Disusun Oleh
Kelompok 1:
Nama :
Strata : S-1
Jurusan Fisika
2022
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah ini dengan topik Kekuatan Tarik dapat terselesaikan tepat waktu.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Karakteristik Nanomaterial.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M. Si. selaku
dosen pengampu mata kuliah kapita selekta polimer atas bimbingannya kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah mengenai materi termoplastik dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
sangat mngharapkan kritik serta saran yang mendukung dari para pembaca untuk makalah ke
depannya yang lebih baik lagi. Akhir kata kami mengucapkan banyak terimakasih.
Penulis
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.2.Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3.Tujuan Penulisan....................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..............................................................................................................................7
BAB III..........................................................................................................................................16
PENUTUP.....................................................................................................................................16
3.1 Simpulan..............................................................................................................................16
2.2.Saran.....................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dengan berbagai macam kebutuhan sifat mekanik yang dibutuhkan oleh suatu material
ialah berbeda-beda. Sifat mekanik tersebut terutama meliputi kekerasan, keuletan, kekuatan,
ketangguhan, serta sifat mampu mesin yang baik. Dengan sifat pada masing-masing material
berbeda, maka banyak metode untuk menguji sifat apa sajakah yang dimiliki oleh suatu material
tersebut. Uji impak merupakan salah satu metode yang digunakkan untuk mengetahui kekuatan,
kekerasan, serta keuletan material. Oleh karena itu uji impak banyak dipakai dalam bidang
menguji sifat mekanik yang dimiliki oleh suatu material tersebut.
Uji impak adalah pengujian dengan menggunakan pembebanan yang cepat (rapid
loading). Agar dapat memahami uji impak terlebih dahulu mengamati fenomena yang terjadi
terhadap suatu kapal yang berada pada suhu rendah ditengah laut, sehingga menyebabkan
materialnya menjadi getas dan mudah patah. Disebabkan laut memiliki banyak beban (tekanan)
dari arah manapun. Kemudian kapal tersebut menabrak gunung es, sehingga tegangan yang telah
terkonsentrasi disebabkan pembebanan sebelum sehingga menyebabkan kapal tersebut terbelah
dua. Dalam Pengujian Mekanik, terdapat perbedaan dalam pemberian jenis beban kepada
material. Uji tarik, uji tekan, dan uji punter adalah pengujian yang menggunakan beban statik.
Sedangkan uji impak (fatigue) menggunakan jenis beban dinamik.
Pada uji impak, digunakan pembebanan yang cepat (rapid loading). Perbedaan dari
pembebanan jenis ini dapat dilihat pada strain rate. Pada pembebanan cepat atau disebut dengan
beban impak, terjadi proses penyerapan energi yang besar dari energi kinetik suatu beban yang
menumbuk ke spesimen. Proses penyerapan energi ini, akan diubah dalam berbagai respon
material seperti deformasi plastis, efek histerisis, gesekan, dan efek inersia.
1.2.Rumusan Masalah
4
4. Bagaimana kemampuan material terhadap beban impak dari berbagai temperatur yang di
ukur ?
1.3.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh beban impak terhadap sifat mekanik material.
2. Mengetahui standar prosedur pengujian impak.
3. Mengetahui faktor yang memengaruhi kegagalan material dengan beban impak.
4. Mengetahui kemampuan material terhadap beban impak dari berbagai temperatur yang
di ukur.
5
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kekuatan Impak
Kekuatan impak adalah kemampuan suatu bahan untuk menerima beban secara tiba -
tiba. Beberapa bahan dapat tiba-tiba menjadi getas dan patah karena perubahan temperatur dan
laju regangan, walaupun pada dasarnya logam tersebut liat. Gejala ini biasa disebut transisi liat
getas, yang merupakan hal penting ditinjau dari penggunaan praktis bahan . Patahan patah getas
bersifat getas sempurna, yaitu tanpa adanya deformasi plastis sama sekali, jadi berbeda dengan
bidang slip biasa, patah terjadi pada bidang kristalografi spesifik pada bidang pecahan.
Permukaan patah dari bidang pecahan mempunyai kilapan yang menunjukkan pola Chevron
secara makrokospik pada arah yang menuju titik permulaan patah.
Patah getas terjadi pada pangkal takikan benda uji, jadi bahan tiba-tiba patah tanpa
deformasi plastis. Secara praktis patahan buatan seperti itu tidak pernah terjadi pada struktur
mesin, tetapi mesin selalu mempunyai bagian yang terdapat konsentrasi tegangan dan mungkin
mempunyai cacat pada lasan, jadi adanya cacat yang bekerja seperti takikan tidak dapat
dihindari, meskipun bahan tersebut merupakan bahan yang ulet. Pengujian impak charpy banyak
dipergunakan untuk menentukan kualitas bahan. Batang uji dengan takikan 2 mm V notch.
Pengujian impak charpy dilakukan untuk mengetahui sifat liat dari bahan yang ditentukan dari
banyaknya energi yang dibutuhkan untuk mematahkan batang uji dengan sekali pukul.
1. Meterial mendapat beban tiba-tiba ayuan bandul godam pada ketinggian tertentu.
2. Energi yang diserap SPECIMEN (joule) adalah selisih energi potensial godam sebelum dan
sesudah memukul (IMPACT) matrial.
3. Besarnya keuletan (ketangguhan) adalah energi yang diserap dibagi luas penampang
spesimen.
7
Secara umum metode pengujian impak terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Metode Charpy
Pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi spesimen uji pada tumpuan dengan posisi
horizontal/mendatar, dan arah pembebanan berlawanan dengan arah takikan.
2. Metode Izod
3. Pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi spesimen uji pada tumpuan dengan
posisi, dan arah pembebanan searah dengan arah takikan.
Secara umum sebagai mana analisis perpatahan pada benda hasil uji tarik maka
perpatahan impak digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:
Informasi lain yang dapat dihasilkan dari pengujian impak adalah temperatur transisi
bahan. Temperatur transisi adalah temperatur yang menunjukkan transisip perubahan jenis
perpatahan suatu bahan bila diuji pada temperatur yang berbeda-beda. Pada pengujian dengan
temperatur yang berbeda-beda maka akan terlihat bahwa pada temperatur tinggi material akan
bersifat ulet (ductile) sedangkan padat temperatur rendah material akan bersifat rapuh atau getas
(brittle).
Fenomena ini berkaitan dengan vibrasi atom-atom bahan pada temperatur yang berbeda
dimana pada temperatur kamar vibrasi itu berada dalam kondisi kesetimbangan dan selanjutnya
8
akan menjadi tinggi bila temperatur dinaikkan (ingatlah bahwa energi panas merupakan
suatu driving force terhadap pergerakan partikel atom bahan). Vibrasi atom inilah yang berperan
sebagai suatu penghalang (obstacle) terhadap pergerakan dislokasi pada saat terjadi deformasi
kejut/impak dari luar. Dengan semakin tinggi vibrasi itu maka pergerakan dislokasi mejadi relatif
sulit sehingga dibutuhkan energi yang lebih besar untuk mematahkan benda uji. Sebaliknya pada
temperatur di bawah nol derajat Celcius, vibrasi atom relatif sedikit sehingga pada saat bahan
dideformasi pergerakan dislokasi menjadi lebih sangat mudah dan benda uji menjadi lebih
mudah dipatahkan dengan energi yang relatif lebih rendah.
1. Patah Getas
Merupakan fenomena patah pada material yang diawali terjadinya retakan secara
cepat dibandingkan patah ulet tanpa deformasi plastis terlebih dahulu dan dalam waktu
yang singkat. Dalam kehidupan nyata, peristiwa patah getas dinilai lebih berbahaya dari
pada patah ulet, karena terjadi tanpa disadari begitu saja. Biasanya patah getas terjadi
pada material berstruktur martensit, atau material yang memiliki komposisi karbon yang
sangat tinggi sehingga sangat kuat namun rapuh.
Ciri-cirinya:
Permukaannya terlihat berbentuk granular, berkilat dan memantulkan cahaya.
Terjadi secara tiba-tiba tanpa ada deformasi plastis terlebih dahulu sehingga tidak
tampak gejala-gejala material tersebut akan patah.
Tempo terjadinya patah lebih cepat
Bidang patahan relatif tegak lurus terhadap tegangan tarik.
Tidak ada reduksi luas penampang patahan, akibat adanya tegangan multiaksial.
2. Patah Ulet
Patah ulet merupakan patah yang diakibatkan oleh beban statis yang diberikan
pada material, jika beban dihilangkan maka penjalaran retakakan berhenti. Patah ulet ini
ditandai dengan penyerapan energi disertai adanya deformasi plastis yang cukup besar di
9
sekitar patahan, sehingga permukaan patahan nampak kasar, berserabut (fibrous), dan
berwarna kelabu. Selain itu komposisi material juga mempengaruhi jenis patahan yang
dihasilkan, jadi bukan karena pengaruh beban saja. Biasanya patah ulet terjadi pada
material berstruktur bainit yang merupakan baja dengan kandungan karbon rendah (duta,
2011)
Ciri-cirinya :
Ada reduksi luas penampang patahan, akibat tegangan uniaksial
Tempo terjadinya patah lebih lama.
Pertumbuhan retak lambat, tergantung pada beban
Permukaan patahannya terdapat garis-garis benang serabut (fibrosa), berserat,
menyerap cahaya, dan penampilannya buram.
10
Takikan Setengah lingkaran, Memiliki energi impak yang terbesar karena
distribusitegangan tersebar pada setiap sisinya, sehingga tidak mudah patah.
2. Beban
Semakin besar beban yang diberikan , maka energi impak semakin kecil yang
dibutuhkan untuk mematahkan specimen, dan demikianpun sebaliknya. Hal ini
diakibatkan karena suatu material akan lebih mudah patah apabila dibebani oleh gaya
yang sangat besar.
3. Temperatur
Semakin tinggi temperatur dari spesimen, maka ketangguhannya semakin tinggi
dalam menerima beban secara tiba-tiba, demikinanpun sebaliknya, dengan temperatur
yang lebih rendah. Namun temperatur memiliki batas tertentu dimana ketangguhan akan
berkurang dengan sendirinya.
4. Transisi ulet rapuh
Hal ini dapat ditentukan dengan berbagai cara, misalnya kondisi struktur yang
susah ditentukan oleh sistem tegangan yang bekerja pada benda uji yang bervariasi,
tergantung pada cara pengusiaannya
5. Efek komposisi ukuran butir
Ukuran butir berpengaruh pada kerapuhan, sesuai dengan ukuran besarnya.
Semakin halus ukuran butir maka bahan tersebut akan semakin rapuh sedangkan bila
ukurannya besar maka bahan akan ulet.
6. Perlakuan panas dan perpatahan
Perlakuan panas umumnya dilakukan untuk mengetahui atau mengamati besar-
besar butir benda uji dan untuk menghaluskan butir.
7. Pengerasan kerja dan pengerjaan radiasi
Pengerasan kerja terjadi yang ditimbulkan oleh adanya deformasi plastis yang
kecil pada temperatur ruang yang melampaui batas atau tidak luluh dan melepaskan
sejumlah dislokasi serta adanya pengukuran keuletan pada temperatur rendah
11
Ditinjau dari penempatan uji benda kerja, pengujian impak dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu dengan metode charpy dan metode izod. Pada dasarnya kedua metode inihamper
sama, namun terdapat sedikit perbedaan yaitu pada metode charpy benda uji diletakkan secara
horizontal dan kedua ujungnya di tahan oleh landasan dari pisau pemukuldan di pukulkan pas di
tengah benda uji yang telah diberi tarikan. sedangkan pada metode izod benda uji diletakkan
secara vertical dan salah satu ujungnya di jepit kemudian pisau pemukul di pukulkan terhadap
ujung lainyayang bebas. Alat yang digunakan pada pengujiankekuatan impak seperti gambar 1
dibawah ini
dimana :
m = massa pendulum (kg)
g = percepatan gravitasi (kg/m2 )
h = tinggi pengangkatan pendulum dari titik setimbang(m)
f = sudut yang dibentuk lengan pedulum setelah melewati kesetimbangan
i = sudut awal yang dibentuk lengan pendulum dengan sumbu vertical.
Besarnya kekuatan impak dari benda uji dengan luas penampang lintang (A) adalah :
12
dimana :
Is = kekuatan impak (J/m2 )
Es = energi yang diserap sampel setelah tumbukan (J)
A = luas penampang lintang sampel (m2 ).
Pada gambar memperlihatkan peralatan uji impak dimana hasilnya dalam bentuk data
digital dibaca pada layar display. Gambar 2 adalah peralatan preparasi sampel untuk uji impak
membentuk tekuk (notch ) berbentuk v
13
pada Gambar.5 , pengujian digunakan dengan peralatan Izod Impact Tester Walpert Type CPSA
dengan sudut yang dibentuk lengan pendulum 160o ,berat beban 4 kg seperti ditunjukkan pada
Gambar 6
.
Gambar 5. Bentuk sampel pengujian kekuatan impak dengan standar ASTM D-256
14
Gambar 5. Alat Uji Impak manual Walpert Type CPSA
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1. Impact Test adalah suatu pengujian yang dilakukan untuk menguji ketangguhan suatu
specimen terhadap pemberian beban secara tiba-tiba melalui tumbukan.
2. Semakin rendah harga impak maka jenis perpatahan yang terjadi akan semakin getas.
3. Salah satu hal yang mempengaruhi impak adalah temperatur. Semakin rendah temperatur
suatu material maka akan semakin getas material tersebut, dan semakin tinggi temperatur
maka material akan semakin ulet.
4. Energi impak yang terbesar terdapat pada takikan setengah lingkaran dan terendah pada
takikan segitiga. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perpatahan akan semakin mudah terjadi
pada takikan bersudut
2.2.Saran
Untuk membuat makalah yang lebih baik lagi ke depannya, diharapkan agar penulis lebih
banyak menemukan sumber-sumber yang terkait dengan judul makalah. Hal itu bertujuan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan penulis sehingga dapat lebih mendalami materi yang
terkait. Selain itu, juga diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca terkait isi
makalah ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
Arti kekuatan Impak. Cara pengujian impak Pengertian metode charpy dan metode izod.
(123dok.com)
(DOC) LAPORAN UJI IMPAK DI LAB P.N.U.P | Andi Ari Putra - Academia.edu
Eva Marlina Ginting Dan Nurdin Bukit. 2014. Karakterisasi Material. Medan. UNIMED
PRESS
17