Anda di halaman 1dari 112

TIM PENYUSUN

C. Danisworo
Suprapto
Basuki Rahmad

STAFF ASISTEN
Dynasty Hadyan Saputro
Mendy Aisha Ramdhiani
Arfinsa Ainurzana
Arisa Wahyu Pratama
M. Hendrika Pratama
Khafarel Laudza Putra
Rigenaji Pambudi
Winda Foila Paradesiani
Havida Dien Ardhia
Sadika Khoirunisa
Bambang Irawan Yunantoro

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Perkembangan Ilmu Geologi dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat


pesat, Ilmu Mineralogi khususnya. Hampir setiap tahun telah ditemukan mineral – mineral
baru dan dikemukakan teori keilmuan mengenai Mineralogi. Penyusun telah melakukan
revisi pada buku panduan yang terdahulu, dengan tersusunnya Buku Panduan Praktikum
Kristalografi Mineralogi ini, diharapkan dapat menjadi petunjuk bagi praktikan sehingga
mempermudah dalam melaksanakan Praktikum Kristalografi Mineralogi, Khususnya
dilingkungan Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Dalam penyusunan buku panduan ini kami sangat menyadari masih banyak
kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kami selaku penyusun mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar kedepannya kami dapat memperbaiki dan menyusun buku
panduan yang lebih baik di masa mendatang.
Besar harapan kami semoga buku panduan ini bermanfaat bagi praktisi maupun
akademisi di bidang Ilmu Geologi dan praktikan Praktikum Kristalografi Mineralogi.
Terimakasih

Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Yogyakarta, 10 Juli 2017

Penyusun

3
TATA TERTIB
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI MINERALOGI
1. Praktikan harus berpakaian rapi dan sopan selama praktikum berlangsung, tidak
diperbolehkan memakai sandal, sepatu sandal, kaos oblong dan celana sobek.
2. Praktikan yang terlambat 15 menit tidak diperkenankan mengikuti acara praktikum
pada hari tersebut dan dinyatakan INHAL.
3. Jika 15 menit asisten tidak hadir, praktikan dipersilahkan pulang dan berhak untuk
menentukan hari pengganti.
4. Praktikan wajib membawa alat-alat tulis, Buku panduan & modul praktikum milik
sendiri.
5. Praktikan dilarang meninggalkan ruangan tanpa seijin asisten selama praktikum
berlangsung.
6. Praktikan dilarang : Makan, minum, dan merokok selama praktikum berlangsung.
Membawa senjata tajam, senjata api, barang-barang yang dapat membahayakan
orang lain dan narkoba selama praktikum berlangsung. Mengikuti acara praktikum
dalam keadaan mabuk.
7. Setiap tugas & syarat masuk yang diberikan setiap minggunya WAJIB
dikumpulkan saat acara praktikum berlangsung .
8. Praktikan yang tidak membawa tugas mingguan & syarat masuk tidak
diperkenankan mengikuti acara praktikum.
9. Jika berhalangan masuk atau sakit wajib memberikan surat keterangan kepada
koor plugnya masing-masing dan mengumpulkan tugas mingguan pada pertemuan
berikutnya, bila tidak masuk tanpa adanya surat keterangan maka dinyatakan
INHAL.
10. Dilarang berpindah-pindah plug.
11. Praktikan dinyatakan GUGUR apabila 2 kali tidak hadir tanpa ada keterangan
apapun.
12. Setiap praktikan WAJIB menyelesaikan urusan administrasi Laboraturium paling
lambat 1 minggu setelah asistensi berlangsung atau nilai tidak akan dikeluarkan di
papan pengumuman/mading lab.
13. Hal-hal yang belum tercantum diatas akan ditetapkan kemudian.

4
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
TEAM PENYUSUN
KATA PENGANTAR
TATA TERTIB PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI MINERALOGI
BAB I. KRISTALOGRAFI

1. 1. DASAR TEORI ................................................................................................. 1


1. 2. DASAR PEMBAGIAN SISTEM KRISTALOGRAFI ..................................... 3
1. 3. SISTEM – SISTEM KRISTALOGRAFI ........................................................... 5
1. 3. 1. Sistem Reguler ............................................................................................ 5
1. 3. 2. Sistem Tetragonal........................................................................................ 7
1. 3. 3. Sistem Hexagonal........................................................................................ 8
1. 3. 4. Sistem Trigonal ......................................................................................... 10
1. 3. 5. Sistem Orthorombik .................................................................................. 11
1. 3. 6. Sistem Monoklin ......................................................................................... 12
1. 3. 7. Sistem Triklin ............................................................................................ 13
1. 4. SIMBOL KRISTALOGRAFI .......................................................................... 14
1. 4. 1. Parameter dan Parameter Rasio................................................................. 14
1. 4. 2. Simbol Weiss dan Simbol Miller .............................................................. 14
1. 5. KELAS SIMETRI............................................................................................. 15
1. 6. PENENTUAN KLAS SIMETRI ..................................................................... 17
1. 6. 1. Menurut Herman Mauguin ........................................................................ 17
1 .6. 2. Menurut Schoenflish ................................................................................. 21
1. 7. BENTUK – BENTUK KRISTAL .................................................................... 24
BAB II. MINERALOGI
2. 1. DEFINISI MINERAL ...................................................................................... 25
2. 2. CARA TERJADI DAN TERDAPATNYA MINERAL – MINERAL............. 26
2. 3. TERDAPATNYA MINERAL .......................................................................... 31
2. 4. PENGERTIAN MINERAL URAT PRIMER DAN SEKUNDER .................. 33

5
2. 5. KEGUNAAN MINERAL................................................................................. 34
2. 6. MINERAL PERMATA .................................................................................... 35
2. 7. CONTOH MINERAL PERMATA................................................................... 35
2. 8. CONTOH MINERAL – MINERAL PERHIASAN ......................................... 37
2. 9. CONTOH MINERAL PENGHASIL LOGAM ATAU MINERAL BIJIH ...... 40
2. 10. MINERAL UNTUK INDUSTRI KIMIA ......................................................... 46
2. 11. PENDESKRIPSIAN MINERAL ...................................................................... 46
2. 12. GOLONGAN MINERAL................................................................................. 63
BAB III. ROCK FORMING MINERAL
3. 1. DEFINISI ........................................................................................................... 68
3. 2. REAKSI BOWEN ............................................................................................. 69
3. 3. MINERAL – MINERAL PEMBENTUK BATUAN ........................................ 70
3. 4. PELAPUKAN BATUAN (WEATHERING ROCK) ........................................ 80

6
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

BAB I
KRISTALOGRAFI

1. 1. DASAR TEORI
Kristalografi adalah Ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat
geometri dari kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk
luar, struktur dalam (internal) dan sifat-sifat fisis lainnya.
 Sifat geometri,
Memberikan pengertian letak, panjang, dan jumlah sumbu kristal yang
menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah, serta bentuk bidang luar
yang membatasinya.
 Perkembangan dan pertumbuhan kenampakan bentuk luar,
Mempelajari kombinasi perkembangan dan pertumbuhan kenampakan bentuk
luar selain bentuk-bentuk dasar pada suatu bidang permukaan.
 Struktur dalam,
Mempelajari tentang susunan dan jumlah sumbu-sumbu Kristal, juga
menghitung Parameter dan Parameter Rasio.
 Sifat fisis kristal,
Sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar kecilnya
kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk yang dibatasi oleh bidang-
bidang kristal, sehingga akan dikenal 2 zat yaitu Kristalin dan Non Kristalin.

Sumbu Kristalografi ialah suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat
kristal. Kristal mempunyai bentuk 3 dimensi, yaitu panjang, lebar dan tebal atau
tinggi. Tetapi dalam penggambarannya dibuat 2 dimensi sehingga digunakan
Proyeksi Orthogonal.

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


1
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

Kristal adalah suatu benda dengan bentuk yang polihedral (bidang


banyak), dibatasi oleh bidang yang rata, yang merupakan senyawa kimiawi,
terbentuk dari suatu zat cair atau gas yang memadat (John Wiley and Sons, 1999)
Kristal dapat diartikan pula sebagai bahan padat yang secara kimia
homogen dalam bentuk geometri tetap, sebagai gambaran dari susunan atom
yang teratur, dibatasi oleh bidang banyak (Polyhedron), jumlah dan kedudukan
dari bidang - bidang kristalnya tertentu dan teratur.

Sudut ( ∠ ) Kristalografi ialah sudut yang dibentuk oleh perpotongan

sumbu-sumbu Kristalografi pada titik potong (pusat kristal).

Gambar 1. 2. Sumbu Kristalografi

Keterangan sumbu dan sudut:


• Sumbu a : sumbu yang tegak lurus pada bidang kertas.
• Sumbu b : sumbu yang horisontal pada bidang kertas.
• Sumbu c : sumbu yang vertikal pada bidang kertas.
• ∠ α ialah sudut yang dibentuk antara Sb b dan Sb c.

• ∠ β ialah sudut yang dibentuk antara Sb a dan Sb c.

• ∠ γ ialah sudut yang dibentuk antara Sb a dan Sb b.

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


2
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

1. 2. DASAR PEMBAGIAN SISTEM KRISTALOGRAFI


Sistem Kristalografi dibagi menjadi 7 sistem, ini didasarkan kepada:
 Jumlah sumbu Kristalografi
 Perbandingan panjang sumbu-sumbu Kristalografi.
 JPLN
 Letak atau posisi sumbu Kristalografi.
 Nilai sumbu C atau sumbu vertikal.

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


3
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

(Hk0)

Gambar 1.2
Tujuh Prinsip Letak Bidang Kristal Terhadap Susunan Sumbu Kristalografi

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


4
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

1. 3. SISTEM-SISTEM KRISTALOGRAFI
1. 3. 1. Sistem Reguler (Cubic = Isometric = Tesseral = Tessular)

Ketentuan:
Sumbu : a = b = c
Sudut : α = β = γ = 900
Karena Sb a = Sb b = Sb c, maka disebut
juga Sb a.

Cara Menggambar:
∠ a- / b+ = 300
a : b¯: c = 1 : 3 : 3

Gambar 1. 3. Sistem Kristal Reguler

Gambar sistem kristal Reguler yang termasuk dalam nama kristal


Hexahedron. Dengan contoh mineral Galena (PbS), Emas (Au), Pyrite
(FeS2), Halite (NaCl), dan Leucite (KAlSi2O6)

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


5
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

Gambar 1. 4. Sistem Kristal Reguler

Gambar sistem kristal Reguler yang termasuk dalam nama kristal


Pentagonal Dodecahedron. Contoh mineralnya adalah Magnetite (Fe3O4)
Intan (C), dan Garnet [X3Z2(SiO4)3]

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


6
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

1. 3. 2. Sistem Tetragonal (Quadratic)

Ketentuan: Sumbu
:a=b ≠c
Sudut : α = β = γ = 900
Karena Sb a = Sb b disebut juga Sb a
Sb c bisa lebih panjang atau lebih
pendek dari Sb a atau b.
Bila Sb c lebih panjang dari Sb a dan
Sb b disebut bentuk Columnar
Bila Sb c lebih pendek dari Sb a dan 30o

Sb b disebut bentuk Stout

Cara menggambar:
∠ a + / b-- = 30o
a:b:c=1:3:6

Contoh mineral : Cassiterite (SnO2),


Calcophyrite (CuFeS2)

Gambar 1. 5. Sistem Kristal Tetragonal

Gambar sistem kristal Tetragonal yang termasuk dalam nama nristal Tetragonal
Prisma Orde I dengan contoh mineral Chalcopyrite (CuFeS2), Cassiterite (SnO2),
Zircon (ZrSiO4), dan Anatase (TiO2)
Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi
7
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

1.3.3 Sistem Hexagonal

Ketentuan:
Ada 4 sumbu yaitu a, b, c, d
Sumbu : a = b = d ≠ c Sudut
: β1 = β2 = β3 = 900 Sudut :
γ1 = γ2 = γ3 = 1200
Sb a, b, dan d terletak dalam bidang
horisontal/lateral dan membentuk ∠
600.
Sb c dapat lebih panjang atau lebih
pendek dari Sb a.

Cara menggambar:
∠ a+ / b¯ = 170
∠ b+ / d¯ = 390
b:d:c:=3:1:6
Contoh Mineral : Apatite
[Ca5((F,Cl,OH)PO4)3]

Gambar 1. 6. Sistem Kristal Hexagonal


Gambar sistem kristal Hexagonal yang termasuk dalam nama kristal
Hexagonal Prisma dengan contoh mineral Quarzt (SiO2), Apatite
[Ca5((F,Cl,OH)PO4)3], Graphite (C) , dan Beryl (Be3Al2Si6O18)
Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi
8
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

Posisi dan satuan panjang Sumbu a dibuat dengan memperhatikan Sumbu b


dan Sumbu d berikut:

Orde I

Orde III

Orde II

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


9
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

1. 3. 4 Sistem Trigonal (Rhombohedral)

Ketentuan
Sumbu : a = b = d ≠ c
Sudut : β1 = β2 = β3 = 900
Sudut : γ1 = γ2 = γ3 = 1200

Cara menggambar:
Sama dengan sistem Hexagonal,
perbedaannya hanya pada Sb c
bernilai 3.
Penarikan Sb a sama dengan pada
Sistem Hexagonal.

Gambar 1. 7. Sistem Kristal Trigonal

Gambar sistem kristal Trigonal prisma orde I yang termasuk dalam nama
kristal Trigonal Prisma dengan contoh mineral Tourmaline (Na(Mg, Fe, Li,
Al)3Al6(Si6O18)(BO3)3(OH,F)4)

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


10
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

1. 3. 5. Sistem Orthorombic (Rhombic = Prismatic = Trimetric)

Ketentuan: Sumbu
: a ≠b ≠c
Sudut α = β = γ = 900
Sb c adalah sumbu terpanjang
Sb a adalah sumbu terpendek
Sb a disebut Sb Brachy
Sb b disebut Sb Macro
Sb c disebut Sb Basal

Cara menggambar:
∠ a- / b+ = 300
a:b:c=1:4:6

Gambar 1. 8. Sistem Kristal Orthorombik

Gambar sistem kristal Orthorombik dengan nama Orthorombic Brachy Macro


Basal Pinacoid dengan contoh mineral Barite (BaSO4), Brookite (TiO2), Diasphore
(HAlO2), dan Andalusite (Al2SiO8).

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


11
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

1. 3. 6. Sistem Monoklin
(Oblique = Monosymetric = Clinorhombic = Hemiprismatik =
Monoclinohedral)

Ketentuan: Sumbu
: a ≠b ≠c
Sudut : α = γ = 900, β ≠ 900
Sb a disebut sumbu Clino
Sb b disebut sumbu Ortho
Sb c disebut sumbu Basal

Cara menggambar
∠ a- / b + = 450
a:b:c=1:4:6
Sb c adalah sumbu terpanjang
Sb a adalah sumbu terpendek

Gambar 1. 9. Sistem Kristal Monoklin

Gambar sistem kristal Monoklin dengan nama Monoklin Hemybipyramid


dengan contoh mineral Orthoclase (K Al Si3O8), Gypsum (CaSO4 . 2H2O), Malachite
[Cu2(CO3)(OH)2], dan Monazite (Ce,La,Y,Th)PO4.

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


12
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

1. 3. 7. Sistem Triklin (Anorthic = Asymetric = Clinorhombohedral)

Ketentuan: Sumbu
: a ≠b ≠c
Sudut : α ≠ β ≠ γ ≠ 900
Semua Sb a, b, c saling berpotongan dan
membuat sudut miring tidak sama besar.
Sb a disebut Sb Brachy
Sb b disebut Sb Macro
Sb c disebut Sb Basal

Cara menggambar:
∠ a+ / c¯ = 450
∠ b- / c += 800
a:b:c=1:4:6

Gambar 1. 10. Sistem Kristal Triklin

Gambar sistem kristal Triklin dengan nama Triklin Hemybipyramid dengan


contoh mineral Kyanite (Al2OSiO4), Chalcanthite (CuSO4. 5H2O), Microcline (K Al
Si3O8), dan Rhodonite MnSiO3

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


13
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

1. 4. SIMBOL KRISTALOGRAFI
1. 4. 1. Parameter dan Parameter Rasio

Parameter bidang hkl:


oh = 1 bagian
ok = 3 bagian
ol = 6 bagian

Parameter Rasio Bidang hkl


oh : ok : ol = 1 : 3 : 6

1. 4. 2. Simbol Weiss dan Simbol Miller


Bagian yang terpotong
Simbol Weiss =
Satuan ukur

Simbol Weiss dipakai dalam penggambaran kristal ke bentuk proyeksi


orthogonal dan proyeksi stereografis

Satuan ukur
Simbol Miller =
Bagian yang terpotong

Simbol Miller dipakai sebagai simbol bidang dan simbol bentuk suatu
kristal.

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


14
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

1. 5. KLASSIMETRI
1. 5. 1. Pengelompokkan Klassimetri
Pengelompokan kelas simetri didasarkan pada unsur – unsur simetri. Unsur –
unsur simetri tersebut antara lain :
1. Sumbu Simetri
2. Bidang Simetri
3. Titik Simetri atau Pusat Simetri

1. 5. 1. 1. Sumbu Simetri
Sumbu simetri adalah garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal, dimana
apabila kristal tersebut diputar sebesar 3600 dengan garis tersebut sebagai poros
perputarannya, maka pada kedudukan tertentu, kristal tersebut akan menunjukkan
kenampakan-kenampakan yang sama seperti semula.
Ada 3 jenis Sumbu Simetri yaitu:
I. 1. Sumbu Simetri Gyre
a. Sumbu Simetri Gyre Polair
b. Sumbu Simetri Gyre Dipolair/ Bipolair
I. 2. Sumbu Cermin Putar = Gyroide
I. 3. Sumbu Inversi Putar

1. 5. 1. 2. Bidang Simetri
Bidang Simetri adalah bidang datar yang dibuat melalui pusat kristal dan
membelah kristal menjadi 2 bagian sama besar, dimana bagian yang satu
merupakan pencerminan dari bagian belahan yang lain.
Bidang simetri dinotasikan dengan P (Plane) atau m (mirror).
Bidang simetri dikelompokan menjadi 2 :
1. 5. 1. 2. 1. Bidang Simetri Utama
Bidang Simetri Utama adalah bidang yang dibuat melalui 2 buah sumbu
simetri utama kristal dan membagi bagian yang sama besar.
Bidang simetri utama ini ada 2 yaitu:
Y Bidang simetri utama horisontal dinotasikan dengan h (Bidang ABCD)
Y Bidang simetri utama vertikal dinotasikan v (bidang KLMN dan OPQR).

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


15
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

Gambar 1. 11. Bidang Simetri Utama

1. 5. 1. 2. 2. Bidang Simetri Tambahan (Intermediet/Diagonal)


Bidang Simetri Diagonal merupakan bidang simetri yang dibuat hanya
melalui satu sumbu simetri utama kristal. Bidang ini sering disebut dengan
bidang diagonal saja dengan notasi (d).
Gambar disamping memperlihatkan kedudukan 2 buah bidang simetri
tambahan/diagonal pada bentuk kristal Hexahedron (kubus).
Catatan :
Dalam menghitung jumlah bidang simetri, dihitung dahulu bidang simetri utama,
baru dihitung bidang simetri tambahan.

Gambar 1. 12. Bidang Simetri Tambahan

1. 5. 1. 3. Titik Simetri atau Pusat Simetri (Centrum = C)


Pusat Simetri adalah titik dalam kristal, dimana melaluinya dapat dibuat
garis lurus, sedemikian rupa sehingga pada sisi yang satu dengan sisi yang lain
dengan jarak yang sama, dijumpai kenampakan yang sama (rusuk, sudut, bidang).
Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi
16
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

Pusat Simetri selalu berhimpit dengan pusat kristal, tetapi pusat kristal belum tentu
merupakan pusat simetri.

1. 6. PENENTUAN KLASSIMETRI
Penentuan Klassimetri berdasarkan pada kandungan unsur-unsur simetri yang
dimiliki oleh setiap bentuk kristal. Ada beberapa cara untuk menentukan klas simetri
suatu bentuk kristal, diantaranya yang umum digunakan:
1. 6. 1. Menurut Herman Mauguin
SISTEM REGULER
D Bagian I : Menerangkan nilai sumbu a (Sumbu a, b, c), mungkin bernilai 4
atau 2 dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a
tersebut.
4 2
Bagian ini dinotasikan dengan : ,4,4, ,2
m m
Angka menunjukkan nilai sumbu dan huruf ‘m’ menunjukkan
adanya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.
D Bagian II : Menerangkan nilai sumbu simetri bernilai 3. Apakah sumbu simetri
tersebut bernilai 3 saja, atau juga bernilai 6.
Maka bagian II selalu ditulis : 3 atau 3
D Bagian III : Menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet (diagonal)
bernilai 2 dan ada tidaknya bidang simetri diagonal yang tegak
lurus terhadap sumbu diagonal tersebut.
2
Bagian ini dinotasikan : , 2 , m atau tidak ada.
m
Contoh:

4 2 4 2
3 3
• Klas Hexoctahedral................................. m m m m
• Klas Pentagonal icositetrahedral ............ 4 3 2 4 3 2

• Klas Hextetrahedral ................................ 43m 43m

2 2
• Klas Dyakisdodecahedral ....................... m3 m3
• Klas Tetratohedris................................... 2 3 2 3 -

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


17
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

SISTEM TETRAGONAL
D Bagian I : Menerangkan nilai sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak bernilai
dan ada tidaknya bidang simetri horizontal yang tegak lurus sumbu c.
4
Bagian ini dinotasikan : ,4,4
m
D Bagian II : Menerangkan nilai sumbu lateral (sb. a dan sb. b) dan ada tidaknya
bidang simetri vertikal yang tegak lurus terhadap sumbu lateral
tersebut.
2
Bagian ini dinotasikan : , 2 , m atau tidak ada.
m
D Bagian III : Menerangkan nilai sumbu simetri intermediet/diagonal dan ada
tidaknya bidang simetri intermediet/diagonal yang tegak lurus
terhadap sumbu tersebut.
2
Bagian ini dinotasikan : , 2 , m atau tidak ada.
m
Contoh :
4 2 2 4 2 2
• Klas Ditetragonal bipyramidal .................. m m m m m m
• Klas Tetragonal trapezohedral .................. 4 2 2 4 2 2

• Klas Ditetragonal pyramidal ..................... 4 m m 4 m m

• Klas Tetragonal scalenohedral .................. 4 2 m 4 2 m

4 4
−−
• Klas Tetragonal bipyramidal..................... m m

• Klas Tetragonal pyramidal........................ 4 4 −−

• Klas Tetragonal Bisphenoidal................... 4 4 −−

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


18
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

SISTEM HEXAGONAL DAN TRIGONAL


D Bagian I : Menerangkan nilai sumbu c (mungkin 6 , 6 , 6 , 3 , 3 ) dan ada
tidaknya bidang simetri horisontal yang tegak lurus sumbu c
6 3
tersebut. Bagian ini dinotasikan : ,6,6,3,
m m
D Bagian II : Menerangkan nilai sumbu lateral (sumbu a, b, d) dan ada tidaknya
bidang simetri diagonal yang tegak lurus.
2
Bagian ini dinotasikan : , 2 , m atau tidak ada.
m
D Bagian III : Menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan ada
tidaknya bidang simetri vertikal yang tegak lurus terhadap sumbu
intermediet tersebut.
2
Bagian ini dinotasikan : , 2 , m atau tidak ada
m
Contoh :
6 2 2 6 2 2
• Klas Dihexagonal bipyramidal ................... m m m m m m

• Klas Dihexagonal trapezohedral ................. 6 2 2 6 2 2


• Klas Dihexagonal pyramidal....................... 6 m m 6 m m
6 6
• Klas Hexagonal bipyramidal....................... − −
m m
• Klas Hexagonal pyramidal.......................... 6 6 −−

• Klas Ditrigonal bipyramidal ....................... 6 m 2 6 m 2 atau

6 2 m 6 2 m

• Klas Trigonal bipyramida ........................... 6 6 −−


2 2
• Klas Ditrigonal scalenohedral..................... 3 3 −
m m
• Klas trapezohedral ...................................... 3 2 3 2 −

• Klas Ditrigonal pyramidal........................... 3 m 3 m – atau

3 m 3 − m

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


19
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

• Klas Trigonal rhombohedral ....................... 3 3 − −

• Klas trogonal pyramidal.............................. 3 3 − −

SISTEM ORTHOROMBIC
D Bagian I : Menerangkan nilai sumbu a dan ada tidaknya bidang yang tegak lurus

terhadap sumbu a tersebut .


2
Dinotasikan : ,2 , m
m
D Bagian II : Menerangkan ada tidaknya nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang
simetri yang tegak lurus terhadap sumbu b tersebut.
2
Bagian ini dinotasikan : ,2 , m
m
D Bagian III : Menerangkan nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simteri yang
tegak lurus terhadap sumbu tersebut.
2
Dinotasikan : ,2
m
Contoh :
2 2 2 2 2 2
• Klas Orthorombic bipyramidal ..................... m m m m m m
• Klas Ortorombic bisphenoidal ...................... 2 2 2 2 2 2
• Klas Orthorombic pyramidal ........................ m m 2 m m

SISTEM MONOKLIN
D Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus sumbu b tersebut.
Contoh :
2
• Klas Prismatik ...............................................
m
• Klas Sphenoidal ............................................ 2
• Klas Domatik ................................................ m

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


20
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

SISTEM TRIKLIN
Sistem ini hanya ada 2 klas simetri, yaitu:

D Mempunyai titik simetri .................................... Klas Pinacoidal 1


D Tidak mempunyai unsur simetri........................ Klas Assymetric 1

1. 6. 2. Menurut Schoenflish
SISTEM REGULER
D Bagian I : Menerangkan nilai c. Ada 2 kemungkinan yaitu sumbu c
bernilai 4 atau bernilai 2.
• Apabila sumbu c bernilai 4 dinotasikan dengan huruf O
(Octaeder), karena contoh bentuk kristal yang paling ideal untuk
sumbu c bernilai 4 adalah Octahedron.
• Apabila sumbu c bernilai 2 dinotasikan dengan huruf T
(Tetraeder), karena contoh bentuk kristal yang paling ideal untuk
sumbu c bernilai 2 adalah bentuk Tetrahedron.

D Bagian II : Menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila kristal tersebut


mempunyai:
• Bidang simetri horisontal (h)
dinotasikan h
• Bidang simetri vertical (v)
• Bidang simetri diagonal (d)
Apabila mempunyai:
• Bidang simetri horisontal (h)
• Bidang simetri vertical (v) dinotasikan h

Apabila mempunyai:
• Bidang simetri vertical (v)
dinotasikan v
• Bidang simetri diagonal (d)
Apabila mempunyai:
• Bidang simetri diagonal (d)
dinotasikan d

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


21
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

Contoh :
1. Klas Hexoctahedral ……………………………………..Oh
2. Klas Pentagonal icositetrahedral …………………….….O
3. Klas Hextetrahedral ……………………………………..Td
4. Klas Dykisdodecahedral…………………………………Th
5. Klas Tetrahedral pentagonal dodecahedral………………T

SISTEM TETRAGONAL, HEXAGONAL, TRIGONAL, ORTHOROMBIC,


MONOKLIN, dan TRIKLIN
D Bagian I : Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu
lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet, ada 2 kemungkinan:
• Apabila sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan dengan D dari
kata Diedrish.
• Apabila sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan C
dari kata Cyklich.
D Bagian II : Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini dituliskan di sebelah
kanan agak bawah dari notasi D atau C.
D Bagian III : Menerangkan kandungan bidang simetrinya.
• Bidang simetri horisontal (h)
dinotasikan h
• Bidang simetri vertical (v)
• Bidang simetri diagonal (d)
Jika mempunyai:
• Bidang simetri horisontal (h)
dinotasikan h
• Bidang simetri vertical (v)
Jika mempunyai:
• Bidang simetri vertical (v)
• Bidang simetri diagonal (d) dinotasikan v
Jika mempunyai:
• Bidang simetri diagonal (d) dinotasikan d

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


22
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

Contoh :
1. Klas Ditetragonal pyramidal ............................................. C4v
2. Klas Ditetragonal bipyramidal ......................................... D4h
3. Klas Tetragonal scalenohedral ......................................... D2d
4. Klas Tetragonal trapezohedral .............................................D
5. Klas Tetragonal bipyramidal ............................................ C4h
6. Klas Tetragonal pyramidal ................................................. C4
7. Klas Tetragonal bispenoidal .........................................S4/ C4
8. Klas Dihexagonal pyramidal ............................................ C6h
9. Klas Dihexagonal bipyramidal ........................................ D6h
10. Klas Hexagonal trapezohedral ........................................... D6
11. Klas Hexagonal bipyramidal ............................................ C6h
12. Klas Hexagonal pyramidal ................................................. C6
13. Klas Trigonal bipyramidal ............................................... C3h
14. Klas Trigonal trapezohedral ............................................... D3
15. Klas Trigonal rhombohedral ............................................. 3Ci
16. Klas Trigonal pyramidal .................................................... C3
17. Klas Ditrigonal scalenohedral .......................................... D3d
18. Klas Ditrigonal bipyramidal ............................................ D3h
19. Klas Ditrigonal pyramidal ................................................ C3v
20. Klas Orthorombic pyramidal ........................................... C2v
21. Klas Orthorombic bisphenoidal ......................................... D2
22. Klas Orthorombic bipyramidal ........................................ D2h
23. Klas Prismatik .................................................................. C2h
24. Klas Spenoidal ................................................................... C2
25. Klas Domatic ................................................................... C1h
26. Klas Pinacoidal ................................................................... Ci
27. Klas Asymetric........................................................................

Keterangan : Untuk sistem Monoklin, sumbu b dianggap sebagai sumbu c.

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


23
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

1. 7. BENTUK-BENTUK KRISTAL
a. Bentuk Tunggal
Kristal yang dibatasi oleh bidang-bidang datar / bidang-bidang kristal dengan
bentuk dan ukuran yang sama. Sering disebut sebagai bentuk dasar.
Contoh :
- 4 bidang Kristal ......................................... Tetrahedron
- 6 bidang Kristal ......................................... Hexahedron

b. Bentuk Kombinasi
Merupakan bentuk-bentuk kristal yang terjadi dari penggabungan dua atau
lebih bentuk tunggal yang tidak sama.
Contoh :
- Kombinasi Hexahedron (100) + Octahedron (111).
c. Bentuk Pertumbuhan
Pertumbuhan secara teratur antara dua atau lebih bentuk kristal tunggal atau
kombinasi dari bentuk yang sama, sehingga akan didapatkan unsur-unsur
simetri persekutuan yang sama. Tetapi bila kumpulan dari bentuk-bentuk
tersebut tidak beraturan maka kumpulan bentuk kristal tersebut disebut
kelompok atau kumpulan kristal (Crystal Agregate).
Contoh :
- Tetrakisexahedron (210)
- Triakisoktahedron (211)

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


24
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

BAB II
MINERALOGI

2. 1. DEFINISI MINERAL
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari
mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan,
antara lain mempelajari tentang sifat-sifat fisik sifat-sifat kimia, cara
terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya.
Definisi mineral menurut beberapa ahli:
1. L.G. Berry dan B. Mason, 1959
“Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat dialam terbentuk
secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan
mempunyai atom-atom yang tersusun teratur”.

2. D.G.A. Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972


“Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen
mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang
anorganik”.

3. A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977


“Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposisi
kimia tertentu atau dalam batas-batas tertentu atau dalam batas-batas tertentu
dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk dialam dan bukan hasil suatu
kehidupan”.

Ketiga definisi tersebut mereka masih memberikan suatu anomali atau


suatu pengecualian beberapa zat atau bahan yang disebut sebagai mineral,
walaupun tidak termasuk didalam suatu definisi, namun dapat ditarik
kesimpulan bahwa mineral mempunyai sifat sebagai : bahan alam, mempunyai
sifat fisis dan kimia tetap, berupa unsur tunggal atau senyawa.

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


25
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

Batasan-batasan definisi mineral :


1. Suatu bahan alam
2. Susunan atom yang teratur
3. Komposisi kimia pada batas tertentu
4. Pada umumnya anorganik
5. Bahan padat homogen

Mineralogi dibagi menjadi 2 bagian :


1. Mineralogi fisik
2. Mineralogi kimiawi

2. 2. CARA TERJADI DAN TERDAPATNYA MINERAL – MINERAL


Mineral mineral umumnya terbentuk mengikuti empat cara :
1. Larutan
2. Magma
3. Sublimasi
4. Metamorfisme

2. 2. 1 Pembentukan dari larutan larutan


Larutan larutan air yang terdapat dikulit bumi berasal dari salah satu dari dua
kemungkinan :
1. Air permukaan yang selama perjalanannya melalui batuan – batuan akan
melarutkan mineral – mineral yang mudah larut dan disebut air meteorik atau air
tanah. Larutan ini umumnya bersifat cair dan dingin. Mineral – mineralnya kelak
akan di endapkan didekat atau pada permukaan tanah.
2. Air yang terdapat dibagian lebih dalam disebut air magmatis, ialah sisa cairan
yang berasal dari intrusi – intrusi batuan yang besar. Pengendapan mineral dari
air magmatis ini cukup dalam letaknya.

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


26
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

Cara pembentukan mineral yang terpenting yang berasal dari larutan :


1. Penguapan Larutan
Anhidrit dan Halite umumnya berasal dari larutan larutan yang mengandung
kedua bahan tadi. Pengendapannya sering berupa lapisan lapisan yang tebal
Dipulau Jawa seperti di daerah Tegalombo (Kabupaten Pacitan), disekitar Cepu,
di sekitar kawasan Pegunungan Pamotan dll.
2. Pengeluaran gas yang berkerja sebagai pelarut :
Air yang mengandung banyak gas CO2, bila mengenai batuan – batuan kapur,
maka CaCO3 akan larut dalam bentuk Asam Bikarbonat CaH2 (Co3)2 yang
merupakan persenyawaan yang tidak solid karena pengaruh beberapa faktor
seperti suhu, udara dll, maka gas CO2 dalam larutan akan keluar yang
menyebabkan perubahan karbonat ke bentuk yang lebih sukar larut, karbonat
biasa mengikuti :

CaCo3 + H2O+CO2 CaH2 (CO3) 2

Di daerah kapur maka sering terjadi pelarutan CaCO3 yang banyak dan
selanjutnya diendapkan di gua – gua dalam bentuk stalakmit dan stalaktit. Bentuk
bentuk ini kita jumpai umpamanya di daerah Gua Tabuhan (Punung, Wonogiri),
Gua Cermin (Wonosari), daerah Nusa Kambangan dll. Sering pula terjadi
pengendapan didekat mata air atau tepi sungai yang disebut Tuff Kapur.
Travertin merupakan hasil pelarutan dari batugamping di permukaan.
3. Penurunan suhu dan tekanan
Larutan air magma terbentuk dalam keadaan dengan tekanan dan suhu yang
tinggi, sehingga banyak bahan yang terlarut didalamnya. Bila suhu dan tekanan
berkurang maka diendapkanlah mineral – mineral hidrotermal, sumber – sumber
air panas dan geyser terdapat pada daerah – daerah dimana terdapat intrusi –
intrusi magma yang mendekati permukaan bumi. Air tanah yang bergerak ini
akan mengalami kenaikan suhu dan tekanan sehingga akan lebih banyak bahan –
bahan mineral yang terlarut didalamnya daripada keadaan biasa. Maka didaerah
daerah ini akan banyak diendapkan Tuff Kapur dan Travertin, sinter silika.

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


27
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

4. Interaksi larutan – larutan


Larutan CaSO4 akan bertemu dengan BaCO3 yang mudah larut ini, dengan
langsung akan terbentuk BaSO4 (mineral Barit). Keadaan seperti diatas sering
terjadi dengan memberikan endapan – endapan mineral sebagai akibat
pencampuran air magmatis yang satu dengan yang lain, atau air magmatis dengan
air permukaan dll.
5. Interaksi larutan dengan bahan padat
Larutan yang mengandung ZnSO4 bila melalui daerah kapur akan
menyebabkan terbentuknya ZnCO3 (mineral Smithsonit) dan CaSO4 (mineral
Anhidrit dan Gypsum). Umumnya suatu larutan melarutkan sesuatu mineral,
selanjutnya mengendapkan mineral lain ditempatnya. Maka mineral Galena
(PbS) dan sulfida lain diendapkan dari larutan dan sekaligus
menempati/mengganti batuan kapurnya dimana larutan saling berhubungan.
Tekstur atau struktur mineral yang terganggu, umumnya dipertahankan oleh
mineral yang menggantikannya. Contoh lain adalah pengisian bahan – bahan
silisium (silikasi) kayu – kayu, dimana larutan silisium mengganti bahan selulosa
dengan opal, tetapi dengan strukturnya seperti kayu. Keadaan ini umpamanya
kita jumpai di Kali Baksoka (Punung Wonogiri). Proses ini disebut metasomatis
dan penting sekali pada pembentukan mineral – mineral bijih.
6. Interaksi Gas gas dengan larutan larutan
Air yang mengandung H2S akan memberikan sulfide – sulfide bila
berhubungan dengan larutan sisa kegiatan tambang yang mengandung Zn, Cu, Fe
dll.
7. Pengaruh atau pekerjaan makhluk (biota) dalam larutan
Moluska, Crikoida dll akan menyerap CaCO3 dari air laut dan
mengeluarkannya lagi dalam bentuk bahan – bahan pelindungnya (cangkang),
dalam bentuk Aragonite atau Kalsit. Radiolaria dan bunga – bunga karang
(spons) mengeluarkan bahan silisium dan membentuk diatome. Diatome ini dapat
ditemukan di daerah Sangiran, Sragen. Limonit dan belerang dapat terjadi karena
pengaruh bakteri dalam air yang mengandung besi atau sulfat (di Gunung Ijen).

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


28
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

2. 2. 2 Magma
Banyak mineral mineral (bijih - bijih) yang penting seperti Magnetite,
Ilmenite, Chromit, Pyrrotit, Chalcopyrite dll berasal dari magma, ini disebut mineral
mineral primer. Banyak bahan – bahan yang mudah menguap terlarut dalam magma
seperti uap air, Chlor, Fluor, Sulfur, Borium, CO2 dll. Adanya bahan bahan ini akan
menurunkan suhu penghabluran dan menurunkan kekentalan atau viskositas magma
dan mereka ini dapat ikut menjadi persenyawaan – persenyawaan yang sedang
terbentuk karenanya, baik besar maupun susunan mineral. Gas – gas yang keluar
dapat memberikan mineral – mineral baru. Hasil dari penyelidikan – penyelidikan
mikroskop terhadap banyak batuan, ternyata bahwa sering menunjukan adanya
urutan – urutan tertentu dalam pembentukan mineral magmatis. Deretan yang
disederhanakan ini akan terdiri :
a. Bagian bagian tambahan/aksesoris
Apatit Ca5 (F,Cl,OH) (PO4)3 CaF2
Zirkon ZrSiO4
Magnetite Fe3O4
Hematit Fe2O3
Pyrite FeS2
b. Silikat – silikat dengan kadar Fe, Mg yang tinggi :
Piroksin, Amphibole, Olivine dan Biotite.
c. Silikat - silikat dengan kadar Ca yang tinggi :
Bagian Anortit dari deret Plagioklas
d. Silikat – silikat yang kaya akan alkali :
Orthoklas dan bagian Albite dari deret Plagioklas atau pengganti Feldspar seperti
Leucite dan Nephelin (Feldspatoid).
e. Kadang – kadang kuarsa apabila dalam magma masih cukup asam silikat :
Karenanya maka mineral mineral ubahan yang menghablur lebih dahulu ini akan
selalu mendapat kesempatan untuk mendapatkan bentuknya sendiri, mereka ini
berbentuk sempurna atau idiomorf.

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


29
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

2. 2. 3 Sublimasi
Mineral-mineral yang terbentuk dari proses penghablur dari uap atau gas,
tetapi juga sebagai hasil interaksi gas yang lain atau gas dengan batuan . Contoh yang
umum dari sublimasi ialah pembentukan salju, sebagai hasil penghabluran uap air,
yang langsung terjadi seperti Halite, Salmoniak (NH4Cl), Belerang, Asam Borat,
Ferri Klorida dll.
Didekat lubang kepundan sering kita jumpai Hematite dalam lubang – lubang
lahar sebagai hasil interaksi Ferri Klorida dan uap air menurut ;
2FeCl3 + 3H2O Fe2O3 + 6 HCl
yang lebih penting lagi ialah mineral mineral yang terbentuk sebagai hasil reaksi gas
gas (Cl ,B, S, H2O dll) dengan batuan yang berdekatan (intrusi – intrusi magma
granitik). Mineral yang terbentuk dengan jalan ini disebut sebagai hasil proses
Pneumatolistis. Sebagai contoh ialah pembentukan Cassiterite (SnO2) yang sering
bersama sama dengan Fluorit (CaF2), menurut reaksi :

SnF4 + 2H2O SnO2 + 4HF


4HF + 2CaCO3 2CaF2 + 2H2O + 2CO2
batu kapur fluorit

Uap air dan SnF4 yang mudah menguap itu mengadakan interaksi, maka
terbentuklah Cassiterite dan asam fluor dan asam ini yang merupakan bahan larutan
kimia, maka akan merubah sifat, struktur dan susunan mineral baru bila berhubungan
dengan bahan atau batuan lain. Mineral mineral lain yang terjadi sebagai hasil
pneumatolisis ialah Tourmaline, Topaz, Apatite, Scapolite dan Phlogopit.

2. 2. 4 Metamorfisme
Metamorfisme terjadi akibat faktor – faktor tertentu seperti panas uap air,
tekanan dan pengaruh kimia larutan maka batuan beku maupun batuan endapan akan
mengalami perubahan tanpa adanya perubahan fase (padat ke padat). Perubahan yang
terjadi dibagian luar saja disebut metamorfisme lokal, thermal atau kontak. Tipe
metamorfisme ini jelas dekat dengan batholite, stock, tiang – tiang intrusi/dyke dll,

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


30
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

dan terjadi pada batuan – batuan yang tua, terutama yang tidak mudah terkena
pengaruh intrusi.
Perubahan ini dapat pula meliputi daerah yang luas yang umumnya karena
pengaruh pengaruh orogenetis atau pembentukan pegunungan pegunungan.
Perubahan perubahan ini sebagai akibat metamorfisme regional atau metamorfisme
dinamo.
2. 3. TERDAPATNYA MINERAL
Mineral tersebar diantara mineral/batuan yang lain atau terikat sebagai kristal
kristal atau kerak pada mineral atau batuan lain bila tersebar mereka ini memberikan
bentuk – bentuk kristalnya meskipun dalam bentuk butir – butir, misalnya mineral
Pyrite dalam urat Quartz. Pecahan – pecahan atau celah – celah yang terisi mineral
disebut urat atau vein dan Jika terikat macam – macam mineral yang diendapkan
secara berlapis disebut urat yang berlapis – lapis. Bangun serta sifat fisis yang umum
bagi urat – urat tergantung dari bentuk celah dimana mineral – mineral diendapkan.
Dalam batuan yang padat dan homogen seperti Granite, maka celah tadi
cukup teratur dan halus permukaannya. Bila batuan mudah pecah atau berbutir –
butir seperti pada Schist, maka kita dapatkan celah – celah saja, sedangkan pada
batuan – batuan yang mudah larut/lapuk seperti pada batuan Kapur, maka bentuk
celah tidak teratur lagi. Urat yang khas terdiri atas endapan – endapan mineral yang
mengisi celah – celah dengan batas – batasnya yang jelas (berlapis – lapis).
Kandungan mineral dalam urat – urat tergantung dari susunan kimiawi
larutan dimana mineral – mineral dihablurkan. Banyak sekali macam – macam urat
sehinga pengumpulan atau asosiasi mineral akan bermacam – macam juga. Tetapi
terdapat mineral – mineral tertentu dan pencampuran yang sering terdapat
didalamnya.
Sulfida – sulfida merupakan mineral yang umum dalam urat – urat. Mineral –
mineral urat yang umum ialah : Pyrite (FeS2), Chalcopyrite (CuFeS2), Galena
(PbS), Sphalerite (ZnS), Chalcosite (Cu2S), Bornite (Cu5FeS4), Marcasite (FeS2),
Arsenopyrite (FeAs2), Stibnite (Sb2S3), Tetrahydrite (Cu6Sb2S7) dll.
Selain itu terdapat juga mineral – mineral bukan logam yang kurang penting
dalam arti komersial yang disebut mineral – mineral tambahan, seperti Quartz (SiO2),

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


31
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

Calcite (CaCO3), Dolomite (CaMgCO3)2, Siderite (FeCO3), Barite (BaSO4), Fluorit


(CaF2), Rhodocrosite (Mn3) dll.
Lindgren 1928 menggolongkan mineral – mineral urat mengingat
derajat/urutan suhu dalam pembentukannya. Mengingat bahwa bertambah dalam
letak endapan bertambah tinggi suhunya maka endapan – endapan dapat digolongkan
menjadi :
 Endapan Hypotermal, dimana terdapat suhu dan tekanan yang tinggi
(3000– 5000c), seperti pada pembentukan mineral mineral Emas (Au),
Calsitetite (FeSnO2), Wolframite ((Fe,Mn)WO4), Schelite (CaWO4), Magnetite
(Fe3O4).
 Endapan Mesotermal, dimana mendapat suhu dan tekanan yang sedang
(2000–3000c), seperti pada pembentukan Galena (PbS), Sfalerite,
Arsenopyerite, Tetrahedrite, Enargite (Cu2AsS4) dll.
 Endapan Epithermal, endapan dekat permukan bumi dengan suhu dan
tekanan yang rendah (500 – 1500c), seperti pembentukan Cinnabar (HgS),
Stibnite (Sb2S3), Pyrite (FeS2), Marcasite (FeS2) dll.

Sedangkan pengumpulan mineral mineral urat


 Urat – urat Quartz yang mengandung emas ;
Au murni umumnya terdapat dalam urat Quartz, berupa butiran – butiran
kecil yang tersebar atau terakumulasi bersama dengan sulfida – sulfide tertentu
seperti Pyrite, Chalcopyrite, dan Arsenopyrite (seperti pada pertambangan di
Cikotok, Jawa Barat, dan Kulon Progo)
 Urat tembaga yang mengandung Au dan Ag
Kandungan Au dan Ag dalam urat ini bersama – sama dengan macam –
macam sulfida Cu. Umumnya kadar kedua logam rendah. Mineral – mineral yang
utama ialah Chalcopyrite, Tetrahydrite, Bornite, Chalcosite, Pyrite dan macam –
macam mineral Ag yang lebih jarang terdapatnya.
 Urat timah hitam yang mengandung Ag :
Mineral – mineral Pb dan Ag sering bersama sama pengumpulannya. Urat –
urat ini mengandung mineral – mineral seperti Galena, Argentite (Ag2S),
Tetrahedrite, Sfalerite, Pyrite, Calcite, Dolomite, Rhodochrosit dll

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


32
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

 Urat Pb - Zn
Mineral mineral Pb dan Zn terendapkan secara bersamaan terutama pada
endapan – endapan yang terdapat dalam batuan kapur. Mineral – mineral utama
dari endapan ini ialah Galena, Sfaelerite, Marcasite, Chalchopyrite, Smithsonite
(ZnCO3), Calamin dll
 Urat Cu - Fe
Sulfida – sulfide Cu dan Fe agak umum bersama – sama dan mineral –
mineral utama dalam urat – urat ini ialah Pyrite, Chalchopyrite, Chalcocite,
Bornite, Tetrahedrite, Enargite dll

2. 4. PENGERTIAN MINERAL URAT PRIMER DAN SEKUNDER


Mineral – mineral urat primer adalah mineral yang terbentuk pertama hasil
dari larutan magma yang membeku, sedangkan mineral sekunder berasal dari ubahan
mineral primer karena pengaruh dari larutan atau air yang mengandung O2. Mineral –
mineral primer yang penting ialah Pyrite, Chalchopyrite, Sfalerite dan Galena.
Pengaruh oksidasi tersebut menghasilkan senyawa – senyawa yang
mengalami oksidasi dan terjadi mineral – mineral baru karena kehilangan oksigen
dalam air dalam jarak yang pendek saja, maka mineral – mineral sekunder tadi hanya
terdapat di bagian teratas dari urat – urat saja. Bersama – sama dengan pembentukan
mineral mineral sekunder tadi, terdapat penghanyutan logam – logam yang penting
ke bawah ke dalam urat – urat tadi, ialah karena pelarutan/pelapukan dibagian atas
dan diendapkan dibagian yang lebih dalam, sehingga dapat terjadi perkayaan
sekunder.
Daerah akumulasi mineral sekunder ini merupakan daerah pengkayaan. Hal
ini penting karena pada kedalaman 30 – 100 m atau dari bagian atas urat tadi
merupakan bagian terkaya dari suatu endapan bijih.
Mineral mineral urat primer dengan mineral sekundernya yang penting ;
1. Mineral besi:
Umumnya Pyrite, kadang - kadang Marcasite yang teroksidasi oleh air
akan menghasilkan Limonite Fe4O3(OH)6. Endapan Limonite di dekat
permukaan umumnya disebut Gossan. Kerak yang berwarna kuning tadi
dapat dipakai sebagai petunjuk dalam kegiatan eksplorasi endapan bijih.

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


33
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

2. Mineral tembaga :
Mineral utamanya adalah Chalcopyrite. Mineral – mineral
sekundernya adalah Bornite dan Chalcosite. Chalcopyrite yang mengalami
pengaruh oksidasi akan menjadi Chalantite (CuSO4.5H2O), yang merupakan
larutan dan tertransportasi ke bawah. Chalchopyrite yang tidak mengalami
transportasi dan tidak berubah akan bereaksi dan memperkaya daerah tersebut
menjadi Bornite (Cu5FeS4). Selanjutnya lebih banyak Cu Sulfat bereaksi
dengan Bornite dan pengkayaan yang lebih tinggi menjadi Chalcosite (Cu2S).
Di tempat tersebut terjadi pergantian antara ion – ion logamnya, Fe dalam
sulfida larut dalam bentuk sulfat kemudian mengganti kedudukan Cu. Bila
endapan Cu ini terjadi di daerah kapur, umumnya didapatkan bermacam –
macam karbonat dari oksidasi Cu yang terbentuk dibagian atas endapan.
Mineral – mineral sekundernya ialah Chalcosite, Bornite, Cuprite (Cu2O),
Malachite (CuOH)2CO3, Azurite Cu(CuOH)(CO3)2, Chrysocolla
(CuSiO3)2H2O, Chalcantit dll.
3. Mineral timah hitam :
Mineral primernya adalah Galena. Mineral sekundernya merupakan
mineral yang terbentuk akibat proses oksidasi, seperti Cerrusite (PbCO3),
Anglecite (PbSO4), Pyromorfite (Pb4(Pb,Cl)(PO4)4), Wulfenite (PbMO4) dll.
4. Mineral seng (Zn) ;
Mineral – mineral primernya ialah Sfalerite. Mineral – mineral
sekundernya ialah Smithsonite, Calamine dll.
5. Mineral perak :
Mineral – mineral primernya sebagian besar berupa sulfida Ag.
Mineral sekundernya ialah Cerragyrite (AgCl), Embolite Ag(Cl.Br) dll.

2. 5. KEGUNAAN MINERAL
Kegunaan mineral apabila dilihat dari sudut ekonomis maka mineral –
mineral merupakan bahan yang sangat penting karena bahan yang sehari – hari yang
berupa bahan – bahan yang organik umumnya berupa mineral atau bahan yang
berasal dari mineral.

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


34
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

Mengingat kegunaanya mineral mineral dapat digolongkan sebagai berikut:


 mineral permata
 mineral perhiasan
 penggosok
 campuran campuran dalam indusri
 semen, kapur dll
 bahan bahan tahan api
 barang keramik, gelas atau email
 pupuk
 bahan bahan optic dan alat alat pengetahuan
 zat warna/pigmen alam
 sumber sumber unsure/bijih
 industri kimia

2. 6. MINERAL PERMATA
Sifat fisis mineral yang berdasar atas warna, kilap dan kekerasannya adalah
penentu nilai mineral sebagai permata. Pada beberapa mineral permata penilaian kita
sebagai permata berdasarkan salah satu sifat fisis tadi misalnya pada Turquoise kita
nilai mengingat warnanya, tetapi pada mineral – mineral lain seperti Intan, Saphire,
Zamrud dll mempunyai campuran sifat – sifat fisis tadi sehingga penilaian kita
terhadapnya akan lebih tinggi. Harga yang mahal dijumpai pula apabila mineral yang
bersangkutan jarang atau sukar di dapatkannya, juga karena banyaknya permintaan.

2. 7. CONTOH MINERAL PERMATA


Intan
Intan yang umum dikenal ialah intan yang jernih atau tidak berwarna, sedang intan
yang berwarna merah, biru, hijau dan kuning merupakan jenis intan yang mahal.

Corundum
Ruby dan Sapphire merupakan varietas Corundum, Ruby berwarna merah dan yang
mahal berwarna merah tua agak ungu. Sapphire berwarna biru, tetapi pada umumnya
jenis yang tidak berwarna merah disebut Sapphire.

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


35
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

Beryl
Emerald merupakan salah satu varietas Beryl yang berwarna hijau. Aqua Marine
merupakan varietas Beryl yang berwarna biru atau hijau kebiruan. Morganite
berwarna merah muda, sedangkan Golden Beryl berwarna kuning.

Tourmaline
Jenis yang bernilai permata ialah yang berwarna dan jernih. Tourmaline sendiri
umumnya berwarna hijau, sedang yang merah atau merah muda kita kenal sebagai
Rubelitte, biru tua sebagai Indicolit, sedang yang hijau kita kenal sebagai Brazillian
Emerald.

Topaz
Topaz yang tidak berwarna atau bening, tidak begitu mahal, sedangkan Topaz yang
bernilai tinggi umumnya yang berwarna biru muda, coklat, kuning emas atau merah
muda.

Zircon
Zircon yang berwarna ialah yang termasuk mineral permata, varietas – varietas yang
merah, kuning dan coklat disebut Hyacinth, sedang selain warna tersebut disebut
Yargon.

Quartz
Banyak varietas Quartz yang termasuk mineral permata walaupun agak murah
harganya. Misalnya Amethys yang berwarna ungu, coklat tua atau hitam disebut
Smoky Quartz, Quartz yang terisi Rutile, Aventurine ialah Quartz yang terisi mineral
– mineral Hematite atau Mika. Varietas – varietas dengan kristal – kristal yang halus
kita kenal sebagai Carmelian ialah Calchedon Merah, Chrysopras ialah Calchedon
hijau, Heliotrop atau Bloodstone ialah Calchedon hijau dengan titik merah
didalamnya dll.

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


36
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

2. 8. CONTOH MINERAL - MINERAL PERHIASAN


Banyak mineral – mineral yang digunakan untuk perhiasan penggunaanya sering
setempat setempat atau lokal.
Mineral – mineral tersebut antara lain :
 Calcite dalam bentuk Pualam atau Aventurine
 Serpentine yang hijau atau hijau kekuningan banyak digunakan
 Malachite
 Azurite merupakan mineral utama dalam Lapis Lazuli, berwarna biru tua
 Rhodonite banyak dipakai karena berwana merah muda.
 Gypsum yang digunakan ialah varietas – varietas Alabaster.
 Jade dapat berupa mineral Jadeit (sejenis Piroksin) atau Nepherite (salah
satu jenis Amphibole). Mengingat sifat – sifatnya yang keras dan
warnanya banyak digunakan sebagai barang – barang ukiran, keperluan
sehari hari dll. Di RRC banyak digunakan untuk barang barang ukiran atau
batu giok

CONTOH CONTOH MINERAL UNTUK PENGGOSOK ;


Mengingat kekerasannya suatu mineral kita pakai sebagai penggosok seperti
Intan (kekerasan 10), Corundum (kekerasan 9), Quartz (kekerasan 7), Diatomite dll.
Contoh mineral untuk campuran atau flux :
 Calcite dalam proses proses peleburan
 Fluorite dalam industri baja
 Quartz dalam peleburan tembaga

Contoh mineral untuk kapur semen dll :


 Calcite dalam batuan kapur banyak digunakan dalam industri semen dan
cat dll
 Gypsum banyak untuk bubuk gyps, digunakan dalam industri semen dll

Contoh mineral bahan tahan api :


 Magnesite yang telah dipanasi dan mengandung kurang dari 1% CO2
banyak digunakan untuk pembuatan “batu bata“ (sejenis batu merah) yang
tahan api.
 Dolomite seperti pada Magnesit tetapi lebih murah harganya

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


37
Buku Panduan Praktikum 2017/2018
 Kyanite, Andalusite, Dumortierite banyak digunakan untuk pembuatan
porseline yang tahan suhu yang tinggi, seperti untuk pembuatan busi,
untuk kepentingan laboratorium dll

 Graphite yang dicampur bahan lempung yang tahan api banyak


digunakan di industri baja, dalam bentuk cetakan atau cawan – cawan.

 Bauxite yang di campur bahan perekat lain, sesudah diberi bentuk


tertentu banyak digunakan dalam industri – industri berat, walaupun
lebih mahal dari bahan bahan dari lempung tetapi lebih tahan terhadap
api dan gosokan.

 Chromite sesudah diberi bentuk banyak dipakai dalam pembuatan


tungku – tungku peleburan. Asbes, Zircon, Talk, Mica maupun lempung
banyak juga digunakan untuk maksud seperti diatas.

Contoh mineral sebagai bahan baku pembuatan pot, gelas dan email :
 Lempung, walaupun banyak macam lempung, tetapi dapat dipilih sesuai
dengan tujuan pemakaiannya. Lempung banyak digunakan dalam
industri karena dalam keadaan basah dapat diberikan sesuatu bentuk
padanya secara mudah dan sesudah dipanasi akan memberikan bahan –
bahan yang kuat atau tahan lama. Banyak digunakan dalam pembuatan
batu merah, alat – alat keperluan rumah tangga, alat alat listrik dll.
 Quartz dalam bentuk pasir atau batuan pasir banyak digunakan dalam
industri gelas
 Feldspar banyak digunakan dalam industri – industri gelas juga,
khususnya mengingat kandungan Al nya, kini banyak diganti oleh
Nephelin.
 Fluorite banyak digunakan dalam pembuatan gelas yang tidak tembus
cahaya atau yang kurang dapat ditembus cahaya, begitu juga untuk gelas
gelas yang berwarna.

Contoh mineral sebagai bahan pembuatan pupuk buatan :


 Apatite dan Collophanit banyak dipertambangkan untuk pembuatan pupuk
yang mengandung Phosphor.
 Sylvite untuk pembuatan pupuk yang mengandung Kalium.
 Soda niter untuk pembuatan pupuk yang mengandung nitrogen

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


38
Buku Panduan Praktikum 2017/2018
 Calcite yang berupa batuan kapur untuk menetralkan tanah tanah yang asam.
 Gypsum digunakan sebagai bahan perekat untuk daerah – daerah yang kering.

Contoh mineral sebagai bahan alat optik dan ilmu pengetahuan;


 Quartz
o Dalam bentuk komperator bagi perlengkapan mikroskop polarisasi.
o Untuk perlengkapan di radio mengingat sifat piezoelektrisitet-nya.
o Untuk pembuatan lampu.
 Fluorite
o Untuk pembutan lensa – lensa guna menghindari adanya aberasi
Spheres dan aberasi Chromatis (spherical and chromatical
aberration).
o Untuk alat alat optic terutama untuk pembuatan prisma prisma bagi
spektograf karena memerlukan bahan yang dapat meneruskan sinar
ultraviolet dan infra merah.
 Calcite
o Untuk pembuatan prisma nikole guna mendapatkan cahaya tertutup
lurus dalam mikroskop polarisasi.
 Gypsum
o Untuk pembuatan komperator gypsum digunakan varietas Selenite.
 Mica
o Untuk pembuatan komperator mica.
o Sebagai bahan pencampur lensa kacamata.
 Tourmaline
o Untuk alat alat guna mendapat cahaya tertutup lurus karena
penyerapan selektif.

Contoh mineral sebagai bahan pewarna :


 Limonit yang berwarna kuning atau coklat dan Hematite yang berwarna
merah, banyak digunakan untuk pemberian warna pada cat plester, karet
dll. Oker kuning ialah Limonite yang tercampur lempung dan bahan
Quartz dan warna oker akan lebih tua Jika kadar oksida besinya lebih
tinggi. Mineral

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


39
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

yang digunakan ialah jenis jenis yang lunak, karena harus dihaluskan terlebih
dahulu sebelum digunakan.

2. 9. CONTOH MINERAL PENGHASIL LOGAM ATAU MINERAL BIJIH


 
Aluminium
Bauxite, (Al2O3.2H2O) Gibbsite, Al(OH) 3
Diaspore, (AlO(OH)) Boehmite, AlO(OH)
Liacit Al(OH) 3 Cryolite, Na3AlF6
Sampai sekarang yang banyak digunakan sebagai sumber Al ialah Bauxite.
Apabila murni mengandung 49% Al, berwarna abu – abu sampai kuning abu
– abu atau kadang – kadang coklat. Umumnya berupa tanah atau pisolitis,
kerasnya sampai 3; Bj + 2,5. sering tercampur Fe karena Fe dapat mengganti
Al sehingga ia akan berwarna kemerahan atau merah.
Cryolite juga digunakan sebagai sumber Al, juga sebagai flux dalam proses –
proses elektrolotis

 Stibium atau Antimony


Stibnite, Sb2S3
Antimon, Sb
Mineral yang banyak digunakan sebagai sumber Sb ialah Stibnite walaupun
unsur Sb banyak kita jumpai pada mineral mineral terutama dari golongan
garam garam sulfo dimana mereka ini bercampur dengan unsure – unsure Cu,
Pb maupun Ag. Warna kelabu kebiru – biruan, keras 2 dan berat jenis sekitar
4,6. sering berhelai – helai, berkeping – keping, juga berupa kristal – kristal
rhombis yang memanjang, mudah dibedakan dari Galena karena belahannya.

 Arsen

Arsenopyrite, FeAsS Arsen, As


Realgar, AsS Orpiment, As2S

Arsenopyrite merupakan sumber utama As, sedang As yang lain merupakan


hasil samping pada peleburan bijih bijih As untuk mendapatkan unsur –

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


40
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

unsure Cu, Au, Pb dan Ag. Banyak juga didapatkan dari peleburan bijih bijih
Cu dari mineral Enargite (CuAsS4)
Arsenopyrite kerasnya 6, berat jenis sekitar 6, warna kelabu sampai
putih seperti perak, kilat logam, cerat hitam kelabu tua, bentuk kristalnya
yang khas berupa bijih dari sistem rhombis.

 Bismuth
Bismuth, Bi
Bismuthinite, Bi2S3
Penghasil Bi yang utama adalah mineral Bismuth, tetapi mengingat
sedikitnya yang kita dapatkan di alam, maka Bi banyak berasal dari peleburan
untuk Au dan Ag.

 Cadmium
Greenockite, CdS
Greenockite yang merupakan salah satu mineral Cd hnya sedikit kita jumpai
di alam. Logam Cd yang banyak kita gunakan berasal dari peleburan bijih
bijih Zn yang mengandung sedikit Cd.

 Chromium
Chromite, FeCr2O4
Crocoite, PbCrO4
Chromit merupakan sumber Cr yang utama

 Cobalt

Cobaltite, CoAsS Linneite, CO3S4


Smaltite, CoAs Erythrite, Co3As2O.8H2O
Cobalt merupakan unsur jarang, pada bijih – bijih atau mineral – mineral Ni
sering tercampur sediklit Co ini. Cobalt yang banyak kita gunakan umumnya
sebagai hasil samping bijih – bijih yang lain.

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


41
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

 Tembaga
Tembaga, Cu Cuprite, Cu2O
Chalcocite, Cu2S Atacamite, Cu2Cl(OH) 3
Bornite, Cu5FeS4 Malachite, Cu2C3(OH) 2
Chalcopyrite, CuFeS2 Azurite, Cu3(CO3) 2(OH) 2
Cobelite, CuS Antlerite, Cu3SO4(OH) 4
Tetrahedrite, (Cu,Fe,Zn,Ag) 12Sb4S13
Chalcantite, CuSO4.5h2o
Enargite, Cu3AvsS4
Chrysocola, CuSiO3.2H2O
Chalcopyrite dan Bornite merupakan penghasil Cu yang utama sedang
Chalcocite yang merupakan hasil perkayaan sekunder dalam urat banyak pula
digunakan.

 Emas
Emas, sering tercampur sedikit Ag
Calaverite, AuTe2 Krennerite, AuTe2
Petzite, (Ag,Au) 2Te Sylvanite, AuAgTe4
Sumber utama bagi emas terdapat pada mineral emas itu sendiri. Sering kita
jumpai juga pada mineral mineral telluride

 Besi

Hematite, Fe2O3 Limonite FeO(OH).nH2O


Magnetite,. Fe3O4 Siderite, FeCO3
Goethite, FeO(OH)
Besi merupakan unsur kedua setelah Al yang banyak dijumpai di lithosfer.
Banyak kita dapatkan dalam bentuk oksida, sulfida dan silikat. Sedang bentuk
unsur jarang kita dapatkan.
Hematite, Magnetit, Geothite merupakan mineral – mineral yang biasa kita
gunakan sebagai penghasil Fe.

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


42
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

 Timah hitam
Galena, PbS Vanadinite, Pb5Cl(VO4) 3
Cerrusite, PbCO3 Anglesite, PbSO3
Phosgenite, Pb2Cl2CO3 Crocoite, PbCrO4
Pyromorfite Pb5Cl(PO4) 3 Wulfenite, PbMoO4
Mimetite, PbCl(AsO4) 3
Sumber utama bagi Pb adalah Galena, sedang Cerrusite dan Anglesite dapat
juga kita pakai. Galena sering kita jumpai bersama – sama dengan bijih - bijih
Zn, Sfalerit dan juga bijih – bijih Ag.

 Magnesium
Carnallite, KMgC13.6H2O
Mg kita jumpai juga dalam mineral - mineral Magnesite dan Dolomite dalam
jumlah yang cukup banyak, namun Mg yang kita pakai umumnya berasal dari
Elektrolisa MgCl2 dan Carnallite.

 Mangan
Franklinite, (Fe,Zn,Mn,)(Fe,Mn) 2O4
Alabandite, MnS Psilomelane, H4R2Mn8O20
Pyrolusite, MnO2 Rhodonite, MnSiO3
Manganite, MnO(OH) Braunite, Mn(Mn,Si)O3
Rhodochrosite, MnCO3
Mn kita jumpai dimana mana dalam jumlah sedikit sedikit, yang banyak kita
jumpai dalam bentuk silikat, oksida dan karbonat karbonat. Bentuk oksida
yang terbanyak kita jumpai, dan dari oksida oksida inilah Mn dihasilkan.
Endapan Mn umumnya bersifat sekunder. Mn dari silikat silikat pembentuk
batuan karena pelapukan akan berubah menjadi oksida.
Bijih Mn yang dapat dipertimbangkan secara menguntungkan ialah yang
berkadar minimum 40% Mn dan kandungan P serta SiO2 harus rendah.

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


43
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

 Air Raksa
Cinnabar, HgS
Hg tidak begitu banyak kita jumpai di alam. Sumber Hg yang utama adalah
Cinnabar.

 Molybdenum
Molybdenite, MoS2 Wulfenite, PbMoO4
Molybdenite merupakan penghasil utama logam Mo, kadang kadang juga
digunakan Wulfenite.

 Nikel

Pyrhotite yang mengandung Ni Gersdorfite, NiAsS


Niccolite, NiAs Chloantite, NiAs2
Millerite, NiS
Garnierite, (Ni,Mg)SiO3.nH2O
Pentlandite, (Fe,Ni)S
Gentite, Ni2Mg2Si3O10.6H2O
Ni jarang kita dapatkan di alam. Sering terdapat bersama sama Co. mineral -
mineral Ni sering kita jumpai bersama dengan batuan Mg. Sumber – sumber
utama Ni adalah Garnierite dan Pyrotite yang mengandung Ni.

 Platina

Platina, Pt
Sperrylite, PtAs2
Penghasil logam ini ialah mineral dalam bentuk unsur Platina. Kadang –
kadang juga Sperrylite.
 Perak

Perak, Ag Stephanite, Ag5SbS4


Argentite, Ag2S Pyragirite, Ag3SbS3
Stromeyerite, (Ag,Cu) 2S Proestite, Ag3AsS3
Sylvanite, (Au,Ag)Te2 Cerargyrite, AgCl

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


44
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

Polybasite, Ag16Sb2S11 Embolite, Ag(Cl,Br)


Pada umumnya mineral Ag berupa garam - garam sulfo, tetapi penghasil
utama dari logam Ag hanyalah Perak dan Argentite saja. Selain mineral
mineral Ag diatas, maka Ag yang kita gunakan banyak juga dihasilkan
mineral mineral lain sebagai hasil sampingannya, contohnya dari mineral –
mineral Galena, Tetrahedrite, Chalcosite, Bornite dan Chalcopyrite yang
mengandung Ag. Oleh karena itu mineral – mineral inilah yang secara umum
digunakan sebagai bijih Ag.

 Timah putih
Stannite, Cu2FeSnS4
Cassiterite, SnO2
Cassiterite merupakan penghasil Sn yang utama.

 Titanium
Ilminite, FeTiO3 Brookite, TiO2
Rutile, TiO2 Sphene, CaTiSiO5
Ti merupakan unsur jarang tetapi kita dapatkan secara luas di alam. Penghasil
Ti ialah Rutil dan Ilminite.

 Tungsten/Wolframium
Wolframite, (Fe,Mn)WO4 Huebnerite, MnWO4
Ferberite, FeWO4 Scheelite, CaWO4
Penghasil W adalah Wolframite dan Scheelite.

 Zincum/Seng
Sphalerite, ZnS Smithsonite, ZnCO2
Zincite, ZnO Nemimorfite, Zn4Si2O7(OH) 2
Willemite, Zn2SiO4
Franklinite, (Fe,Zn,Mn)(Fe,Mn) 2O4
Sphalerite merupakan bijih Zn yang utama

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


45
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

2. 10. MINERAL UNTUK INDUSTRI KIMIA


 Halite sebagai penghasil Na dan Cl. Juga untuk pembuatan macam macam
soda seperti bikarbonat,caustic soda dll
 Belerang banyak di gunakan untuk pembuatan asam belerang, pupuk,
insektisida dll
 Lithium dihasilkan dari mineral mineral Li seperti spodumen. Tryphilit,
Ambligonit, Lepidolit, banyak digunakan dikalangan farmasi seperti pada
pembuatan air lithium (lithis water). Tablet – tablet clorida dan flourida
digunakan sebagai flux, hidroksidanya untuk pabrik pabrik rayon, boratnya
untuk gigi palsu dll
 Borax dan Asam Borat yang dihasilkan dari mineral mineral borax, kernit, dll
digunakan untuk pembuatan borax dan asam borat.
 Strontium dihasilkan daristrontianit dan celestit, banyak digunakan di pabrik
pabrik gula biet, pabrik pabrik petasan (Sr-nitrat)dll.

2. 11. PENDISKRIPSIAN MINERAL


2. 11. 1. Sifat-sifat fisik yang Diselidiki

1. WARNA
Apabila suatu mineral dikenai cahaya, maka cahaya yang mengenai
permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap dan sebagian akan dipantulkan.
Warna penting untuk membedakan antara mineral akibat pengotoran dan warna asli
(tetap) yang berasal dari elemen utama pada mineral tersebut.
Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemen-elemen utama pada
mineral disebut dengan nama Idiochromatic.
Misal : sulfur berwarna kuning dan magnetit berwarna hitam.
Warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsure lain, sehingga
memberikan warna yang berubah-ubah tergantung dari pengotornya, disebut dengan
nama Allochromatic.
Missal :
Halite, warnanya dapat berubah menjadi :
• abu-abu

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


46
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

• biru bervariasi
• kuning
• coklat gelap
• merah muda
Quartz tak berwarna, tetapi karena ada pengotor, warna dapat berubah
menjadi :
• violet
• merah muda
• coklat hitam
kehadiran kelompok ion asing yang dapat yang dapat memberikan warna tertentu
pada mineral disebut denga nama Chromophores.
Misal : ion-ion Cu yang terkena proses hidrasi merupakan Chromophores dalam
mineral Cu sekunder, maka akan memberikan warna hijau dan biru.

Faktor yang dapat mempengaruhi warna :


• komposisi kimia
• struktur kristal dan ikatan atom
• pengotor dari mineral

2. PERAWAKAN KRISTAL
Apabila dalam pertumbuhannya tidak mengalami gangguan apapun, maka
mineral akan mempunyai bentuk kristal yang sempurna. Tetapi bentuk ini jarang
didapatkan karena dialam gangguan-gangguan tersebut pasti ada. Mineral yang
dijumpai dialam sering bentuknya tidak berkembang sebagaimana mestinya,
sehingga sulit untuk mengelompokkan mineral dalam system kristalografi.
Sebagai gantinya dipakai istilah perawakan kristal, bentuk khas mineral
ditentukan oleh bidang yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran
relative bidang-bidang tersebut. Kita perlu mengenal beberapa perawakan kristal
yang terdapat pada jenis mineral tertentu, sehingga perawakan kristal dapat
dipakai untuk penentuan jenis mineral, walaupun perawakan kristal bukan
merupakan ciri tetap mineral.

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


47
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

Perawakan kristal dibagi menjadi 3 golongan (Richard Pearl, 1975) yaitu :


A. Elongated habits (meniang atau berserabut)
B. Flattened habits (lembaran tipis)
C. Rounded habits (membutir)

A. Elongated habits
1. Meniang (Columnar)
Bentuk kristal prismatik yang menyerupai betuk tiang
Contoh : Tourmalinee, Phyrolusit, Wollastonite
2. Menyerat (Fibrous)
Bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil
Contoh : Asbestos, Gypsum, Tremolit, Silimanite
3. Menjarum (Acicular)
Bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil
Contoh : Natrolite, Glaucophane
4. Menjaring (reticulate)
Bentuk kristal yang kecil panjang tersusun menyerupai jarring
Contoh : Rulite, Cerussite
5. Membenang (Filliform)
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai benang
Contoh : Silver
6. Merambut (Capilery)
Bentuk kristal kecil-keil yang menyerupai rambut
Contoh : Cuprite, Bysolit
7. Mondok
Bentuk kristal pendek, gemuk sering terdapat pada kristal-kristal dengan
sumbu c lebih pendek dari sumbu yang lainnya.
Contoh : Zircon
8. Membintang (Stellated)
Bentuk kristal yang menyerupai bintang
Contoh : Pirofilite

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


48
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

9. Menjari (Radiated)
Bentuk kristal yang menyerupai bentuk jari
Contoh : Marcasite

B. Flattened habits
1. Membilah (bladed)
Bentuk kristal yang panjang, tipis menyerupai bilah kayu
Contoh : Kyanite, Kavalerit
2. Memapan (tabular)
Bentuk kristal yang menyerupai bentuk papan, dengan perbandingan
antara tebal dan lebar tidak terlalu jauh
Contoh : Barite
3. Membata (blocky)
Bentuk kristal yang menyerupai bentuk bata
Contoh : Microcline, Calsite
4. Mendaun (foliated)
Bentuk kristal pipih yang berlapis
Contoh : Mika, Chlorite
5. Memencar (divergent)
Bentuk kristal yang menyerupai kipas terbuka
Contoh : Aragonite
6. Membulu (plumose)
Bentuk kristal yang menyerupai tumbukan bulu
Contoh : Mika

C. Rounded habits
1. Mendada (mamillary)
Bentuk kristal yang menyerupai buah dada
Contoh : Malachite, Opal, Hemimorphite
2. Membulat (colloform)
Bentuk kristal yang menunjukkan permukaan yang bulat-bulat
Contoh : Glauconite, Bismuth, Smalite

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


49
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

3. Membulat jari (colloform radial)


Bentuk kristal yang membulat dengan struktur dalam memencar
menyerupai bentuk jari.
Contoh : Pyrolorhyte
4. Membutir (granular)
Bentuk kristal yang menyerupai butiran
Contoh : Olivine, Anhydrite, Chromite, Sodalite, Alunite
5. Memisolit (pisolitic)
Bentuk kristal yang lonjong sebesar kerikil, seperti kacang tanah
Contoh : Pisolitic
6. Stalaktit
Bentuk kristal yang membulat dengan kristal kalsit
Contoh : Goethite
7. Mengginjal (reniform)
Bentuk kristal yang menyerupai bentuk ginjal
Contoh : Hematite

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


50
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

A. ELONGATED HABITS

1. Meniang ( Columnar ) 2. Menjarum ( Acicular) 3.Membenang(Filliform )


Contoh : - Tourmaline Contoh : - Natrolite Contoh : Silver

4. Menyerat ( Fibrous ) 5. Menjaring( Reticulate ) 6. Merabut ( Capillery )


Contoh : - Asbestos Contoh : - Rulite Contoh : - Cuprite
. . . .
.. .. .. .. .. ..
. . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .. .

7. Mondok ( Stout, 8.Membintang(Stellated )


Stubby, Equant ) Contoh : - Pirofilit 9. Menjari ( Radiated ) :
Contoh : - Zircon Contoh : - Markasit

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


51
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

B. FLATTENED HABITS

1. Membilah ( Bladed ) 3. Membata ( Blocky ) 5. Memencar ( Divergen)


Contoh : - Kyanite Contoh : - Microcline Contoh : - Aragonite
- Kalaverit - Calcite

2. Memapan ( Tabular ) 6. Membulu ( Plumose ) :


4. Mendaun ( Foliated ) Contoh : - Mika
Contoh : - Barite
Contoh : - Mika
- Hypersthene
- Chlorite

C. ROUNDED HABITS

1. Mendada ( Mamillary ) 3. Membulat jari 5. Memisolit ( Pisolitic )


Contoh : - Malachite (Colloform radial) : Contoh : - Gibbsite
- Opal Contoh : - Pyrolorhyte - Pisolitic

2. Membulat ( Colloform ) 6. Stalaktit ( Stalactic ) :


Contoh : Glauconite 4. Membutir ( Granular )
Contoh : - Olivine Contoh : - Goethite

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi


52
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

7. Mengginjal ( Reniform)
Contoh : - Hematite

3. KILAP
Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah
mineral, yang erat hubungannya dengan sifat pemantulan (refleksi) dan
pembiasan. Intensitas kilap tergantung dari indeks bias dari mineral, yang
apabila dipantulkan. Nilai ekonomik mineral kadang-kadang ditentukan oleh
kilapnya.
Macam-macam kilap :
• Kilap logam
Mineral-mineral Opaq yang mempunyai indeks bias lebih dari 3
contoh : Galena, Native metal, Sulphide, Phyrite
• Kilap sub metallic
Terdapat pada mineral yang mempunyai indeks bias antara 2,6 sampai 3
Contoh : Cuprite, Cinnabar, Hemmatite
• Kilap bukan logam
Mineral-mineral yang mempunyai warna terang dan dapat membiaskan,
dengan indeks bias kurang dari 2,5
Gores dari mineral-mineral ini biasanya tak berwarna atau berwarna muda.

Macam-macam kilap bukan logam :


• Kilap kaca (vitreous luster)
Kilap yang ditimbulkan dari permukaan kaca atau gelas.
Contoh : Quartz, Garnet, Carbonates, Silicates, Leucite, Sulphates, Fluorit,
Corondum.

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 53


Buku Panduan Praktikum 2017/2018

• Kilap intan (adamantine luster)


Sangat cemerlang yang ditimbulkan oleh intan atau permata.
Contoh : Diamond, Sulfur, Zircon, Rutile
• Kilap lemak (Greasy luster)
Contoh : Nefelin yang telah teralterasi, Halite yang sudah terkena udara
• Kilap lilin (waxy luster)
Merupakan kilap lilin yang khas.
Contoh : Serpentine
• Kilap sutera (silky luster)
Kilap seperti yang tedapat pada mineral-mineral yang parallel atau
berserabut.
Contoh : Asbestos, Serpentinite, Hematite
• Kilap mutiara (pearly luster)
Kilap yang ditimbulkan oleh mineral transparan yang berbentuk lembaran
dan menyerupai mutiara.
Contoh : Talc, Gypsum, Mika
• Kilap tanah (earthy luster)
Kilap yang ditunjukkan oleh mineral yang porous dan sinar yang masuk
tidak dipantulkan kembali.
Contoh : Kaolin, Chalk, Diatomae

Tidak sulit untuk membedakan antara kilap logam dengan bukan


logam, perbedaannya jelas sekali. Tetapi dalam membedakan jenis-jenis kilap
bukan logam akan sulit sekali. Padahal perbedaan inilah yang sangat penting
dalam diskripsi mineral, karena dapat untuk menentukan jenis suatu mineral
tertentu.

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 54


Buku Panduan Praktikum 2017/2018

4. KEKERASAN
Kekerasan mineral pada umumnya diartikan sebagai daya tahan mineral
terhadap goresan. Penentuan kekerasan relatif mineral ialah dengan jalan
menggoreskan permukaan mineral yang rata pada mineral standar dari skala
Mohs yang sudah diketahui kekerasannya.
Skala kekerasan mutlak/absolut mineral dari Mohs :
1. Talc Mg3Si4O10(OH)2
2. Gypsum CaSO42H2O
3. Calcite CaCO3
4. Fluorite CaF2
5. Apatite Ca5(PO4)3F
6. Orthoclas K(Al2Si3O8)
7. Quartz SiO2
8. Topaz Al2SiO4(FOH)2
9. Corondum Al2O3
10. Diamond C

Misal suatu mineral digores dengan Kalsit (H = 3) ternyata mineral itu tidak
tergores, tetapi dapat tergores oleh Fluorite (H = 4), maka mineral tersebut
mempunyai kekerasan antara 3 dan 4.
Dapat pula penentuan kekerasan relatif mineral dengan mempergunakan alat-
alat sederhana yang sering terdepat di sekitar kita.
Missal :
• Kuku jari manusia H = 2,5
• Kawat tembaga H=3
• Pecahan kaca H = 5,5
• Pisau baja H = 5,5
• Kikir baja H = 6,5
• Lempeng baja H=7

Bila mana suatu mineral tidak tergores oleh kuku jari manusia tetapi oleh
kawat tembaga, maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3.

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 55


Buku Panduan Praktikum 2017/2018

h
a-,
Railo-baCIO S<>moFCNKWnMiaZ. or M...,.Iogy&n<l G

A Knoop 11nC1enter
-=: Hardness of minerals 1: the Mohs scale
;::!
Mlneralogl,sts conventionally characterize the hardness of
minerals by the Mohs Scale.which was dev sed by the German Diamond
..,· 8000 mlnoraloglst Friedrich Mohsin 1812. This scale runs from 1at
the softest to 10 at the hardest.and any mineral assigned a
greater value can scratch any mineral with a lessi;Jr value. 1500
Common minerals denne lhe integer values on U1is sc;ale,asis
A VICkl!ra rKIIBl tll
shown here. Common substances like glass ;and the lnuman
fingernail provide add tional benchmarks convenient to
measuring hardness according to the Mohs scale
r
The Mohs scale Is not linear,the integers assi!1nftd to key
;:: minerals do not allow determlnatlon of non-Integer Intermediate · - 15_,/
0000 values. and the procedure fo:r "scratching" was not well defined. 0
Moro qut: ntltatlve schemes to measure hardness Include the
Knoop scale,devised by Frederick Knoop of the U.S.National
Bureau of Standards In 1939. Knoop,hardness of a substance Is
r -<::> J.:...;::;
determined by measuring the erea of a "diamond-shaped"
:"r' Indentation made by a particular set of facets of a dla1nond 1000 I::V .,:·;...h•.r.. 1022.
a. pressed Into the substance at a set pressure for a set time Grun<Jrln dot Mtno,-,lo(/1<1 (two
vo umes, 1822' ond 1824) Or.Wen
] Another scheme Is the Vickers hardness test , devised by RL
Smllh and G.E. Sandland,engln rs at Vickers,ltd. of the
United Kingdom In the 1920s. Vickers hardness Is similarly
:!!
"P
Atnoldl.e'*' avcnnancnung (lro.n•·
ratedlo tnoHshby Wilhelm Ritter
won Halllllng•.- a Tr-iJI.tiiSH ou
4000 determined by measuring the area of a square indentation made ill
J:
M "'""''09Y Ins,8Co.
by Coftlll3blo
5 an<1 publllhOd
Lid or
by a diamond a,t o glvon pressuro. Other measures of hardness I!! Edlnllufgh)
Include Brlnell Hardness. which measures the area of the Q) Vk;k.,... HrndnfttQl Sm11h, R I.• ttnd
indentation made by a steelsphvre, end Ra<::kweii iHardness,
which mvasures the depth of the indentation made by a s-teel
u
>
: :-::, , -d: ;!c:;:;;,
IIRr(lnl)tl$ 16$llng.J./rOl l Sl ht::tl .,
sphere or a diamond-Upped cone. .. , ,p 285 294.
This plot shows the non-linearity of the Mohs
scale by comparing the hardness ofits index 500 K- :t.:io :.'!\
Mttntullva pyramldallodhunond tool
minerals to their hardness as measured by the fOf ln<Jenl8Uon mtM\.UGment.s
2000 Knoop and Vickers mettlods. Further pages Joumol of RO$HtCtl of t.ho NotiOifDI
in this series seek to explain some of the BurNu or Standarda. v. 23 p.39 61
(see•p Ta0188)
controls on hardness of minerals.
OUte sourottA
Unlwr11ty Of Marytand Cen
le r tor ;::
l'.dvaneed Lifo Cyc
lo EnglnOOtlng,
-2005. Mt>torlo/1JorrJnou:
www 0'1 nfl'K'1 f:fdutoonemiFtu .llllla
$1Hardnese .a<1 hlmt3.6.2.
"-..VICKers
llardnP.ss ""ohao Solenholen, 2003. Rock
IMUJ1fl'lllffli mJ ll1 1 fFI pt. IHrrr.:tt lu
0

ls = :":nns..: :::'r. 'rt.o


s
0
8 9 10 C"yt>tJI•ns: W MW goocllleo.
lti1CIO(lt
4 cornlunr..,.-bkklen_geolouyt
rocll_p<opert 1eo.n1m
Steel or a pocket knife Window glass Steel file Mohs Hardness lBR HardnocaTrc"dc29 112000 ;::!
8
'--'\
Buku Panduan Praktikum 2017/2018

TALC GYPSUM CALCITE FLOURITE APATITE

ORTHOCLASE QUARTZ TOPAZ CORUNDUM DIAMOND

5. GORES (STREAK)
Gores adalah merupakan warna asli dari mineral apabila mineral ditumbuk
sampai halus. Gores ini dapat lebih dipertanggung jawabkan karena selalu
stabil dan penting untuk membedakan 2 mineral yang warnanya sama tetapi
goresnya berbeda.
Gores ini diperoleh dengan cara menggoreskannya pada keping porselin,
tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan lebih dari 6, maka dapat dicari
dengan cara menumbuk sampai halus menjadi tepung.
Mineral yang berwarna terang biasanya mempunyai gores berwarna putih.
Contoh : Quartz = putih atau tidak berwarna
Gypsum = Putih atau tidak berwarna
Calcite = tak berwarna

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 57


Buku Panduan Praktikum 2017/2018

Mineral bukan logam dan berwarna gelap akan memberikan gores yang lebih
terang daipada warna mineralnya sendiri.
Contoh : Leucite = warna abu-abu/ gores putih
Dolomite = warna kuning/ gores putih
Mineral yang mempunyai kilap metallic kadang-kadang mempnyai gores yang
lebih gelap daripada warna mineralnya sendiri.
Contoh : Pyrite = warna kuning/gores hitam
Pada beberapa mineral, warna dan gores sering menunjukkan warna yang
sama.
Contoh : Cinnabar = warna dan gores merah
Magnetite = warna dan gores hitam

6. BELAHAN
Apabila suatu mineral mendapat tekanan yang melampaui batas elastisitas
dan plastisitasnya, maka pada akhirnya mineral akan pecah, dengan bentuk
teratur mengikuti bidang belah.
Belahan mineral akan selalu sejajar dengan bidang permukaan kristal yang
rata, karena belahan merupakan gambaran dari struktur dalam dari kristal.
Belahan tersebut akan menghasilkan kristal menjadi bagian-bagian yang kecil,
yang setiap bagian kristal dibatasi oleh bidang yang rata.
Berdasarkan dari bagus atau tidaknya permukaan bidang belahannya, belahan
dapat dibagi menjadi :
1. Sempurna (perfect)
yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang
merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang
belahannya. (contoh : Calsit, Muscovite, Galena, Halit).
2. Baik (good)
yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang
merupakan bidang yang rata, tetapi dapat juga terbelah tidak melalui
bidang belahannya.( ex : Feldspar, Diopsit, Augit, Rhodonit).

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 58


Buku Panduan Praktikum 2017/2018

3. Jelas (distnict)
yaitu apabila belahan mineral terlihat dengan jelas tetapi mineral tersebut
sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata. (ex :
Staurolit, Scapolit, Hornblende, Feldspar)
4. Tidak jelas (indistinct)
yaitu apabila arah belahannya masih terlihat tetapi kemungkinan untuk
membentuk belahan dan pecahan sama besar. (ex : Corondum, Platina,
Gold, Magnetit).
5. Tidak sempurna (imperfect)
yaitu apabila mineral sudah tidak dapat terlihat lagi belahannya dan
mineral akan pecah dengan permukan yang tidak rata. ( ex : Apatit,
Native Sulphur)

7. PECAHAN (FRACTURE)
Apabila suatu mineral mendapatkan tekanan yang melampaui batas
elastisitas dan plastisnya, maka mineral akan pecah membentuk retakan-
retakan yang tidak teratur.
1. Choncoidal : pecahan yang menyerupai pecahan botol dan kulit bawang.
(ex : Quartz, Obsidian, Ritile)
2. Hackly : pecahan yang runcing-runcing tajam, serta kasar tak beraturan
atau bergerigi. (ex : Copper, Platinum, Silver, Gold)
3. Even : pecahan dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan
ujung pecahan masih mendekati bidang datar. (ex : Muscovite, Talc,
Biotit, Mineral lempung)
4. Uneven : pecahan yang menunjukkan permukaan bidang pecahnya
kasar dan tidak teratur. Kebanyakan mineral mempunyai pecahan
uneven. (ex : Calsit, Orthoclas, Rutile)
5. Splintery : pecahan yang hancur menjadi kecil-kecil dan tajam
memyerupai benang atau berserabut. (ex : Fluorit, Anhydrit)
6. Earthy : pecahan mineral yang hancur seperti tanah. ( ex : Kaolin, Biotit,
Muscovit, Talc).

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 59


Buku Panduan Praktikum 2017/2018

8. DAYA TAHAN TERHADAP PUKULAN (TENACITY)


Tenacity adalah suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan,
pembengkokkan, penghancuran dan pemotongan.
Macam-macam tenacity :
1. Brittle : apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus. (ex :
Calsit, Quartz, Hematit).
2. Sectile : apabila mineral mudah dipotong tipis dengan pisau. (ex :
Argentite).
3. Malleable : apabila mineral ditempa dengan palu akan memipih. (ex :
Gold, Copper).
4. Ductile : mampu ditarik atau diregangkan menjadi kawat tipis. (ex :
Silver, Copper, Olivine, Cerragyrite).
5. Flexible : apabila mineral dilengkungkan akan tetap melengkung setelah
dilepaskan. (ex : Talc, Gypsum, Mika).
6. Elastic : apabila mineral dilengkungkan akan kembali ke bentuk semula
setelah dilepaskan. (ex : Muscovit, Hematit)

9. BERAT JENIS (SPECIFIC GRAVITY)


Berat jenis adalah angka perbandingan antara suatu mineral di bandingkan
dengan berat air pada volume yang sama.

Berat mineral
BJ =
Volume mineral

Dalam penentuan berat jenis dipergunakan alat-alat :


• Piknometer
• Timbangan analitik
• Gelas ukur

Cara 1 :
Dengan mempergunakan gelas ukur dan timbangan analitik. Mineral di
masukkan ke dalam gelas ukur yang telah diisi oleh air, dan jumlah air telah
diketahui dengan pasti.

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 60


Buku Panduan Praktikum 2017/2018

Besarnya air yang tumpah atau kenaikan air pada gelas ukur dapat dibaca.
Berat jenis dapat diukur dengan berat mineral yang telah ditimbang dibagi
dengan volume air yang tumpah.
Cara 2 :
Dengan menggunakan alat piknometer dan timbangan analitik. Jika mineral
dalam bentuk butiran atau fragmen kecil maka untuk menentukan berat jenis
dengan menggunakan piknometer. Botol diisi dengan air destilasi hingga
penuh, kemudian botol tersebut diisi mineral, volume air yang tumpah
merupakan volume mineral tersebut. Untuk menentukan massa mineral
dilakukan penimbangan. Densitas mineral tersebut didapatkan dari hasil bagi
antara massa mineral dengan volume mineral (volume air tumpah).

10. RASA DAN BAU (TASTE AND ODOUR)


Disamping dari sifat-sifat yang telah dibahas diatas, beberapa mineral
mempunyai rasa dan bau.
Rasa hanya di punyai oleh mineral-mineral yang bersifat cair :
• Astringet : rasa yang umumnya dimiliki oleh sejenis logam
• Sweetist Astringet : rasa seperti pada tawas
• Alkaline : Rasa seperti pada soda
• Bitter : rasa seperti garam pahit
• Cooling : rasa seperti rasa sendawa
• Sour : rasa seperti asam belerang
Melalui gesekan dan penghilangan dari beberapa zat yang bersifat volatile
melalui pemanasan atau melalui pemenasan atau melalui penambahan suatu
asam, maka kadang-kadang bau akan menjadi cirri-ciri yang khas dari suatu
mineral.
1. Alliaceous : bau seperti bawang proses pereaksian dari arsenopirit akan
menimbulkan bau yang khas. Hal ini juga dimiliki oleh senywa-senyawa
arsenit karena proses pemanasan.
2. Horse Radish Odour : bau dari lobak kuda yang menjadi busuk
3. Sulphurous : bau yang ditimbulkan oleh proses pereaksian Pirit atau
pemanasan mineral yang mengandung unsur sulfide.

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 61


Buku Panduan Praktikum 2017/2018

4. Bitominous : bau seperti bau aspal


5. Fetid : bau yang ditimbulkan oleh asam sulfide atau bau seperti telur
busuk
6. Argiilaceous : bau seperti lempung basah, seperti Serpentin yang
mengalami pemanasan. Bau bila Pyragilite dipanasi.
Kadang-kadang raba (feel) merupakan karakter yang penting. Ada beberapa
macam raba, misalnya smooth (sepiolite), gressy (talc).

11. SIFAT KEMAGNETAN


Semua mineral mempunyai sifat magnetis, meskipun untuk menunjukkannya
dibutuhkan suatu alat khusus. Sebagian kecil dari mineral dalam keadaan asli
dapat ditarik oleh magnet baja yang kuat dengan mudah.
Mineral-mineral tersebut disebut magnetit (paramagnetit). Misalnya :
Magnetit, Pyrotit.
Dalam banyak hal, sifat magnetit mungkin berasal dari tenaga induksi bumi,
dimana induksi tersebut dari magnet yang sangat kuat.
Hal yang perlu dicatat pada praktikum mineral fisik ini adalah mineral yang
diselidiki apakah paramagnetit (magnetit) ataukah diamagnetit (non-magnetit).
• Paramagnetit (magnetit) : mineral tersebut memilki gaya tarik
terhadap magnet.
• Diamagnetit (non-magnetit) : mineral tersebut memiliki gaya tolak
terhadap magnet.

12. DERAJAT KETRANSPARAN


Sifat tranparan mineral tergantung dari kemampuan mineral tersebut men-
transmit sinar cahaya. Sesuai dengan itu variasi jenis mineral dapat dibedakan
menjadi :
• Opaque mineral : mineral yang tidak tembus cahaya meskipun dalam
bentuk helaian yang sangat tipis. Mineral-mineral ini mempunyai
kilauan permukaan metalik dan meninggalkan berkas hitam atau gelap
(logam-logam mulia, Belerang, Ferric oksida).

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 62


Buku Panduan Praktikum 2017/2018

• Transparent mineral : mineral yang tembus cahaya seperti kaca biasa


(batu-batu kristal dan Icelan Spar).
• Translucent mineral : mineral yang tembus cahaya tapi tidak tembus
pandang seperti kaca frosted (Calsedon, Gypsum, dan kadang-kadang
Opal)
• Mineral-mineral yang tidak tembus pandang (non-transparant) dalam
bentuk pecahan-pacahan (fragmen) tetapi tembus cahaya pada lapisan
yang tipis (Feldspar, karbonat-karbonat dan Silicon).

13. NAMA MINERAL DAN RUMUS KIMIA


Dalam menentukan nama mineral dan rumus kimia dilakukan setelah diskripsi
diatas selesai. Caranya dengan mencocokkan diskripsi diatas dengan table
determinan yang telah disediakan di laboratorium.

2. 12. GOLONGAN MINERAL


Secara umum mineral di bumi ini dibagi menjadi 8 gelongan mineral yang
didasarkan pada jumlah dan sebaran mineral tersebut di muka bumi ini.
Berikut adalah 8 golongan mineral tersebut :
1. Mineral Silikat
Silika, juga disebut Silicon Dioxide, gabungan dari dua unsur yang
palingmelimpah, silikon kerak bumi dan oksigen, SiO2. Massa kerak
bumi adalah 59 persen silika, konstituen utama lebih dari 95 persen dari
batuan diketahui. Silika memiliki tiga varietas utama kristal: kuarsa
(sejauh ini paling banyak), tridimit,dan kristobalit.
• Amethyst (SiO2)
• Garnet (Ca, Fe, Mg, Mn) Al2(SiO4)3
• Quartz (SiO2)
• Opal kayu (SiO2.nH2O)
• Agate (SiO2)
• Chert/Rijang (SiO2)
• Opal mendada (SiO2.nH2O)
• Cristobalite (SiO2)

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 63


Buku Panduan Praktikum 2017/2018

2. Mineral Oksida
Terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara oksigen dan
unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral
oksida umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat.
Mereka juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam
oksida adalah besi, Chroom, mangan, timah dan aluminium.
• Ilmenite (FeTiO3)
• Titanomagnetite (TiO2)
• Limonite (Fe2O2)
• Magnetite (Fe3O4)
• Manganite (MnO(OH))
• Hematite (Fe2O3)
• Oker merah (Fe2O3)
• Brucite Mg(OH)2

3. Mineral Sulfida
Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini
terbentuk dari kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang).
Pada umumnya unsur utamanya adalah logam (metal).
Pembentukan mineral kelas ini pada umumnya terbentuk disekitar
wilayah gunung api yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Proses
mineralisasinya terjadi pada tempat-tempat keluarnya atau sumber sulfur.
Unsur utama yang bercampur dengan sulfur tersebut berasal dari magma,
kemudian terkontaminasi oleh sulfur yang ada disekitarnya. Pembentukan
mineralnya biasanya terjadi dibawah kondisi air tempat terendapnya unsur
sulfur. Proses tersebut biasanya dikenal sebagai alterasi mineral dengan
sifat pembentukan yang terkait dengan hidrotermal (air panas).
• Chalcopyrite (CuFeS2)
• Pyrite (FeS2)
• Galena (PbS)
• Cinnabar (HgS)
• Chalcocite (Cu2S)

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 64


Buku Panduan Praktikum 2017/2018
4. Mineral Sulfat
Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO4 2-). Mineral sulfat adalah kombinasi
logam dengan anion sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya
terjadi pada daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya,
kemudian perlahan-lahan menguap sehingga formasi sulfat dan halida
berinteraksi.

• Alabaster (CaSO4.nH2O)

• Gypsum (CaSO4.2H2O)

• Anhidrite (CaSO4)

• Barite (BaSO4)

• Celestite (SrSO4)

5. Mineral Karbonat
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut karbonat,
umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan kalsium karbonat,
CaCO3 dikenal sebagai mineral kalsit. Mineral ini merupakan susunan
utama yang membentuk batuan sedimen. Karbonat terbentuk pada
lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton. Carbonat juga terbentuk
pada daerah evaporitic dan pada daerah karst yang membentuk gua
(caves), stalaktit, dan stalagmite
• Dolomit (CaMg(CO3)2)
• Aragonite (CaCO3)
• Calcite (CaCO3)
• Siderite (FeCO3)
• Malachite (Cu2(CO3)(OH)2
• Azurite Cu2(CO3)2(OH)2

6. Mineral Klorida (Halida)


Halida adalah kelompok mineral yang memiliki anion dasar halogen.
Halogen adalah kelompok khusus dari unsur-unsur yang biasanya
memiliki muatan negatif ketika tergabung dalam satu ikatan kimia.
Halogen yang biasanya ditemukan di alam adalah Fluorine, Chlorine,
Iodine dan Bromine. Halida cenderung memiliki struktur yang rapi dan
simetri yang baik. Mineral halida memiliki ciri khas lembut, terkadang

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 65


Buku Panduan Praktikum 2017/2018
transparan, umumnya tidak terlalu padat, memiliki belahan yang baik, dan
sering memiliki warna-warna cerah.

• Fluorite (CaF2)
• Halite (NaCl)
• Sylvite (KCl)
• Atacamite [Cu2(OH)3Cl]
• Cerargyrite (AgCl)
• Cryolite Na3AlF6

7. Mineral Fosfat
a. Fosfat primer terbentuk dari pembekuan magma alkali yang
bersusunan nefelin, syenit dan takhit, mengandung mineral fosfat
apatit, terutama fluor apatit {Ca5 (PO4)3 F}dalam keadaan murni
mengandung 42 % P2 O5 dan 3,8 % F2.
b. Fosfat sedimenter (marin), merupakan endapan fosfat sedimen yang
terendapkan di laut dalam, pada lingkungan alkali dan suasana tenang.
c. Fosfat guano, merupakan hasil akumulasi sekresi burung pemakan ikan
dan kelelawar yang terlarut dan bereaksi dengan batugamping karena
pengaruh air hujan dan air tanah.
• Phospate (FeMg)Al2(PO4)2(OH)2

Contoh-contoh Mineral fosfat adalah


 Apatite [Ca5((F,Cl,OH)PO4)3]
 Pyromorphite [Pb5(PO4)3Cl]
 Vivianite [Fe3(PO4)2 . 8H2O]
 Xenotime (YPO4)

8. Mineral Native Element


Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan
dengan hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral
pada kelas ini tidak mengandung unsur lain selain unsur pembentuk
utamanya. Pada umumnya sifat dalam (tenacity) mineralnya adalah
malleable yang jika ditempa dengan palu akan menjadi pipih, atau ductile
yang jika ditarik akan dapat memanjang, namun tidak akan kembali lagi

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 66


Buku Panduan Praktikum 2017/2018
seperti semula jika dilepaskan. Kelas mineral native element ini terdiri
dari dua bagian umum.
 Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya emas, perak,
dan tembaga.
 Semimetal dan non metal (bukan logam). Contohnya antimony,
bismuth, graphite dan sulfur.

Sistem kristal pada native element dapat dibagi menjadi tiga


berdasarkan sifat mineral itu sendiri. Bila logam, seperti emas, perak dan
tembaga, maka sistem kristalnya adalah isometrik. Jika bersifat

semilogam, seperti arsenic dan bismuth, maka sistem kristalnya adalah


hexagonal. Apabila unsur mineral tersebut non-logam, sistem kristalnya
dapat berbeda-beda, seperti sulfur sistem kristalnya orthorhombic, intan
sistem kristalnya isometric, dan graphite sistem kristalnya adalah
hexagonal. Pada umumnya, berat jenis dari mineral-mineral ini tinggi,
kisarannya sekitar 6.
• Sulfur (S)
• Intan (C)
• Grafit (C)
• Emas (Au)
• Tembaga (Cu)
• Platinum (Pt)

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 67


Buku Panduan Praktikum 2017/2018

BAB III
ROCK FORMING MINERAL
(MINERAL PEMBENTUK BATUAN)

3. 1. DEFINISI
Batuan merupakan satuan pembentuk kulit Bumi atau Outer shell dari
bumi, sementara mineral merupakan satuan pembentuk batuan. Kemungkinan
99% dari kulit Bumi terdiri atas 20 mineral utama dari ribuan mineral yang ada di
Bumi. Keberadaan mineral Feldspar tidak hanya dominan dalam mineral Silikat,
tetapi juga dominan sebagai mineral-mineral pembentuk batuan. Walaupun ada
ratusan mineral tetapi hanya ada beberapa yang dijumpai mineral-mineral
pembentuk batuan yang sebagian besar adalah pembentuk batuan beku dan batuan
sedimen. Untuk batuan metamorf sendiri secara kimiawi sama dengan batuan
beku dan sedimen.
Unsur-unsur utama penyusun kerak Bumi
Berat No. Atom Volume
Oxygen 46,6 62,6 93,3
Silika 27,7 21,2 0,9
Alumunium 8,1 6,5 0,5
Besi 5 1,9 0,4
Kalsium 3,6 1,9 1
Sodium 2,8 2,6 1,3
Potasium 2,6 1,4 1,8
Magnesium 2,1 1,9 0,3
Elemen lain 1,5 - -

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 68


Buku Panduan Praktikum 2017/2018

3. 2. REAKSI BOWEN
Mineral – mineral yang penting dalam pembentukan kulit bumi adalah pada
seri Reaksi Bowen :

BOWEN’S REACTION SERIES

GambarIV.2. Ca Rich

Na Rich

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 69


Buku Panduan Praktikum 2017/2018

Discontinue Series :
– Mineral yang terbentuk secara tidak terus – menerus. Pada suhu yang tinggi terbentuk
mineral Olivin. Kemudian suhu menurun terus - menerus hingga terbentuk mineral
Piroksin dimana mineral Olivine sudah tidak terbentuk lagi. Begitu seterusnya sampai
terbentuknya mineral Biotite.
- Didominasi oleh mineral – mineral Mafic (mineral Gelap).

Continue Series :
– Mineral terbentuk secara terus menerus. Pada suhu yang tinggi terbentuk mineral
Anorthite ( Plagioklas Ca ). Kemudian suhu menurun terus menerus hingga terbentuk
mineral Bitownit, tetapi mineral Anorthite masih terbentuk. Begitu seterusnya sampai
terbentuk Mineral Albite.
– Disebut Juga dengan Kelompok Plagioklas.
– Didominasi Oleh mineral Felsik ( Mineral terang ). Sampai pada suhu yang rendah ±
5700 Mineral Biotite dan Mineral albite saling bertemu dan terbentuklah mineral
K.Feldspar lalu Muskovit dan Quartz.

4. 3. MINERAL – MINERAL PEMBENTUK BATUAN


Mineral – mineral pembentuk batuan dapat dibedakan atas:
a. Felsic mineral. (Silika alkali alumina)
Ialah Mineral yang tersusun dari mineral - mineral yang berwarna terang dan cerah serta
mempunyai berat jenis yang kecil atau ringan.
Contoh Mineral Felsik :
A. Quartz = Kuarsa ( SiO2 )
Sistem : Hexagonal.
Beart Jenis ( SG ) : 2,65.
Kekerasan : 7.
Warna : Jernih atau keruh bial terdapat bersama Feldspar, sering terdapat
inklusi dari gas, cairan atau mineral lain didalamnya, yang
merupakan unsur pengotor dan sangat mempengaruhi warna

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 70


Buku Panduan Praktikum 2017/2018

pada Quartz, sehingga dari warna yang dirunjukkan dapat


memperkiarakan derajat kemurnian dari Quartz tersebut.
Belahan : Tidak mempunyai belahan.
Pecahan : Choncoidal atau kerang.
Penggunaan : Sebagai bahan baku utama atau pelengkap :

• Industri gelas.
• IndustriRefractory.
• Industri Pengecoran Logam.
• Industri glass – wool.
• Industri Ampelas.
• Industri Bangunan dan semen

Variasi :
- Kristal gunung Tidak berwarna / jernih.
- Amethis Violet / Ungu.
- Quartz Asap Hitam kabut / Coklat.
- Quartz Puan Hitam Kabut / Coklat.
- Micro Kristal ( kalsedon )
Agate Himta berburir – butir
Yaspis Coklat Hijau
Chert Coklat
- Opal (SiO2 n H2n )
Opal padi Hitam
Opal Kayu Berserat Coklat
Pasir Kwarsa

B. Feldspar
Dibagi dalam 2 golongan :
• Alkali Feldspar, terdiri dari :
 Orthoclase.
 Anorthoklase.
 Sanidine

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 71


Buku Panduan Praktikum 2017/2018

 Mikroklin.
 Adularia.
• Plagioclase , terdiri dari :
 Albite (Sodic) .
 Oligoklas.
 Andesine.
 Labradorite.
 Bytownite.
 Anorthite ( Calcic ).
Praktikum Megaskopis hanya dapat membedakan Kalium Felspar (didominasi
Orthoklas dengan Plagioklas ).
• Orthoclase ( KalSi3O8 )
Merupakan Feldspar Sumber utama dari unsur K yang ada dalam tanah.
Berat Jenis : 2,6.
Kekerasan : 6.
Warna : Abu – abu kemerahan atau tak berwarna.
Sistem Kristal : Monoklin , Prismatik, memanjang atau sejajar atau
membutir dan massif.
Kilap : Vitrous Luster dengan kenampakan Transparan atau
Translucent
Penggunaan : Karena sifatnya yang tidak stabil ,jarang di jumpai
Orthoklas yang terkonsentarsi dalam keadaan segar,
tetapi di temukan dalam keadaan Alterasi menjadi Serisit
dan merupakan bahan dasar Industri Keramik
Orthoclase sebagian besar terdapat pada batuan beku asam.
• Plagioclase ( NaCa Al2 Si3 O8 ).
Dalam penentuan Albite sampai Anorthite, Volume Prosentase 100% dari An +
Ab . Jadi antara Albite sampai anorthite merupakan Anggota Isomorphorus series.
Sistem Kristal : Triklin.
Berat Jenis : Albite = 2,26, Anorthite = 2,276.
Kekerasan : 6.

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 72


Buku Panduan Praktikum 2017/2018

Warna : kekuning – kuningan , putih dan merah.


Belahan : Lembaran
- Calsbed Twining
- Albite Twining
- Plysintetic Twining
- Baveno Twining
Secara umum Plagioklas dapat dikelompokkan menjadi :
• Albite ( NaAl2Si3O8 ) Alkali Plagioklas.
• Oligoklas
• Andesin
• Labradorite
• Bitwonite
• Anorthite ( CaAlSi3O8 ) Caslcic Plagioclase Ca Basa

C. Feldspatoid (Foid)
Mineral ini sebagai pengganti Feldspar. Feldspatoid akan terbentuk dalam suatu
batuan apabila dalam batuan tersebut tidak cukup terdapat SiO2 bebas. Feldspar dan
Feldspatoid tidak akan ditemukan dan terbentuk secara bersamaan dalam satu tubuh
batuan yang sama.
Mineral Yang termasuk, dalam Feldspatoid adalah :
• Nefeline (KNaAl2Si2O4) • Scapolite (Ca4(Al2Si2O8)3(CO3))
• Leucite (KaAlSi2O6) • Cancrinite (Na3Ca(Al3Si3O12)CO3(OH2 ))
• Sodalite (Na4Al3Si3O12) • Analcite Na ( AlSi2O6 ) H2O )

Hubungan antara Feldspar dan Feldspatoid :


• Silika + Nefeline Albite
SiO2 + NaAlSiO4 NaAlSi3O8
• Silika + Leucite Orthoclase
SiO2 + KAlSi2O6 KAlSi3O8

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 73


Buku Panduan Praktikum 2017/2018

Tetapi dari keenam jenis mineral ini hanya 2 yang umum dan sering di jumpai yaitu
Nefeline dan Leucite.
• Nefeline ( KNaAl2Si2O4 )
Warna : Putih kuning ,tetapi yang massif warnanya bervariasi, abu– abu
merah
Sistem Kristal : Hexagonal.
Berat Jenis : 2,255 – 2,66.
Kekerasan : 5,5, - 6,0
Kilap :Grrassy Luster.
Nefeline berupa Rock Forming Mineral yang sering dijumpai pada batuan beku
dalam bentuk dike.
• Leucite ( KalSi2O6 )
Warna : Putih abu – abu.
Sistem Kristal : Pseudo Isometric dalam bentuk Pezehedron.
Berat Jenis : 2,45 – 2,50.
Kekerasan : 5,50 – 6,00.
Leucite mempunyai bentuk halus dan kecil terkenal dengan nama Fine Grain
Matrix.

b. Mafic Mineral (Ferromagnesian)


Ialah mineral yang tersusun dari mineral – mineral yang berwarna gelap dan mempunyai
berat jenis yang besar atau berat.
Contoh :
A. Olivine ( MgFe )2SiO4
Merupakan Kristal campuran antara MgSiO4 dengan FeSiO4, dalam hal ini Mg
selalu lebih banyak dari pada Fe. Olivin kadang – kadang disebut dengan Chrysolite,
adalah suatu betuk mineral yang merupakan mineral pembentukan batuan terutama
batuan beku berwarna gelap.
Berat jenis : 3,27 – 4,27.
Kekerasan : 5,50 – 7,00.
Kilap :Vitrous Luster

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 74


Buku Panduan Praktikum 2017/2018

Umumnya terdapat dalam batuan beku basa. Contoh : Gabro, Basalt, Peridotite,
Dunite).

Fosterite Fayalite
Mg2SiO4 Fe2Si4O4

OLIVINE

B. Kelompok Piroksin
Merupakan kelompok mineral silikat komplek dan mempunyai hubungan erat
dalam struktur kristal, sifat-sifat fisik dan komposisi kimia walaupun mereka
mengkristal dalam dua sistem yang berbeda yaitu Orthorombic dan Monoklin.
Secara struktur piroksen terdiri atas mata rantai yang tidak ada habisnya dan
tetrahedral SiO4 yang diikat bersama-sama secara lateral oleh ion-ion logam Mg dan
Ca yang berikatan dengan oksigen, tetapi secara tidak langsung dengan silikon.
Sejak setiap ion silicon berikatan dengan ion oksigen dan setiap oksigen dengan
silicon lainya atau ion logam menghasilkan ratio Si:O = 1 : 3 dan memberikan rumus
kimia Piroksen MgSiO3 atau CaMg(SiO3)2. Bentuk kristal Piroksen adalah prismatic
sedang belahan spesifik. Komposisi kimia piroksen secara umum adalah
W1p(W1Y)1+pZ2O6 dimana symbol W, X, Y, Z menunjukan unsur yang mempunyai
jari-jari ion yang sama dan dapat me-replace yang satu terhadap yang lainya dalam
struktur.

W = Na,Ca X = Mg,Fe,Li,Mn
Y =Al,Fe,Ti Z = Sid dan Al dalam jumlah yang kecil
Ukuran atom dari W ke Z berkurang. Karena subtitusi atom maka rumus kimia
Piroksen bervariasi. Dari rumus diatas p adalah 0 atau mendekati 0 untuk
Diopside Hedenbergite dan Gegirite Vodeite Series.
• P = 1 atau hampir untuk Piroksen Orthorombik
• P = variasi untuk Piroksen monoklin dan Pigeonit

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 75


Buku Panduan Praktikum 2017/2018

Unsur-unsur yang lebih lengkap dari piroksen mungkin sebagai contoh adalah:
o Orthopiroksen Mg Fe+2Fe+3Al(SiAlO3)2
o Diopside Hedenbregite CaMgFe(SiO3)2
o Aufite (CaMgFe+2)(MgFe+2AlFe+3)(SiAlO3)2
Unsur-unsur yang digaris bawahi adalah unsur yang penting. Dalam tubuh
batuan vulkanik piroksen adalah augite calcic rendah atau pigionite. Sedang dalam
batuan plutonik piroksen adalah augit atau piroksen orthorhombic, kalsium hampir
bebas.
Dalam petrologi biasanya secara megakopis disebut saja piroksen dengan ciri
warna hijau sampai hijau kehitaman mempunyai belahan dengan sudut lebih kurang
900.

C. Kelompok Amphibole
Amphibole mungkin dapat dibagi menjadi lima seri yaitu: Antophylite,
Cumingtonite-Qrunerite, Tremolite-Actionolite, Alluminian Amphibole –Sodic
Amphibole. Mereka ada hubunganya dalam sifat-sifat Kristalografi, sifat kimia dan
fisik.
Struktur amphibole adalah type Tetrahedral SiO4 dalam struktur rantai ganda, berupa
dua mata rantai tunggal dengan disela-sela Tetragonal dihubungkan oleh bagian dari
Oksigen,memberi ratio Si : O = 4 : 11 pengganti 1 : 3 dalam mata rantai tunggal.
Dalam struktur mata rantai ganda menempati sejajar sumbu C dan diikat bersa secara
lateral oleh ion logam. Kekuatan ikatan antara rantai-rantai tidak akan sekuat ikatan
Si-O,direfleksikan dalam serat yang berkembang baik atau keadaan prismatic dari
Amphibole dan dalam belahan prismatic.
Umumnya Amphibole membentuk seri isomorf dan replacement yang intensif dari
satu ion oleh ion-ion lainya mempunyai ukuran yang sama sehingga sangat komplek
variasi komposisi kimianya.
Secara megaskopis untuk Amphibole disebut juga Hornblende dengan warna variasi
hitam, coklat, hijau dan mempunyai belahan membentuk sudut 540 dan 1260.

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 76


Buku Panduan Praktikum 2017/2018

Amphibole dan Piroksen mempunyai persamaan dalam batuan beku yang bersifat
basa,dengan perbedaan adalah:

Amphibole : - Komposisi kimianya mengandung OH


- Kristalnya panjang/prismatic
- Belahanya membentuk sudut 1240
Piroksen : - Komposisi kimianya tidak mengandung OH
- Kristalnya lebih pendek
- Belahan berdiri saling tegak lurus

D. Kelompok Mika
Struktur mika adalah type Tetrahedron dalam lembar-lembar. Tiap SiO4
mempunyai tiga oksigen dan satu oksigen bebas, sehingga komposisi dan valensinya
diwakili oleh (Si4O10)4-
Jumlah oksigen dalam mika ,dua diantaranya membentuk berupa kelompok
hidroksil. F adalah unsure minor yang konstan dalam Mika, ia mengganti OH dan
mungkin sebesar 6% dari Mika-mika Lithia.
Kelompok hidroksil diikat oleh Al, Mg, atau Fe sendirian. Struktur ini membutuhkan
lembar – lembar ganda dengan K ion terletak diantaranya. Struktur direfleksikan oleh
belahan bawah pada semua mika adalah elastic dan bias dibedakan Chlorite yang
brittle.
Rumus Umum Mika dapat ditulis :
W(XY)2-3Z4O10(OHF)2
Dimana : W = K(Na) dalam Paragonite mineral yang sangat baik pada sekiot).
X&Y = Al, Li, Mg, Fe
Z = Si, Al

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 77


Buku Panduan Praktikum 2017/2018

Analisis kimia batuan telah membuktikan bahwa hanya beberapa unsur saja yang
bertanggung jawab membentuk kerak bumi. Empat orang ahli mengadakan analisa
kimia sebanyak 5159 analisa batuan yaitu oleh : Washington, Nigli, Clarke, Daly
dengan unsur – unsur yang ada dalam kerak bumi :
O = 24% Fe = 5 % K = 2.5%
Si = 27% Ca = 3.5% Mg = 2.5 %
Al = 8% Na = 2.3%
Ternyata jumlahnya baru 98% sedangkan yang 2% lainya terdiri dari unsur -unsur
yang jarang tersebut. Sehingga berdasarkan jumlah terdapatnya dalam batuan,mineral
dapat dibedakan :
• Mineral Utama : Yaitu mineral yang mendominir dalam suatu komposisi batuan
dan jumlahnya lebih dari 10% dimana mineral ini
mempengaruhi penamaan dalam batuan.
Contoh : Kwarsa, Orthoklas, Plagioklas, Foid, Feldspar, Biotit (mika),
Hornblende, Piroksen, Olivin, Kalsit, Grafit.
• Mineral Tambahan : Mineral yang punya presentasenya sedikit dalam batuan
tetapi selalu dijumpai. Mineral ini jumlahnya kurang dari
seluruh komposisi batuan.
Contoh : Rutil, Zircon, Turmalin.
• Mineral Sekunder : Mineral yang dibentuk dari mineral utama yang
disebabkan oleh proses.

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 78


Buku Panduan Praktikum 2017/2018

Tabel 1.1 Pengenalan Mineral dan Sifatnya

Bentuk dan
Nama Mineral Warna Belahan Keterangan
Perawakan Kristal
Tidak teratur, Tidak
Olivin Hijau Kilap kaca
membutir dan massif sempurna

Prismatik pendek, 2 arah saling Kilap kaca dan


Piroksen Hijau tua - Hitam
massif, membutir tegak lurus permukaannya halus
Prismatik panjang, 2 arah
Amfibol Hitam - coklat menyerat dan membentuk Kilap arang
membutir sudut lancip
Tabular, berlembar
Biotit Hitam - coklat 2 arah Kilap kaca
(memika)
Prismatik, tabular
Merah
Feldspar Alkali panjang, massif, 2 arah Kilap kaca/lemak
jambu/putih/hijau
membutir
Prismatik/tabular
Putih susu, abu-
Plagioklas panjang. Massif, 3 arah Kilap kaca/lemak
abu
membutir
Tabular, berlembar
Muskovit Putih transparan 1 arah Kilap kaca/mutiara
(memika)

Tidak teratur,
Kuarsa Tidak berwarna 3 arah Kilap kaca/lemak
membutir dan massif

Tidak berwarna, Rombohedral, Kilap kaca, berbuih


Kalsit Sempurna
putih massif, membutir dengan HCl
Umumnya pada batuan
Klorit Hijau Berlembar, memika Sempurna metamorfik dan lapukan
batuan beku basa
Tidak berwarna, Kilap kaca berukuran
Serisit Tabular, berlembar Sempurna
putih halus

Putih, abu-abu Menyerat, masa fiber


Asbes Kilap lemak
kehijauan asbestos

Coklat merah-
Garnet Poligonal, membutir Tidak ada Kilap kaca/mutiara
hitam
Tidak berwarna,
Kubus, masif,
Halit putih kekuningan, Sempurna Sebagai garam evaporite
membutir
merah
Tidak berwarna, Memapan, Lembar-lembar tipis
Gypsum Sempurna
putih membutir, menyerat terjadi karena evaporasi

Putih, abu-abu,
Anhidrit Massif, membutir Sempurna Karena evaporasi
biru pucat

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 79


Buku Panduan Praktikum 2017/2018

3. 4. PELAPUKAN BATUAN (ROCK WEATHERING)


Pelapukan terjadi pada batuan yang tersingkap di permukaan bumi. Adanya
pelapukan dapat disebabkan karena proses kimiawi, fisik dari organic dimana dari
ketiganya sering disebut pelapukan kimiawi dan mekanik yang pada umumnya kedua
peristiwa berjalan bersama-sama.
Tiga faktor yang mempengaruhi pelapukan batuan yaitu:
1. Sifat mineral/batu itu sendiri tahan terhadap pelapukan atau tidak.
2. Macamnya proses yang berlangsung apakah mekanik atau kimiawi.
3. Kondisi mineral yang menyusun batuan dimana batuan tersebut berada ada
hubunganya dengan iklim/cuaca yaitu pada daerah tropika, subtropika, kutub atau
gurun.

Proses Mekanik :
- Pembekuan dan pencairan
- Insolasi
- Organisme
- Rains Drop
- Spheroidal Weathering

Proses kimiawi adalah proses pelapukan yang menyolok yang terdapat di iklim tropis
seperti halnya Indonesia.
Terdiri atas dua proses: - Larutan
- Aktivitas organisme
Larutan yang menyolok di Indonesia pada Batu gamping dan Feldspar.
Larutan Batu Gamping :
Prosesnya dipengaruhi larutan yang mengandung H2O + CO2 yang bila hujan akan
membentuk Asam Karbonat (H2CO3) yaitu larutan yang mudah terpisah jadi ion-ion H+
dan HCO3-.
Jika kedua ion itu mengenai batu gamping(CaCo3) akan menjadi:
H++HCO3-+CaCO3 H2O+CO2+HCO3+CaO
Dalam batu gamping akan terjadi topografi karst.

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 80


Buku Panduan Praktikum 2017/2018

Larutan Feldspar
Yaitu mineral yang penting di dalam batuan beku
Contoh:
KalSi3O8 + H2CO3 + H2O Al2Si2O5 + K2CO3 + Si2

Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi 81


DAFTAR PUSTAKA

Berry L.G and Mason B., 1989, Mineralogy, Freeman W. and Co San Francisco

Dana ES., 1960, A Textbook of Mineralogy, John Willey and Sons Inc. New York

Danisworo C. Ir., 1980, Mineralogi (Buku Petunjuk Praktikum), Fakultas Teknik Geologi
UPN “Veteran” Yogyakarta.

Denned Williams H., 1960, Principle of Mineralogy, The Ronald Press Company, New York.

Escher BG., 1949, Algemene Mineralogie en Krystallografie, Oogsqust.

Flint. V.L., Essentials Of Crystalography, Peace Publisher Moscow.

James Dwight Dana., 1887, Mineralogy and Petrography, John Willey and Sons Inc. New
York

Kraus E., Hunt WF. and Ramsdell LS., 1959, Mineralogy, Mc Graw Hill Book Company Inc.
New York.
LAMPIRAN

Gambar Contoh-Contoh Mineral

1. Sistem Kristal Reguler

Halit Galena Pyrit

2. Sistem Kristal Tetragonal

Zirkon Chalcopyrit Rutile

3. Sistem Kristal Trigonal dan Hexagonal

Calcite Kuarsa Dolomit

4. Sistem Kristal Orthorombic

Barite Topaz Anhidrit


5. Sistem Kristal Monoklin

Gypsum Alabaster Manganite

6. Sistem Kristal Triklin

Kaolin Kyanit Albite


LAMPIRAN
Cara Gambar Kristal
CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL REGULER
1. Hexahedron

Langkah 1

 Buatlah sumbu kristalografi sesuai


dengan ukuran perbandingan yaitu
1:3:3 dan besar sudut yaitu 30o
 Beri tanda/titik pada ukuran
perbandingan 1:3:3 pada sumbu
kristalografi.
 Tarik garis sejajar pada 2 titik di
sumbu b dan sumbu c dengan
ukuran yang sama dengan sumbu a
yang telah diberi tanda.
 Buat garis sejajar dengan panjang
sumbu b pada 2 tanda/titik pada sumbu
a dan di sumbu c
Langkah 2

 Buat/tarik garis sejajar terhadap


dengan panjang sumbu c pada 2
titik pada sumbu b dan sumbu a
Langkah 3

 Pada setiap garis sejajar yang


berpotongan (Contohnya pada garis
sejajar b dengan garis sejajar a) di
tarik garis yang sejajar pula dengan
garis c (Lihat kotak kecil).

Langkah 4

 Pada setiap perpotongan garis yang


telah anda buat silahkan anda
hubungkan (Lihat kotak kecil).

Keterangan :
- Bidang yang terlihat dari depan maka garis dibuat tegas sedangkan bidang yang tidak tampak dari
pandangan depan maka garis dibuat putus-putus. ( Berlaku untuk semua penggambaran sistem
kristal )
2. Pentagonal Dodecahedron

Langkah 1

 Untuk langkah awal buatlah sumbu


kristalogafi sistem regular dengan
posisi/sudut antar sumbu a+ dengan b-
adalah 30o.
 Beri tanda/titik pada ketiga sumbu
dengan perbandingan ukuran 1:3:3
dan beri juga titik pada kelipatan
perbandingan tersebut 2:6:6.
 Tarik garis dari titik a yang beukuran
1 (ukuran pada sumbu ini 1) dengan
titik pada sumbu b yang berukuran
dengan 6 (ukuran ini adalah kelipatan
dari 3 yang merupakan ukuran yang
sebenarnya)

Langkah 2

 Tarik garis dari sumbu a pada titik


yang berukuran 2 (ukuran sebenarnya
adalah 1) dengan titik pada sumbu b
yang berukuran 3 (ini adalah ukuran
yang sebenarnya)
Langkah 3

 Buat garis pada sumbu c pada titik


yang berukuran 3 sejajar dengan
sumbu b (ukurannya adalah 6)
 Buatlah garis sejajar dengan sumbu a
(ukuran 1) pada titik yang berukuran
3 pada sumbu b, dan buat juga pada
sumbu c pada titik yang berukuran 6.
 Buat garis sejajar dengan sumbu c
yang berukuran 6 pada sumbu a

Langkah 4

 Buat garis yang sejajar dengan sumbu c


berukuran 6 terhadap sumbu a pada
titik yang berukuran 2
Langkah 5

 Tarik garis dari garis sejajar terhadap


sumbu b di sumbu c ke titik
perpotongan antara garis sejajar sumbu
c di sumbu a dengan garis miring yang
menghubungkan sumbu a dan sumbu c
(lihat pola yang ada pada kotak kecil)

Langkah 6

 Lalu tarik garis dari garis yang sejajar


sumbu a di sumbu c dengan garis yang
sejajar a di sumbu b.
 Lalu hubungkan perpotongan yang
dibuat oleh garis itu (pada kotak jajaran
genjang).
CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL TETRAGONAL

1. Tetragonal Prisma Orde I

Langkah 1

- Membuat perbandingan panjang sumbu


a:b:c = 1:3:6
- Membuat garis a- /b+ =300
- Memberi keterangan pada garis–garisnya
seperti tanda a+, a-,b+,b-
- Memperhatikan gambar disebelah
- Membuat proyeksi garis yang merupakan
pencerminan 1 bagian a+,a-
- Menuju bagian ketiga dari sumbu b+
- Menuju bagian ketiga dari sumbu b-
- Memperhatikan gambar di sebelah

Langkah 2

- Membuat proyeksi bidang dari horizontal


seperti langkah kedua tadi
- Memproyeksikan bidang menuju bagian
ketiga dari sumbu c+
- Memproyeksikan bidang menuju bagian
ketiga dari sumbu c-
- Melengkapi garis seperti gambar disebelah.
2.Tetragonal Bipyramid Orde I

Langkah 1

- Membuat perbandingan panjang sumbu


a:b:c = 1:3:6
- Membuat garis a- /b+ =300
- Memberi keterangan pada garis –
n garisnya seperti tanda a+,a-
,b+,b-
- Perhatikan gambar disebelah
- Membuat garis dengan menghubungkan
3 bagian dari b+ dengan 1 bagian a-
lanjutkan dengan 3 bagian b- lalu ke 1
bagian a +
- Perhatikan gambar disebelah

Langkah 2

- Membuat proyeksi bidang dari horizontal


seperti langkah kedua tadi
- Memproyeksikan bidang menuju bagian
ketiga dari sumbu c+
- Memproyeksikan bidang menuju bagian
ketiga dari sumbu c-
- Melengkapi garis seperti gambar
disebelah.
CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL HEXAGONAL

A. Hexagonal Prisma Orde I dan Hexagonal Bipyramid Orde I

Langkah 1

- Buat sumbu a, b, c dan d dengan


ketentuan :
< a+ / b- = 17°
< b + / d- = 39°
b:d:c=3:1:6
- Dimana 1 satuan berukuran 1 cm
- Buat garis sejajar dengan sumbu b
melalui titik berukuran 1 pada sumbu
d hingga memotong sumbu a

Langkah 2

Buat garis yg sejajar dengan sumbu a


yang melalui sumbu b pada ukuran 3
dan sumbu d yang berukuran 1
Langkah 3

Tarik garis sejajar dengan sumbu c


pada setiap titik-titik sudut dari
bidang segi enam

Langkah 4

Hubungkan setiap titik-titik pada


garis tersebut sehingga membentuk
bidang alas dan atap berbentuk segi
enam pada bangun tersebut.
Langkah 5:

Untuk membuat kristal hexagonal


bipyramid orde I kita dapat memodifikasi
dari gambar hexagonal prisma orde I
yaitu dengan menghubungkan titik-titik
sudut dari bidang segi enam pada bagian
tengah kristal ke titik pusat bidang alas
dan atap.
 Beri warna setiap bidang simetri,
gunakan komposisi warna yang
proporsi dan cocok.
 Beri simbol pada setiap bidang
simetri.
B. Hexagonal Prisma Orde II dan Hexagonal Bipyramid Orde II

Langkah 1

- Buat sumbu a, b, c dan d dengan


ketentuan :
< a+ / b- = 17°
< b + / d- = 39°
b:d:c=3:1:6
- Dimana 1 satuan berukuran 1 cm
- Buat garis yg saling
menghubungkan antara titik pada
sumbu b dan d seperti pada gambar
disamping

langkah 2

 Dari hasil penghubungan


titik-titik tersebut didapat
bidang berbentuk segienam
 Tarik garis sejajar dengan
sumbu c pada setiap titik-titik
sudut dari bidang segi enam
Langkah 3

Hubungkan setiap titik-titik pada garis


tersebut sehingga membentuk bidang
alas dan atap berbentuk segi enam pada
bangun tersebut
 Beri warna setiap bidang
simetri, gunakan komposisi
warna yang proporsi dan cocok.
 Beri simbol pada setiap bidang
simetri, dengan ketentuan:
= jika bernilai 6
= jika bernilai 2

Langkah 4

 Untuk membuat kristal hexagonal


bipyramid orde II kita dapat
memodifikasi dari gambar
hexagonal prisma orde II yaitu
dengan menghubungkan titik-titik
sudut dari bidang segi enam pada
bagian tengah kristal ke titik
pusat bidang alas dan atap.
 Beri warna setiap bidang simetri,
gunakan komposisi warna yang
proporsi dan cocok.
 Beri simbol pada setiap bidang
simetri, dengan ketentuan
= jika bernilai 6
= jika bernilai 2
CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL TRIGONAL
1. Trigonal Bipyramid Orde I

Langkah 1

- Membuat perbandingan panjang


sumbu b:d:c = 3:1:6
- Membuat garis a- /b+=170
- Membuat garis b+/d- =390
- Memberi keterangan pada
garis – garisnya seperti tanda
a+,a-,b+,b-,c+,c-,d+ dan d-
- Memperhatikan gambar disebelah
- Membuat garis sejajar dengan
sumbu a pada 3 bagian sumbu b-.
- Membuat garis sejajar dengan
sumbu b pada 1 bagian sumbu d-.
- Lihat gambar disamping.

Langkah 2

- Membuat garis sejajar


dengan sumbu d pada 3
bagian sumbu b+ sehingga
menampakan bentuk bidang
segitiga.
- Menarik garis lurus yang
sejajar dengan sumbu c di
setiap titik-titik perpotongan
sepanjang 6 bagian.
- Lihat gambar disamping.
Langkah 3

- Tarik garis pada setiap


ujung-ujung garis pada
pengerjaan langkah
sebelumnya.
- Lihat gambar disamping.

Langkah 4

- Untuk membuat kristal trigonal


bipyramid orde I kita dapat
memodifikasi dari gambar trigonal
prisma orde I. Tarik garis pada
setiap sudut dari bidang segitiga di
bagian tengah dengan 6 bagian dari
sumbu c+ dan c-.
- Lihat gambar disamping
2. Trigonal Prisma Orde II dan Trigonal Bypiramid Orde II

Langkah 1

- Membuat perbandingan panjang sumbu


b:d:c = 3:1:6
- Membuat garis a- /b+=170
- Membuat garis b+/d- =390
- Memberi keterangan pada garis
– garisnya seperti tanda a+,a-,b+,b-,c+,c-
,d+ dan d-
- Memperhatikan gambar disebelah
- Membuat garis memotong pada 1
bagian sumbu d- dan 2 bagian sumbu
b+.
- Lihat gambar di samping

Langkah 2

- Membuat garis memotong pada 1


bagian sumbu b- dan 3 bagian
sumbu d+ kemudian potongkan
dengan garis sebelumnya.
- Hubungkan kedua garis tersebut
sehingga terbentuk segitiga
- Lihat gambar di samping.
Langkah 4

- Menarik garis lurus yang sejajar


dengan sumbu c di setiap titik-titik
perpotongan sepanjang 6 bagian.
- Lihat gambar disamping.

Langkah 5

- Tarik garis pada setiap ujung-ujung


garis pada pengerjaan langkah
sebelumnya.
- Lihat gambar disamping.
Langkah 6

- Untuk membuat kristal hexagonal


bipyramid orde II kita dapat
memodifikasi dari gambar Tarik
garis pada setiap sudut dari bidang
segitiga di bagian tengah dengan 6
bagian dari sumbu c+ dan c-.
- Lihat gambar disamping.
CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIC
1. Kombinasi Orthorombic Brachy, Makro, Basalt Pinacoid
Langkah 1
- Membuat perbandingan panjang sumbu
a:b:c = 1:4:6
- Membuat garis a- /b+ =300
- Memberi keterangan pada garis –
garisnya seperti tanda a ,a ,b ,b ,c ,c-
+ - + - +

- Memperhatikan gambar disebelah

Langkah 2

- Membuat proyeksi garis yang merupakan


pencerminan 1 bagian a+,a-
- Menuju bagian keempat dari sumbu b+
dan b-
- Menuju bagian keenam dari sumbu c+
- Menuju bagian keenam dari sumbu c-
- Tarik garis sejajar dengan sumbu b+ dan
b- pada pencerminan 1 bagian a+ dan a-.
- Memperhatikan gambar disebelah
- Hubungkan ujung-ujung pada garis
yang memotong sumbu a+,a-,b+,b-
,c+dan c-.
- Lihat gambar disamping
2. Orthorombic Brachy Dome, Makro, Basalt Pinacoid
Langkah 1
- Membuat perbandingan panjang sumbu
a:b:c = 1:4:6
- Membuat garis a- /b+ =300
- Memberi keterangan pada garis
– garisnya seperti tanda a+,a-,b+,b-,c+,c-
- Memperhatikan gambar disebelah.
- Membuat proyeksi garis yang
merupakan pencerminan 1 bagian a+,a-
- Menuju bagian keempat dari sumbu b+
dan b-
- Menuju bagian keenam dari sumbu c+
- Menuju bagian keenam dari sumbu c-
- Tarik garis sejajar dengan sumbu b+
dan b- pada pencerminan 1 bagian a+
dan a-.
- Memperhatikan gambar disebelah

Langkah 2

- Hubungkan ujung-ujung
pada garis yang memotong
sumbu a+,a-,b+,b-,c+danc-.
- Lihat gambar disamping.
CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL MONOKLIN
1. Kombinasi Monoklin Clino, Ortho, Basal Pinacoid

Langkah 1

- Membuat perbandingan panjang


sumbu a:b:c = 1:4:6
- Membuat garis a- /b+ =450
- Memberi keterangan pada
garis – garisnya seperti tanda a+,a-
,b+,b-
- Memperhatikan gambar disebelah
- Membuat proyeksi garis yang
merupakan pencerminan 1 bagian
a+,a-
- Menuju bagian keenam dari sumbu c+
- Menuju bagian keenam dari sumbu c-
- Memperhatikan gambar disebelah
Langkah 2

- Membuat garis memotong sumbu


b+ sejajar sumbu c sepanjang 6
bagian
- Membuat garis memotong sumbu
b- sejajar sumbu c sepanjang 6
bagian
- Kemudian hubungkan garis garis
tersebut menjadi sebuah bentuk
kristal
- Perhatiakan gambar di samping
2. Monoklin Hemibipyramid

Langkah 1

- Membuat perbandingan panjang


sumbu a:b:c = 1:4:6
- Membuat garis a- /b+ =450
- Memberi keterangan pada
garis – garisnya seperti tanda a+,a-
,b+,b-
- Memperhatikan gambar disebelah
-
- Hubungkan titik-titik pada bagian a-
,b-,a+,dan b+ menjadi sebuah bidang.
- Lihat gambar disamping

Langkah 2

- Tarik garis dari pojok bidang


tersebut menuju titik pada 6
bagian c+ dan c-.
- Lihat gambar disamping.
CARA PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL TRIKLIN
1. Triklin Hemibipyramid
Langkah 1

- Membuat perbandingan panjang


sumbu a:b:c = 1:4:6
- Membuat garis a+ /c-=450
- Membuat garis b+/c -=800
- Memberi keterangan pada
garis – garisnya seperti tanda a+,a-
,b+,b-
- Memperhatikan gambar disebelah
- Hubungkan titik-titik pada bagian a-
,b-,a+,dan b+ menjadi sebuah bidang.
- Lihat gambar disamping

Langkah 2

- Tarik garis dari pojok bidang


tersebut menuju titik pada 6
bagian c+ dan c-.
- Lihat gambar disamping.
2. Kombinasi Triklin Brachy, Makro, Basalt Pinacoid
Langkah 1

- Membuat perbandingan panjang sumbu


a:b:c = 1:4:6
- Membuat garis a+ /c-=450
- Membuat garis b+/c -=800
- Memberi keterangan pada garis –
garisnya seperti tanda a+,a-,b+,b-
- Memperhatikan gambar disebelah

Langkah 2
- Membuat proyeksi garis yang merupakan
pencerminan 1 bagian a+,a-
- Menuju bagian keempat dari sumbu b+
- Menujui bagian keempat dari sumbu b-
- Menuju bagian keenam dari sumbu c+
- Menuju bagian keenam dari sumbu c-
- Memperhatikan gambar disebelah,
Hubungkan garis-tersebut hingga
menampakan bentuk kristal.
- Lihat gambar disamping

Anda mungkin juga menyukai