Oleh:
Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kesehatan dan
keselamatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Penggunaan Abu Sekam dan Plastik Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill )”.Shalawat beserta salam
diucapkan teruntuk baginda Rasulullah SAW yang mana beliau telah membawa
umatnya dari alam kebodohan sampai kealam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti yang dirasakan saat ini.
Proposal ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas pada
Mata Kuliah Metodologi Penelitian pada program Strata-1 Program Studi
Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Samudra.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal penelitian ini tidak akan
selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Iswahyudi, S.P., M.Si. selaku dosen
pengampu pada mata kuliah Metodologi Penelitian dan seluruh rekan yang terlibat
dalam penulisan proposal ini.
Penulis menyadari dalam penulisan proposal ini tidak luput dari berbagai
kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan dan perbaikannya sehingga akhirnya proposal ini dapat
memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan di lapangan serta bisa
dikembangkan lebih lanjut lagi. Akhir kata penulis berharap semoga proposal ini
bermanfaat bagi penulis dan pembaca, serta semua pihak yang memerlukannya.
Penulis berharap memperoleh manfaat secara pribadi. Semoga penulisan
Proposal ini bermanfaat bagi kita semua baik masa kini maupun untuk masa yang
akan datang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permintaan pasar terhadap buah tomat dari tahun ke tahun terus meningkat
yaitu pada tahun 2018 permintaan pasar tomat di Indonesia sebesar 976.772 ton
mengalami peningkatan 4,46 % pada tahun 2019 sebesar 1.020.333 ton. Luas
area budidaya tanaman tomat di Indonesia juga semakin bertambah 1,15 % dari
54.158 Ha pada tahun 2018 meningkat menjadi 54.780 Ha pada tahun 2019
(Direktorat Jenderal Hortikultura, 2020). Namun hingga saat ini masih banyak
kendala yang dialami para petani tomat, mulai dari masalah penerapan tehknik
budidaya yang tepat, masalah hama dan penyakit hingga masalah pemasaran hasil
panen. Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan produktifitas lahan pertanian
khususnya untuk budidaya tanaman tomat, tidak berbeda dengan tanaman pertania
lainnya, yakni dengan melakukan pemupukan.
Mulsa adalah bahan penutup tanah yang berfungsi menjaga kelembaban dan
suhu tanah serta menjaga kestabilan media tanam tanaman. Mulsa juga berfungsi
menekan pertumbuhan gulma sehingga tanaman akan tumbuh lebih baik.
Pemberian mulsa pada permukaan tanah saat musim hujan dapat mencegah erosi
pada permukaan tanah dan pemberian mulsa pada saat musim kemarau akan
menahan panas matahari pada permukaan tanah bagian atas. Penggunaan mulsa
mampu memberikan pertumbuhan yang lebih baik serta meningkatkan produksi
tanaman daripada tanpa perlakuan pemberian mulsa. Dengan pengunaan mulsa
juga dapat menjaga tercucinya pupuk oleh air hujan (Tinambunan dkk., 2014).
B. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
A. Tanaman Tomat
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Plemoniales
Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersion
Tanaman tomat memiliki habitat berupa herba yang hidup tegak atau
bersandar pada tanaman lain, berbau kuat, tinggi 30-90 cm. Batang berbentuk
bulat, kasar, memiliki trikhoma, rapuh, dan sedikit memiliki percabangan. Daun
majemuk menyirip gasal berselang seling dan memiliki trikhoma pada helaian
dan tangkai daunya (Cahyono, 2008).
Tomat memiliki akar tunggang, akar cabang, serta akar serabut yang
berwarna keputih-putihan dan berbau khas. Perakaran tanaman tidak terlalu pada,
menyebar kesemua arah hingga kedalaman rata-rata 30-40 cm, namun dapat
mencapai kedalaman hingga 60-70 cm. Akar tanaman tomat berfungsi untuk
menompang berdirinya tanaman serta menyerap air dan unsur hara dalam tanah.
oleh karena itu, tingkat kesuburan tanah di bagian atas sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi buah serta benih tomat yang
dihasilkan (Pitojo, 2005).
Daun tomat mudah dikenali karena mempunyai bentuk yang khas, yaitu
berbentuk oval, bergerigi, dan mempunyai celah yang menyirip. Daun nya yang
berwarna hijau dan berbulu mempunyai panjang sekitar 20-30 cm dan lebar daun
15-20 cm. Daun tomat tumbuh didekat ujung dahan atau cabang, sementara itu,
tangkai daun nya berbentuk bulat memanjang sekitar 7-10 cm serta ketebalan 0,3-
0,5 mm (Wiryanta, 2004).
Biji tomat berbentuk pipih, berbulu dan berwarna putih kekuningan dan
coklat muda. Panjangnya 3-5 mm dan lebarnya 2-4 mm. Biji saling melekat dan
diselimuti daging buah dan tersusun berkelompok dan dibatasi daging buah.
Jumlah biji bervariasi tergantung varietas dan lingkungan, maksimum 200 biji
perbuah. umumnya biji digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman (Redaksi
Agromedia, 2007).
Media tanam yang dapat digunakan untuk tanaman adalah tanah liat yang
mengandung pasir, keadaan tanah subur, gembur, banyak mengandung bahan
organik, sirkulasi dan tata air dalam tanah baik. menurut Purwati dkk (2008),
untuk mendapatkan hasil tomat yang baik, tomat membutuhkan media tanam
berupa tanah yang gembur, berpasir, subur dan banyak mengandung zat
zatorganis.
Tomat tumbuh baik pada tingkat keasaman tanah pH 5-5-7. apabila tanah
terlalu asam (<5,5), ditambahkan dolomit. Manfaat pengapuran selain
meningkatkan pH tanah juga untuk memperbaiki struktur tanah. Dosisnya
disesuaikan dengan tingkat pH. Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan bajak,
cangkul, atau traktor pada kedalaman 20-30 cm, dibiarkan beberapa hari agar
terkena sinar matahari untuk menghindari kemungkinan adanya hama dan
penyakit. setelah itu tanah dibuat bedengan dengan ukuran 110 cm dan panjang
tergantung lahan. Bedengan sebaiknya dibuat memanjang dari arah timur ke barat
(Maskar dkk, 2006).
Suhu optimum untuk budidaya tomat yaitu antara 20-250C. apabila suhu
melebihi 260C, didaerah tropik, hujan lebat dan mendung menyebabkan dominasi
pertumbuhan vegetatif disamping masalah serangan peneyakit tanaman.
Sedangkan pada daerah kering, suhu tinggi dan kelembapan rendah dapat
menyebabkan hambatan pembuangan dan pembentukan buah (Ashari, 2006).
D. Plastik Mulsa
Abu sekam padi merupakan sekam yang dibakar dan berubah bentuknya
menjadi abu serta memiliki kandungan unsur yang berbeda dengan sekam padi.
Abu sekam padi memiliki beberapa unsur yang cukup tinggi yaitu kandungan
phosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), dan Magnesium (Mg). Kandungan unsur
K yang cukup tinggi pada abu sekam padi akan berperan dalam pertumbuhan
tanaman, selain itu juga membantu meningkatkan pH dan struktur tanah agar lebih
baik (Tamtomo et al. 2016). Abu sekam padi (rice husk ash) juga merupakan
sumber silika (Si). Abu sekam padi dapat digunakan sebagai pupuk yang ramah
lingkungan dan murah.
Abu sekam memiliki fungsi mengikat logam. Selain itu sekam berfungsi
untuk menggemburkan tanah sehingga bisa mempermudah akar tanaman
menyerap unsur hara di dalamnya, abu sekam dianggap memiliki daya serap
terhadap air sedikit, tetapi aerasi udaranya sangat baik. Sekam bakar memiliki
keuntungan steril, poros, banyak unsur hara, ringan untuk mobilisasi. Abu sekam
padi sangat kaya akan Si yang dalamnya oksidasinya untuk memperbaiki tanah,
menaikkan pH pada tanah rawa lebak (Febrynugroho, 2009).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Samudra, dengan ketinggian tempat ± 10 mdpl. Pelaksanaan
penelitian direncanakan selama 3 bulan.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tomat varietas
Servo F1, abu sekam padi, dan plastic mulsa. Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah cangkul, gembor, papan nama, penggaris, handphone,
timbangan, meteran, tali, polybag, alat tulis, cutter, kalkulator.
C. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari sampah–sampah,
tanaman penggagu (gulma) serta anakan kayu dengan menggunakan cangkul. Sisa
tanaman dan kotoran di buang keluar areal lokasi penelitian. Pembersihan lahan
bertujuan untuk mempermudah lokasi penelitian, menghindari serangan hama dan
penyakit sertan menekan persaingan gulma dalam penyerapan pada tanaman.
Pengolahan tanah dapat dilakukan sebanyak 2 kali dengan menggunakan cara
mencangkul tanah sedalam 25-30 cm yang beguna untuk menggemburkan tanah
dan membersihkan akar-akar gulma yang berada didalam tanah.
2. Pembuatan Plot
Pembuatan plot penelitian dilakukan setelah pengolahan tanah. Ukuran plot
penelitian yaitu 100 x 100 cm
3. Persiapan Mulsa
Setelah bedengan sudah dibentuk maka langkah selanjutnya yaitu pemasangan
mulsa. Penelitian ini menggunakan mulsa MPHP (Mulsa Plastik Hitam Perak).
4. Persiapan Benih Tomat
Benih yang digunakan yaitu benih tomat varietas Servo F1. Benih yang digunakan
berupa biji sehat sehat dan sudah bersertifikasi yang siap tanam. Benih tomat yang
disemaikan terlebih dahulu direndam dalam air hangat dengan suhu 50-55ºC
selama 30 menit untuk mempercepat proses perkecambahan. Benih yang
tenggelam adalah benih yang siap untuk disemaikan.
5. Persemaian Benih
Benih disemai dalam bak penyamaian. Benih tomat ditaburkan di atas tanah
kemudian ditutup lagi dengan tanah tipis-tipis. setelah tanaman berumur 3 minggu
atau telah berdaun 2-6 helai, bibit dipindahkan ke plot yang telah disiapkan.
6. Penanaman
Penanaman bibit tomat dilakukan pada saat bibit sudah berumur 2 minggu
dengan menanam 2 bibit per lubang tanam ke dalam plot dengan kedalaman 15
cm penanaman bibit dilakukan pada sore hari. Kemudian pemindahan bibit
dilakukan ketika bibit sudah memiliki 6 helai daun.
7. Pemberian Perlakuan
pemberian abu sekam padi diberikan kepada tanaman tomat seminggu sekali
dengan dosis berbeda pada setiap tanaman. pemberian abu sekam padi
diaplikasikan setelah tanaman berumur 7 HST.
D. Pemeliharaan Tanaman Tomat
1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari pagi dan sore, penyiraman ini
dilakukan dari awal tanam sampai produksi. Penyiraman dilakukan sampai titik
jenuh pada tanaman tomat
2. Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan 1 minggu sekali secara manual dengan cara
mencabut gulma yang tumbuh dengan menggunakan tangan pada barisan plot
tanaman.
3. Penyulaman
Penyulaman atau penyisipan dilakukan sampai tanaman berumur 14 Hari
Setelah Tanam (HST). Penyulaman merupakan mengganti tanaman yang tumbuh
abnormal dengan bibit yang umurnya sama. Bibit untuk penyulaman
dikecambahkan sebanyak 15% dari jumlah bibit yang ditanam.
4. Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman tomat banyak diserang hama seperti thrips, kutu daun, lalat buah,
ulat grayak, pengendalian dilakukan secara kimiawi dengan menggunakan
insektisida Abaten 18 EC dengan dosis 1 ml/liter air dan Curacron 50 EC Dengan
dosis 10 ml/liter air yang digunakan secara bergantian untuk mencegah terjadinya
resistensi terhadap hama.
Pengendalian lalat buah dilakukan secara mekanik yaitu membuat perangkap
dengan menggunkan botol plastic yang diisi cairan Petrogenol Atraktan dan
perangkap lem lalat buah (Metilat Lem). Ulat grayak dikendalkan secara kimiawi
dengan menggunakan insektisida Naratrin 300 EC dengan dosis 1 ml/liter air.
Penyakit yang biasanya terdapat pada tanaman tomat yaitu, layu fusarium
dengan pengendaliannya yaitu baik pada cara teknis pemberian pupuk
kapur/dolomit pada lahan untuk meningkatkan pH, cendawan tidak begitu aktif
menyerang. Dengan cara kimia yaitu gunakan fungisida sistematik berbahan aktif
benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida dengan dosis yang di
anjurkan, lakukan secara teratur setidaknya seminggu sekali.
Busuk daun, cara mengatasi busuk daun pada tanaman tomat ialah dengan
menggunakan fungisida kontak berbahan aktif mancozeb dan metalaksil
dilakukan 2-4 hari berturut-turut. Bercak bakteri, bakterisida yang mengandung
tembaga dapat digunakan sebagai pelindung dan memberikan control terhadap
penyakit bercak bakteri. Pemeberiannya dilakukan pada tanda-tanda awal
penyakit dan selanjutnya pada selang 10-14 hari ketika kondisi hangat dan
lembab. Bakterisida yang mengandung tembaga yaitu berbahan aktif salah
satunya mankozeb.
E. Parameter Pengamatan
a. Tinggi Tanaman (cm)
Mengukur tinggi tanaman dari ujung permukaan tanah sampai pada ujung
pucuk daun tertinggi dengan menggunakan meteran yang dimulai sejak 14 Hari
setelah Tanam (HST) setiap minggu, hingga akhir pertumbuhan vegetative yang
ditandai dengan terbentuknya bunga pada umur ± 40 HST.
b. Jumlah Tangkai Daun
Menghitung jumlah tangkai daun mulai dari tangkai daun utama yan
terbentuk sejak umur 14 Hari setelah Tanam (HST) setiap minggu hingga akhir
pertumbuhan vegetatif yang ditandai dengan terbentuknya bunga pada umur ± 40
HST.
c. Diameter Batang (cm)
Mengukur diameter batang dari 2 cm ujung permukaan tanah polybag
dengan menggunakan jangka sorong yang dimulai sejak 14 Hari Setelah Tanam
(HST) setiap minggu, hingga akhir pertumbuhan vegetative yang ditandai dengan
terbentuknya bunga pada umur ± 40 HST.
d. Berat Buah Per tanaman (gram)
Menimbang berat buah pertanaman sesuai yang dihasilkan oleh tanaman
dengan menggunakan timbangan duduk.