Anda di halaman 1dari 14

UTS

PRINSIP STATIGRAFI DAN SEDIMENTOLOGI

Disusun Oleh :
Akhsan wisnu (1601032
Suhardinata Nur Said (1701207)
Rahdin fiqri salfigo (2001086)
Ruy costha pagewang (2001087)
Rizal nurdin (200
Flegon mandek (2001104)

JURUSAN S1 TEKNIK PERMINYAKAN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS
BUMI BALIKPAPAN
2021
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat dan
rahmat Nya saya dan anggota kelompok dapat melaksanakan Mata Kuliah Prinsip
Statigrafi dan Sedimenologi serta membuat Tugas UTS yang dituangkan dalam Mata
Kuliah Prinsip Statigrafi dan Sedimenologi.
Tujuan dari penyusunan tugas UTS ini adalah agar penyusun dan mahasiswa dapat
mengetahui, memahami serta memperaktekan ilmu teori yang di dapat secara nyata.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Joko Wiyono, S.Si.,M.T selaku dosen
Prinsip Statigrafi dan Sedimenologi, dan Bang Ahmad selaku Asisten Dosen Prinsip
Statigrafi dan Sedimenologi, yang telah membantu dalam pemberian materi dan
membimbing secara langsung dalam pelaksanaan perkuliahan ini. Dan tidak lupa saya
serta anggota kelompok saya ucapkan banyk terima kasih kepada teman-teman yang
telah membantu dalam penyusunan tugas UTS yang di berikan ini.
Saya mengucapkan mohon maaf apabila terdapat keliruan atau kesalahan dalam
penulisan nama dan istilah Statigrafi.
Masih banyak sekali keliruan dan kekurangan dalam UTS ini karena segala kesalahan
datangnya dari manusia dan segala kebenaran pasti datangnya dari Allah.SWT.

Balikpapan, 30 April 2021

Penyusun

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................
1.1 . Latar Belakang Observasi.......................................................................................................
1.2 . Tujuan Observasi.......................................................................................................................
1.3 Metode observasi………………………………………………………………………………………….
BAB II DASAR TEORI………………………………………………………………………………………….
2.1 . Geologi Regional........................................................................................................................
2.2 . Batuan Sediment........................................................................................................................
2.2.1 . Sedimentologi............................................................................................................
2.2.2 . Tekstur Sedimen......................................................................................................
2.2.3 . Struktur Sediment.....................................................................................................
2.2.4 . Lingkungan Pengendapan......................................................................................
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................
3.1 . Hasil Dan Pembahasan............................................................................................................
3.1.1 . srike.................................................................................................................................
3.1.2 kordinat
3.1.3 . Sketsa.............................................................................................................................
3.2 Analisa obeservasi……………………………………………………………………………………….
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………………………
4.1 . Kesimpulan Observasi…………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang Observasi


Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta
distribusi perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan
sejarah Bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan yang berbeda dapat
dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi) , kandungan fosil
(biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi) . stratigrafi kita
pelajari untuk mengetahui luas penyebaran lapisan batuan.
Stratigrafi sebagai salah satu cabang ilmu geologi, membahas secara rinci terhadap
jenis litologi yang ada, urut-urutan batuan, dan korelasi terhadap satu sama lainnya.
Perbandingan atau korelasi stratigrafi antar lapisan yang sama dapat dilakukan
dengan korelasi litostratigrafi. Apabila menggunakan analisis fosil maka digunakan
analisis biostratigrafi dan korelasi secara umur menggunakan analisis kronostratigrafi.
Pada tahun-tahun berikutnya, pemelajaran minyak bumi secara khusus telah
memberikan konsep yang sedikit berbeda terhadap istilah stratigrafi. Konsep yang
baru itu tidak hanya menekankan masalah penggolongan dan umur, namun juga
litologi.

1.2 . Tujuan Observasi


Tujuan Observasi ini adalah ;
A. Mencari singkapan didaerah masing masing
B. Mendeskripsikan setiap litologi yg ada pada singkapan
C. Mengukur ketebalan setiap singkapan

1.3 . Metode Observasi


Metode Observasi ini adalah ;
A. Mengukur singkapan dari atas ke bawah dengan menggunakan meteran.
B. Menentukan strike dan dip dengan menggunakan app fieldmoce di Playstore
C. Menentukan kordinat pada singkapan menggunakan app Mgrs & Utm map di
Playstore.
BAB II Dasar Teori
Dasar Teori
Stratigrafi tersusun dari 2 kata, yaitu “strati” berasal dari kata “stratus” yang berarti

perlapisan dan kata “grafi” yang berasal dari kata “graphic/graphos” yang berarti gambar atau

lukisan. Dalam arti sempit Stratigrafi adalah ilmu pemerian lapisan-lapisan batuan. Dalam arti luas

Stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari tentang, aturan, hubungan dan pembentukan (genesa)

macam-macam batuan di alam dalam ruang dan waktu.

Ilmu stratigrafi muncul pertama kali di Britania Raya pada abad ke-19. Perintisnya adalah

William Smith. Ketika itu dia mengamati beberapa perlapisan batuan yang tersingkap yang

memiliki urutan perlapisan yang sama (superposisi). Dari hasil pengamatannya, kemudian ditarik

kesimpulan bahwalapisan batuan yang tebawah merupakan lapisan yang tertua, dengan beberapa

pengecualian. Karena banyak lapisan batuan merupakan kesinambungan yang utuh ke tempat yang

berbeda-beda maka dapat dibuat perbandingan antara satu tempat ke tempat yang lainnya pada

suatu wilayah yang sangat luas. Berdasakan hasil pengamatan ini maka kemudian William Smith

membuat suatu system yang berlaku umum untuk periode-periode geologi tertentu walaupun pada

waktu itu belum ada penamaan waktunya. Berawal dari hasil pengamatan William Smith dan

kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang susunan, hubungan dan genesa batuan yang

kemudian dikenal dengan Stratigrafi.


2.1 . Geologi Regional

Cekungan Kalimantan Timur


Cekungan Kalimantan Timur Kalimantan merupakan daerah yang memiliki tektonik
yang kompleks. Adanya interaksi konvergen atau kolisi antara 3 lempeng utama, yakni
lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Asia yang membentuk daerah
timur Kalimantan (Hamilton, 1979). Pada jaman Kapur Bawah, bagian dari continental
passive margin di daerah Barat daya Kalimantan, yang terbentuk sebagai bagian dari
lempeng Asia Tenggara yang dikenal sebagai Paparan Sunda. Pada jaman Tersier,
terjadi peristiwa interaksi konvergen yang menghasilkan beberapa formasi akresi,
pada daerah Kalimantan.
Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan yang dihasilkan oleh perkembangan
regangan cekungan yang besar pada daerah Kalimantan.Pada Pra-Tersier, Pulau
Kalimantan ini merupakan salah satu pusat pengendapan, yang kemudian pada awal
tersier terpisah menjadi 6 cekungan sebagai berikut :
1. Cekungan Barito, yang terletak di Kalimantan Selatan,
2. Cekungan Kutai, yang terletak di Kalimantan Timur,
3. Cekungan Tarakan, yang terletak di timur laut Kalimantan,
4. Cekungan Sabah, yang terletak di utara Kalimantan,
5. Cekungan Sarawak, yang terletak di barat laut Kalimantan,
6. Cekungan Melawai dan Ketungau, yang terletak di Kalimantan Tengah.
Kerangka tektonik di Kalimantan Timur dipengaruhi oleh perkembangan tektonik
regional yang melibatkan interaksi antara Lempeng Samudera Philipina, Lempeng
Indo-Australia dan Lempeng Eurasian yang terjadi sejak Jaman Kapur sehingga
menghasilkan kumpulan cekungan samudera dan blok mikro kontinen yang dibatasi
oleh adanya zona subduksi, pergerakan menjauh antar lempeng, dan sesar-sesar
mayor. Cekungan Kutai terbentuk karena proses pemekaran pada Kala Eosen Tengah
yang diikuti oleh fase pelenturan dasar cekungan yang berakhir pada Oligosen Akhir.
Peningkatan tekanan karena tumbukan lempeng mengakibatkan pengangkatan dasar
cekungan ke arah Barat Laut yang menghasilkan siklus regresif utama sedimentasi
klastik di Cekungan Kutai, dan tidak terganggu sejak Oligosen Akhir hingga sekarang.

2.2 . Batuan Sedimen


2.2.1 . Sedimentologi
Sedimentologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari batuan sedimen dan
proses-proses yang membentuknya, yaitu klasifikasi, asal mula, dan interpretasi
endapan dan batuan sedimen (Bates dan Jackson, 1980). Sedimentasi adalah
istilah yang digunakan untuk menunjukkan proses bagaimana sedimen
terakumulasi sehingga cakupan studinya bisa meliputi proses pelapukan,
transportasi, pengendapan, lingkungan pengendapan, dan proses pembatuan.
2.2.2 . Tekstur Sedimen
Tekstur batuan sediment adalah segala kenampakan yang menyangkut butir
sedimen seperti ukuran butir, bentuk butir dan orientasi. Tekstur batuan
sedimen mempunyai arti penting karena mencerminkan proses yang telah
dialamin batuan tersebut terutama proses transportasi dan pengendapannya,
tekstur juga dapat digunakan untuk menginterpetasi lingkungan pengendapan
batuan sediment. Secara umum batuan sedimen dibedakan menjadi dua, yaitu
tekstur klastik dan non klastik.

2.2.3 . Struktur Sediment


Struktur sedimen merupakan pengertian yang sangat luas, meliputi
penampakan dari perlapisan normal termasuk kenampakan kofigurasi
perlapisan dan/atau juga modifikasi dari perlapisan yang disebabkan proses
baik selama pengendapan berlangsung maupun setelah pengendapan berhenti.
Studi struktur Sedimen dapat dikelompokkan menjadi tiga macam struktur,
yaitu ; Struktur Sedimen Primer,Struktur Sedimen Sekunder,Struktur Sedimen
Organik.

2.2.4 . Lingkungan Pendendapan


Lingkungan pengendapan adalah tempat mengendapnya material sedimen
beserta kondisi fisik, kimia, dan biologi yang mencirikan terjadinya mekanisme
pengendapan tertentu (Gould, 1972). Interpretasi lingkungan pengendapan
dapat ditentukan dari struktur sedimen yang terbentuk. Struktur sedimen
tersebut digunakan secara meluas dalam memecahkan beberapa macam masalah
geologi, karena struktur ini terbentuk pada tempat dan waktu pengendapan,
sehingga struktur ini merupakan kriteria yang sangat berguna untuk interpretasi
lingkungan pengendapan. Terjadinya struktur-struktur sedimen tersebut
disebabkan oleh mekanisme pengendapan dan kondisi serta lingkungan
pengendapan tertentu.
Beberapa aspek lingkungan sedimentasi purba yang dapat dievaluasi dari data
struktur sedimen di antaranya adalah mekanisme transportasi sedimen, arah
aliran arus purba, kedalaman air relatif, dan kecepatan arus relatif. Selain itu
beberapa struktur sedimen dapat juga digunakan untuk menentukan atas dan
bawah suatu lapisan.
Didalam sedimen umumnya turut terendapkan sisa-sisa organisme atau
tumbuhan, yang karena tertimbun,terawetkan. Dan selama proses Diagenesis
tidak rusak dan turut menjadi bagian dari batuan sedimen atau membentuk
lapisan batuan sedimen. Sisa-sia organisme atau tumbuhan yang terawetkan ini
dinamakan fossil. Jadi fosill adalah bukti atau sisa-sisa kehidupan zaman
lampau. Dapat berupa sisa organisme atau tumbuhan, seperti cangkang kerang,
tulang atau gigi maupun jejak ataupun cetakan.
Dari studi lingkungan pengendapan dapat digambarkan atau direkontruksi
geografi purba dimana pengendapan terjadi.
Lingkungan pengendapan merupakan keseluruhan dari kondisi fisik, kimia dan
biologi pada tempat dimana material sedimen terakumulasi. (Krumbein dan
Sloss, 1963) Jadi, lingkungan pengendapan merupakan suatu lingkungan tempat
terkumpulnya material sedimen yang dipengaruhi oleh aspek fisik, kimia dan
biologi yang dapat mempengaruhi karakteristik sedimen yang dihasilkannya.
Secara umum dikenal 3 lingkungan pengendapan, lingkungan darat transisi, dan
laut. Beberapa contoh lingkungan darat misalnya endapan sungai dan endapan
danau, ditransport oleh air, juga dikenal dengan endapan gurun dan glestsyer
yang diendapkan oleh angin yang dinamakan eolian. Endapan transisi
merupakan endapan yang terdapat di daerah antara darat dan laut seperti
delta,lagoon, dan litorial. Sedangkan yang termasuk endapan laut adalah
endapan-endapan neritik, batial, dan abisal.
Contoh Lingkungan Pengendapan Pantai : Proses Fisik : ombak dan akifitas
gelombang laut, Proses Kimia : pelarutan dan pengendapan dan Proses Biologi :
Burrowing. Ketiga proses tersebut berasosiasi dan membentuk karakteristik
pasir pantai, sebagai material sedimen yang meliputi geometri, tekstur sedimen,
struktur dan mineralogy
BAB III

3.1 . Hasil Mapping HASIL DAN PEMBAHAS


3.1.1.Srike / Dip Singkapan.

3.1.2 . Kordinat Singkapan


3.1.2. Lithology Column
Berdasarkan sampel batuan yang dijelaskan melalui deskripsi pada lembar kolom litologi,
bahwa pada sampel batuan muda ke batuan tua telah di peroleh yaitu, pada singkapan
terdapat 3 (lapisan) lapisan, dengan pada lapisan termuda ialah batu lempung dengan
ketebalan 2,5 cm . kemudian lapisan kedua setelah lempung diisi dengan lapisan lanau
dengan ketebalan 1,5 cm. kemudian lapisan ketiga diisi oleh lapisan pasir kembali
dengan ketebalan 1,5 cm. Dan pada lapisan terakhir atau pada lapisan tertua ialah lapisan
batu bara dengan ketebalan 5,20 cm. Lapisan termuda ialah batu lempung dengan
ketebalan 2,5 cm . Pada singkapan, batu lempung terdapat pada lapisan pertama
(termuda) dan lapisan ketiga. Batuan ini termasuk batuan klastik dengan warna
lapuknya coklat muda dan warna segarnya abu-abu. Ukuran butir dari batuan ini
ialah kurang dari 0,004 mm. Sortasi pada batuan ini ialah tersortir dengan sangat
baik. Derajat kebundaran berdasarkan dari batuan ini ialah membundar. Batuan ini
memiliki kemas tertutup karena fragmen pada batuan ini saling bersentuhan atau
berhimpitan. Batuan ini memiliki struktur laminasi (perlapisan yang sejajar). Ganesa
atau asal mula terbentuknya batuan ini karena adanya proses pelapukan batuan beku
kemudian meterial dari penyusun batuan ini mengalami proses diagenesa membentuk
batuan lempung, sehingga batuan ini dinamakan batu lempung.Pada lapisan tertua
ialah batu bara dengan ketebalan 5,20 cm . Pada singkapan, batu bara terdapat pada
lapisan kedua dan terakhir (tertua). Batuan ini termasuk kedalam batuan jenis non
klastik. Dengan warna lapuk pada batuan ini ialah warna hitam keabuan dan warna
segar dari batuan ini ialah hitam pekat. Ukuran butir dari batuan ini ialah dari pasir
sangat kasar menuju kerikil yaitu 1-4 mm. Sortasi pada batuan ini ialah tersortir buruk.
Derajat kebundaran berdasarkan batuan ini ialah menyudut tanggung. Kemas atau
fabrik pada batuan ini ialah tertutup sama dengan lempung karena fragmen
pembentuk batuan ini saling berhimpit. Batuan ini memiliki struktur perlapisan.
Ganesa atau asal mula terbentuknya batuan ini ialah karena berasal dari tumbuhan
yang dapat terbakar, berwarna coklat sampai hitam, yang sejak pada pengendapannya
terkena proses fisika dan kimia, yang mengakibatkan pengkayaan kandungan
karbonnya.
3.1.3. Sketsa
3.2 . Analisa Observasi
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan Observasi

Singkapan terjadi ketika pelapukan dan erosi mengekspos bagian dari lapisan atau
formasi batuan, sebuah singkapan muncul. Singkapan adalah batuan terbuka,
dinamakan demikian karena batuan yang terbuka "keluar". Batuan muncul dengan
sangat baik di sepanjang lereng yang curam, di atas garis pohon (ketinggian di mana
pohon tidak dapat tumbuh), dan di atas tanah yang terbebas dari tanah oleh gletser
seperti buldoser. Sedimen terkumpul dan tanaman tumbuh di daerah yang lebih
datar, menutupi bebatuan. Di beberapa daerah, tanah dan sedimen dapat menutupi
seluruh batuan yang mendasarinya, seperti di Amerika Serikat bagian tenggara.
Namun, di gurun barat daya, yang sering terjadi justru sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai