanan.oleh karena itu,pupuk organik seperti pupuk kandang yang diberikan
pada tanah harus diuraikan terlebih dahulu oleh jasad renik melalui proses pembusukan atau
peragian sebelum diisap oleh akar tanaman.
Dari proses pembusukan ini,jasad renik memperoleh makanan dan sumber tenaga.
Semakin banyak pula jasad renik dalam tanah.sebagai sumber zat makanan.Pupuk organik
mengandung zat makanan yang lengkap meskipun kadarnya tidak setinggi pupuk
anorganik.selain itu,caranya diakui memang agak lambat dibanding pupuk anorganik. itulah
sebabnya untuk mencapai hasil maksimal,pemakaian pupuk organik hendaknya diimbangi
dengan pupuk anorganik agar keduanya saling melengkapi. dengan demikian,akan tercipta tanah
pertanian yang kaya zat hara,strukturnya gembur atau remahdan berwarna coklat kehitaman.
Jenis pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang.pupuk kandang adalah pupuk yang
berasal dari kandang ternak,baik berupa kotoran padat(feses) yang bercampur sisa makanan
maupun(urine). itulah sebabnya pupuk kandang terdiri dari dua jenis,yaitu padat dan
cair(Lingga,2008) Pupuk kandang adalah pupuk alam yang berasal dari kotoran ternak yang
bercampur dengan sisa makanan yang membusuk dan urine (Tim Penyusun Kamus PS, 2003
dalam Nova, 2012). Kandungan unsur hara yang terkandung dalam pupuk kandang kotoran sapi
adalah Air (H2O) 85%, N 0,40%, P2O5 0,20% dan K2O 0,10% (Sutejo, 2002). Penggunaan
pupuk kandang organik dapat memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan efesien
penggunaan pupuk anorganik sehingga mempercepat pertumbuhan tanaman. Kandungan N, P, K
dalam pupuk kandang tidak terlalu tinggi dapat memperbaikipermeabilitas tanah, porositas,
struktur tanah, daya menahan air dan kandungan kation tanah. Pemberian pupuk kandang pada
tanaman dapat membantu menetralkan pH tanah, meningkatkan kesuburan tanah dan
memperbaiki struktur tanah menjadi lebih gembur (Samekto, 2006).

2.5 Peranan Unsur Hara Bagi Tanaman.

2.5.1. Nitrogen (N).

Secara umum nitrogen berperan dalam memacu pertumbuhan tanaman terutama pada fase
vegetatif, berperan dalam pembentukan klorofil serta 14 komponen pembentuk lemak, protein
dan persenyawaan lain (Marsono dan Sigit, 2001). Parker (2004) menambahkan bahwa nitrogen
berperan dalam proses pertumbuhan, sintesis asam amino dan protein serta merupakan
pembentuk struktur klorofil. Nitrogen sebagai pembentuk struktur klorofil, nitrogen akan
mempengaruhi warna daun. ketika tanaman tidak mendapatkan cukup nitrogen, warna hijau daun
akan memudar dan akhirnya menguning. Kekurangan nitrogen akan menyebabkan pertumbuhan
terhambat, daun berwarna kuning, tangkai tinggi kurus dan warna hijau daun menjadi pucat.
Pemberian unsur hara nitrogen dapat dilakukan melalui pemupukan. Pupuk nitrogen termasuk
pupuk kimia buatan tunggal. Jenis pupuk ini termasuk pupuk makro. sesuai dengan namanya
pupuk-pupuk dalam kelompok ini didominasikan oleh unsur nitrogen. Adanya unsur lain
didalamnya lebih bersifat sebagai pengikat atau juga sebagai katalisator. Salah satu jenis pupuk
nitrogen yang sering digunakan adalah urea. Urea adalah pupuk buatan hasil persenyawaan
NH4(ammonium) dengan CO2. Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan merupakan hasil
ikutan tambang minyak bumi. Kandungan N berkisar antara 45 – 46 % (Marsono dan Sigit,
2001).

2.5.2. Phosfor (P).

Phosfor disebut sebagai kunci kehidupan bagi tanaman karena unsur ini terlibat lansung dalam
proses hidup tumbuhan. Unsur P adalah hara kedua setelah nitrogen dalam frekuensi atau
kegunaanya sebagai pupuk. Keperluan P kadang- kadang lebih kritik dari pada N pada tanah-
tanah tertentu. Nitrogen dapat ditambat oleh mikroba dari udara, tetapi unsur P hanya berasal
dari batuan. Tanpa kecukupan P sebagai proses didalam tanaman akan terhambat sehingga
pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak berlangsung secara optimal (Balai Penelitian
Tanaman Pangan Bogor, 1991). Phosfor berperan dalam meransang pertumbuhan dan
perkembangan akar, sebagai bahan dasar (ATP dan ADP), membantu asimilasi dan respirasi,
mempercepat proses penbungaan dan pembuahan, serta pemasakan biji dan buah (Marsono dan
Sigit, 2001). Parker (2004) menambahkan phosfor berperan dalam mestimulasi pertumbuhan
akar, membantu pembentukan benih, berperan dalam proses fotosintesis dan respirasi.
Kekurangan unsur phosfor akan menyebabkan warna keunguan pada daun dan batang serta
bintik hitam pada daun dan buah. Menurut Tan (1996) phosfor merupakakan hara tanaman
esensial dan diambil oleh tanaman dalam bentuk ion anaorganik :H2 PO4. phosfor diperlukan
dalam perkembangan akar untuk mempertahankan vigor tanaman, untuk pembentuk benih, dan
pengontrolan kematangan tanaman. Phosfor juga merupakan komponen esensial ADP
(Adenosine Di Phospate) dan ATP (Adenosine Th Phospate), yang bersama-sama memerankan
bagian penting dalam fotosintesis dan penyerapan ion serta sebagai transportasi dalam tanaman.
Phosfor juga merupakan bagian esensial dari asam nukleat (DNA dan RNA).

2.5.3. Kalium
Kalium berperan dalam membantu pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat jaringan
tanaman, berperan membentuk antibody tanaman terhadap penyakit serta kekeringan (Marsono
dan Sigit, 2001). Kalium tidak disintensis menjadi senyawa organik oleh tumbuhan, sehingga
unsur ini tetap sebagai ion didalam tumbuhan. Kalium berperan sebagai aktivator dari berbagai
enzim yang esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi, serta untuk enzim yang
terlibat dalam sintensis protein dan pati. Kalium juga merupakan ion yang berperan dalam
mengatur potensi osmotik sel, dengan demikian akan berperan dalam mengatur tekanan turgor
sel. berkaitan dengan pengaturan turgor sel ini, peran yang penting dalam proses membuka dan
menutupnya stomata (Lakitan, 2004). Tanaman yang kekurangan kalium akan lebih peka
terhadap penyakit dan kualitas produksi biasanya rendah baik daun, buah maupun biji seperti
pada tanaman kedelai (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Kebutuhan tanaman akan unsur K
dapat diperoleh dari pemupukan. Salah satu jenis pupuk kalium yang dikenal adalah KCl
(Marsono dan Sigit, 2001). Upaya pemupukan kalium harus memperhatikan asas efektifitas
karena selain mudah larut dan tercuci bersama air perlokasi, unsur kalium juga mudah terikat
dalam tanah. Efektifitas pemupukan kalium dapat dicapai antara lain dengan memperhatikan
waktu dan cara pemupukan yang tepat. Pemberian pupuk kalium secara bertahap diperlukan
untuk mencegah penyerapan berlebihan oleh tanaman “luxury Consumption”. Pada tanah yang
mengandung kalium cukup tersedia pemberian pupuk kalium dapat dikurangi. dibandingkan
tanaman pangan, tanaman perkebunan dan industri lebih banyak menggunakan pupuk kalium
anorganik (Runhayat, 1995)
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tesbatan Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang


pada bulan Juli-September 21

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Benih
Benih tomat yang digunakan dalam penelitian iniadalah varietas hibrida montero
disediakan sebanyak 10 grm.
2. Mulsa
Mulsa yang digunakan dalam penelitian ini adalah mulsa jerami padi diambil dari desa
Pulo Ie kecamatan Kuala,Kabupaten Nagan Raya danmulsa serbuk gergajidiambil dari
desa Suak Puntong.
3. Kapur
Kapur pertanian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dolomit.
4. Pupuk
Pupuk organik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk kandang dari kotoran
sapi yang telah terdekomposisidiambil dari desa Suak Puntong kecamatan Kuala Pesisir
Kabupaten Nagan Raya dan pupuk Urea, KCl dan SP-36. 18
5. Polybag
Polibag yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybag kecil atau babybag untuk
persemaian.
6. Pestisida
Pestisida yang digunakan dalam penelitian ini adalah furadan, selvin dithane M-45
dansynbus. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : Cangkul, garu,
Parang, Pisau, ajir, tali rapia, timbangananalitik, hand spayer, jangka sorong,papan nama,
cat, gembor, ember, sekop, ayakan pasir, meteran dan alat-alat tulis.

3.3. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) pola faktorial 3 x 3 dengan 3 ulangan maka terdapat 9 kombinasi perlakuan
sehingga terdapat 27 unit satuan percobaan. Faktor yang di teliti meliputi mulsa dan dosis pupuk
kandang.

Faktor Mulsa (M) yang terdiri dari 3 taraf yaitu

M0 = Tanpa Mulsa

M1 = Mulsa Jerami

M2= Mulsa Serbuk Gergaji

Faktor Dosis Pupuk Organik (P) terdiri dari 3 taraf yaitu :

P1= 10 ton ha -1 (2,25 gr bedengan-1 )


P2= 20ton ha -1 (4,50 gr bedengan-1 )

P3=30 ton ha -1 (6,75 gr bedengan-1 )

Dengan demikian terdapat 9 kombinasi perlakuan masing-masing perlakuan di ulang


sebanyak 3 kali sehingga berjumlah 27 satuan percobaan. Susunan kombinasi perlakuan antara
mulsa dan dosis pupuk organik dapat dilihat pada Tabel 1.

N
O Kombinasi perlakuan mulsa Dosis pupuk organik
(ton/ha)
1. M0P1 Kontrol 10
2. M0P2 Kontrol 20
3. M0P3 Kontro 30
4. M1P1 Jerami 10
5. M1P2 Jerami 20
6. M1P3 Jerami 30
7. M2P1 Sebuk gergaji 10
8. M2P2 Sebuk gergaji 20
9. M2P3 Sebuk gergaj 30
Model matematis yang akan digunakan adalah :

Yijk = µ + βi + Mj + Pk +(MP)jk+ εijk

Keterangan :
Yijk = Nilai pengamatan untuk faktor mulsa taraf ke – j, faktor dosis pupuk organik taraf
ke- k dan ulangan ke-k
µ = Nilai tengah umum
βi = Pengaruh ulangan ke-i (i =1,2,3)
Mj = Pengaruh faktor mulsa ke-j(j=1,2,3)
Pk = Pengaruh faktor dosis pupuk organik ke-k (k=1,2,3)
(MP)jk = Interaksi mulsa pada taraf mulsa ke –j, taraf dosis pupuk organik ke-k
εijk = Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor mulsa taraf ke-j, faktor pupuk organik
taraf ke-k.

Apabila Hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan Uji Beda
Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Dengan rumus sebagai berikut: BNT0,0,5 = t0,0 5 (;dbg)
Dimana : BNT0,0 5 = Beda Nyata Terkecil pada taraf 5% t0,0 5 (;dbg ) = Nilai baku t pada taraf
5% KTg = Kuadrat Tengah Galat r = Jumlah ulangan

3.4 Pelaksanaan Penelitian

1. Pengolahan tanah Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul sedalam 20 cm.


setelah tanah dicangkul kemudian diratakan dan dibuatkan bedengan dengan ukuran lebar
1,5 m panjang 1,5 m.
2. Pengapuran Untuk mengurangi keasaman tanah maka dilakukan pengapuran. Pengapuran
dilakukan dengan cara mencampur atau mengaduk dengan tanah hingga rata dengan
dosis 2 ton ha-1 ( 450 gr bedengan-1 ), kapur yang di gunakan adalah dolomit.
3. Persemaian Benih terlebih dahulu disemai, Sebelum disemai benih direndam dalam air
selama 30 menit kemudian benih dibiarkan berkecambah didalam pletidis selama 3 hari
setelah benih sudah berkecambah lalu disemaikan dalam polybag kecil yang sudah diisi
tanah dengan pupuk kandang 2 : 1 (dua bagian tanah satu 21 bagian pupuk kandang ),
dan benih yang sudah di semai ke dalam polybag kecil atau babybag ditaruh di tempat
penyemaian yang sudah disediakan dan ditutup kembali dengan naungan guna untuk
melindungi dari pancaran sinar matahari supaya tidak terlalu panas, selanjutnya
ditaburkan furadan guna untuk menhindari tanaman semai dari gangguan hama semut.
4. Pemupukan
Pupuk dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Urea, KCl dan SP-36. Dengan
dosis Urea 150 kg ha -1 , KCl 100 kg ha -1 dan SP-36 100 kg ha -1 . Pupuk dasar
diberikan pada saat tanam dengan cara ditaburkan di sekitar tanaman. Pupuk organik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk organik dari kotoran sapi yang telah
terdekomposisi dengan sempurna, dengan dosis pemberian pupuk organik sesuai dengan
perlakuan yaitu (P1) 2,25 kg plot-1 , (P2) 4,50 kg plot-1 , (P3) 6,75 kg plot-1yang
diambil di desa Suak Puntong Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya, pupuk
perlakuan diberikan sebelum penanaman.
5. Pemberian mulsa
Pemberian mulsa dilakukan sesuai perlakuan yaitu tanpa mulsa, mulsa jerami dan mulsa
serbuk gergaji. Pemberian mulsa jerami dan mulsa serbuk gergaji dilakukan bersamaan
dengan waktu penanaman, ketebalan masing-masing mulsa 2 cm yang diambil dari desa
Pulo Ie Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya. 5.Penanaman Pemindahan bibit
kelapangan dilakukan setelah bibit berumur 15 hari setelah semai, bibit terlebih dahulu
diseleksi dan bibit diangkat satu persatu untuk 22 dipindahkan kemedia tanam yang telah
disediakan, bibit ditanam ditengah-tengah lubang tanam dengan jarak tanam 70 x 70 cm,
selanjutnya disiram hingga cukup basah.
6. Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi :
 Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan hati-hati diusahakan air tidak mengenai batang dan
daun tanaman. Air disiram sekitar tanaman saja. Penyiraman dilakukan pada pagi
dan sore hari dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan.
 Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati, rusak atau kurang
baik pertumbuhannya. Bibit pengganti dipilih yang baik pertumbuhannya.
Penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam.
 Pemasangan Ajir
Pemasangan ajir pada tanaman tomat dilakukan pada saat tanaman berumur 14
HST, yang berfungsi untuk penompang tanaman dan buah.
 Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan terhadap tunas-tunas muda dan pucuk batang. Pada setiap
batang cukup ditinggalkan 2 cabang utama. Tujuan pemangkasan adalah untuk
menjaga waktu berubah. Biasanya tanaman yang bercabang banyak,buahnya
menjadi kerdil dan terlalu lama masak. Selain itu tanaman yang dipangkas
penyakitnya juga berkurang. d.Pengendalian hama dan penyakit Untuk
mengendalikan hama dan penyakit digunakan insektisida selvin dithane M-45,
Furadan yang menyerang percabangan tanaman tomat dengan cara ditabur di
sekitar tanaman yang terkena serangan, sedangkan selvin dithane M-45 dilakukan
dengan cara disemprot. Penyemprotan insektisida synbus dilakukan pada hama
yang menyerang pembusukan buah terhadap tanaman tomat.
7. Panen Pemanenan dilakukan pada tingkat kemasakan buah 75% yaitu ketika buah
berwarna kuning kemerahan saat tanaman berumur 60 hari setelah tanam. Kondisi buah
saat dipanen kulit buah berubah kekuning-kuningan.

3.5 Pengamatan

Adapun perubah – perubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan cara


mengukurpangkal batang sampai titik tumbuh tertinggipada umur 15, 30 dan 45 HST
dengan menggunakan meteran dalam satuan centi meter.
2. Diameter Pangkal Batang (mm) Pengamatan diameter pangkal batang dilakukan dengan
cara mengukur diameter pangkal batang pada umur 15, 30 dan 45 HST dengan
menggunakan jangka sorong dalam satuan mili meter.
3. Jumlah Buah Per Tanaman (buah). Pengamatan jumlah buah pertanaman dilakukan
dengan menghitung buah pada umur 60, 65 dan 72 HST.
4. Berat Buah Per Tanaman (gr) Pengamatan berat buah per tanaman dilakukan dengan
cara menimbang buah tomat yang sudah dipanen pada umur 60, 65 dan 72 HST dengan
menggunakan timbangan analitik dalam satuan gram.
5. Produksi Per Hektar (Ton) Produksi tomat per hektar dihitung dengan cara
mengkonversikan berat buah pertanaman dengan populasi tanaman dalam satuan ton.

Daftar pustaka

BPS Kabupaten Kupang. Kecamatan Amarasi Dalam Angka 2016. Badan Pusat Statistik. Provinsi Nusa
Tenggara timur . Ilmu Usahatani. Penerbit Swadaya, Jakarta Hernanto, F. 1994. Membangun Pertanian.
Karya Grafindo Persada, Jakarta Mosher, A. T. 1991. Menggerakan dan Analisis Usaha Tani UI. Jakarta
Soekartawi, 1995. Analisis Usaha Tani UI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai