Nim : 1903010065
Kelas : IV/B
SOAL
1. Jelaskan berbagai bentuk tindak pidana korupsi dan aturan –aturan yg berhubungan
dengan tindanan pidana korupsi.
2. Jelaskan peran beberapa lembaga dalam pemberian korupsi (polri,kejaksaan RI,dan BPK)
3. Jelaksan salah satu contoh tindakan pidana korupsi yang terjadi di NTT (anta tahun 2016-
2021)berdasarkan informasi dari media massa,deskripsi anda mengenai jenis tindakan
korupsi,indikasi kerugian negara,siaapa saja yg terlibat dan bagaimana tindak lantunya
(samppai pada tahap mana : pelapor penyelidikan,sidang dan penuntutan,putusan dan dan
eksekusi).diakhir penjelasan ini silakan anda berikan tanggapan terhadap fenomena
bentuk korupsi tersebut dan penangananya.
JAWABAN
1) Berbbagai bentuk tindakan pidana korupsi yaitu :
Suap-menyuap
Contoh perbuatan suap dalam UU Tipikor dan perubahannya di antaranya diatur
dalam Pasal 5 UU 20/2001, yang berbunyi:Dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda
paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:
a) memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau
penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam
jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya; atau
b) memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena
atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban,
dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya.Bagi pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang menerima pemberian atau janji sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf b, dipidana dengan pidana
yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
Penggelapan dalam Jabatan
Contoh penggelapan dalam jabatan diatur dalam Pasal 8 UU 20/2001 yang
berbunyi:Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling
lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00
(seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus
lima puluh juta rupiah), pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang
ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang
disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut
diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan
perbuatan tersebut.
Pemerasan
Pemerasan dalam UU Tipikor berbentuk tindakan:
a) pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau
dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan
sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau
untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;
b) pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan
tugas, meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan barang, seolah-
olah merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal
tersebut bukan merupakan utang; atau
c) pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan
tugas, telah menggunakan tanah negara yang di atasnya terdapat hak
pakai, seolah-olah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, telah
merugikan orang yang berhak, padahal diketahuinya bahwa perbuatan
tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Perbuatan Curang
Perbuatan curang dalam UU Tipikor dan perubahannya di antaranya berbentuk:
a) pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau
penjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan,
melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang
atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaan perang;
b) setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan
bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang di atas;
c) setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara
Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia
melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan
negara dalam keadaan perang; atau
d) setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan
Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik
Indonesia dengan sengaja membiarkan perbuatan curang di atas.
Benturan Kepentingan dalam Pengadaan
Benturan kepentingan dalam pengadaan barang/jasa pemerintah adalah situasi di
mana seorang pegawai negeri atau penyelenggara negara, baik langsung maupun
tidak langsung, dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau
persewaan, yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau
sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.
Gratifikasi
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap
pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan
dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan:
a) Yang nilainya Rp10 juta atau lebih, pembuktiannya bahwa gratifikasi
tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi.
b) Yang nilainya kurang dari Rp10 juta, pembuktian bahwa gratifikasi
tersebut suap dibuktikan oleh penuntut umum.
2). beberapa lembaga dalam pemberian korupsi (polri,kejaksaan RI,dan BPK) yaitu
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Polisi merupakan salah satu instrumen
hukum yang bertugas menjaga ketertiban umum, memelihara keamanan, dan mengayomi
masyarakat. Sebagai lembaga penegak hukum, tugas utama polisi adalah memelihara
keamanan dalam negeri.
Polisi merupakan garda terdepan dalam proses penegakan hukum di Indonesia, sebelum
jaksa dan hakim. Lebih lanjut, polisi berperan sebaga penyidik dalam hal penegakan
hukum yang berkaitan dengan tindak pidana. Ketentuan tentang kepolisian telah diatur
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia. Adapun wewenang kepolisian sebagai berikut:
Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan.
Melarang setiap orang untuk meninggalkan atau memasuki tempat kejadian
perkara untuk kepentingan penyelidikan.
Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan.
Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda
pengenal diri.
Kejaksaan Republik Indonesia Kejaksaan merupakan salah satu lembaga penegak hukum
yang bertugas melakukan penuntutan. Penuntutan adalah tindakan jaksa untuk
melimpahkan perkara ke pengadilan negeri yang berwenang dengan permintaan supaya
diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan. Pelaku pelanggaran pidana yang
akan dituntut adalah orang yang benar-benar bersalah dan telah memenuhi unsur-unsur
tindak pidana yang disangkakan dengan didukung barang bukti yang cukup dan didukung
minimal dua orang saksi. Dalam proses penegakan hukum, kejaksaan dituntut untuk
menegakkan supremasi hukum, perlindungan kepentingan umum, penegakan hak asasi
manusia, serta pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Ketentuan tentang kejaksaan telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia. Wewenang kejaksaan
dikelompokkan dalam tiga bidang, yaitu:Bidang pidana Wewenang kejaksaan dalam
bidang pidana, yaitu:
Melakukan penuntutan
Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap.
Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan
pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat.
Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-
undang. Melengkapi berkas perkara tertentu serta melakukan pemeriksaan
tambahan sebelum akhirnya dilimpahkan ke pengadilan.
Melengkapi berkas perkara tertentu serta melakukan pemeriksaan tambahan
sebelum akhirnya dilimpahkan ke pengadilan.
o Bidang perdata dan tata usaha negara Dalam bidang perdata dan tata usaha
negara, kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak, baik di dalam maupun di
luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah.
o Bidang ketertiban dan ketenteraman umum Wewenang kejaksaan dalam bidang
ketertiban dan ketenteraman umum, yakni:
Peningkatan kesadaran hukum masyarakat.
Pengamanan kebijakan penegakan hukum.
Penelitian dan pengembangan hukum serta statistik krimina.
Hakim Hakim merupakan pejabat peradilan yang menjalankan kekuasaan kehakiman di
Indonesia. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Dari penjelasan
tersebut, dapat diketahui bahwa hakim bertugas dalam ranah peradilan. Dalam proses
penegakan hukum, hakim memiliki wewenang untuk mengadili. Mengadili merupakan
serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa, dan memutuskan perkara
hukum berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak memihak. Proses mengadili dilakukan
berdasarkan ketentuan undang-undang. Dalam proses penyelenggaraan peradilan, hakim
diberi kekuasaan yang merdeka. Artinya, hakim tidak boleh dipengaruhi oleh kekuasaan-
kekuasaan lain dalam memutuskan perkara.
Ketentuan tentang hakim telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Hakim sendiri diklasifikasi menjadi tiga
jenis, yaitu:
Hakim pada Mahkamah Agung yang disebut dengan Hakim Agung.
Hakim pada badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung (peradilan
umum, peradilan agama, peradilan militer).
Hakim pada Mahkamah Konstitusi yang disebut dengan Hakim Konstitusi
Dalam pelaksanaan tugas tersebut, KPK berpedoman pada lima asas, yaitu kepastian
hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan
proporsionalitas.Ketentuan tentang KPK telah diatur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
Sementara itu kuasa hukum Jonas Salean, Yanto Ekon menjelaskan, tanah yang diduga
dibagikan kepada 39 orang tersebut bukan milik Pemda. Sampai dengan penetapan tersangka
hari ini, belum ada satu bukti permulaan yang dimiliki oleh penyidik, bahwa tanah tersebut
barang milik daerah.