Anda di halaman 1dari 16

PENGGUNAAN ABU SEKAM DAN PLASTIK MULSA

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN


TOMAT ( Lycopersicum esculentum Mill )

Oleh:

NURLIA PITA MAILINDA


NIM: 20.03.01.019

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAMUDRA
LANGSA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kesehatan dan
keselamatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Penggunaan Abu Sekam dan Plastik Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill )”.Shalawat beserta salam
diucapkan teruntuk baginda Rasulullah SAW yang mana beliau telah membawa
umatnya dari alam kebodohan sampai kealam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti yang dirasakan saat ini.
Proposal ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas pada
Mata Kuliah Metodologi Penelitian pada program Strata-1 Program Studi
Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Samudra.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal penelitian ini tidak akan
selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Iswahyudi, S.P., M.Si. selaku dosen
pengampu pada mata kuliah Metodologi Penelitian dan seluruh rekan yang terlibat
dalam penulisan proposal ini.
Penulis menyadari dalam penulisan proposal ini tidak luput dari berbagai
kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan dan perbaikannya sehingga akhirnya proposal ini dapat
memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan di lapangan serta bisa
dikembangkan lebih lanjut lagi. Akhir kata penulis berharap semoga proposal ini
bermanfaat bagi penulis dan pembaca, serta semua pihak yang memerlukannya.
Penulis berharap memperoleh manfaat secara pribadi. Semoga penulisan
Proposal ini bermanfaat bagi kita semua baik masa kini maupun untuk masa yang
akan datang.

Langsa, 01 Oktober 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tomat (Solanum lycopersicum L.), merupakan salah satu komoditas


hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi, tergolong tanaman semusim berbentuk
perdu dan termasuk kedalam familia Solanaceae. Buahnya merupakan sumber
vitamin dan mineral. Penggunaannya semakin luas, karena selain dikonsumsi
sebagai tomat segar dan untuk bumbu masakan, juga dapat diolah lebih lanjut
sebagai bahan baku industri makanan seperti sari buah dan saus tomat. apabila
dilihat dari rata-ratanya, hasil tomat Sulawesi Tenggara pada tahun 2014 (8,625 t
h-¹) (BPS, 2014) sangat rendah Bila dibandingkan dengan Sulawesi Utara (28,214
t h-¹), Sulawesi Tengah (16,536 t h-¹), dan Sulawesi Selatan (52,431 t h-¹).
Rendahnya hasil tomat di Sulawesi Tenggara disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain karena kesuburan tanah yang rendah, tekstur tanah yang kurang bagus
dan aerasi yang kurang baik serta penerapan teknik budidaya yang belum tepat.
kendala yang berhubungan dengan kesuburan tanah dan tekstur tanah yang
kurang bagus dapat diatasi dengan cara pemberian abu sekam padi.

Permintaan pasar terhadap buah tomat dari tahun ke tahun terus meningkat
yaitu pada tahun 2018 permintaan pasar tomat di Indonesia sebesar 976.772 ton
mengalami peningkatan 4,46 % pada tahun 2019 sebesar 1.020.333 ton. Luas
area budidaya tanaman tomat di Indonesia juga semakin bertambah 1,15 % dari
54.158 Ha pada tahun 2018 meningkat menjadi 54.780 Ha pada tahun 2019
(Direktorat Jenderal Hortikultura, 2020). Namun hingga saat ini masih banyak
kendala yang dialami para petani tomat, mulai dari masalah penerapan tehknik
budidaya yang tepat, masalah hama dan penyakit hingga masalah pemasaran hasil
panen. Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan produktifitas lahan pertanian
khususnya untuk budidaya tanaman tomat, tidak berbeda dengan tanaman pertania
lainnya, yakni dengan melakukan pemupukan.

Tanaman tomat sangat banyak diminati masyarakat, untuk itu dibutuhkan


cara untuk meningkatkan akibat tanaman tomat. pada daerah tropis, tanaman
tomat mempunyai daerah penyebaran yg cukup luas, yaitu dataran tinggi (> 700 m
dpl), dataran medium tinggi (450 – 699 m dpl), dataran medium rendah (200 –
499 mdpl), dan dataran rendah (< 199 m dpl). tanaman tomat biasanya lebih
produktif di tanam pada dataran tinggi, akan tetapi kini diketahui bahwa
pengembangan tomat didataran tinggi dapat memicu terjadinya erosi. untuk itu
saat ini perluasan areal untuk budidaya tomat lebih diarahkan ke dataran rendah,
karena areal dataran rendah lebih luas, sehingga diharapkan hasil yang didapat
akan lebih tinggi (Purwati & Khairunisa, 2007).

Penggunaan abu sekam padi selain digunakan sebagai upaya


meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat, abu sekam padi juga memiliki
manfaat bagi lingkungan dan tanah. Abu sekam padi dapat dijadikan sebagai
elemen atau unsur yang dapat menambah unsur hara. dengan demikian semakin
baik kualitas tanah dan didukung dengan unsur hara yang mencukupi, maka
tanaman akan menghasilkan produksi yang optimal.

Tanaman tomat membutuhkan kondisi lingkungan berupa suhu maupun


kelembaban tanah yang sesuai, untuk dapat mengoptimalkan pertumbuhan tomat
diperlukan adanya modifikasi kondisi lingkungan tumbuh baik berupa suhu
maupun kelembaban di sekitar perakaran tanaman dengan menggunakan
teknologi budidaya tanaman yang tepat salah satunya dengan menggunakan
mulsa. Mulsa merupakan material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan
untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit
sehingga diharapkan dapat membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik dan
optimal. berdasarkan bahan Asalnya mulsa dibedakan menjadi dua macam, yaitu
mulsa organik dan anorganik. Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami
yang mudah terurai seperti alang-alang/jerami, ataupun cacahan batang dan daun
dari tanaman jenis rumput-rumputan lainnya. Mulsa anorganik terbuat dari bahan-
bahan sintetis yang sukar/tidak dapat terurai. contoh mulsa anorganik adalah
mulsa plastic (Supriyadi dkk,2010).

Mulsa adalah bahan penutup tanah yang berfungsi menjaga kelembaban dan
suhu tanah serta menjaga kestabilan media tanam tanaman. Mulsa juga berfungsi
menekan pertumbuhan gulma sehingga tanaman akan tumbuh lebih baik.
Pemberian mulsa pada permukaan tanah saat musim hujan dapat mencegah erosi
pada permukaan tanah dan pemberian mulsa pada saat musim kemarau akan
menahan panas matahari pada permukaan tanah bagian atas. Penggunaan mulsa
mampu memberikan pertumbuhan yang lebih baik serta meningkatkan produksi
tanaman daripada tanpa perlakuan pemberian mulsa. Dengan pengunaan mulsa
juga dapat menjaga tercucinya pupuk oleh air hujan (Tinambunan dkk., 2014).

Penggunaan mulsa dapat memberikan keuntungan antara lain , menghemat


penggunaan air dan menguranggi kekeringan pada permukaan lahan, menjaga
kelembaban tanah, memperkecil fluktuasi suhu tanah sehingga menguntungkan
permukaan akar dan mikroorganisme tanah, memperkecil laju erosi tanah baik
akibat tumbukan butir-butir hujan maupun aliran permukaan dan menekan
pertumbuhan gulma dan penyakit serta menambah kandungan bahan organik
dalam tanah (Rukmana 2006).

Upaya memanfaatkan peluang pasar tersebut maka produksi komoditas


tomat di Indonesia perlu ditingkatkan, salah satu upaya adalah intensifikasi
pertanian yaitu usaha meningkatkan potensi tanaman agar mampu berproduksi
tinggi. Sujiprihati et al. (2001) dalam Wiryanta (2002) menyatakan luas areal
pertanaman tomat di Indonesia dari tahun 1981–1992 telah meningkat dua kali
lipat, selanjutnya Surawinata (2003) menambahkan, luas areal tomat tahun 2003
mencapai 62.302 ha. Intensifikasi dilakukan dengan harapan mampu
meningkatkan produksi sesuai atau lebih dari potensi hasil tanaman.

B. Tujuan Penelitian

Peneltian ini bertujuan Antara lain sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui respon pertumbuhan dan hasil pada tanaman tomat
terhadap dosis limah abu sekam.
2. Untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman tomat terhadap
penggunaan plastik mulsa.
3. Untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman tomat terhadap
penggunaan plastik mulsa.
C. Hipotesis Penelitian

1. Untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman tomat terhadap


penggunaan plastik mulsa.
2. Untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman tomat terhadap
penggunaan plastik mulsa.
3. Untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman tomat terhadap
penggunaan plastik mulsa.

D. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai Penelitian Ilmiah dalam rangka penyusunan skripsi yang merupakan


salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada prodi
Agroteknlogi Fakultas Pertanian Universitas Samudra.
2. Hasil penelitian ini sekiranya dapat menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak
yang membutuhkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Tomat

Tomat (Lycopersicum esculentum mill.) merupakan tanaman sayuran yang


sudah dibudidayakan sejak ratusan tahun silam, tetapi belum diketahui dengan
pasti kapan awal penyebarannya. ditinjau dari sejarahnya, tanaman tomat berasal
dari Amerika, yaitu daerah Andean yang merupakan bagian dari negara Bolivia,
Cili, Kolombia, Ekuador, dan Peru. Semula di negara Asalnya, tanaman tomat
hanya dikenal sebagai tanaman gulma. namun, seiring dengan perkembangan
waktu, tomat mulai ditanam, baik di lapangan maupun di pekarangan rumah,
sebagai tanaman yang dibudidayakan atau tanaman yang dikonsumsi (Purwati dan
Khairunisa, 2007).

Tomat adalah tanaman semusim, berbentuk perdu atau semak dan


termasuk ke dalam golongan tanaman berbunga. tanaman tomat termasuk
tanaman semusim (berumur pendek). artinya tanaman hanya satu kali berproduksi
dan setelah itu mati. tanaman tomat berbentuk perdu yang tingginya dapat
mencapai ± 2 meter. oleh sebab itu tanaman tomat perlu diberi penopang atau ajir
agar tidak roboh di tanah tetapi tumbuh secara vertikal (Tugiyono, 2007).

B. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Tomat

Menurut (Kurniawan, 2016) tanaman tomat memiliki klasifikasi sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Plemoniales

Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersion

Species : Lypersion esculentum Mill

Tanaman tomat memiliki habitat berupa herba yang hidup tegak atau
bersandar pada tanaman lain, berbau kuat, tinggi 30-90 cm. Batang berbentuk
bulat, kasar, memiliki trikhoma, rapuh, dan sedikit memiliki percabangan. Daun
majemuk menyirip gasal berselang seling dan memiliki trikhoma pada helaian
dan tangkai daunya (Cahyono, 2008).

Bunga pada tanaman tomat berkelamin dua (hermaprodit), kelompoknya


berjumlah 5 buah dengan warna hijau dan memiliki trikhoma, sedangkan
mahkotanya yang berjumlah 5 buah warna kuning. alat kelamin terdiri atas
benang sari dan putik. buah tomat merupakan buah tunggal dan merupakan buah
buni dengan daging butir lunak agak keras, bewarna merah apabila sudah matang,
mengandung banyak air dengan kulit buah yang sangat tipis (Cahyono, 2008).

Tomat memiliki akar tunggang, akar cabang, serta akar serabut yang
berwarna keputih-putihan dan berbau khas. Perakaran tanaman tidak terlalu pada,
menyebar kesemua arah hingga kedalaman rata-rata 30-40 cm, namun dapat
mencapai kedalaman hingga 60-70 cm. Akar tanaman tomat berfungsi untuk
menompang berdirinya tanaman serta menyerap air dan unsur hara dalam tanah.
oleh karena itu, tingkat kesuburan tanah di bagian atas sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi buah serta benih tomat yang
dihasilkan (Pitojo, 2005).

Batang tanaman tomat berbentuk bulat dan membengkak pada buku-buku.


Bagian yang masih muda berambut biasa dan ada yang berkalenjar. mudah patah,
dapat naik bersandar pada turus atau merambat pada tali, namun harus dibantu
dengan beberapa ikatan. Bercabang banyak sehingga secara keseluruhan
berbentuk perdu (Rismunandar, 2001).

Daun tomat mudah dikenali karena mempunyai bentuk yang khas, yaitu
berbentuk oval, bergerigi, dan mempunyai celah yang menyirip. Daun nya yang
berwarna hijau dan berbulu mempunyai panjang sekitar 20-30 cm dan lebar daun
15-20 cm. Daun tomat tumbuh didekat ujung dahan atau cabang, sementara itu,
tangkai daun nya berbentuk bulat memanjang sekitar 7-10 cm serta ketebalan 0,3-
0,5 mm (Wiryanta, 2004).

Pembungaan tumbuh dibagian tunas muda atau ujung tanaman tomat.


Bunga tomat adalah bunga sempurna, berdiameter sekitar 2 cm dan sering
menggantung dengan mahkota bunga (korola) berbentuk bintang berwarna
kuning; kepala sari kuning menyatu membentuk tabung. Bunga umumnya
menyerbuk sendiri (Rubatzky dan Yamaguchi 1999).

Bentuk buah tomat bervariasi, tergantung varietasnya ada yang berbentuk


bulat, agak bulat, agak lonjong dan bulat telur (oval). ukuran buahnya juga
bervariasi, yang paling kecil memiliki berat 8 gram dan yang besar memiliki
berat 180 gr. buah yang masih muda berwarna hijau muda, Bila telah matang
menjadi berwarna merah (Cahyono, 2008).

Biji tomat berbentuk pipih, berbulu dan berwarna putih kekuningan dan
coklat muda. Panjangnya 3-5 mm dan lebarnya 2-4 mm. Biji saling melekat dan
diselimuti daging buah dan tersusun berkelompok dan dibatasi daging buah.
Jumlah biji bervariasi tergantung varietas dan lingkungan, maksimum 200 biji
perbuah. umumnya biji digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman (Redaksi
Agromedia, 2007).

C. Syarat Tumbuh Tanaman Tomat

Tanaman tomat dapat tumbuh di musim hujan maupun musim kemarau


musim kemarau yang trik dengan angin yang kencang akan menghamba
pertumbuhan bunga. Baik di dataran tinggi maupun dataran rendah dalam musim
kemarau, tanaman tomat memerlukan penyiraman dan pengairan demi
kelangsungan hidup dan produksinya. Suhu yang paling ideal untuk perkecambah
benih tomat adalah 25-300 C. sementara itu, suhu ideal untuk pertumbuhan
tanaman tomat adalah 24-280 C (Anwar, 2016).

Media tanam yang dapat digunakan untuk tanaman adalah tanah liat yang
mengandung pasir, keadaan tanah subur, gembur, banyak mengandung bahan
organik, sirkulasi dan tata air dalam tanah baik. menurut Purwati dkk (2008),
untuk mendapatkan hasil tomat yang baik, tomat membutuhkan media tanam
berupa tanah yang gembur, berpasir, subur dan banyak mengandung zat
zatorganis.

Tomat tumbuh baik pada tingkat keasaman tanah pH 5-5-7. apabila tanah
terlalu asam (<5,5), ditambahkan dolomit. Manfaat pengapuran selain
meningkatkan pH tanah juga untuk memperbaiki struktur tanah. Dosisnya
disesuaikan dengan tingkat pH. Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan bajak,
cangkul, atau traktor pada kedalaman 20-30 cm, dibiarkan beberapa hari agar
terkena sinar matahari untuk menghindari kemungkinan adanya hama dan
penyakit. setelah itu tanah dibuat bedengan dengan ukuran 110 cm dan panjang
tergantung lahan. Bedengan sebaiknya dibuat memanjang dari arah timur ke barat
(Maskar dkk, 2006).

Kandungan bahan organik dalam tanah juga mempengaruhi ketersediaan


unsur hara. Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi memiliki kapasitas
tukar kation yang tinggi, hal ini mempengaruhi ketersediaan hara yang dapat
diserap oleh tanaman. Selain itu, kandungan bahan organik dalam tanah
menimbulkan aktifitas mikroorganisme dalam tanah, bakteri pengurai, jamur,
yang mengandung organisme lainya seperti cacing, sehingga terbentuk rongga
dalam tanah yang dapat menjadi pori udara dan pori air. dengan demikian
ketersediaan air dan udara dalam tanah tercukupi (Tafajani, 2010).

Suhu optimum untuk budidaya tomat yaitu antara 20-250C. apabila suhu
melebihi 260C, didaerah tropik, hujan lebat dan mendung menyebabkan dominasi
pertumbuhan vegetatif disamping masalah serangan peneyakit tanaman.
Sedangkan pada daerah kering, suhu tinggi dan kelembapan rendah dapat
menyebabkan hambatan pembuangan dan pembentukan buah (Ashari, 2006).

tanaman tomat dapat tumbuh pada berbagai kondisi lingkungan yang


beragam. untuk menghasilkan produksi yang optimal tanaman tomat
membutuhkan lingkungan yang memiliki sistem perairan dan sinar matahari yang
cukup. Pengairan yang berlebihan dapat menyebabkan kelembaban tanah
disekitar tanaman menjadi meningkat dan dapat menyebabkan timbulnya
berbagai macam penyakit. Curah hujan yang optimal yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman tomat antara 100-120 mm/hujan dengan temperatur ideal
antara 25-30 oC. Proses pembungaan, tanaman tomat membutuhkan temperatur
malam hari sekitar 15-20 oC (Purwati dan Khairunisa, 2008).

D. Plastik Mulsa

Mulsa plastik merupakan lembaran berwarna hitam perak yang berguna


untuk melindungi permukaan tanah serta menghambat pertumbuhan gulma atau
rumput liar yang berada disekitar tanaman yang dibudidayakan dengan sistem
tanpa mulsa. pada sistem budidaya tanaman tomat yang dilakukan secara intensif
sering kali menggunakan mulsa plastik hitam perak untuk mengurangi penguapan
air dari tanah dan menekan hama serta penyakit dan gulma. aplikasi mulsa
merupakan salah satu upaya menekan pertumbuhan gulma,memodifikasi
keseimbangan air, suhu dankelembapan tanah serta menciptakan kondisi yang
sesuai bagi tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik (Mulyatri, 2003 dalam Diakh Wisudawati, 2016).

Penggunaan mulsa plastik hitam perak (MPHP) yang dianggap baik


didaerah subtropis adalah mulsa plastik yang berwarna hitam dengan ketebalan 50
mikron. Adaptasi atau pengembangan teknologi sistem mulsa plastik dirintis oleh
Jepang dan Taiwan yang mulai memperkenalkan mulsa plastik hitam perak
(MPHP). Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) memiliki dua muka dan dua warna,
yaitu muka pertama berwarna hitam dan muka kedua berwarna perak. warna
hitam untuk menutupi permukaan tanah, warna perak sebagai permukaan atas
tempat menanam suatu tanaman budidaya (Sumiti, 1989 dalam Suriani, 2019).

E. Abu Sekam Padi

Abu sekam padi merupakan sekam yang dibakar dan berubah bentuknya
menjadi abu serta memiliki kandungan unsur yang berbeda dengan sekam padi.
Abu sekam padi memiliki beberapa unsur yang cukup tinggi yaitu kandungan
phosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), dan Magnesium (Mg). Kandungan unsur
K yang cukup tinggi pada abu sekam padi akan berperan dalam pertumbuhan
tanaman, selain itu juga membantu meningkatkan pH dan struktur tanah agar lebih
baik (Tamtomo et al. 2016). Abu sekam padi (rice husk ash) juga merupakan
sumber silika (Si). Abu sekam padi dapat digunakan sebagai pupuk yang ramah
lingkungan dan murah.

Abu sekam memiliki fungsi mengikat logam. Selain itu sekam berfungsi
untuk menggemburkan tanah sehingga bisa mempermudah akar tanaman
menyerap unsur hara di dalamnya, abu sekam dianggap memiliki daya serap
terhadap air sedikit, tetapi aerasi udaranya sangat baik. Sekam bakar memiliki
keuntungan steril, poros, banyak unsur hara, ringan untuk mobilisasi. Abu sekam
padi sangat kaya akan Si yang dalamnya oksidasinya untuk memperbaiki tanah,
menaikkan pH pada tanah rawa lebak (Febrynugroho, 2009).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Samudra, dengan ketinggian tempat ± 10 mdpl. Pelaksanaan
penelitian direncanakan selama 3 bulan.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tomat varietas
Servo F1, abu sekam padi, dan plastic mulsa. Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah cangkul, gembor, papan nama, penggaris, handphone,
timbangan, meteran, tali, polybag, alat tulis, cutter, kalkulator.
C. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari sampah–sampah,
tanaman penggagu (gulma) serta anakan kayu dengan menggunakan cangkul. Sisa
tanaman dan kotoran di buang keluar areal lokasi penelitian. Pembersihan lahan
bertujuan untuk mempermudah lokasi penelitian, menghindari serangan hama dan
penyakit sertan menekan persaingan gulma dalam penyerapan pada tanaman.
Pengolahan tanah dapat dilakukan sebanyak 2 kali dengan menggunakan cara
mencangkul tanah sedalam 25-30 cm yang beguna untuk menggemburkan tanah
dan membersihkan akar-akar gulma yang berada didalam tanah.
2. Pembuatan Plot
Pembuatan plot penelitian dilakukan setelah pengolahan tanah. Ukuran plot
penelitian yaitu 100 x 100 cm
3. Persiapan Mulsa
Setelah bedengan sudah dibentuk maka langkah selanjutnya yaitu pemasangan
mulsa. Penelitian ini menggunakan mulsa MPHP (Mulsa Plastik Hitam Perak).
4. Persiapan Benih Tomat
Benih yang digunakan yaitu benih tomat varietas Servo F1. Benih yang digunakan
berupa biji sehat sehat dan sudah bersertifikasi yang siap tanam. Benih tomat yang
disemaikan terlebih dahulu direndam dalam air hangat dengan suhu 50-55ºC
selama 30 menit untuk mempercepat proses perkecambahan. Benih yang
tenggelam adalah benih yang siap untuk disemaikan.
5. Persemaian Benih
Benih disemai dalam bak penyamaian. Benih tomat ditaburkan di atas tanah
kemudian ditutup lagi dengan tanah tipis-tipis. setelah tanaman berumur 3 minggu
atau telah berdaun 2-6 helai, bibit dipindahkan ke plot yang telah disiapkan.
6. Penanaman
Penanaman bibit tomat dilakukan pada saat bibit sudah berumur 2 minggu
dengan menanam 2 bibit per lubang tanam ke dalam plot dengan kedalaman 15
cm penanaman bibit dilakukan pada sore hari. Kemudian pemindahan bibit
dilakukan ketika bibit sudah memiliki 6 helai daun.
7. Pemberian Perlakuan
pemberian abu sekam padi diberikan kepada tanaman tomat seminggu sekali
dengan dosis berbeda pada setiap tanaman. pemberian abu sekam padi
diaplikasikan setelah tanaman berumur 7 HST.
D. Pemeliharaan Tanaman Tomat
1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari pagi dan sore, penyiraman ini
dilakukan dari awal tanam sampai produksi. Penyiraman dilakukan sampai titik
jenuh pada tanaman tomat
2. Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan 1 minggu sekali secara manual dengan cara
mencabut gulma yang tumbuh dengan menggunakan tangan pada barisan plot
tanaman.
3. Penyulaman
Penyulaman atau penyisipan dilakukan sampai tanaman berumur 14 Hari
Setelah Tanam (HST). Penyulaman merupakan mengganti tanaman yang tumbuh
abnormal dengan bibit yang umurnya sama. Bibit untuk penyulaman
dikecambahkan sebanyak 15% dari jumlah bibit yang ditanam.
4. Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman tomat banyak diserang hama seperti thrips, kutu daun, lalat buah,
ulat grayak, pengendalian dilakukan secara kimiawi dengan menggunakan
insektisida Abaten 18 EC dengan dosis 1 ml/liter air dan Curacron 50 EC Dengan
dosis 10 ml/liter air yang digunakan secara bergantian untuk mencegah terjadinya
resistensi terhadap hama.
Pengendalian lalat buah dilakukan secara mekanik yaitu membuat perangkap
dengan menggunkan botol plastic yang diisi cairan Petrogenol Atraktan dan
perangkap lem lalat buah (Metilat Lem). Ulat grayak dikendalkan secara kimiawi
dengan menggunakan insektisida Naratrin 300 EC dengan dosis 1 ml/liter air.
Penyakit yang biasanya terdapat pada tanaman tomat yaitu, layu fusarium
dengan pengendaliannya yaitu baik pada cara teknis pemberian pupuk
kapur/dolomit pada lahan untuk meningkatkan pH, cendawan tidak begitu aktif
menyerang. Dengan cara kimia yaitu gunakan fungisida sistematik berbahan aktif
benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida dengan dosis yang di
anjurkan, lakukan secara teratur setidaknya seminggu sekali.
Busuk daun, cara mengatasi busuk daun pada tanaman tomat ialah dengan
menggunakan fungisida kontak berbahan aktif mancozeb dan metalaksil
dilakukan 2-4 hari berturut-turut. Bercak bakteri, bakterisida yang mengandung
tembaga dapat digunakan sebagai pelindung dan memberikan control terhadap
penyakit bercak bakteri. Pemeberiannya dilakukan pada tanda-tanda awal
penyakit dan selanjutnya pada selang 10-14 hari ketika kondisi hangat dan
lembab. Bakterisida yang mengandung tembaga yaitu berbahan aktif salah
satunya mankozeb.
E. Parameter Pengamatan
a. Tinggi Tanaman (cm)
Mengukur tinggi tanaman dari ujung permukaan tanah sampai pada ujung
pucuk daun tertinggi dengan menggunakan meteran yang dimulai sejak 14 Hari
setelah Tanam (HST) setiap minggu, hingga akhir pertumbuhan vegetative yang
ditandai dengan terbentuknya bunga pada umur ± 40 HST.
b. Jumlah Tangkai Daun
Menghitung jumlah tangkai daun mulai dari tangkai daun utama yan
terbentuk sejak umur 14 Hari setelah Tanam (HST) setiap minggu hingga akhir
pertumbuhan vegetatif yang ditandai dengan terbentuknya bunga pada umur ± 40
HST.
c. Diameter Batang (cm)
Mengukur diameter batang dari 2 cm ujung permukaan tanah polybag
dengan menggunakan jangka sorong yang dimulai sejak 14 Hari Setelah Tanam
(HST) setiap minggu, hingga akhir pertumbuhan vegetative yang ditandai dengan
terbentuknya bunga pada umur ± 40 HST.
d. Berat Buah Per tanaman (gram)
Menimbang berat buah pertanaman sesuai yang dihasilkan oleh tanaman
dengan menggunakan timbangan duduk.

Anda mungkin juga menyukai