Instruktur :
HARFARDI ST., MT
Oleh :
No.Bp : 1501011075
Kelas : 2D
Kelompok : 4
2. REYHAN HAFIZ
4. ALFARABI
Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan hidayahNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pratikum uji
puntir ini dengan baik. Laporan ini merupakan hasil dari kegiatan pratikum yang enulis
laksanakan di labor teknik mesin Politeknik Negeri Padang.
Ucapan terima kasih tidak lupa penulis berikan kepada Bapak Harfardi ST.,MT
selaku instruktur yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga
berkat bimbingan dan arahan yang diberikan itu penulis dapat melaksanakan pratikum uji
puntir ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini,
oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran serta petunjuk dari instruktur
dan semua pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan penulis nantinya.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermamfaat untuk pembaca
dan ilmu pengetahuan nantinya.
PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
Dizaman era globalisasi ini, persaingan di dunia industri sangatlah ketat sehingga menuntut
kita untuk menjadi sosok individu yang memiliki kompetensi..Politeknik merupakan salah satu
wadah yang memiliki tujuan untuk mendidik menuju hal tesebut. Dalam prosesnya politeknik
menyediakan aplikasi-aplikasi yang dapat membantu meningkatkan keterampilan para mahasiswa,
salah satu aplikasi yang disediakan adalah praktikum labor bahan.
Salah satu dari praktikum di pengujian bahan adalah Uji Puntir. Uji Puntir adalah suatu
pengujian bahan yang bertujuan untuk menentukan sifat-sifat seperti batas luluh geser dari suatu
material dengan menggunakan suatu mesin yang didesain khusus yang mempunyai salah satu
bagian ujung yang selalu tetap dan ujung yang lain dapat berputar. Benda kerja (test-piece) yang
khusus diikat pada kedua ujungnya dan salah satu ujungnya diputar dengan gear boxsampai benda
kerja itu putussehingga kita dapat mengetahui modulus kekakuan dan juga tegangan puntir yang
diijinkan suatu bahan.
LANDASAN TEORI
II.1 Puntiran
Puntiran adalah suatu pembebanan yang penting. Sebagai contoh, kekuatan puntir
menjadi permasalahan pada poros-poros, karena elemen deformasi plastik secara teori
adalah slip (geseran) pada bidang slip, modulus kekakuan adalah konstanta yang penting,
yang diperoleh dari pengujian puntir (dalam banyak kasus). Deformasi puntiran tidak
menunjukkan tegangan uniform pada potongan lintang seperti halnya pada deformasi
lenturan. Untuk mendapat deformasi puntiran dengan tegangan yang uniform perlu
dipergunakan batang uji berupa silinder tipis.
Patahan karena puntiran dari bahan getas terlihat pada arah kekuatan tarik, yaitu
pada 450 terhadap sumber puntiran, sedangkan bagi bahan yang liat patahan terjadi pada
sudut tegak lurus terhadap sumbu puntiran setelah gaya pada arah sumbu terjadi dengan
deformasi yang besar, dari hal tersebut sangat mudah menentukan keliatan dan kegetasan.
II.2 Diagram Tegangan Regangan
Kekuatan bahan bukanlah kriteria satu-satunya yang harus diperhitungkan dalam
perencanaan struktur. Kekakuan bahan selalu sama pentingnya. Dengan derajat lebih kecil,
sifat seperti kekerasan, ketangguhan, dan keliatan menetapkan pemilihan bahan sifat ini
ditetapkan dengan membuat pengujian bahan dan membandingkan hasilnya dengan standar
yang telah ada.
Gaya luar (eksternal) yang diberikan pada suatu benda harus diimbangi oleh gaya
penentang yang ada di dalam bahan. Bahan yang mempunyai gaya internal tadi dikatakan
berada dalam keadaan tegang. Untuk lebih mengerti hakekat gaya internal ini, marilah kita
perhatikan apa yang terjadi bila suatu benda diberi beban. Mula-mula harus ditegaskan
bahwa dalam praktek, semua beban bekerja sedikit demi sedikit. Proses pembebanan ini
dapat diselesaikan dalam selang waktu yang sangat singkat, namun tak akan pernah sesaat.
Bila gaya dikenakan pada suatu benda, maka bentuk benda akan berubah dan
molekul-molekulnya bergeser sedikit dari posisi awalnya. Pergeseran ini mengakibatkan
timbulnya gaya-gaya antar molekul, yang tergabung untuk menentang gaya yang
ditimbulkan oleh beban tadi. Bila beban bertambah, perubahan bentuk benda makin besar
dan gaya-gaya antar molekul juga bertambah sampai pembebanan mencapai harga akhirnya.
Gaya-gaya di dalam benda mengadakan reaksi yang sama dan berlawanan, sehingga
keadaan setimbang tercapai. Bahan sekarang dalam keadaan tegang dan terenggang. Dapat
dilihat nanti bahwa kedua keadaan ini pasti berhubungan, tegangan dalam bahan harus
didampingi regangan dan sebaliknya. Untuk menyederhanakan perhitungan, seringkali lebih
mudah bila diperhatikan ‘benda tegar’, namun ini hanya merupakan suatu konsep; karena
ada bahan yang tegar sempurna, dan tidak ada benda nyata yang dapat menahan beban,tanpa
sebelumnya mengalami perubahan bentuk.
Bila benda berbeban yang disebutkan diatas dibagi menjadi dua oleh suatu bidang
khayal, maka tiap bagian harus berada dalam keadaan setimbang karena pengaruh gaya luar
yang bekerja padanya dan gaya-gaya internal (yaitu gaya antar molekul) yang bekerja pada
bidang khayal ini. Intensitas tegangan (untuk mudahnya biasanya disebut ‘tegangan’) di
suatu titik pada bidang, didefinisikan sebagai gaya internal per satuan luas.
Tegangan dibedakan menjadi dua jenis. Bila gaya internal tegak lurus pada bidang
yang diamati, maka didapat tegangan normal atau langsung, dan sesuai dengan arah gaya,
dapat bersifat tarik (tensile) atau mampat (compressive). Bila gaya internal sejajar dengan
bidang yang diamati, didapat tegangan tangensial atau geser. Seringkali resultan gaya pada
elemen luasan membentuk sudut dengan bidang luasnya. Dalam keadaan semacam itu, gaya
tersebut diuraikan menjadi komponen normal dan tangensial, serta menghasilkan kombinasi
tegangan-tegangan normal geser.
Perubahan bentuk benda yang terjadi pada keadaan tegang disebut regangan. Ada
dua macam regangan. Bahan dapat membesar atau mengecil dan menghasilkan regangan
normal; atau lapisan-lapisan bahan dapat bergeser yang satu terhadap yang lain dan
menghasilkan regangan geser. Untuk batang dalam keadaan tarik atau komprensi sederhana,
akibat yang paling jelas terlihat adalah perubahan panjang batang, yaitu regangan normal.
Intensitas regangan (biasanya disebut ‘regangan’ saja) untuk regangan normal, didefinisikan
sebagai perbandingan perubahan ukuran terhadap ukuran semula.
Untuk mencari hubungan antara momen puntir dalam dengan tegangan pada
penampang batang bulat, perlu dibuatkan asumsi sbb:
a. Potongan normal tetap di bidang datar sebelum maupun sesudah puntiran.
b. Regangan geser berbanding lurus terhadap sumbu pusat.
c. Potongan normal tetap berbentuk bulat selama puntiran.
d. Batang dibebani momen puntir dalam bidang tegak lurus sumbu batang.
e. Tegangan puntir tidak melebihi batas proporsional.
f. Tegangan geser berubah sebanding dengan regangan linear.
Berdasarkan asumsi yang diambil (butir 2 dan 6) maka tegangan geser maksimum
terletak pada keliling penampang sehingga dapat dicari hubungan antara tegangan geser
dengan jarak terhadap sumbu pusat. Gaya geser inilah nantinya akan mengantisipasi momen
torsi luar.
Besar momen inseria polar dari luas penampang, yang dinotasikan sebagai Ip, sehingga :
𝟏
Ip = 𝟑𝟐π D4
Dimana :
t = tegangan geser
I p = Momen inersia polar penampang luas.
c = jari-jari lingkaran
Dalam mendesain bagian-bagian struktur yang menyangkut kekuatan, maka
tegangan geser yang memenuhi syaratlah yang dipilih. Karena batang yang mengalami
puntiran sering dipakai untuk meneruskan gaya, maka percobaan puntiran pada batang
sering dilakukan.
II.6 Sifat-sifat Mekanik
Bagaimanapun baiknya suatu kristal dipersiapkan, pasti memiliki cacat-cacat kisi
yang akan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan strukstur kristal tersebut.
Dengan mengamati sifat mekanik logam, akan diperoleh sifat-sifat cacat kisi tersebut. Pada
beberapa cabang industri, pengujian mekanik yang biasa dilakukan seprti uji tarik,
kekerasan, impak, creep dan fatik, digunakan untuk mempelajari keadaan cacatnya (defect
state) tetapi untuk memeriksa kualitas produk yang dihasilkan berdasarkan suatu standar
spesifikasi.
a. Tensile Strength, biasanya dilakukan pengujian tarik terhadap suatu material logam
untuk mengetahui seberapa besar ketahanan material tersebut terhadap beban tarik.
b. Kekerasan, didefinisikan sebagai ketahanan suatu material logam terhadap
penetrasi, memeberikan sifat-sifat deformasinya.
c. Impak, Suatu bahan mungkin memiliki kakuatan tarik (Tensile Strength) yang tinggi
tetapi tidak memenuhi syarat untuk kondisi pembebanan kejut (tumbukan)
d. Creep (pemuluran), didefinisikan sebagai aliran plastis pada kondisi tegangan yang
konstan.
e. Fatiq, adalah fenomena yang berkaitan dengan perpatahan logam secara premature
karena tegangan rendah yang terjadi berulang kali dan terutama berperanan penting
dalam industri penerbangan.
II.7 Pengertian Dasar
a. Ketangguhan adalah ukuran besarnya energi yang diperlukan untuk mengubah bentuk
suatu material.
b. Kekerasan adalah ketahanan suatu material yang terhadap penetrasi yang diberikan pada
permukaannya.
c. Momen adalah hasil kali gaya dengan jarak gaya ke titik pusat.
M=FxL
Dimana : M = Momen
F = Gaya
L = Jarak
d. Gaya adalah segala sesuatu yang dapat menyebabkan benda bermassa mengalami
percepatan.
F=mxa
Dimana : F = gaya
m = massa
a = percepatan
e. Sudut Puntir /angle of twist (θ) adalah suatu poros dengan panjang L dikenai momen
puntir T secara konstan dikeseluruhan panjang poros.
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada pratikum uji puntir ini ialah sebagai
berikut :
PROSES PENGERJAAN
1. Kalibrasi
a. Hubungkan kabel E 101 digital meter dengan arus listrik
b. Hubungkan output socket (P) padda sebelah kanan mesin puntir dengan input
socket di belakang E 101 digital meter
c. Tekan Switch on nyala dan menunjukkan nol
d. Atur batang defleksi (H) hingga betul-betul rata dengan memutar levelling
hand wheel (G)
e. Pilih sistem SI, dgn cara mengatur saklar SI-IMP didepan E 101 digital meter
f. Gantungkan bebean 5 Kg pada batang kalibrasi (E) dan baca pada E101
digital meter = 24,5 Nm (jika terjadi kesalahan ± 0,5 Nm atau 2). Bila tidak
menunjukkan angka tersebut diatas, atur CAL Screw dengan menggunakan
obeng kecil hingga menunjukkan angka di atas
g. Hilangkan beban dan periksa bahwa E 101 digital meter kembali ke nol
h. Jika kita menghendaki sistem imperial (lb-in) ulangi prosedur diatas, hanya
meengatur saklar pada keadaan IMP dan atur SI/IMP ADJ Screw hingga
menunjukkan angka pada digital meter : 217 lb-in
2. Pengetesan benda uji
a. Ukur dimensi benda uji
b. Paskan benda uji dengan perantaraan sockets segi enam pada tangkai masuk
(T) dan ujung tangkai puntir (Q). Jika jarak (T) dan (Q) kependekan atau
kepanjangan, putar dua bonggol pengunci (K) hinggga kendor kemudian atur
posisinya sampai benda uji terpasang dengan baik
c. Set batang defleksi (H) dgn mengatur hand wheel (G) lalu set dial guage (F)
d. Pilih penggunaan sistem (metrik atau imperial) yang akan digunakan, dan
atur dengan pembacaan nol dengan mengatur adjusting knob ( atau screw) di
belakang E 101 digital meter
e. Putar hand wheel (M) sampai socket kedua bergelincir dan mengikat benda
uji, kemudian gerakkan lagi dengan pelan-pelan sampai digital meter
menunjukkan 0,1 Nm atau 1 lb-in
f. Setelah semuanya nol, sekarang mulai melakukan pengujian:
Putar hand wheel (M)
Baca pada skala A
Baca pada skala B
Baca besarnya momen puntir pada digital meter
Baca b
esarnya defleksi pada dial gauge (F)
BAB V
DATA PERCOBAAN
1. ST 37
0,8 5,618034
∅ = 6 − 𝑎𝑟𝑐 tan ( ) = 5,618034° 𝜃= = 0,077383°
120 72,6
0,7 5,809015
∅ = 6 − 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛 120 = 5,809015° 𝜃= = 0,095074°
61,1
1 5,522546
∅ = 6 − 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛 120 = 5,522546° 𝜃= = 0,075859°
72,8
Besar
Moment
No Putaran Sudut Defleksi p θ ∅
Puntir
Puntir
1 1 6 2,3 1 0,051633155 0,075859 5,522546
2 2 12 6,0 2,08 0,134695188 0,151195 11,00697
3 3 18 7,4 2,5 0,166124065 0,230859 16,80651
4 4 24 8,0 2,7 0,179593584 0,311965 22,71106
5 5 30 8,5 2,78 0,190818183 0,393858 28,67289
6 6 36 8,6 2,8 0,193053102 0,476145 34,66334
7 7 42 8,8 2,82 0,197552942 0,558431 40,6538
8 8 48 8,9 2,85 0,199797862 0,640652 46,63948
9 9 54 8,9 2,87 0,199797862 0,722939 52,62994
10 10 60 9,0 2,89 0,202042782 0,805225 58,62039
11 11 66 9,3 2,9 0,208777541 0,887577 64,61562
12 12 72 9,3 2,91 0,208777541 0,969929 70,61085
13 13 78 9,6 2,93 0,2155123 1,052216 76,60131
14 14 84 9,6 2,94 0,2155123 1,134568 82,59653
15 15 90 9,9 2,96 0,22224706 1,216854 88,58699
16 16 96 9,9 2,97 0,22224706 1,299206 94,58222
17 17 102 9,9 2,98 0,22224706 1,381558 100,5774
18 18 108 10,1 2,99 0,226736899 1,46391 106,5727
19 19 114 10,2 3,01 0,228981819 1,546197 112,5631
20 20 120 10,2 3,02 0,228981819 1,628549 118,5584
21 21 126 10,2 3,03 0,228981819 1,710901 124,5536
22 22 132 10,2 3,04 0,228981819 1,793253 130,5488
23 23 138 10,3 3,06 0,231226739 1,875539 136,5393
24 24 144 10,6 3,07 0,237961498 1,957892 142,5345
25 25 150 10,6 3,07 0,237961498 2,040309 148,5345
26 26 156 10,6 3,08 0,237961498 2,122661 154,5297
27 27 162 10,6 3,1 0,237961498 2,204948 160,5202
28 28 168 10,7 3,11 0,240206418 2,2873 166,5154
29 29 174 10,8 3,12 0,242451338 2,369652 172,5106
30 30 180 10,8 3,13 0,242451338 2,452004 178,5059
31 31 186 10,8 3,14 0,242451338 2,534356 184,5011
32 32 192 10,7 3,15 0,240206418 2,616708 190,4963
33 33 198 10,6 3,16 0,237961498 2,69906 196,4916
34 34 204 10,6 3,17 0,237961498 2,781412 202,4868
35 35 210 10,6 3,18 0,237961498 2,863764 208,482
36 36 216 10,6 3,19 0,237961498 2,946116 214,4772
37 37 222 10,6 3,2 0,237961498 3,028468 220,4725
38 38 228 10,6 3,21 0,237961498 3,11082 226,4677
39 39 234 10,5 3,22 0,235716579 3,193172 232,4629
40 40 240 10,6 3,23 0,237961498 3,275524 238,4582
41 41 246 10,5 3,23 0,235716579 3,357942 244,4582
42 42 252 10,2 3,23 0,228981819 3,440359 250,4582
43 43 258 10,2 3,23 0,228981819 3,522777 256,4582
44 44 264 10,2 3,24 0,228981819 3,605129 262,4534
45 45 270 10,2 3,24 0,228981819 3,687547 268,4534
46 46 276 10,3 3,24 0,231226739 3,769964 274,4534
47 47 282 10,2 3,25 0,228981819 3,852316 280,4486
48 48 288 10,2 3,26 0,228981819 3,934668 286,4438
49 49 294 10,2 3,26 0,228981819 4,017086 292,4438
50 50 300 10,2 3,26 0,228981819 4,099503 298,4438
51 51 306 10,1 3,26 0,226736899 4,181921 304,4438
52 52 312 9,9 3,27 0,22224706 4,264273 310,4391
53 53 318 9,9 3,27 0,22224706 4,346691 316,4391
54 54 324 9,9 3,27 0,22224706 4,429108 322,4391
55 55 330 9,9 3,27 0,22224706 4,511526 328,4391
56 56 336 9,9 3,27 0,22224706 4,593943 334,4391
57 57 342 10,1 3,25 0,226736899 4,676492 340,4486
58 58 348 102 3,25 0,228981819 4,75891 346,4486
59 59 354 10,2 3,25 0,228981819 4,841327 352,4486
60 60 360 10,2 3,24 0,228981819 4,92381 358,4534
61 61 366 10,2 3,24 0,228981819 5,006228 364,4534
62 62 372 10,2 3,23 0,228981819 5,088711 370,4582
63 63 378 10,2 3,23 0,228981819 5,171129 376,4582
64 64 384 10,2 3,23 0,228981819 5,253546 382,4582
65 65 390 10,3 3,23 0,231226739 5,335964 388,4582
66 66 396 10,2 3,23 0,228981819 5,418381 394,4582
67 67 402 10,2 3,23 0,228981819 5,500799 400,4582
68 68 408 10,3 3,22 0,231226739 5,583282 406,4629
69 69 414 10,5 3,22 0,235716579 5,6657 412,4629
70 70 420 10,6 3,22 0,237961498 5,748117 418,4629
71 71 426 10,6 3,22 0,237961498 5,830535 424,4629
72 72 432 10,6 3,22 0,237961498 5,912952 430,4629
73 73 438 10,6 3,22 0,237961498 5,99537 436,4629
74 74 444 10,7 3,22 0,240206418 6,077788 442,4629
75 75 450 10,9 3,22 0,244696258 6,160205 448,4629
76 76 456 10,9 3,23 0,244696258 6,242557 454,4582
77 77 462 10,8 3,23 0,242451338 6,324975 460,4582
78 78 468 10,8 3,23 0,242451338 6,407392 466,4582
BAB VI
ANALISA DATA
Dari hasil percobaan dapat kita lihat perbedaan dari masing-masing benda uji, dapat kita urutkan
tingkat kekerasan suatu benda uji atau tingkat keuletan benda uji. Berdasarkan pengamatan ketika pratikum,
benda uji dapat kita urutkan berdasarkan tinggkat keuletan yang paling tinggi
1. ST 37
2. Kuningan
3. Allumunium
Berikut adalah grafik antara Momen Puntir dengan Sudut Puntir (Mp-∅)
- ST 37
Mp
25
20
15
10
0 ∅
0 20 40 60 80 100 120 140
- Kuningan
MP
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0 ∅
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
- Allumunium
MP
120
100
80
60
40
20
0 ∅
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
Berikut adalah grafik antara Tegangan Puntir dengan Sudut Puntir Spesifik (p-θ)
- ST 37
P
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0 θ
0 0.5 1 1.5 2
- Kuningan
P
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0 θ
0 2 4 6 8 10 12 14
- Allumunium
P
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0 θ
0 1 2 3 4 5 6 7