Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Enceng gondok merupakan gulma air yang tumbuh dengan kecepatan
pertumbuhan yaitu dari dua induk dalam 23 hari dapat menghasilkan 30 anakan
dan 1200 anakan dalam waktu 4 bulan dengan produksi 470 ton/hektar.Enceng
gondok sangat sulit dimusnahkan sehingga dilakukanlah alternatif lain untuk
menurunkan produktivitasnya dengan mengolah enceng gondok sebagai bahan
pupuk organik.
Untuk saat ini pembuatan pupuk organik menjadi salah satu upaya yang
dilakukan untuk mejaga kesuburan tanah dan meminimalisir pemakaian bahan
kimia dalam usahatani. Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari sisa
tanaman, hewan atau manusia seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos
yang berbentuk cair maupun padat. Pupuk organik bersifat bukly dengan
kandungan hara makro dan mikro rendah sehingga diperlukan dalam jumlah
banyak. Keuntungan utama menggunakan pupuk organik adalah dapat
memperbaiki kesuburan kimia, fisik dan biologis tanah, selain sumber hara bagi
tanaman(Suriadikarta and Setyorini,2009).
Menurut Abdullah (1997) menyatakan bahwa ratio C dan N eceng gondok
yang belum difermentasi ialah 35,04 dengan kandungan N sebesar 1,02 %. Selain
kandungan unsur hara tersebut keberadaan enceng gondok juga mudah ditemukan
dan selama ini masih kurang dimanfaatkan dan hanya menjadi tumbuhan
pengganggu dan salah satu penyebab kendangkalan waduk atau kolam. Oleh
karena itu enceng gondok sangat bagus untuk dijadikan salah satu bahan untuk
pembuatan pupuk organik sehingga keberadaan enceng gondok tidak lagi
merugikan tetapi akan memberikan manfaat lebih dalam bidang pertanian.
Pertanian organik merupakan bagian dari pertanian alami yang dalam
pelaksanaannya berusaha menghindarkan penggunaan bahan kimia dan pupuk
bersifat meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi
lingkungan yang sehat. Selain itu, juga untuk menghasilkan produksi tanaman
yang berkelanjutan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah melalui
penggunaan sumberdaya alami seperti mendaur ulang sampah dedaunan yang

1
banyak ada di lingkungan kampus, kantor, dan perumahan (Suriadikarta and
Setyorini,2009), semua ini dapat dilakukan dengan sentuhan teknologi modern
dalam proses pembuatan pupuk kompos. Untuk menunjang kegiatan ini sangat
perlu dilakukan pemberdayaan potensi wilayah yang berpotensi untuk
meningkatkan kesejahteraan petani secara berkelanjutan karena ketersediaan
bahan baku akan lebih terjamin.
Mesin pencacah untuk membuat pupuk organik merupakan sebuah alat yang
berfungsi sebagai penghancur bahan organik seperti dedaunan, rumput-rumputan
dan sisa-sisa hasil pertanian dengan cara mencacahnya sampai dengan ukuran
kecil-kecil berkisar 2-5cm. Selama ini sisa-sisa hasil pertanian tidak pernah
dimanfaatkan dengan baik sehingga hanya menjadi limbah tanpa adanya nilai
guna tambahan. Selama ini pencacahan masih dilakukan secara manual. Efisiensi
produksi yang masih rendah, mengakibatkan rendahnya kuantitas. Akibatnya
kebutuhan pupuk kompos untuk petani tidak tercukupi. Padahal potensi wilayah
sangat besar sehingga tidak bisa dimanfaatkan secara optimal untuk peningkatan
skala produksi. Dengan adanya mesin pencacah ini diharapkan mampu menambah
nilai guna sisa-sisa hasil pertanian menjadi pupuk organik, sehingga bisa
memberikan manfaat tambahan dalam usahatani.
Proyek Usaha Mandiri (PUM) merupakan satu kegiatan yang harus
dilaksanakan oleh mahasiswa Politeknik Negeri Payakumbuh. Proyek Usaha
Mandiri ini merupakan sarana untuk pengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh
pada mata kuliah sebelumnya. Kegiatan ini dilaksanakan secara berkelompok
mahasiswa program studi Teknologi Mekanisasi Pertanian di bengkel Politeknik
Pertanian Negeri Payakumbuh.

1.2 Tujuan
1. Rancang bangun alat dan mesin pencacah eceng gondok untuk pembuatan
pupuk organik
2. Melakukan uji kinerja alat dan mesin pencacah enceng gondok untuk
pembuatan pupuk organik
3. Melakukan analisa ekonomi alat dan mesin
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari proyek usaha mandiri antara lain:

2
1. Menjadi media bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang telah
didapat selam perkuliahan untuk merancang dan membuat suatu alat
yang dapat bermanfaat bagi masyarakat banyak.
2. Menghadirkan mesin pencacah enceng gondok untuk pembuatan pupuk
organik yang berskala besar dan terjangkau oleh produsen skala
menengah dan kecil.
3. Membantu dalam pelaksanaan pratikum diUPT.Bengkel dan pemeliharaan

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Eceng Gondok

Eceng gondok atau (Latin:Eichhornia crassipes) adalah salah satu jenis


tumbuhan air mengapung. Selain dikenal dengan nama eceng gondok, di beberapa
daerah di Indonesia, eceng gondok mempunyai nama lain seperti di daerah
Palembang dikenal dengan nama Kelipuk, di Lampung dikenal dengan nama
Ringgak, di Dayak dikenal dengan nama Ilung-ilung, di Manado dikenal dengan
nama Tumpe. Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh
seorang ilmuwan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli
botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi
di Sungai Amazon Brasil. Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi
sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan
perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air
lainnya.

Gambar 1. Enceng Gondok

3
Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam
tanah. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya
tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai
daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya
termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya
berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna
hijau. Akarnya merupakan akar serabut.
Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa,
aliran air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini
dapat beradaptasi dengan perubahan yang ekstrem dari ketinggian air, arus air,
temperatur dan racun-racun dalam air. Pertumbuhan eceng gondok yang cepat
terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama
yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium (Laporan FAO). Kandungan garam
dapat menghambat pertumbuhan eceng gondok seperti yang terjadi pada danau-
danau di daerah pantai afrika barat di mana enceng gondok akan bertambah
sepanjang musim hujan dan berkurang saat kandungan garam naik pada musim
kemarau.
Eceng gondok yang mengandung kadar air yang besar di dalam tubuhnya
yaitu sekitar 90 % merupakan suatu kuntungan dalam memanfaatkan sebagai
sumber biogas melalui proses peragian (Fermentasi) dengan bantuan bakteri
metan disamping angka rasio kandungan senyawa karbon dan nitrogen yang
tinggi yakni 30-35 (National Academy of Science di Amerika,1979). Sedangkan
menurut Abdullah (1997) menyatakan bahwa ratio C dan N eceng gondok yang
belum difermentasi ialah 35,04 dengan kandungan N sebesar 1,02 %.

2.2 Pengertian Alat dan Mesin Pertanian

Pada tahun 1979 menyatakan bahwa panen dan pasca panen di nyatakan
oleh FAO sebagai masalah besar kedua dalam sistem agribisnis karena terjadi kehi
langan hasil yang besar baik secara kualitatif dalam proses penyediaan pangan(Me

4
nteri Pertanian RI,2013).Oleh karena itu perlu adanya terobosan baru untuk meni
malisir masalah tersebut.

Alat dan mesin pertanian atau yang bisa disingkat dengan ASINTAN mer
upakan alat –alat yang digunakan dalam bidang pertanian untuk melancarkan dan
mempermudah petani dalam mengolah lahan dan hasil-hasil pertanian.Alat dan m
esin pertanian sangatlah berperan dalam berbagai kegiatan pertanian diantaranya a
dalah menyediakan tenaga untuk daerah yang kekurangan tenaga kerja antisipasi
minat kerja dibidang pertanian yang terus menurun,meningkatkan kapasitas kerja
sehingga luas tanam dan identitas tanam yang dapat meningkatkan kualitas sehing
ga ketepatan dan keseragaman proses dan hasil dapat di andalkan serta mutu terja
min,meningkatkan kenyamanan dan keamanan sehingga menambah produktivitas
kerja,mengerjakan tugas khusus atau sulit dikerjakan oleh manusia dan memberik
an peran dalam pertumbuhan disektor non pertanian (Anonim,2011)

2.3 Pertanian Organik

Pertanian organik merupakan jawaban atas revolusi hijau yang digalakkan


pada tahun 1960-an yang menyebabkan berkurangnya kesuburan tanah dan
kerusakan lingkungan akibat pemakaian pupuk dan pestisida kimia yang tidak
terkendali. Sistem pertanian berbasis high input energy seperti pupuk kimia dan
pestisida dapat merusak tanah yang akhirnya dapat menurunkan produktifitas
tanah, sehingga berkembang pertanian organik. Pertanian organik sebenarnya
sudah sejak lama dikenal, sejak ilmu bercocok tanam dikenal manusia, semuanya
dilakukan secara tradisional dan menggunakan bahan-bahan alamiah. Pertanian
organik modern didefinisikan sebagai sistem budidaya pertanian yang
mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sintetis.
Pengelolaan pertanian organik didasarkan pada prinsip kesehatan, ekologi,
keadilan, dan perlindungan. Prinsip kesehatan dalam pertanian organik adalah
kegiatan pertanian harus memperhatikan kelestarian dan peningkatan kesehatan
tanah, tanaman, hewan, bumi, dan manusia sebagai satu kesatuan karena semua
komponen tersebut saling berhubungan dan tidak terpisahkan.

5
Pertanian organik adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung
dan mempercepat biodiversiti, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah.
Sertifikasi produk organik yang dihasilkan, penyimpanan, pengolahan, pasca
panen dan pemasaran harus sesuai standar yang ditetapkan oleh badan
standardisasi (IFOAM, 2008).

Menurut Badan Standardisasi Nasional (2002), "Organik" adalah istilah


pelabelan yang menyatakan bahwa suatu produk telah diproduksi sesuai dengan
standar produksi organik dan disertifikasi oleh otoritas atau lembaga sertifikasi
resmi. Pertanian organik didasarkan pada penggunaan masukan eksternal yang
minimum, serta menghindari penggunaan pupuk dan pestisida sintetis. Praktek
pertanian organik tidak dapat menjamin bahwa produknya bebas sepenuhnya dari
residu karena adanya polusi lingkungan secara umum. Namun beberapa cara
digunakan untuk mengurangi polusi dari udara, tanah dan air. Pekerja, pengolah
dan pedagang pangan organik harus patuh pada standar untuk menjaga integritas
produk pertanian organik. Tujuan utama dari pertanian organik adalah untuk
mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas komunitas interdependen dari
kehidupan di tanah, tumbuhan, hewan dan manusia. Sejauh ini pertanian organik
disambut oleh banyak kalangan masyarakat, meskipun dengan pemahaman yang
berbeda.

Keberlanjutan pertanian organik, tidak dapat dipisahkan dengan dimensi


ekonomi, selain dimensi lingkungan dan dimensi sosial. Pertanian organik tidak
hanya sebatas meniadakan penggunaan input sintetis, tetapi juga pemanfaatan
sumber-sumber daya alam secara berkelanjutan, produksi makanan sehat dan
menghemat energi. Aspek ekonomi dapat berkelanjutan bila produksi
pertaniannya mampu mencukupi kebutuhan dan memberikan pendapatan yang
cukup bagi petani. Tetapi, sering motivasi ekonomi menjadi kemudi yang
menyetir arah pengembangan pertanian organik. Kesadaran akan bahaya yang
ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian menjadikan
pertanian organik menarik perhatian baik di tingkat produsen maupun konsumen.
Kebanyakan konsumen akan memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan
dan ramah lingkungan, sehingga mendorong meningkatnya permintaan produk

6
organik. Pola hidup sehat yang akrab lingkungan telah menjadi trend baru
meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti
pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian.
Pola hidup sehat ini telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan
jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety
attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan
(eco-labelling attributes). Pangan yang sehat dan bergizi tinggi ini dapat
diproduksi dengan metode pertanian organik (Yanti, 2005).

Bagi negara-negara berkembang, khususnya Indonesia, pangan organik


masih merupakan hal yang baru dan mulai populer sekitar 4-5 tahun lalu.
Damardjati (2005) mengatakan bahwa permintaan pangan organik meningkat di
seluruh dunia dan jika Indonesia bisa memenuhi kebutuhan ini dan bisa
meningkatkan eksport produk organik, akan meningkatkan dayasaing usaha
pertanian (agribisnis) di Indonesia dan dapat meningkatkan devisa dan pendapatan
rumah tangga tani. Produk pertanian organik utama yang dihasilkan Indonesia
adalah padi, sayuran, buah-buahan, kopi, coklat, jambu mete, herbal, minyak
kelapa, rempah-rempah dan madu. Diantara komoditi-komoditi tersebut, padi dan
sayuran yang banyak diproduksi oleh petani skala kecil untuk pasar lokal. Tidak
ada data statistik resmi mengenai produksi pertanian organik di Indonesia. Namun
perkembangan ekonomi dan tingginya kesadaran akan kesehatan, merupakan
pemicu berkembang cepatnya pertumbuhan permintaan produk organik.

Pertanian organik belum sepenuhnya memasyarakat, baik oleh petani


sendiri maupun oleh pemerintah yang telah mencanangkan program kembali ke
organik (go organic) tahun 2010. Walaupun program kembali ke organik tidak
berjalan seperti apa yang diharapkan, namun Indonesia masih mempunyai peluang
untuk mengembangkan pertanian organik dengan potensi yang dimilikinya.
Dalam tulisan ini dipaparkan pengembangan pertanian organik di Indonesia dalam
rangka meningkatkan produksi pangan yang aman dikonsumsi (food safety
attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan
(eco-labelling attributes), serta dapat meningkatkan pendapatan petani dan devisa.

7
2.4 Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari tumbuhan mati,


kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya yang telah
melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan
mineral, dan/atau mikroba yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara
dan bahan organik tanah serta mem-perbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
(Permentan No. 70/Permentan/SR.140/10/2011).

Pupuk organik dapat dibuat dari berbagai jenis bahan, antara lain sisa
tanaman (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, sabut kelapa), serbuk
gergaji, kotoran hewan, limbah media jamur, limbah pasar, rumah tangga, dan
pabrik serta pupuk hijau. Oleh karena bahan dasar pembuatan pupuk organik
sangat bervariasi, maka kualitas pupuk yang dihasilkan sangat beragam sesuai
dengan kualitas bahan dasar dan proses pembuatannya.

Sangat penting untuk membuat kriteria dan seleksi terhadap bahan dasar
pupuk organik untuk mengawasi mutunya. Bahan dasar yang berasal dari sisa
tanaman dapat dipastikan sedikit mengandung bahan berbahaya seperti logam
berat misalnya Pb, Cd, Hg, dan As. Pupuk organik serta pupuk kandang, limbah
industri, dan limbah kota cukup mengkhawatir-kan karena disinyalir banyak
mengandung bahan berbahaya logam berat dan asam-asam fenolat yang dapat
mencemari lingkungan dan meracuni tanaman. Beberapa bahan berbahaya ini
justru terkonsentrasi dalam limbah cair dan produk akhir pupuk selama proses
pengomposan. Untuk itu sangat diperlukan aturan untuk menyeleksi penggunaan
bahan dasar pupuk organik yang mengandung bahan-bahan berbahaya dan
beracun (B3).

Komposisi hara dalam pupuk organik sangat tergantung dari sumber asal
bahan dasar. Menurut sumbernya, pupuk organik dapat diidentifikasi berasal dari
kegiatan pertanian dan nonpertanian. Dari pertanian dapat berupa sisa panen dan

8
kotoran ternak, sedangkan dari non pertanian dapat berasal dari sampah organik
kota, limbah industri, dan sebagainya (Tan 1993).

Kotoran hewan yang berasal dari usaha tani antara lain adalah ayam, sapi,
kerbau, babi, dan kambing. Komposisi hara pada masing-masing kotoran hewan
sangat bervariasi tergantung pada umur hewan, jumlah, dan jenis makanannya.
Secara umum, kandungan hara dalam kotoran hewan lebih rendah dari pada
pupuk anorganik. Oleh karena itu, dosis pemberian pupuk kandang jauh lebih
besar dari pada pupuk anorganik (Tabel 1). Selain sebagai sumber hara, pupuk
organik berfungsi juga sebagai pembenah tanah. Pupuk kandang selain
mengandung hara-hara yang dibutuhkan oleh tanaman juga mengandung asam-
asam humat, fulvat, hormon tumbuh, dan lain-lain yang bersifat memacu
pertumbuhan tanaman sehingga serapan hara oleh tanaman meningkat (Stevenson
1994).

Komposisi hara dalam sisa tanaman sangat spesifik dan bervariasi,


tergantung dari jenis tanaman. Pada umumnya rasio C/N sisa tanaman bervariasi
dari 80:1 pada jerami gandum hingga 20:1 pada tanaman legum. Sekam padi dan
jerami mempunyai kandungan silika sangat tinggi namun berkadar nitrogen
rendah.Sisa tanaman legum seperti kacang kedelaidan kacang tanah, mengandung
nitrogen cukup tinggi. Jerami padi, tandan kosong kelapa sawit, kentang, dan ubi
jalar mengandung kalium yang tinggi. Kandungan Ca tanaman yang tinggi
dijumpai diantaranya pada tanaman kacang tanah

Kandungan unsur kimia dan logam berat dari limbah cair industri sangat
bervariasi tergantung jenis industri. Limbah dari industri makanan relatif rendah
logam beratnya, namun uji mutu tetap perlu dilakukan untuk menjamin kualitas
limbah. Limbah dari peternakan umumnya mengandung hara lebih tinggi dan
sedikit logam berat, sehingga dapat digunakan sebagai pupuk organik. Limbah
dari industri oli dan beverage mengandung logam berat cukup tinggi sehingga
tidak direkomendasikan sebagai pupuk organic

Komposisi fisika, kimia, dan biologi pupuk organik sangat bervariasi dan
manfaatnya bagi tanaman tidak secara langsung terlihat, serta respon tanaman

9
relatif lambat. Pupuk organik diperlukan dalam dosis yang relatif tinggi (minimal
2t ha-1 MT-1). Selain mempunyai fungsi sebagai sumber hara dan pembenah
tanah, terdapat dampak negatif yang harus diwaspadai dari penggunaan pupuk
organik diantaranya adalah: a) penggunaan pupuk organik dengan bahan yang
sama secara terus menerus dapat menimbulkan ketidak-seimbangan hara; b)
penggunaan kompos yang belum matang dapat mengganggu pertumbuhan dan
produksi tanaman; dan c) kemungkinan adanya kandungan logam berat yang
melebihi ambang batas

2.4.1 Proses Pembuatan Pupuk Organik Enceng Gondok

1. Alat dan Bahan

 Enceng gondok
 Pupuk kandang
 Dedak/Bokatul
 Air bersih
 Terpal
 Bak pengomposan
 Trichoderma.sp

2. Cara pembuatan

 Enceng gondok di cacah secara manual dengan menggunakan


pisau dengan ukuran tertentu atau menggunakan mesin pencacah
 Enceng Gondok yang telah dicacah di campurkan dengan pupuk
kandang dan dedak/bokatul kemudian diaduk secara merata
 Selanjutnya campurkan air bersih dengan trichoderma.sp kemudian
dibasahi adonan secara merata dan jangan terlalu becek
 Adonan dimasukan kedalam bak pengomposan dan di tutup
menggunakan terpal
 Setiap 7 hari, buka terpal lalu diaduk merata. jika kondisi adonan
mengering percikan lagi dengan air hingga lembab. Kemudian
tutup kembali bak kompos dengan plastik terpal dengan rapi.

10
Gambar 2. Pupuk Organik Dari Eceng Gondok

2.4.2 Pupuk Organik Cair(POC) Dari Enceng Gondok

Pupuk organik cair (POC) eceng gondok kandungan eceng gondok unsur
SiO2, calcium (ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium nitrat (Na), Chlorida
(Cl), cupper (Cu), Mangan (Mn), Ferum (Fe). Manfaat enceng gondok bagi
tanaman mempunyai zat humat yang bisa menghasilkan senyawa fitohara dan
mampu mempercepat akar tanaman. Hasil analisis kandungan unsur hara N,
1,98% P, 1,13% dan K 1,45

Alat

1. Pisau
2. Blender

3. Ember dan penutupnya dengan kapasitas 10 liter

4. Saringan

Bahan

1. Eceng gondok sebanyak 2Kg

11
2. Akar-akar tanaman yang mengandung Rhizoma (akar lamtoro, akar turi,
akar kumis kucing)

3. Taoge sebanyak 0,5 Kg

4. Yakult 2 botol atau menggunakan EM4

5. Gula 0,25 Kg

Langkah atau tata cara membuat pupuk organik cair dari eceng gondok terdiri dari
:

1. Potong kecil-kecil eceng gondok, akar-akar tanaman, dan taoge.


2. Blender semua bahan yang telah dipotong kecil-kecil hingga benar-benar
halus.

3. Masukkan semua bahan pada ember yang telah disediakan.

4. Masukkan air sebanyak 8 liter pada ember yang telah diisi bahan-bahan
yang sudah diblender halus.

5. Aduk campuran tersebut hingga merata.

6. Cairkan gula dan campurkan ke dalam campuran di dalam ember.

7. Tuangkan yakult 2 botol pada ember yang telah berisi campuran tersebut.

8. Aduk campuran hingga merata.

9. Tutup ember tersebut dengan rapat.

10. Pada hari ketiga, kelima, dan ketujuh lakukan pembukaan. Anda perlu
berhati-hati saat membuka karena bisa meledak. Pada fase ini organisme
menghasilkan CO2 yang tinggi.

11. Setelah dibuka, aduk campuran tersebut selama kurang lebih 5 menit.
Biarkan terbuka selama 30 menit dan kemudian tutup kembali dengan
rapat.

12
12. Pada hari ke-15 sampai hari ke-21, apabila sudah tidak tercium bau yang
menyengat hidung berarti pupuk organik cair telah siap digunakan.

13. Saringlah terlebih dahulu sebelum digunakan. Ampas yang dihasilkan


dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik.

Gambar 3. Pupuk Organik Cair dari Enceng Gondok

2.5 Mesin Pencacah Eceng Gondok

Mesin pencacah eceng gondok adalah sebuah alat bantu yang di rancang
untuk membantu mencacah eceng gondok menjadi hancur atau halus. Kemudian
dimasukkan ke dalam alat pencacah sehingga ketika keluar dari alat tersebut,
bentuk dan ukurannya tidak sama dengan bentuk sebelum dimasukkan ke dalam
alat tersebut. Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2002: 576) didefinisikan bahwa
“Mesin adalah perkakas untuk menggerakkan atau membuat sesuatu yang
dijalankan dengan roda, digerakkan oleh tenaga manusia atau penggerak
manggunakan bahan bakar minyak atau tenaga alam”. Hal yang hampir sama
dikemukakan oleh Salim (1991: 458) menyatakan bahwa “Mesin adalah alat yang
mempunyai daya gerak atau tenaga baik dijalankan dengan motor penggerak
maupun tenaga manusia”. Dari definisi mesin yang dikemukakan oleh kedua
sumber di atas, tampak bahwa sumber pertama mendefinisikan mesin sebagai
kendaraan, sedangkan sumber kedua mesin sebagai alat yang dapat membantu
untuk meringankan kerja manusia. Jadi, pada dasarnya definisi dari kedua sumber

13
mempunyai tujuan yang sama. Akan tetapi, penjelasan definisi dari sumber kedua
lebih jelas dibanding sumber pertama jika disesuaikan dengan mesin pengolahan
Eceng Gondok karena mesin pengolah Eceng Gondok tersebut tidak digunakan
sebagai kendaraan yang dapat mengangkut atau membawa manusia dari suatu
tempat ke tempat yang lain, melainkan hanya digunakan untuk meringankan
pekerjaan manusia dalam pengolahan Enceng Gondok.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang ditulis oleh Daryanto (1994) kata
pencacah berasal dari kata pencacah yang artinya hancur, halus, dan cerai berai.
Jika ditambahi dengan awalan peng- maka akan lebih mengarah pada sesuatu
berupa alat untuk menghaluskan sesuatu. Alat pencacah sangat identik dengan
menghaluskan suatu benda, namun tidak selamanya sesuatu yang dihaluskan itu
akan menjadi tidak berguna lagi jika dibandingkan dengan sebelum dihaluskan.
Namun, ada beberapa yang justru akan menjadi sangat lebih bermanfaat setelah
mengalami proses penghalusan apabila dibandingkan dengan sebelum dihaluskan,
salah satunya yaitu enceng gondok yang akan dibuat pupuk organik.

2.5.1 Secara Manual

Proses pencacahan secara manual dilakukan dengan menggunakan


kekuatan tangan manusia, kegiatan pencacahan merupakan kegiatan yang paling
banyak menguras tenaga,dan membutuhkan waktu yang lama untuk
pencacahan,dalam proses pencacahan secara manual juga akan membutuhkan
tenaga kerja yang banyak.

14
Gambar 4. Pencacahan Secara Manual

2.5.2 Secara Mekanis

Mesin ini digunakan untuk pencacahan enceng gondok untuk pembuatan


pupuk organik biasa dan pupuk organik cair. Mesin yang kami rancang ini lebih
mengutamakan aspek kesederhanaan dan bentuk yang ringkas sehingga
pembuatan dan operasional mesin tidak membutuhkan biaya yang terlalu besar
dan dapat dijangkau oleh para petani.

Cara kerja dari mesin pencacah enceng gondok untuk pembuatan pupuk
organik yaitu diawali dengan menyalakan motor penggerak listrik. Setelah
diperoleh putaran motor yang di inginkan, selanjutnya bahan dimasukan melalui
inlet secara berkala. Bahan yang masuk kedalam inlet akan masuk ke tabung
pencacah atau ruang pencacah yang didalam nya terdapat 3 buah pisau, pisau
tersebut digerakan oleh penggerak dengan menggunakan motor listrik yang
penyaluran daya nya langsung ke poros pemutar pisau. Selanjutnya bahan tersebut
tercacah oleh 3 buah pisau, hasil cacahan ditahan oleh plat penahan sebelum di
keluarkan ke outlet. Apabila hasil cacahan telah sesuai yang di inginkan plat
penahan dilepas kemudian hasil cacahan keluar melewati outlet dan ditampung
oleh wadah yang sudah disediakan.

2.6 Analisa Ekonomi

Analisis ekonomi teknik merupakan alat bantu pengambilan keputusan


atas sejumlah pilihan alternatif teknologi, rancang bangun, dsb. Dengan
menggunakan sudutpandang ekonomis (finansial)Perlu diingat bahwa kebanyakan
studi ekonomi teknik melibatkan komitmen modal dalam periode waktu yang
panjang, sehingga pengaruh waktu menjadi begitu penting untuk dipertimbangkan
(Diktat Usu.2006). Nilai ekonomi dari suatu objek akan sangat tergantung dari
hukum kebutuhan dan ketersediaan supply and demand ). Di mana jika suplay
banyak demand kecil maka harganya jadi turun dan sebaliknya jika supply sedikit
permintaan banyak harga naik, untuk jelasnya lihat grafik supply demand Oleh
karena itu setiap pelaku ekonomi perlu memahami dan mengetahui kondisi supply

15
demand tersebut secara baik dan memanfaatkan situasi itu sebagaipeluang dalam
mendapatkan keuntungan ekonomisnya secara optimal (Giatman, M. 2006)

2.6.1 Biaya Tetap

Biaya Tetap (Fixed Cost ) adalah biaya yang dikeluarkan baik pada saat
mesin digunakan maupun dalam keadaan tidak digunakan. Biaya ini tidak
tergantung pada pemakaian alat atau mesin. Biaya penggunaan per jam tidak
berubah dengan penggunaan jam kerja tiap tahun dari pemakaian alat mesin
tersebut (Penson, et al., 1982 dalam Risyanto, 2007).Biaya tetap adalah biaya
minimal yang harus dikeluarkan oleh suatu perusahaan atau organisasi walaupun
alat dan mesin tidak dioperasikan (Irwan dan Novita, 2016).

Biaya Penyusutan D=

Dimana:
D = Biaya penyusutan (Rp/Thn)
P = Harga jual (Rp)
S = Harga Akhir (Rp) / 10% * P
N = Perkiraan umur ekonomis (Tahun)
2. Bunga Modal

Dimana:
I = Bunga modal (Rp/tahun)
i = Suku bunga bank (%/tahun)
3. Biaya Gudang
G = 1 % x Harga awal ( P )
G = Biaya Gudang ( %/Tahun)
P = Harga awal ( Rp)
Biaya Tetap = Biaya Penyusutan + Biaya Bunga Modal + Biaya Gudang

2.6.2 Biaya Tidak Tetap

16
Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan tergantung sedikit atau
banyaknya alat dan mesin yang akan dioperasikan. Biaya ini sangat dipengaruhi
oleh jam pemakaian alat. (Irwan dan Novita, 2016).

Upah Operator =

Biaya Perawatan =

Dimana:
P = Harga awal
S = Nilai akhir
Biaya Listrik untuk pelanggan 2.200 Watt = 1467,28,- / Kwh
Biaya Tidak Tetap = Upah Operator + Biaya Perawatan + Biaya Listrik

2.6.3 Biaya Pokok


Biaya pokok adalah biaya yang diperlukan oleh suatu mesin untuk setiap unit
produksi. Rumus biaya pokok sebagai berikut (Irwan dan Novita, 2016).

BP

Dimana :
BP = Biaya Pokok (Rp/Kg)
BT = Biaya Tetap (Rp/Tahun)
X = Jumlah Jam Kerja (Jam/Tahun)
BTT = Biaya Tidak Tetap (Rp/Jam)
C = Kapasitas Alat (Kg/Jam)

2.6.4 Break Even Point (BEP)

Break Event Point (BEP) adalah keadaan alat atau mesin yang dihasilkan
tanpa keuntungan maupun rugi.Jumlah pendapatan sama besarnya dengan jumlah
biaya. Analisa ini mempelajari pengaruh timbal balik antara pendapatan, biaya
dan keuntungan. Rumus BEP yaitu, (Irwan dan Novita, 2016).

17
Dimana :
BEP = Break Event Point (Kg/Tahun)
BT = Biaya Tetap (Rp/Tahun)
BTT = Biaya Tidak Tetap (Rp/Jam)
C = Kapasitas (Kg/Jam)
R = Upah/Sewa Alat (Rp/Kg

2.7 Uji Kinerja


2.7.1 Kapasitas Alat
Kapasitas alat merupakan kemampuan alat menghasilkan bahan menjadi
butir-butiran halus dalam satu jam. Rumus menghitung kapasitas alat didapat dari,
hasil total dibagi waktu total (Djinis dan Putera, 2016).
C = Bahan menjadi butiran halus(kg) : Waktu Total(jam)
Keterangan :
C = Kapasitas Alat (Kg/Jam)
B = Bahan menjadi butiran halus(Kg)
t = Waktu Total (Jam)

2.7.2 RPM

Rpm (Rotation Per Minute) merupakan jumlah putaran dalam satu menit.
Dalam pembuatan mesin pencacah ini perlu menghitung Rpmnya, sehingga nanti
diperoleh Rpm yang tepat dalam proses pencacahan . Apabila Rpm terlalu rendah
maka pencacahan akan memakan waktu yang lama dan apabila Rpm lerlau tinggi
maka pisau-pisau dan poros akan mengalami kerusakan(crushing). Rumus
menghitung Rpm yaitu, jumlah putaran awal dibagi ratio gear ataupun pully
(Djinis dan Putera, 2016). Dengan rumus sebagai berikut

Ns = (120.F)/P
Ns = kecepatan singkron motor dalam satuan rpm
F = Frekuensi(hz)

18
P = jumlah kutub motor

2.7.3 Torsi
Torsi merupakan kekuatan lengan yang diperoleh dari perbandingan antara
daya dan penjang lengan. Dalam mesin pencacah perlu dihitung torsinya untuk
mengetahui besar torsi yang tepat pada poros pisau-pisau pencacah sehingga
mampu mencincang menjadi butir-butiran halus. Untuk menghitung torsi pada
poros dapat menggunakan rumus dibawah ini (Djinis dan Putera, 2016).

Dimana :
P = Daya putar poros (watt)
 = Torsi (N.m)
RPM poros = Banyaknya putaran poros tiap menit
60 Konversi satuan, 1 menit = 60 detik

BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri (PUM) dilakukan pada awal semester V


(Lima) selama 4 (Empat) bulan. Pada bulan September sampai bulan Desember

19
2019, yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Teknologi Mekanisasi
Pertanian Politenik Pertanian Negeri Payakumbuh. Dilaksanakan di workshop
Logam Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada rancang bangun mesin pencacah enceng


gondok untuk pembuatan pupuk organik ini,dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1.Alat-alat yang dibutuhkan pada pelaksanaan PUM.

No. Jenis Alat Kebutuhan Satuan


1. Mesin las listrik 1 Unit
2. Mesin gerinda tangan 1 Unit
3. Mesin Bubut 1 Unit
4. Mesin gerinda potong 1 Unit
5. Mesin bor tangan 1 Unit
6. Tang Riveter 1 Unit
7. Meteran 1 Buah
8. Gunting seng plat 1iiiiiiiiiiiiiiiiiii Unit
9. Mesin gergaji besi 1 Buah
10. Jangka Sorong 1 Buah
11. Rol Siku 1 Buah
12. Palu 1 Buah
13. Toolkits 1 Set
16. Timbangan 1 Buah
17. Pisau Cutter 1 Buah
18. Penggulung Plat 1 Unit
19. Penitik 1 Buah
20. Tang Stel 1 Buah
21. Brender Potong 1 Unit
22. Oksi Asitilen 1 Unit

3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada Rncang Bangun Mesin Pencacah Enceng
Gondok Untuk Pembuatan Pupuk Organik ini dapat dilihat dari tabel sebagai
berikut:
No. Bahan Spesifikasi Kebutuhan

20
1. Besi Siku 4mm, tebal 4mm 1 Batang
2. Besi Plat Tebal 3 mm ¼ Lembar
3. Besi As 1 inchi,Panjang 1m 1 Batang
4. Besi As 2 inchi,Panjang 20cm 1 Batang
5. Besi Plat Tebal2mm 1 Buah
6. Besi plat Tebal 2 mm ¼ Lembar
7. Mur M24 1 Buah
8. Baut Ø12mm 4 Buah
9. Elektroda NK 2,6 1 Kg
10. Motor Listrik 1/2 HP 1 Unit
11. Baut M16 4 buah
12. Cat Semprot Warna biru 1 Kaleng
13. Cat Semprot Warna Hitam 1 Kaleng

Tabel 3.2 Bahan

3.3 Tahap Pembuatan Mesin Pencacah Enceng Gondok Untuk Pembuatan


Pupuk Oragnik

Proses dapat dilihat pada diagram alir dibawah ini:

MULAI

IDENTIFIKASI
MASALAH

21
PENYEMPURNAAN IDE
RANCANGAN DAN PEMBUATAN
GAMBAR KERJA
PEMBUATAN KOMPONEN

PERAKITAN MESIN

MODIFIKASI UJI FUNGSIONAL

TIDAK
BERHASI
L

UJI KINERJA MODIFIKASI

TIDAK
SIAP PAKAI
Ya

SELESAI

Gambar .Bagan Alir Pembuatan Mesin Pencacah Enceng Gondok Untuk Pupuk

3.4 Prosedur Pelaksanaan

3.4.1 Rancangan Fungsional

Adapun rancangan fungsional mesin pencacah enceng gondok untuk


pembuatan pupuk organik sebagai berikut:

1. Inlet

22
Berfungsi sebagai wadah untuk memasukan enceng gondok ke wadah
pencacahan.

2. Pisau Pencacah

Berfungsi sebagai komponen untuk memotong dan mencacah enceng


gondok.

3. Unit Kerangka

Berfungsi sebagai penopang seluruh komponen padan mesin pencacah


enceng gondok.

4. Outlet

Berfungsi sebagai tempat keluar nya hasil cacahan dan disalurkan ke


wadah penampungan.

5. Tabung Pencacah

Berfungsi sebagai tempat pencacahan atau ruangan pengolahan enceng


gondok.

6. Motor Penggerak

Berfungsi sebagai sumber tenaga putar yang bersumber dari aliran arus
listrik AC.

7. Plat Penahan

Berfungsi sebagai menahan sementara enceng gondok didalam tabung


pencacah, apabila plat penahan lepaskan maka hasil cacahan akan keluar
dari outlet.

3.4.2 Rancangan stuktural

23
Komponen-komponen mesin pencacah enceng gondok untuk
pembuatan pupuk organik antara lain:

1. Inlet pencacah enceng gondok berbentuk prisma segi empat yang


berukuran alas bawah 150 mm×150mm 250 mm,alas atas berukuran
250 mm× 250 mm,tinggi keseluruhan 250 mm menggunakan besi
plat 2 mm

Gambar 5. Inlet

2. Pisau Pencacah yang mempunyai panjang 380 mm,lebar 120 mm


dengan menggunakan plat tebal 3 mm

24
Gambar 6. Pisau Pencacah

3. Unit Kerangka berukuran terbuat dari besi siku yang berukuran


panjang 600 mm cm, lebar 600 mm dan tinggi 600 mm.

Gambar 7. Unit Kerangka

4. Tabung Pencacah yang mempunyai diameter 400 mm dan tinggi 450


mm dengan menggunakan plat 2 mm

25
Gambar 8. Tabung Pencacah

5. Outlet mempunyai ukuran panjang 250 mm , lebar 150 mm,dan


tinggi 150 mm dengan menggunakan plat tebal 2 mm.

Gambar 8. Outlet

6. Plat Penahan mempunyai ukuran panjang 245 mm , lebar 145


mm dan tinggi 200 mm dengan menggunakan plat tebal 2
mm.

26
Gambar 9. Plat Penahan

7. Motor penggerak terdiri dari 1 unit motor listrik. Dengan daya


maksimum setengah HP.

Gambar 10. Motor Listrik

3.3 Uji Kinerja

27
3.3.1 Kapasitas Alat
Untuk menghitung kapasitas alat dapat dilihat pada rumus dibawah ini:

Keterangan :
C = Kapasitas Alat (Kg/Jam)

EG = (Kg)

t = Waktu Total (Jam

3.3.2 RPM

Untuk mencari RPM motor listrik dapat dilihat rumus dibawah ini:

Ns = (120.F)/P
Ns = kecepatan singkron motor dalam satuan rpm
F = Frekuensi(hz)
P = jumlah kutub motor

3.3.3 Torsi
Untuk menghitung torsi dapat dilihat rumus dibawah ini:

Dimana :
P = Daya putar poros (watt)
 = Torsi (N.m)
RPM poros = Banyaknya putaran poros tiap menit
61 Konversi satuan, 1 menit = 60 detik

3.4 Analisa Ekonomi Alat

28
3.4.1 Biaya Tetap
Rumus menghitung biaya tetap dapat dilhat rumus dibawah ini:

D=

Dimana:
D = Biaya penyusutan (Rp/Thn)
P = Harga jual (Rp)
S = Harga Akhir (Rp) / 10% * P
N = Perkiraan umur ekonomis (Tahun)
2. Bunga Modal

Dimana:
I = Bunga modal (Rp/tahun)
i = Suku bunga bank (%/tahun)
3. Biaya Gudang
G = 1 % x Harga awal ( P )
G = Biaya Gudang ( %/Tahun)
P = Harga awal ( Rp)
Biaya Tetap = Biaya Penyusutan + Biaya Bunga Modal + Biaya Gudang

3.4.2 Biaya Tidak Tetap


Untuk menghitung biaya tidak tetap dapat dilihat rumus dibawah ini:

Upah Operator=

Biaya Perawatan =

Dimana:
P = Harga awal

29
S = Nilai akhir
Biaya Listrik untuk pelanggan 2.200 Watt = 1467,28,- / Kwh
Biaya Tidak Tetap = Upah Operator + Biaya Perawatan + Biaya Listrik

3.4.3 Biaya Pokok


Biaya pokok adalah biaya yang diperlukan oleh suatu mesin untuk setiap unit
produksi. Rumus biaya pokok sebagai berikut:

BP

Dimana :
BP = Biaya Pokok (Rp/Kg)
BT = Biaya Tetap (Rp/Tahun)
X = Jumlah Jam Kerja (Jam/Tahun)
BTT = Biaya Tidak Tetap (Rp/Jam)
C = Kapasitas Alat (Kg/Jam)

3.4.4 Break Event Point

Untuk menghitung Break Even Point dapat dilihat pada rumus dibawah ini:

Dimana :

BEP = Break Event Point (Kg/Tahun)

BT = Biaya Tetap (Rp/Tahun)

BTT = Biaya Tidak Tetap (Rp/Jam)

C = Kapasitas (Kg/Jam)

R = Upah/Sewa Alat (Rp/Kg)

30
3.5 Prinsip Kerja Dari Mesin Pecacah Enceng Gondok Untuk Pembuatan
Pupuk Oragnik

Mesin pencacah enceng gondok untuk pembuatan pupuk organik ini


mempunyai fungsi utama yaitu sebagai pencacah tumbuhan enceng gondok
menjadi bagian kecil yang bisa dijadikan pupuk organik. Mesin ini dibuat
sedemikian rupa untuk mempermudah dalam proses pencacahan enceng gondok.
Mesin ini digerakan oleh sebuah motor penggerak yang digunakan daya listrik
untuk proses kerjanya.

Cara kerja dari mesin pencacah enceng gondok untuk pembuatan pupuk
organik yaitu diawali dengan menyalakan motor penggerak listrik. Setelah
diperoleh putaran motor yang di inginkan, selanjutnya bahan dimasukan melalui
inlet secara berkala. Bahan yang masuk kedalam inlet akan masuk ke tabung
pencacah atau ruang pencacah yang didalam nya terdapat 3 buah pisau, pisau
tersebut digerakan oleh penggerak dengan menggunakan motor listrik yang
penyaluran daya nya langsung ke poros pemutar pisau. Selanjutnya bahan tersebut
tercacah oleh 3 buah pisau, hasil cacahan ditahan oleh plat penahan sebelum di
keluarkan ke outlet. Apabila hasil cacahan telah sesuai yang di inginkan plat
penahan dilepas kemudian hasil cacahan keluar melewati outlet dan ditampung
oleh wadah yang sudah disediakan.

3.6 Jadwal Pelaksanaan


Sebelum memulai pekerjaan terlebih dahulu di perlukan suatu
perencanaan, berikut rencana kegiatan pelaksanaan PUM.
Tabel 3. Rencana Kegiatan Proyek Usaha Mandiri.

31
No Kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
2. Pembelian bahan
3. Pembuatan alat
4. Uji coba dan perbaikan
alat
5. Penulisan laporan dan
seminar

3.7 Analisa Biaya

Harga
No Nama Bahan Spesifikasi Kebutuhan @(Rp) Total(Rp)
1. Besi Siku 4mm, tebal 4mm 1 Batang Rp.102.000 Rp.102.000

32
2. Besi Plat Tebal 3 mm ¼ Lembar Rp.190.750 Rp.190.750
3. Besi As Ø1 inchi,Panjang 1m 1 Batang Rp.96.000 Rp.96.000
4. Besi Pipa Ø1,5 inchi,Panjang 1 Batang Rp.24.000 Rp.24.000
30cm
5. Besi plat Tebal 2mm 1 Buah Rp.310.500 Rp.310.500
6. Besi plat Tebal 2 mm ¼ Lembar Rp.77.5000 Rp.77.5000
7. Mur M24 1 Buah Rp.45.000 Rp.45.000
8. Baut mur kuning Ø12mm 4 pasang RP.2.000 Rp.8.000
9. Elektroda NK 2,6 1 Kg Rp.120.000 Rp.120.000
10. Motor Listrik 1/2 HP 1 Unit Rp.935.000 Rp.935.000
11. Baut M16 4 buah Rp.2500 Rp.10.000
12. Cat Semprot Warna biru 1 Kaleng Rp.20.000 Rp.20.000
13. Cat Semprot Warna Hitam 1 Kaleng Rp.20.000 Rp.20.000
TOTAL BIAYA Rp.1.958.750

33

Anda mungkin juga menyukai