Anda di halaman 1dari 20

Makalah Fisika Batuan

PARAMETER PETROFISIKA BATUAN

Dosen Pengampu : Dr. Rita Juliani, M.Si

Disusun Oleh :

Kelompok 3

1. Devani Anindita Yolanda 4191240001


2. Retta Rondang Sirait 4193540004
3. Wahyu Ananda 4191240006

Fisika A 2019

PRODI S-1 FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Parameter Petrofisika Batuan”. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Fisika Batuan.

Kami ucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Dr. Rita Juliani, M.Si sebagai
dosen pengampu kami yang telah menuntun kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis berusaha seoptimal mungkin demi


sempurnanya makalah ini. Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Harapannya semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bagi pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Medan, 4 September 2022

Kelompok 3


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................................4
1.4 Manfaat......................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
2.1 Sejarah tentang Petrofisika.......................................................................................5
2.2 Parameter Petrofisis Reservoar...............................................................................10
2.2.1 Porositas...........................................................................................................11
2.2.2 Porositas terhadap ukuran butir.....................................................................14
2.2.3 Pengaruh proses diagenesa, kedalaman dan tekanan......................................14
2.2.4 Permukaan internal spesifik (Spesific internal surface)..................................15
2.2.5 Permeabilitas....................................................................................................16
2.2.6 Densitas Batuan................................................................................................17
BAB III PENUTUP.................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................19
3.2 Saran........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara general, kondisi dalam sumur pengeboran dapat diketahui dengan
dua cara; pengambilan sampel core dan interpretasi menggunakan metoda logging
dengan parameter petrofisika. Pengambilan sampel core adalah cara terbaik untuk
memastikan isi dan kualitas sebuah sumur hidrokarbon, namun memakan biaya
dan waktu. Karena itu, alternatif terbaik yang digunakan para geofisikawan untuk
mengatahui isi sumur hidrokarbon adalah metoda logging dengan parameter
petrofisika.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah berjudul parameter petrofisika batuan
adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud petrofisika?
2. Apa tujuan dilakukan analisis petrofisika?
3. Mengapa kita perlu mempelajari sifat fisik batuan dan reservoir?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan masalah dari makalah berjudul parameter petrofisika batuan adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan petrofisika
2. Mengetahui tujuan dilakukannya analisis petrofisika
3. Mempelajari sifat fisik batuan dan reservoir
1.4 Manfaat
Adapun rumusan masalah dari makalah berjudul parameter petrofisika batuan
adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui tentang sejarah, perkembangan petrofisika, dan terkait dengan
hal petrofisika
2. Dapat menganalisis tentang petrofisika atau yang berkaitan dengan
petrofisika
3. Mengetahui tentang karakterisasi sifat fisik batuan dan reservoir

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Sejarah tentang Petrofisika
Studi tentang aliran fluida dalam batuan dan sifat-sifat batuan berawal
pada tahun 1927 ketika Kozeny menyelesaikan persamaan Navier-Stokes untuk
aliran fluida dengan mempertimbangkan media berpori sebagai kumpulan pori-
pori dengan panjang yang sama. Dia memperoleh hubungan antara permeabilitas,
porositas, dan luas permukaan.
Pada waktu yang hampir bersamaan Schlumberger bersaudara
memperkenalkan log sumur pertama. Perkembangan awal ini mengarah pada
peningkatan peralatan yang cepat, operasi produksi, evaluasi formasi, dan efisiensi
recovery. Pada dekade-dekade berikutnya, studi tentang sifat-sifat batuan dan
aliran fluida diintensifkan dan menjadi bagian dari upaya penelitian semua
perusahaan minyak besar. Pada tahun 1950, Archie mengemukakan bahwa upaya
penelitian khusus ini harus diakui sebagai disiplin terpisah dengan nama
petrofisika. Archie mengulas makalah sebelumnya dan membahas hubungan
antara jenis batuan, lingkungan sedimen, dan sifat petrofisika. Sebelumnya, pada
tahun 1942, Archie membahas hubungan antara hambatan listrik cairan dalam
media berpori dan porositas. Archie mengusulkan persamaan yang mengubah
interpretasi log sumur dari analisis kualitatif formasi bawah permukaan ke
penentuan kuantitatif saturasi fluida in situ. Perkembangan ini dan selanjutnya
mengarah pada perbaikan dalam evaluasi formasi, pemetaan bawah permukaan,
dan optimalisasi pemulihan minyak bumi.
Persamaan Hagen-Poiseuille, yang berlaku untuk tabung kapiler lurus
tunggal, adalah persamaan aliran paling sederhana. Dengan menambahkan faktor
tortuosity, Ewall menggunakan distribusi ukuran pori untuk menghitung
permeabilitas batu pasir. Nilai yang dihitung cocok dengan permeabilitas
ditentukan secara eksperimental dalam 10%. Dia kemudian dapat menunjukkan
jumlah relatif cairan yang mengalir melalui pori-pori ukuran pori yang dipilih.
Dengan demikian persamaan Hagen-Poiseuille, dengan modifikasi untuk
memperhitungkan jalur aliran berliku dalam batuan, dapat digunakan untuk
analisis karakteristik aliran fluida yang tidak ketat.
Ekspresi umum untuk aliran fluida dalam media berpori dikembangkan
oleh Darcy pada tahun 1856 dari investigasi aliran air melalui lapisan saringan
pasir. Darcy mengembangkan ungkapan ini dari interpretasi berbagai parameter
yang terlibat dalam aliran air melalui saringan pasir untuk menghasilkan ekspresi
yang dikenal sebagai hukum Darcy.
Meskipun hukum Darcy dikembangkan untuk aliran fase-tunggal dari
fluida melalui media berpori, itu diterapkan juga untuk aliran multifase. Pada
tahun 1936, Hassler et al. membahas prosedur dan peralatan untuk penentuan sifat
aliran multifasa dalam batuan. Morse et al. memperkenalkan metode steady-state
dinamis untuk aliran simultan cairan dalam batuan, menggunakan sepotong kecil
batu di permukaan inti untuk mendistribusikan cairan secara merata ke dalam
sampel uji. Mereka menunjukkan bahwa nilai yang konsisten dari permeabilitas
relatif dari dua fluida yang mengalir dapat diperoleh sebagai fungsi dari kejenuhan
fase pembasahan. Pada tahun 1952 Welge mengembangkan metode untuk
menghitung rasio permeabilitas relatif sebagai fungsi dari saturasi fase
pembasahan untuk penempatan minyak dari batuan yang dinyatakan tidak stabil,
menggunakan gas atau air sebagai fase pemindahan. Kemudian pada tahun 1959
Johnson et al. melanjutkan pekerjaan Welge, memungkinkan perhitungan
permeabilitas relatif individu untuk perpindahan unsteady-state. Metode ini adalah
metode yang paling konsisten digunakan karena dapat dijalankan dalam waktu
singkat dan hasilnya konsisten dengan metode lain yang memerlukan beberapa
hari untuk analisis lengkap.
Pada 1978, Jones dan Roszelle mempresentasikan metode grafis untuk
evaluasi permeabilitas relatif dengan metode unsteady-state. Aplikasi konsep
permeabilitas relatif untuk analisis kinerja reservoir dan prediksi recovery
diperkenalkan oleh Buckley dan Leveret, yang mengembangkan dua persamaan
yang dikenal sebagai persamaan aliran fraksional dan frontal advance equation .
Kedua persamaan ini memungkinkan perhitungan perolehan minyak yang
dihasilkan dari perpindahan oleh cairan yang tidak bercampur (gas atau air).
Penelitian dalam petrofisika mencapai puncak pada tahun 1960-an tetapi
menerima peningkatan dan penekanan pada dekade-dekade berikutnya dengan
munculnya upaya-upaya untuk meningkatkan ultimate recovery dengan metode
kimia dan metode termal yang baru; yang secara umum telah diakui sebagai
enchanced oil recovery (EOR). Teknik EOR adalah teknologi baru dan
berkembang dan hanya beberapa proses (fase perpindahan termal dan campur
aduk atau miscible ) yang telah terbukti dalam skala besar. Penelitian tentang
mekanisme perpindahan larutan kimia, perangkap sisa minyak, pengukuran sisa
minyak saturasi, hubungan fase beberapa cairan dalam media berpori, dan
karakteristik kompleks lain dari perilaku fluida dalam batuan telah menjadi area
baru penelitian petrofisika. Penekanan lebih sekarang ditempatkan pada asal usul
batuan dan minyak bumi, karena komposisi mineral batuan dan karakteristik kimia
minyak mentah terlibat dalam sifat aliran fluida dan jumlah saturasi minyak
residu.
Evaluasi setiap reservoir minyak bumi, baru atau lama, untuk laju produksi
maksimum dan pemulihan maksimum hidrokarbon membutuhkan pengetahuan
menyeluruh tentang sifat-sifat transportasi fluida batuan dan interaksi fluida-
batuan yang mempengaruhi aliran fluida. Pengetahuan umum tentang fenomena
aliran fluida dapat diperoleh melalui studi sampel batuan yang digali. Perilaku
reservoir spesifik, bagaimanapun, hanya dapat diprediksi dari analisis sifat
petrofisika reservoir dan interaksi fluida-batuan yang diperoleh dari sampel inti
reservoir. Analisis inti hanya menghasilkan data di lokasi titik dalam reservoir;
oleh karena itu, analisis petrofisika harus diperiksa sehubungan dengan korelasi
geologis, mineralogi, dan log sumur reservoir untuk mengembangkan estimasi
kinerja keseluruhan yang bermakna.
Informasi tentang struktur bawah permukaan menjadi jelas karena adanya data
seismic yang telah dimanfaatkan oleh ahli-ahli eksplorasi lebih dari empat puluh
tahun terakhir. Ribuan sumur-sumur minyak dan gas bumi telah diketemukan di
dunia ini, dan jasa metode seismik dalam penemuan itu tidak dapat diabaikan.
Walaupun terdapat keterbatasan-keterbatasan di dalam metode seismik, terutama
tentang resolusi data seismik, namun para ahli mulai ramai berusaha untuk
memeras informasiinformasi data seismik yang lebih rinci dari pada sekedar
struktur dan strata seperti yang selama ini dimanfaatkan. Informasi-informasi yang
dimaksud adalah parameterparameter petrofisika dari batuan reservoar yang
berada di bawah permukaan. Untuk mendapatkan informasi tersebut metode
konvensional yang sering dilakukan adalah melalui pengambilan inti pengeboran
(coring) dan data log.
Parameter-parameter petrofisika batuan reservoar yang dicari oleh para
ahli perminyakan diantaranya adalah porositas, permeabilitas, saturasi air (fluida),
densitas, volume, tekanan dan temperatur. Dapat dipahami bahwa nilai-nilai
parameter reservoar tersebut mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap
bentuk dan perilaku gelombang seismik yang melalui reservoar tersebut yang
terekam oleh detektor di permukaan.
Teknologi seismik yang kini telah berkembang begitu pesat mengarah
pada seismik lithologi dan petrofisika yang mampu menghasilkan informasi-
informasi yang lebih detil dan akurat, sehingga seringkali data-data seismik masa
lalu diproses ulang untuk dikaji lebih mendalam. Data seismik permukaan telah
digunakan se-optimal mungkin untuk memperkirakan karakter lithologi suatu
jenis batuan reservoar bawah permukaan, seperti kandungan fluida, porositas,
permeabilitas beserta sifat-sifat fisikanya untuk keperluan eksplorasi dan
eksploitasi migas secara efektif dan efisien.
Perkembangan penelitian dan pengujian laboratorium yang banyak
dilakukan para pakar baik secara analitis teoritis maupun empiris lapangan
menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara besaran-besaran
petrofisika reservoar terhadap parameter-parameter inelastis dan elastis
gelombang seismik seperti koefisien atenuasi, faktor kualitas, amplitudo
(koefisien refleksi), frekuensi dan kecepatan.
Nilai parameter gelombang yang dapat diukur ternyata sangat bergantung
pada nilai dari tetapan elastisitas batuan. Ini menunjukkan bahwa nilai parameter
petrofisika batuan pada hakekatnya adalah wujud lain dari tetapan elatisitas
batuan, dan tetapan elastisitas batuan inilah yang memberikan pengaruh langsung
terhadap bentuk dan tingkah laku gelombang seismik yang terekam dipermukaan.
Studi pemodelan numerik untuk memvisualisasikan perilaku perambatan
gelombang dalam medium berpori tersaturasi fluida telah banyak pula dilakukan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh-pengaruh besaran petrofisika reservoar
terhadap kecepatan, frekuensi dan amplitudo gelombang dan lainnya. Rumusan
dasar dan model yang digunakan untuk menurunkan persamaan-persamaan
perambatan gelombang serta kombinasinya banyak menggunakan model Biot.
Pengkajian tersebut di atas sangat banyak manfaat informasinya terutama
dalam geoteknik yang mana pengaruh dari saturasi air dan tekanan pori pada
kekuatan batuan dan modulus elastisitas. Hal ini sangat perlu diketahui lebih dini
didalam merancang pembuatan bangunan-bangunan besar atau bertingkat. Di
dalam industri migas efek perubahan bulk kompresibilitas, porositas, kejenuhan
fluida, permeabilitas dari batuan sedimen sangat diperlukan dalam interpretasi
data seismik dan perhitungan cadangan migas yang dapat diambil.
Kajian penghitungan inversi permeabilitas berangkat dari pemodelan maju
perambatan gelombang seismik di dalam medium berpori yang tersaturasi fluida
dalam konfigurasi profil seismik vertikal (VSP)) dimana Turgut dan Yamamoto,
(1988) telah memasukkan dalam model mediumnya faktor kualitas Q atau
atenuasi, porositas dan permeabilitas. Kemudian Turgut dan Yamamoto, (1990)
menghitung parameter reservoar tersebut dengan simulasi numerik dan uji data riil
di laboratorium pada frekuensi orde kiloherzt dengan menggunakan gelombang
ultra sonik. Model seismogram sintetik yang dibuat Turgut dan Yamamoto, (1988)
menggunakan metode Ganley, (1981) dalam 1 dimensi. Dalam kajian ini, penulis
menggunakan pemodelan maju Ganley, (1981) dan mengkombinasikan faktor
disipasi energi gelombangnya antara yang digunakan oleh Ganley dan Turgut-
Yamamoto untuk pembuatan seismogram sintetik. Konfigurasi yang digunakan
adalah VSP (vertical seismic profiling) dan HSP (horizontal seismik profiling) dan
direalisasikan dalam pendekatan 1 dimensi (1D) secara analitik dan 2 dimensi
(2D) melalui pendekatan beda hingga. Dengan demikian diharapkan pengaruh
parameter-parameter reservoar seperti porositas, permeabilitas dan akan dapat
dilihat langsung secara visual pada bentuk gelombang dan kecepatannya.
Pemodelan maju dibuat dalam konfigurasi HSP dengan tujuan untuk
menguji metode estimasi permeabilitas dengan struktur sesederhana mungkin,
karena sasaran kajian ini bukan untuk mengkaji pengaruh struktur. Sasaran lain
dari pemodelan sederhana ini adalah untuk melihat pengaruh-pengaruh paramater
reservoar terhadap amplitudo dan kecepatan gelombang seismik terhadap jarak
secara parsial. Selain itu seismogram sintetik 1D juga dimaksudkan untuk menguji
validitas metode inversi permeabilitas yang dikembangkan, sedangkan
seismogram sintetik 2D digunakan untuk mengkaji pengaruh perubahan parameter
reservoar tehadap kecepatan. Metode inversi yang telah diketahui karakterisasinya
diterapkan pada data riil sebagai ujicoba kelayakan. Kejenuhan air dapat juga
dilakukan dengan menggunakan data empiris yang diperoleh oleh Munadi, (1998),
setelah ditentukan parameter porositas, rasio poisson dan kecepatan gelombang P.
Seismogram sintetik VSP digunakan untuk membandingkan sifat-sifat
pengaruh medium yang menggunakan persamaan gelombang akustik/ elastik,
inelastik dan poroelastik.
2.2 Parameter Petrofisis Reservoar
Pada dasarnya semua sifat-sifat fisis batuan reservoar dipengaruhi oleh
struktur mikro pori. Namun demikian tidak semua informasi parameter fisis mikro
dapat diukur secara langsung, seperti porositas, permeabilitas, tekanan kapiler dan
lain sebagainya. Pengukuran dapat dilakukan dengan cara mengukur besaran fisis
lain dan kemudian dihitung melalui hubungan-hubungan yang melibatkan
parameter mikro tersebut. Beberapa parameter petrofisis yang dominan
mempengaruhi kecepatan gelombang seismik seperti, densitas, permeabiltas,
saturasi air, dan porositas akan diulas secara singkat.
Seperti yang telah dipahami bahwa, bagian ruang dari suatu massa batuan
sering disebut sebagai pori. Terdapat tiga sifat fisis yang berhubungan dengan
ruang/pori ini, yaitu
a. Porositas, merupakan perbandingan antara volume semua ruang
(termasuk pori, rekahan (fracture), retakan (cracks), celah, lubang,
dll) terhadap volume total suatu massa batuan atau medium.
b. Permukaan internal spesifik, adalah besarnya luas permukaan pori
yang berkaitan dengan volume pori atau massa batuan. Permukaan
ini menggambarkan morphologi-dalam permukaan pori dan
mengontrol efek antarmuka pada batas antara butiran penyusun
massa batuan dengan cairan yang mengisi pori.
c. Permeabilitas, adalah kemampuan untuk meloloskan cairan melalui
pori-pori yang ada.

Terdapat hubungan yang jelas antara parameter-parameter tersebut,


walaupun setiap sifat-sifat fisis batuan independen terhadap yang lain. Hubungan
tersebut dapat diturunkan secara analitik teoritis, misal seperti yang disampaikan
oleh Thompson (Schön, 1998) maupun secara empiris eksperimental, misalnya
seperti yang diungkap oleh (Sen, dkk., 1990). Namun demikian terdapat tiga hal
yang penting dari ketiga parameter tersebut di atas (Schön, 1998), yaitu

a. Bahwa ketiga parameter tersebut merupakan sifat dasar dari setiap


karakterisasi reservoar, termasuk juga gerakan fluida dan prosesnya juga
masalah kontaminasi dan lingkungan yang ditimbulkannya.
b. Permeabilitas nampaknya menjadi sifat fisis yang terpenting dan tersulit
ditentukan untuk semua masalah reservoar. Karena parameter inilah yang
mengontrol suatu batuan reservoar dapat menghantarkan atau mengalirkan
fluida atau tidak.
c. Porositas secara khusus adalah besaran yang paling banyak mempengaruhi
sifatsifat fisis batuan lainnya, seperti kecepatan gelombang elastik,
kelistrikan, konduktivitas panas dan lain sebagainya. Hal ini juga berarti
bahwa permukaan internal spesifik dan yang berhubungan dengan efek
antarmuka akan mempunyai pengaruh yang kuat juga terhadap parameter-
parameter fisis tersebut.
2.2.1 Porositas
Seperti yang telah disampaikan di atas bahwa, porositas adalah
perbandingan antara volume ruang pori v p terhadap volume total atau
volume bulk v dari massa batuan yang secara matematis dituliskan
sebagai,
vp vm
Φ= =1−
v v
dengan v m adalah volume batuan bagian padatnya.
Porositas adalah besaran yang tidak berdimensi dan sering
dinyatakan dalam bagian (fraction) atau persen. Porositas merupakan hasil
proses geologis, fisis dan kimiawi selama dalam proses pembentukan
batuan tersebut maupun pada tahap setelah pembentukan, sehingga dapat
menimbulkan porositas primer maupun porositas sekunder. Secara
petrographi asal mula pembentukan porositas dapat dibedakan menjadi,
1. Porositas intergranular, yaitu ruang pori yang terbentuk
antar butiran partikel atau fragmen material klastik akibat
batuan yang memiliki kemas lepas (looses packing),
terkompaksi atau tersementasi.
2. Porositas intragranular atau interkristalin, terbentuk akibat
adanya shrinking (lenyapnya butiran akibat reaksi kimia)
atau kontraksi butiran.
3. Porositas rekahan, diakibatkan oleh adanya proses mekanik
atau proses kimiawi secara parsial terhadap batuan yang
masiv pada awalnya, seperti batu gamping. Porositas jenis
ini merupakan porositas sekunder.
4. Porositas vugular, adalah porositas yang dibentuk oleh
organisme dan bersamaan dengan terjadinya proses/ reaksi
kimia pada tahapan selanjutnya. Porositas ini merupakan
jenis porositas primer dan sekunder.

Jenis dan derajad koneksi (hubungan) antar pori (interconnection)


adalah suatu hal yang tidak mudah diklasifikasikan, karena geometri
bentuknya sangat komplek. Pori-pori dapat saja berhubungan seluruhnya
atau sebagian terisolasi satu sama lainnya. Oleh karena itu untuk keperluan
teknis didefinisikan beberapa pengertian porositas sebagai berikut (Schön,
1998);

1. Porositas total Φ tot, adalah porositas yang berkaitan dengan semua


ruang pori, lubang, retakan dan lainnya. Porositas total merupakan
jumlahan dari porositas primer dan porositas sekunder.
2. Porositas interkoneksi, adalah porositas yang hanya berkaitan
dengan ruang yang saling berhubungan saja. Ruang pori-pori
dipandang saling berhubungan bila dapat mengalirkan arus listrik
atau fluida di antara dinding-dinding pori tersebut. Perbedaan
porositas total dengan porositas interkoneksi dapat diberikan
contoh dengan batu pumice. Pumice mempunyai porositas total 50
%, tetapi porositas interkoneksinya 0 %, karena pori-pori yang ada
masing-masing terisolasi sehingga tidak membentuk suatu kanal
untuk mengalirkan fluida.
3. Porositas potensial, adalah bagian dari porositas interkoneksi yang
mempunyai diameter saluran koneksi cukup besar untuk
meloloskan/ mengalirkan fluida.
4. Porositas potensial ini memiliki batas diameter minimum agar
dapat berfungsi sebagai saluran koneksi (> 50 μm untuk minyak,
dan > 5 μm untuk gas).
5. Porositas efektif, adalah porositas yang tersedia untuk fluida dapat
bergerak bebas. Porositas ini yang sering digunakan dalam analisis
log.

Secara umum porositas pada batuan diperoleh urut-urutan porositas


yang semakin mengecil pada batuan berikut ini,

1. sedimen laut berpori tinggi


2. sedimen yang takterkompasi (menurun dari clay-silt-sand-
gravel)
3. batu pasir
4. batuan karbonat (batu gamping – dolomit)
5. anhydrite
6. sebagian batuan beku dan jenis-jenis batuan masive lainnya.

Nilai porositas juga bergantung dari kemas (packing) butir


partikelnya. Untuk butir berbentuk bola yang terkemas dalam kubus
berbeda dengan yang terkemas dalam bentuk hexagonal. Bentuk kemas
tersebut sering digunakan untuk memodelkan batu pasir yang
takterkompaksi. Perhitungan porositas dengan asumsi butir berbentuk bola
teratur dalam suatu kubus akan menghasilkan porositas sebesar,

4 3
πr
v pori v bola 3 π
Φ kubus = =1− =1− =1− =0,4764
v kubus v kubus ( 2. r ) 3
6

Dan untuk kemasan hexagonal memiliki nilai porositas yang lebih kecil
yaitu 25,9%.

2.2.2 Porositas terhadap ukuran butir


Sifat geometri butiran akan mempengaruhi porositas, seperti,
1. ukuran butir, dengan semakin kecilnya ukuran butir,
porositasnya akan semakin besar, seperti yang diperlihatkan
pada Tabel II.1.
2. distribusi dan pemilahan ukuran butir (sorti), dengan
naiknya sorti pada umumnya porositas ikut naik. Pada
sedimen yang sortinya jelek, ruang antar butiran dengan
diameter yang besar akan diisi oleh butiran-butiran lain
yang lebih kecil.
3. bentuk butiran, porositas cenderung naik pada butiran yang
berbentuk bola atau butiran yang membulat hingga ke
bentuk butiran yang menyudut.
2.2.3 Pengaruh proses diagenesa, kedalaman dan tekanan
Diindikasikan bahwa tahapan berikut mengakibatkan menurunnya
porositas intergranular yaitu
1. Kemas (packing), mengakibatkan partikel-partikel sedimen
yang lepas terkumpul menempati posisi yang lebih stabil
dibawah tekanan beban material di atasnya (overburden)
yang bertambah besar sesuai dengan kedalamannya.
2. Kompaksi, menyebabkan porositas menurun akibat
deformasi butiran karena proses mekanik dan sebagian
kimiawi di bawah tekanan overburden (beban) yang
bertambah besar. Titik-titik kontak antar butir secara
gradual berubah bentuknya dari titik singgung atau datar
menjadi bentuk cekung-cembung.
3. Sementasi, proses pengendapan materi-materi yang terurai
pada permukaan batuan bebas, khususnya di sekitar daerah
kontak, masih mengalami pengurangan ruang pori akibat
tekanan yang meningkat terus.
2.2.4 Permukaan internal spesifik (Spesific internal surface)
Porositas berkaitan dengan volume ruang (pori, retakan, lubang dan lain
sebagainya) batuan, sedangkan permukaan internal spesifik S merupakan
luasan permukaan ruang-ruang tersebut yang berhubungan dengan volume
total batuan ( Stot ), volume pori ( S por ), volume partikel/matrik padatnya ( Sm)
dan massa kering batuan ( Ssma ).
Parameter-parameter tersebut berhubungan melalui persamaan berikut,
Stot =Φ . S por =( 1−Φ ) Sm
Sm
Sma=
ρm
Dengan ρm adalah densitas material matrik padatnya.
Permukaan internal spesifik S por identik dengan kapilaritas rata-rata,
m2
dengan satuan untuk Stot , S por , dan Sm adalah μ m−1, dan Sm adalah atau
g
m2
.
kg
Permukaan internal spesifik ini sangat bergantung pada bentuk dan ukuran
pori, struktur mikro dan morphologi antarmuka antara matrik-pori. Pada
umumnya permukaan internal spesifik akan bertambah besar dengan
mengecilnya pori atau ukuran butir partikel padatnya. Keberadaan partikel
yang lebih halus seperti clay, karbonat dan mineral lainnya pada
permukaan pori juga akan menaikan nilai permukaan internal, karena ia
akan menimbulkan jenis struktur permukaan baru.
2.2.5 Permeabilitas
Permeabilitas merupakan sifat batuan berpori yang mengalirkan fluida
melalui ruang-ruang pori. Permeabilitas bergantung pada porositas,
dimensi dan geometri ruang pori sehingga dapat merupakan sebuah tensor.
Henry Darcy menemukan hubungan dasar untuk suatu aliran laminer
fluida viskos yang melalui batuan berpori sebagai
−k
u= .∇ p
η
dengan u adalah volume densitas aliran atau volume fluida yang mengalir
persatuan luas, sering disebut juga sebagai kecepatan filtrasi. p adalah
tekanan fluida,  adalah viskositas dinamik dan k adalah permeabilitas
batuan. Untuk menyatakan permeabilitasnya persamaan (2.10) dituliskan
kembali sebagai
u
k =−η
∇p
Persamaan (2.11) berlaku untuk kondisi isotrop dan aliran fluida laminer.
Pada batuan anisotrop permeabilitasnya harus diperhitungkan sebagai
tensor (Schön, 1998). Jika suatu batuan berpori dan permeabel
mengalirkan dua jenis fluida, misal air sebagai fluida basah dan minyak
sebagai fluida takbasah, maka terdapat permeabilitas relatif yang
didefinisikan sebagai perbandingan antara permeabilitas efektif dari
masing-masing fluida terhadap permeabilitas batuan absolutnya. Satuan
permeabilitas dalam SI adalah m2 atau lazimnya m2 . Dalam industri dan
keperluan teknis sering dinyatakan dalam Darcy (d) yang didefiniskan
sebagai berikut; 1 d artinya suatu batuan dapat meloloskan fluida yang
mempunyai viskositas 1 cP (sentiPoise) dengan kecepatan filtrasi 1 cm/s
pada gradien tekanan 1 atm/cm. Satuan yang sering digunakan adalah
milidarcy (mD), sedangkan konversi mD ke SI adalah 1 d = 0,9869 m2 =
0,9869 x 10-12 m2 sehingga, 1 m2 =1,0133 d, atau untuk keperluan
praktis 1 d  1 m2 . Untuk reservoar migas yang tergolong bagus bila
mempunyai nilai permeabilitas k  100 md = 0,1 d.
Di dalam hidrologi, aliran fluidanya selalu air, sehingga gradien tekanan
fluida diperoleh dari beda tinggi h antara beda dua jarak l. Maka dalam
kajian hidrologi persamaan (2.11) dituliskan kembali dalam bentuk
∆h
u=k f
l
dengan kf disebut sebagai koefisien permeabilitas hydrolik atau
konduktivitas yang mempunyai dimensi kecepatan (cm/s). Persamaan
(2.12) tersebut berlaku hanya pada medium yang berisi air, artinya untuk
viskositas dan densitas fluida tetap. Dengan pengertian tersebut, satuan
permeabilitas k mempunyai faktor konversi dengan k f sebagai, 1 md  10-
6 cm/s = 10-8 m/s, atau 1 m/s  105 d. Untuk aquifer (reservoar yang
berisi air) yang tergolong bagus mempunyai permeabilitas  1 d.
2.2.6 Densitas Batuan
Densitas merupakan sifat fisis batuan yang mempunyai pengaruh
signifikan terhadap parameter fisis lainnya dari beberapa jenis batuan.
Densitas  didefinisikan sebagai perbandingan massa m terhadap volume v
suatu batuan, ditulis
m
¿
v
Dalam SI densitas mempunyai satuan kg/m3. Karena batuan bersifat
heterogen, maka diperlukan pengertian-pengertian densitas khusus yang
berkaitan dengan komponenkomponen materi penyusun yang membentuk
suatu batuan. Sehingga dikenal adanya
1. densitas bulk, yaitu densitas rata-rata dari suatu batuan volume
batuan (termasuk juga di dalamnya adanya pori, lubang dan
lainnya). Sebagai contoh untuk batu pasir mempunyai bulk
densitas batu pasir.
2. densitas individu dari komponen batuan, misal densitas mineral
kuarsa.
3. densitas rata-rata dari materi matrik padat suatu batuan, misal
densitas matrik karbonat (tanpa pori-pori), dan
4. densitas fluida yang mengisi pori rata-rata, misalnya densitas air
pori.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara definisi bisa dikatakan petrofisika adalah cabang dari ahli
kebumian (Geoscience) suatu ilmu yang mempelajari sifat‐sifat batuan
termasuk isi yang terdapat didalamnya meliputi cairan dan bahan
pembentuk itu sendiri. Ilmu ini diperlukan untuk melakukan analisa
formasi batuan, hasil dari kegiatan ( Proses pengambilan data pada lubang
bor untuk mengetahui unsur kandungan batuan, dengan memasukan
detektor elektronik dan radioaktif pada lubang sumur.
Analisis petrofisika digunakan untuk perhitungan kandungan
serpih, porositas, saturasi air, dan penentuan ketebalan netpay. Analisis
data seismik digunakan untuk menentukan luas zona prospek hidrokarbon.
Mempelajari karakteristik fisik suatu batuan sangat penting karena
kita akan lebih mengenal batuan yang akan kita amati tersebut. dengan
mengetahui porositas, permeabilitas dan saturasi air dan oil pada batuan
reservoir, dengan sifat-sifat tersebut dapat membantu meramalkan
cadangan minyak di reservoir.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menjadi rujukan atau
referensi bagi pembaca untuk kebutuhannya dalam pendidikan terutama
dalam bidang fisika kebumian-fisika batuan, maupun sebagai referensi
untuk penelitian yang akan dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Apa Itu Petrofisika? (Bagian 1). (2013). Diakses 5 September 2022, dari
https://gprgindonesia.wordpress.com/2013/12/20/apa-itu-petrofisika-bagian-1/

Apakah tujuan dilakukan analisa petrofisika? – JawabanApapun.com. (2020). Diakses 5


September 2022, dari https://jawabanapapun.com/apakah-tujuan-dilakukan-
analisa-petrofisika/

Bab 3 Parameter Petrofisis Batuan - PDF Free Download. (2022). Diakses 4 September
2022, dari https://adoc.pub/bab-3-parameter-petrofisis-
batuan.html#google_vignette

Sismanto. (2012). Handout Kuliah Fisika Batuan. Departemen Pendidikan Nasional


Universitas Gajah Mada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Program Studi Geofisika. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai